Вы находитесь на странице: 1из 5

USG Untuk Bidan

Berdasarkan KONGRES XV IKATAN BIDAN INDONESIA pada tanggal 10 16


November 2013 di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta. Diputuskan bahwa bidan boleh
menggunakan USG sesuai dengan batas kompetensi kebidanan.
Hasil Kongres Bidan di solo 2012 menyatakan bahwa Bidan di perbolehkan menggunakan
USG sesuai dengan batas-batas kompetensinya, Hasil pemeriksaan USG tidak diperbolehkan
untuk mendiagnosa. hal ini bidan sangat dianjurkan untuk mengikuti Pelatihan USG, Kursus
USG, Training USG agar sesuai dengan standar kompetensi.
Bidan adalah salah satu komponen masyarakat yang sangat penting dan dibutuhkan dalam
kehidupan masyarakat. Standar Kompetensi Bidan sangat menentukan kepercayaan dari
masyarakat.
Konsep standar kompetensi bidan yang disusun berdasar-kan pada kesepakatan bersama
dari berbagai pihak terkait yaitu IBI, AIPKIND, Kolegium Bidan Indonesia, Praktisi
bidan, Kementerian Kesehatan, Kementrian Pendidikan Nasional, pihak penyelenggara
pendidikan dan perempuan sebagai penerima Layanan. Kesepakatan ini selanjutnya akan
disahkan oleh PP-IBI bersama Kolegium Bidan Indonesia. Standar Kompetensi disusun
melalui pengorganisasian kompetensi berdasarkan pendekatan yang bersifat umum ke yang
bersifat khusus/spesifik yaitu profil, kompetensi utama, kompetensi penunjang dan Kriteria
Kinerja (Performance Criteria). Pernyataan kompetensi (competency statement)
menggambarkan tingkat pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill) dan sikap (attitude)
yang harus dimiliki oleh lulusan bidan.
Salah satu Standar Kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang bidan adalah Mampu
mengembangkan diri dengan mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi terkini, serta
menyadari keterbatasan diri berkaitan dengan praktik kebidanan serta menjunjung tinggi
komitmen terhadap profesi bidan, Mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan kebidanan
sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dengan teknologi terkini.
Contohnya adalah Pengenalan USG kepada Bidan saat ini sangat penting, sebagaimana
yang terdapat dalam standar kompetensi yang berlandasan hukum pada :

Keputusan Menteri Kesehatan Nomor : 230/Menkes/SK/2010 Tanggal 03 Februari


2010 tentang Kurikulum

Keputusan Menteri kesehatan Nomor 1796 tahun 2011 tentang Sertifikasi Tenaga
kesehatan

Peraturan Menteri Kesehatan


penyelenggaraan praktik bidan

International Confederation of Midwives, Essential Competencies for Basic


Midwifery Practice, 2011

RI

No.1464/Menkes/per/X/2010

Izin

dan

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara RI


Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 5063);

Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 828/Menkes/SK/IX/2008 tentang Standar


Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota;

Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 1 tahun 2008 tentang


Jabatan fungsional bidan

Keputusan menteri kesehatan Nomor 938 tahun 2007 tentang Standar Asuhan
Kebidanan

Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 369/Menkes/SK/III/2007 tentang Standar


Profesi Bidan.

A. Tujuan Umum
Pelatihan ini merupakan sekelumit gambaran Standar Profesi Bidan yang diajukan oleh
perusahaan kami sebagai proposal penawaran untuk dapat menjadi peserta dalam pelatihan
ketrampilan penggunaan ultrasonografi antenatal care.Melalui proposal ini diharapkan Para
Praktisi Bidan, akan memperoleh gambaran yang cukup memadai mengenai manfaat
penggunaan ultrasonografi yang sangat terkait langsung dengan Standar Kompetensi Bidan
Indonesia, Standar Pendidikan, Standar Pelayanan Kesehatan dan Standar Kode Etik Profesi.
Selanjutnya, apabila penawaran ini dapat diterima oleh para praktisi kebidanan, maka
diharapkan peningkatan ketrampilan dan pelayanan yang optimal dan berkualitas dapat
dicapai oleh para peserta pelatihan ini.
B. Kewenangan Bidan dalam menjalankan profesinya
Bidan merupakan salah satu petugas kesehatan yang memiliki posisi penting dan strategis,
terutama dalam penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB),
pelayanan kebidanan harus diberikan oleh Bidan secara paripurna dan berkesinambungan,
karena itu dalam melakukan asuhan kebidanan telah diatur dalam Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 938/MENKES/SK/VIII/2007, tentang Standar Asuhan
Kebidanan,
walaupun sebelumnya ada Standar Profesi Bidan yang telah diatur dalam Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 369/MENKES/SK/III/2007, tentang Standar Profesi
Bidan yang terdiri dari Standar Kompetensi Bidan Indonesia, Standar Pendidikan,
Standar Pelayanan Kesehatan dan Standar Kode Etik Profesi.
Standar Kompetensi Bidan diantaranya adalah :
1. Bidan harus memiliki pengetahuan dan ketrampilan ilmu sosial dan kesehatan
masyarakat yang membentuk dasar dari asuhan yang bermutu tinggi untuk pelayanan
kesehatan masyarakat guna meningkatkan kehidupan keluarga sehat, perencanaan
kehamilan dan kesiapan menjadi orang tua.

