Вы находитесь на странице: 1из 30

EPISTAKSIS

Preceptor :
Nur Akbar Aroeman, dr., M.Kes., Sp. THTKL(K)
Disusun oleh :
Reni Yuditha Kathrine
Rizky Martina
Rita Putri

Definisi
Epistaksis:
keluarnya darah dari dalam hidung;
merupakan suatu tanda atau keluhan, bukan
penyakit.
Perdarahan bisa menetes, bisa mengucur, bisa
keluar melalui lubang hidung depan, bisa melalui
nasofaring.

Terdapat dua sumber perdarahan yaitu


dari bagian anterior dan bagian posterior.
Epistaksis anterior dapat berasal dari
Pleksus Kiesselbach atau dari arteri
ethmoidal anterior.
Epistakasis posterior dapat berasal dari
arteri sphenopalatina dan arteri ethmoid
posterior.

ECA memberikan suplai darah terbanyak pada cavum nasi


melalui facial artery dan internal maxillary artery

ICA melalui arteri oftalmika mempercabangkan arteri ethmoid


anterior dan posterior yang mendarahi septum dan dinding
lateral superior.

Suplai darah cavum nasi berasal dari sistem karotis; arteri


karotis interna (Internal Carotid Artery/ ICA) dan karotis
eksterna (External Carotid Artery/ ECA).

Vaskularisasi

PLEKSUS KIESSELBACH
Disebut juga Littles area. Merupakan anyaman
anastomosis cabang pembuluh darah di anterior
cartilaginous septum. Letaknya superficial dan mudah
cedera oleh trauma.

Epistaksis Anterior

Terjadi pada >90% kasus. Berasal dari Kliesselbach


plexus, merupakan sumber perdarahan paling
sering dijumpai anak-anak.
Epistaksis anterior ini umumnya dapat berhenti
sendiri (spontan) dan dapat dikendalikan dengan
tindakan sederhana.

Epistaksis Posterior

berasal dari arteri sphenopalatina dan arteri


ethmoid posterior.
Perdarahan cenderung lebih berat dan jarang
berhenti sendiri sehingga dapat menyebabkan
risiko yang lebih besar seperti terganggunya jalan
napas, aspirasi darah, dan kesulitan mengontrol
darah.

Lokal

Trauma
Inflamasi
Neoplasma
Abnormalitas septum
Obat-obatan
Pengaruh lingkungan

ETIOLOGI

Sistemi
k

Kelainan darah
Kelainan kongenital
Penyakit
kardiovaskuler
Infeki akut
Defisiensi vit. C dan
K
Alkoholisme

Assessment

Evaluasi Air, Breathing, Circulation


Tentukan karakteristik epistaksis
estimasi jumlah kehilangan darah
Durasi epistaksis
Intermittent/ continuous bleeding
Lokasi perdarahan
Riwayat trauma
Riwayat penyakit sebelumnya atau kelainan darah
Riwayat penggunaan obat-obatan
Riwayat konsumsi alkohol

Pemeriksaan fisik

Alat-alat yang diperlukan:

lampu kepala
speculum hidung
Suction (bila ada)
pinset bayonet
kapas, kain kassa

Keadaan umum :
kesadaran, pernafasan, tekanan darah, nadi,
dan suhu
Keadaan lokal

Pemeriksaan Lokal
(Pada perdarahan hidung aktif)
Periksa hidung menggunakan spekulum hidung
Bersihkan semua kotoran dalam hidung
observasi bagian dalam hidung untuk mencari
tempat dan faktor-faktor penyebab perdarahan
masukkan kapas yang dibasahi dengan larutan
anestesi lokal yang juga ditetesi larutan
epinephrine 1/10.000 ke dalam hidung sehingga
perdarahan dapat berhenti untuk sementara
Sesudah 10 sampai 15 menit kapas dalam hidung
dikeluarkan dan dilakukan evaluasi

Pemeriksaan Lokal
(Pada perdarahan hidung kronik maupun
berulang)

Rinoskopi anterior
Rinoskopi posterior
Pengukuran tekanan darah
Rontgen Sinus dan CT-scan atau MRI
Endoskopi hidung
Skrining terhadap koagulopati
Riwayat Penyakit

MENANGGULANGI EPISTAKSIS
ADA 3 PRINSIP UTAMA

Menghentikan perdarahan

Mencegah komplikasi

Mencegah berulangnya epistaksis

Penanganan
a)

b)

c)

Perbaiki keadaan umum penderita


penderita diperiksa dalam posisi duduk.
Kepala tidak boleh hiperekstensi
Epistaksis ringan hentikan pendarahan
dengan metode Trotter.
Pasang tampon anterior yang telah diberi
adrenalin dan pantokain/lidokain serta
bantuan alat penghisap tentukan
sumber perdarahan

METODE TROTTER

Pada anak yang sering mengalami epistaksis ringan,


perdarahan dapat dihentikan dengan cara duduk dengan
kepala ditegakkan, kemudian cuping hidung ditekan ke
arah septum selama beberapa menit (metode Trotter).

