Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
Kasus tumor indung telur yang menyerang fungsi reproduksi di kalangan
perempuan terus meningkat hingga 50 persen setiap tahunnya. Hal ini dapat dipicu oleh
faktor genetika, gaya hidup, makanan serta penggunaan kosmetika berlebihan pada
bagian kewanitaan. Kebanyakan baru diketahui setelah memasuki stadium parah.
Gangguan tumor pada daerah penghasil ovum dan tuba falopii tidak akan terasa, bahkan
hingga tumor dapat mencapai sebesar kepalan. Hal ini juga karena didukung besarnya
ruang kosong pada bagian ovarium wanita.
Tumor ovarium pada umumnya bersifat jinak sehingga memudahkan dan dapat
disembuhkan. Tumor ovarium sangat berbeda dengan kanker yang bersifat menyebar.
Sedangkan penyebaran tumor ovarium, sekitar 90 % diakibatkan oleh faktor genetika.
Kemungkinan terserangnya berbanding 50 : 50. maksudnya, empat orang anak penderita
tumor ovarium, memiliki peluang tertular sekitar dua orang dan dua lainnya normal.
Selain itu, tumor ovarium juga berpotensi disebabkan oleh pola makan dan gaya hidup.
Makanan cepat saji, dibakar dan tinggi kadar lemaknya cukup berpeluang merangsang
tumbuhnya tumor. Tumor ovarium diduga dapat disebabkan akibat pemakaian bedak
secara berlebihan pada bagian kewanitaannya.
Setiap tahun terdapat kurang lebih 20.000 kasus baru dan 12.000 kematian akibat
tumor ovarium di Amerika Serikat. Kurang lebih 1 diantara 70 wanita akan berkembang
menjadi penderita kanker ovarium. Terdapat kenaikan insidensi yang tajam pada usia 40
tahun dan mencapai puncaknya pada usia 50-55 tahun. Resiko meningkat sampai usia 70
tahun, setelah itu mulai menurun. Terdapat perbedaan resiko yang nyata pada berbagai
pada berbagai negara, yang memberi petunjuk ada pengaruh lingkungan atau menu
makanan. Pemakaian kontrasepsi oral sekurangnya selama tiga tahun menurunkan resiko
terhadap kejadian kanker ovarium.
Jumlah penderita tumor indung telur di Sumbar, berdasarkan data tahun 2003 di
RSU Dr M Djamil dari 156 kasus gangguan reproduksi, sekitar 75 persen di antaranya
penderita tumor indung telur.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Definisi
Menurut dr Amru Sofian SpOG dari Subbagian Onkologi Ginekologi Bagian
Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/Rumah Sakit Cipto
Mangunkusumo (FKUI/RSCM), pertumbuhan sel tak normal/tak terkendali sehingga
menyebabkan perubahan bentuk dan pembesaran bagian tubuh disebut tumor. Tumor ada
yang jinak dan ganas (kanker). Neoplasma jaringan abnormal, tumbuh berlebihan, dan
tidak terkoordinasi. Penyebabnya adalah virus, zat kimia (bahan pengawet tertentu,
rokok, bedak/talk, zat pewarna) atau radiasi (sinar matahari, zat radio aktif).
Yang disebut alat reproduksi wanita adalah rahim yang terdiri dari mulut/leher
rahim dan badan rahim, indung telur (ovarium), saluran telur, dan liang kemaluan
(vagina).
II.2. Klasifikasi
Diantara tumor-tumor ovarium ada yang bersifat neoplastik dan ada yang bersifat
nonneoplastik. Tumor-tumor neoplastik ovarium belum ada klasifikasi yang dapat
diterima oleh semua pihak. Hal ini terjadi oleh karena klasifikasi berdasarkan
histopatologi atau embriologi belum dapat diberikan secara tuntas berhubung masih
kurangnya pengetahuan kita mengenai asal-usul beberapa tumor, dan pula berhubung
dengan adanya kemungkinan bahwa tumor yang sama rupanya mempunyai asal yang
berbeda. Maka atas pertimbangan praktis neoplasma ovarii dibagi atas tumor jinak dan
tumor ganas, dan selanjutnya tumor jinak dibagi dalam tumor kistik dan tumor solid.