2. Bidan harus memberi asuhan antenatal yang bermutu tinggi untuk mengoptimalkan
kesehatan selama kehamilan yang meliputi deteksi dini secara cermat dan lengkap
untuk kemudian dapat melakukan pengobatan dan rujukan yang tepat apabila
ditemukan ada indikasi komplikasi. Dengan mendapatkan pelatihan ketrampilan
penggunaan alat ultrasonografi ini, para bidan telah sesuai dengan standar kompetensi
bidan tanpa melampaui kewenangan bidan dalam menjalankan profesinya.
C. Standar Pendidikan Berkelanjutan Bidan
Salah satu dari tujuh standar pendidikan berkelanjutan bidan adalah organisasi penyelenggara
pendidikan berkelanjutan bidan bisa selaras dengan falsafah organisasi profesi IBI, dan
memiliki program pendidikan berkelanjutan yang sesuai kebutuhan dan mengkuti
perkembangan teknologi. Oleh karena itu program pelatihan ini telah mendapatkan
pengesahan dan mendapat akreditasi 4 SKP IBI dengan SK Nomor : 063/SKP-IBI/IV/2005.
D. Standar Pelayanan Kebidanan
Didalam beberapa unsur dari delapan unsur standar pelayanan bidan ditegaskan bahwa Bidan
harus menjamin praktik pelayanan kebidanan yang akurat dan melakukan asuhan kebidanan
yang berfokus kepada promosi persalinan normal, pencegahan penyakit, pencegahan cacat
pada ibu dan bayi, promosi kesehatan yang bersifat holistik, dan diberikan secara kreatif,
trampil dan akurat yang memiliki tujuan utamanya untuk menyelamatkan ibu dan bayi
(mengurangi kesakitan dan kematian).Untuk itu sangat tepat kiranya dengan mengikuti
program pelatihan ini akan sangat menunjang standar pelayanan kebidanan hingga dipastikan
pencapaian tujuan utama akan sangat optimal didapatkan oleh praktisi kebidanan.
E. Standar Praktik Kebidanan
Terdiri dari sembilan standar yang bersifat pengelolaan dalam melakukan asuhan kebidanan;
dari pengumpulan data yang sistematis dan berkesinambungan, analisis data, penegakan
diagnosa,perencanaan pelaksanaan, evaluasi dan dokumentasi. Hal ini dapat ditunjang dengan
diagnosa kehamilan yang menggunakan teknologi terkini seperti Ultrasonografi yang dapat
memberikan informasi yang akurat, cepat, aman dan terdokumentasi dengan baik.
F. Pengertian USG
USG atau biasa dikenal ULTRASOSNOGRAPH merupakan alat diagnostik berbasis teknik
pencitraan medis yang biasanya digunakan untuk memvisualisasikan otot, tendon, dan organ
internal pada tubuh manusia, untuk mengatahui ukuran mereka, struktur dan setiap lesi
patologis dengan gambar real time tomografi dan teknologi ini sangat membantu Profesi
Kebidanan yang profesional.
Demikian sekelumit ini kami susun, diharapkan dapat menjadi gambaran kepada Profesi
Bidan untuk menjadi peserta dalam progam pelatihan yang kami selenggarakan.
Pendidikan dan Pelatihan Ultrasonik Kebidanan dalam antenatal Care
Dengan makin meningkatnya kebutuhan untuk melakukan diagnosa melalui teknik diagnostik
Imaging, maka pada tahun 1985, WHO melalui Chief Radiation Medicine, WHO cq, WHO
scientific Grouf, cq., WHO radiological Sytem, Switzerland, telah mengambil kesimpulan