Perdarahan anterior
Dapat dicoba dihentikan dengan menekan hidung
dari luar selama 10-15 menit, seringkali berhasil.
Bila sumber perdarahan dapat terlihat,tempat asal
perdarahan dikaustik dengan larutan Silver Nitrate.
Sesudahnya, diberikan antibiotik.
Bila perdarahan masih berlangsung, dilakukan
pemasangan tampon anterior yang dibuat dari
kapas atau kasa yang diberi pelumas vaselin atau
salep antibiotik.
Pemakaian pelumas ini agar tampon mudah
dimasukkan dan tidak menimbulkan perdarahan
baru saat dimasukkan dan dicabut.

Tampon dimasukkan sebanyak 2-4 buah,


disusun dengan teratur dan harus dapat
menekan asal perdarahan.
Tampon dipertahankan selama 2 kali 24
jam,harus dikeluarkan untuk mencegah infeksi
hidung.
Selama 2 hari ini, dilakukan pemeriksaan
penunjang untuk mencari faktor penyebab
epistaksis.
Bila perdarahan belom berhenti,dipasang
tampon baru.

Perdarahan posterior
diatasi dengan pemasangan tampon
posterior atau tampon Bellocq
dibuat dari kasa berukuran 3x2x2 cm dan
mempunyai 3 buah benang, 2 buah pada
satu sisi dan sebuah lagi pada sisi yang
lainnya.
Tampon harus menutup koana (nares
posterior).

Teknik Pemasangan
Memasang tampon posterior pada perdarahan 1
sisi
~Dengan bantuan kateter karet yang dimasukkan
dari lubang hidung sampai nampak di orofaring,
lalu ditarik keluar dari mulut.
~Pada ujung kateter,diikatkan 2 benang tampon
Bellocq tadi,kateter ditarik kembali melalui
hidung sampai benang keluar dan dapat ditarik.
~Tampon perlu didorong dengan bantuan jari
telunjuk untuk dapat meliwati palatum mole
masuk ke nasofaring.
~Bila masih ada perdarahan, maka dapat
ditambah tampon anterior ke dalam kavum nasi.
o

~Kedua benang yang keluar dari hidung diikat


pada sebuah gulungan kain kasa di depan nares
anterior supaya tampon yang terletak di
nasofaring tetap di tempatnya.
~Benang lain yang keluar dari mulut diikatkan
secara longgar pada pipi pasien.
~Gunanya untuk menarik tampon keluar melalui
mulut setelah 2-3 hari. Hati-hati mencabut
tampon karena dapat menyebabkan laserasi
mukosa.

Perdarahan dari kedua sisi


~Digunakan bantuan dua kateter masingmasing melalui kavum nasi kanan dan kiri,
dan tampon posterior terpasang di tengah
tengah nasofaring
o

Obat-obatan yang
digunakan
Topical vasoconstrictors

Oxymetazolind 0,05% (Afrin). Diaplikasikan langsung pada membran


mukosa. Dapat dikombinasikan dengan lidocain 4% untuk
memberikan efek anastesi nasal dan vasokonstriksi yang lebih efektif.

Antibiotic oinment
Mupirocin oinment 2% (bactroban nasal). Obat ini menghambat
pertumbuhan bakteri dengan cara menghambat sintesis RNA dan
protein.

Agen kauterisasi
Silver nitrate. Agen ini akan mengkoagulasikan protein selular dan
menyingkirkan jarungan granulasi. Agen ini juga memiliki efek
antibakterial

Komplikasi
AKIBAT PERDARAHAN

SYOK
ANEMIA
ASPIRASI DARAH
GAGAL GINJAL
TENSI TURUN
MENIMBULKAN ISKEMIA
OTAK, INSUFISIENSI
KORONER, INFARK
MIOKARD.

AKIBAT PASANG TAMPON:


TIMBUL SINUISITIS
TIMBUL OMA
HEMOTIMPANUM
AIR MATA DARAH (BLOODY
TEARS)
SEPTIKEMIA
LASERASI MUKOSA HIDUNG
(AKIBAT TAMPON ANTERIOR)
LASERASI SUDUT BIBIR,
PALATUM MOLLE, ALA NASI
(AKI BAT TAMPON BELLOCQ)

Diagnosis Banding
Hemoptisis
Varises esofagus
Perdarahan basis cranii

Prognosis
90 % kasus epistaksis anterior dapat
berhenti sendiri.
Prognosis buruk pada pasien hipertensi
dengan/tanpa arterosklerosis dengan
perdarahan hebat

TERIMA KASIH

Вам также может понравиться