II.3. Klinik Neoplasma Ovarium
Banyak neoplasma ovarium tidak menunjukkan gejala dan tanda, terutama tumor
ovarium yang kecil. Sebagian besar gejala dan tanda adalah akibat dari pertumbuhan
tumornya sendiri, aktivitas endokrin , atau komplikasi dari tumor tersebut.
Akibat pertumbuhan
Adanya tumor di dalam perut bagian bawah bisa menyebabkan pembenjolan perut.
Tekanan terhadap alat-alat di sekitarnya disebabkan oleh besarnya tumor atau
posisinya dalam perut. Misalnya, sebuah kista dermoid yang tidak seberapa besar,
tetapi terletak di depan uterus dapat menekan kandung kemih dan dapat menimbulkan
gangguan miksi, sedangkan suatu kista yang lebih besar tetapi terletak bebas di
rongga perut kadang-kadang hanya menimbulkan rasa berat dalam perut. Selain
gangguan miksi, tekanan tumor dapat mengakibatkan obtipasi, edema pada tungkai.
Pada tumor yang besar dapat terjadi tidak nafsu makan, rasa sesak dan lain-lain.
Pada umumnya tumor ovarium tidak mengubah pola haid, kecuali jika tumor itu
sendiri mengeluarkan hormone. Seperti pada tumor ganas sel granulose dapat
menimbulkan
hipermenorea,
sedangkan arhenoblastoma
dapat menyebabkan
amenorea.
Akibat komplikasi
kesulitan dalam diagnosis. Jika tumor ovarium terletak digaris tengah dalam rongga perut
bagian bawah dan tumor tersebut konsistensinya kistik, perlu dipikirkan adanya
kehamilan atau kandung kencing penuh. Umumnya dengan memikirkan kemungkinan
ini, pada pengambilan anamnesis yang cermat dan disertai pemeriksaan tambahan,
kemungkinan-kemungkinan ini dapat disingkirakn.
Di negara-negara berkembang, karena tidak segera dioperasi tumor ovarium bisa
menjadi besar, sehingga mengisi seluruh rongga perut. Dalam hal ini kadang-kadang
sukar untuk menentukan apakah pembesaran perut disebabkan oleh tumor atau ascites,
akan tetapi dengan pemriksaan yang dilakukan dengan teliti, kesukaran ini biasanya dapat
diatasi. Jika terdapat ascites perlu ditentukan sebab dari ascites. Fibroma ovarii (sindroma
Meigs) dan tumor ovarium ganas dapat menyebabkan ascites, akan tetapi ascites juga
dapat disebabkan oleh penyakit lain seperti sirrosis hepatic. Pemeriksaan bimanual
sebelum atau sesudah pungsi ascites bias memberikan petunjuk apakah disebabkan oleh
tumor ovarium.
Apabila sudah ditentukan bahwa tumor yang ditemukan adalah tumor ovarium,
maka perlu diketahui apakah tumor itu bersifat neoplastik atau nonneoplastik. Tumor
nonneoplastik akibat peradangan umumnya dalam anamnesisnya menunjukkan gejalagejala ke arah peradangan genital, dan pada pemeriksaan tumor-tumor akibat peradangan
tidak dapat di gerakkan karena perlekatan. Kista nonneoplastik umumnya tidak menjadi
besar, dan diantaranya pada suatu waktu biasanya menghilang sendiri.
Jika tumor ovarium bersifat neoplastik,timbul persoalan apakah tumornya jinak
atau ganas. Tidak jarang tentang hal ini tidal dapat diperoleh kepastian sebelum
dikakukan operasi, akan tetapi pemeriksaan yang cermat dan analisis yang tajam dari
gejala-gajala yang ditemukan dapat membantu dalam pembuatan daignosis diferensial.
Belum ada didapatkan suatu metoda penapisan yang sepenuhnya efektif untuk
mendeteksi tumor ovarium. Umumnya pasien sudah datang dalam stadium lanjut.
Pemeriksaan pelvis yang teliti untuk mendeteksi massa pada adneksa masih merupakan
teknik penapisan yang paling efektif.
Metoda-metoda yang selanjutnya dapat menolong dalam pembuatan diagnosis
yang tepat antara lain :
1) Laparoskopi
Pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengetahui apakah sebuah tumor berasal
dari ovarium atau tidak, dan untuk menentukan sifat-sifat tumor itu.