bahwa: Pemeriksaan imaging merupakan pemeriksaan yang penting terutama dalam bidang
obstetri, karena tidak terdapat resiko radiasi yang menimbulkan ionisasi , maka pemeriksaan
USG harus menjadi metode pemeriksaan imaging yang terpilih kapan saja pemeriksaan
tersebut dapat memberikan pemeriksaan klinis yang bermanfaat.
pada tahun 1985, WHO telah menerbitkan beberapa manual untuk memberikan panduan
dalam penggunaan diagnostic imaging untuk dokter umum.
penggunaan manual ini tidak hanya terbatas pada dokter umum, tetapi juga diperuntukan bagi
para mahasiswa kedokteran, bidan serta residen yang sedang mengikuti pendidikan untuk
menjadi spesialis dalam bidang imaging diagnostic. WHO berpendapat bahwa pemeriksaan
USG sangat bergantung pada operatornya, karena itu diperlukan fasilitas pelatihan bagi
operator sebelum yang bersangkutan melakukan praktek pelayanan kesehatan yang baik
dengan menggunakan USG untuk pemeriksaan imaging.
dalam pembuatan buku manual tersebut, WHO didukung oleh pejabat medis, ilmu kedokteran
Radiasi WHO Geneva, kepala publikasi Teknis WHO, dan dukungan dari The World
Federation of Ultrasound in Medicine and Biology (WFUMB)
Dua puluh tahun setelah ketetapan WHO diatas, unit USG yang dipergunakan untuk
melakukan imaging diagnostic sudah mengalami perbaikan- perbaikan yang mutakhir ,
sehingga setiap profesi yang bersangkutan dengan penentuan diagnosa, dapat
menggunakanya oleh karena non infasif, aman,praktis, hasil cukup akurat.kualitas resolusi
cukup baik, bentuknya kompakdan ringan, cara pengopeasianya praktis, harga cukup
terjangkau sesuai dengan profesi di bidang kesehatan yang terkait dengan penetuan diagnosa.
sesuai dengan PPRI nomor 32 tahun 1996, tenaga kesehatan di indonesia yang dapat
menetapkan suatu diagnosa adalah profesi Dokter, Dokter Gigi dan Bidan melalui proses
anamese,inspeksi, palpasi, auskultasi, dan apabila dibutuhkan penetapan diagnosa dapat
ditambah dengan alat bantu diagnostik.
Sehubunagan dengan hal tersebut diatas, maka baik Dokter, Bidan dan dokter gigi sesuai
dengan profesinya , melaui suatu pelatihan yang dapat dipertanggung jawabkan, akan dapat
menetapkan diagnosa sesuai profesinya dengan menggunakan alat USG yang sesuai. Dalam
hal ini bidan sebagai seorang profesi untuk bidang kebidanan yang fisiologis, setelah
mendapat pendidikan dan pelatihan yang sesuai dapat menetapkan diagnosa dalam antenatal
care, dengan menggunakan alat USG.
Setelah mealui proses diskusi, seminar, sosialisasi, para pakar di lingkungan MUKISI(Majelis
Syuro Upaya kesehatan Islam Seluruh Indonesia) yang terkait dengan penggunaan USG dan
para pakar yang terkait dengan pendidikan, pada tahun 2002-2004, telah menyusun suatu
panduan yang dipergunakan dalam program Pendidikan dan Pelatihan Ultrasonik kebidanan
bagi Profesi Bidan untuk Antenatal Care.
Pada tahun 2005, MUKISI memutuskan untuk melaksanakan Pilot proyek Pendidikan dan
Pelatihan Ultrasonik Kebidanan Bagi Profesi Bidan Untuk Antenatal care.
1. KMK No 938 tentang Standar AsuhanKebidanan
2. KMK No. 369 tentang Standar Profesi Bidan

3. PMK tentang Izin Penyelenggaran Praktik Bidan


4. PMK No. 551 tentang Petunjuk Teknis Jabatan Fungsional Bida
http://pelatihanusg.com/profile/legalitas-dukungan

Вам также может понравиться