2) Ultrasonografi
Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan letak dan batas tumor, apakah tumor
berasal dari uterus, ovarium, atau kandung kencing, apakah tumor kistik atau
solid, dan dapat dibedakan pula antara cairan dalam rongga perut yang bebas dan
yang tidak.
3) Foto Roentgen
Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya hidrotoraks. Selanjutnya,
pada kista dermoid kadang-kadang dapat dilihat adanya gigi dalam tumor.
Penggunaan foto roentgen pada pielogram intravena dan pemasukan bubur
barium dalam kolon sudah disebut di atas.
4) Parasentris
Telah disebut bahwa fungsi pada asites berguna untuk menentukan sebab asites.
Perlu diingatkan bahwa tindakan tersebut dapat mencemarkan kavum peritonei
dengan isi kista bila dinding kista tertusuk.
II.5. Penanganan
Dapat dipakai sebagai prinsip bahwa tumor ovarium neoplastik memerlukan
operasi dan tumor nonneoplstik tidak. Jika menghadapi tumor ovarium yang tidak
membrri gejala/keluhan pada penderita dan yang besarnya tidak melebihi jeruk nipis
dengan diameter kurang dari 5 cm, kemungkinan besar tersebut adalah kista folikel atau
kista korpus luteum, jadi tumor nonneoplastik. Tidak jarang tumor-tumor tersebut
mengalami pengecilan secara spontan dan menghilang, sehingga pada pemeriksaan
ulangan setelah beberapa minggu dapat ditemukan ovarium yang kira-kira besarnya
normal. Oleh sebab itu, dalam hal ini hendaknya diambil sikap menunggu salama 2
sampai 3 bulan, sementara mengadakan pemeriksaan ginekologik berulang. Jika selama
waktu observasi dilihat peningkatan dalam pertumbuhan tumor tersebut, kita dapat
mengambil kesimpulan kemingkinan besar tumor itu bersifar neoplastik, dan dapat
dipertinbangkan satu pengobatan operatif.
Tindakan operasi pada tumor ovarium neoplastik yang tidak ganas adalah
pengangkatan tumor dengan mengadakan reseksi pada bagian ovarium yang mengandung
tumor. Akan tetapi, jika tumornya besar atau terjadi komplikasi, perlu dilakukan
pengangkatan ovarium, biasanya disertai dengan pengangkatan tuba (salpingoooforektomi). Pada saat operasi kedua ovarium harus diperiksa untuk mengetahui apakah
tumor ditemukan pada satu atau dua ovarium. Pada operasi tumor ovarium yang diangkat
harus segera dibuka, untuk mengetahui apakah ada keganasan atau tidak. Jika keadaan
meragukan perlu pada waktu operasi dilakukan pemeriksaan sediaan yang dibekukan
(frozen section) oleh seorang ahli patologi anatomik untuk mendapat kepastian apakah
tumor ganas atau tidak.
Jika
terdapat
keganasan,
operasi
yang
tepat
ialah
histerektomi
dan
salpingoooforektomi bilateral. Akan tetapi, pada wanita muda yang masih ingin mendapat
keturunan dan dengan tingkat keganasan tumor yang rendah (misalnya tumor sel
granulosa), dapat dipertanggung jawabkan untuk mengambil resiko dengan melakukan
operasi yang tidak seberapa radikal.
1. TUMOR OVARIUM NEOPLASTIK JINAK
a. Kistoma ovarii simpleks
Kista ini mempunyai permukaan rata dan halus, biasanya bertangkai, sering kali
bilateral, dan dapat menjadi besar. Dinding kista tipis dan cairan didalam kista
jernih serous dan berwarna kuning. Pada dinding kista tampak lapisan epitel
kubik. Berhubung dengan adanya tangkai, dapat terjadi torsi (putaran tangkai)
dengan gejala-gejala mendadak. Diduga bahwa kista ini suatu jenis kistadenoma
serosum, yang kehilangan epitel kelenjarnya berhubung dengan tekanan cairan
dalam kista. Terapi terdiri atas pengangkatan kista dengan reseksi ovarium, akan
tetapi jaringan yang dikeluarkan harus segera diperiksa secara histologik untuk
mengetahui apakah ada keganasan.
b. Kistadenoma ovarii musinosum
Asal tumor ini belum diketahui dengan pasti. Menurut Meyer, ia mungkin berasal
dari suatu teratoma dimana dalam pertumbuhannya satu elemen mengalahkan
elemen-elemen lain. Ada penulis yang berpendapat bahwa tumor berasal dari
epitel germinativum, sedang penulis lain menduga tumor ini mempunyai asal
yang sama dengan tumor Brinner.
Angka kejadian
Tumor ovarium ini terbanyak ditemukan bersama-sama dengan kistadenoma
ovarii serosum. Kedua tumor ini merupakan kira-kira 60% dari seluruh ovarium
sedangkan kistadenoma ovarii musinosum merupakan 40% dari seluruh kelompok
neoplasma ovarium.
Di Indonesia Hariadi (1970) menemukan frekuensi sebesar 27%;
sedangkan Gunawan (1977) menemukan angka 29.9%; Sapardan (1970) 37.2% ;
dan Djaswadi 15.1% . tumor paling sering terdapat pada wanita berusia 20 50
tahun dan jarang sekali pada masa prapubertas.
Gambaran klinik
Tumor lazimnya berbentuk multilokuler, oleh karena itu, permukaan berbagala
(lobulated). Kira-kira 10% dapat mencapai ukuran yang amat besar, lebih-lebih
pada penderita yang datang dari pedesaan. Pada tumor yang besar tidak lagi dapat
ditemukan jaringan ovarium yang normal. Tumor biasanya unilateral, akan tetapi
dapat juga dijumpai yang bilateral.
Kista menerima darahnya melalui suatu tangkai, kadang-kadang dapat terjadi torsi
yang mengakibatkan gangguan sirkulasi. Gangguan ini dapat menyebabkan
pendarahan dalam kista dan perubahan degeneratif, yang memudahkan timbulnya
perlekatan kista dengan omentum, usus dan peritoneum parietale.
Dinding kista agak tebal dan berwarna putih keabu-abuan, yang terakhir ini
khususnya bila terjadi pendarahan atau perubahan degeneratif didalam kista. Pada
pembukaan terdapat cairan lendir yang khas, kental seperti glatin, melekat dan
berwarna kuning sampai coklat tergantung dari percampurannya dengan darah.
Pada pemeriksaan mikroskopik tampak dinding kista dilapisi oleh epitel torak
tinggi dengan inti pada dasar sel, terdapat diantaranya sel-sel yang membundar
karena terisi lendir (goblet cells).
Sel-sel epitelyang terdapat dalam satu lapisan mempunyai potensi untuk tumbuh
seperti struktur kelenjar, kelenjar-kelenjar menjadi kista baru, yang menyebabkan
kista menjadi multilekuler. Jika terjadi sobekan pada dinding kista, maka sel-sel
epitel dapat tersebar pada permukaan peritoneum rongga perut, dan dengan
sekresinya menyebabkan pseudomiksoma peritonei.
Akibat pseudomiksoma peritonei ialah timbulnya penyakit menahun dengan
musin terus bertambah dan menyebabkan banyak perlekatan. Akhirnya, penderita
meninggal karena ileus dan/atau inanisi. Pada kista kadang-kadang dapat
ditemukan daerah padat, dan pertumbuhan papiler. Tempat-tempat tersebut perlu
diteliti dengan seksama oleh karena disitu ditemukan tanda-tanda ganas.
Keganasan ini terdapat kira-kira 5 10% dari kistadenoma mosinosum.
Penanganan
Penanganan terdiri atas pengangkatan tumor. Jika pada operasi sudah cukup besar
sehingga tidak tampak banyak sisa ovarium yang normal, biasanya dilakukan
pengangkatan ovarium beserta tuba (salpingo-ooforektomi). Pada waktu
mengangkat kista sedapat-dapatnya diusahakan mengangkatnya in toto tanpa
mengadakan pungsi dahulu, untuk mencegah timbulnya pseudomiksoma peritonei
karena tercecernya isi kista. Jika berhubung dengan besarnya kista perlu
dilakukan pungsi untuk mengecilkan tumor, lubang pungsi harus ditutup dengan
rapi sebelum mengeluarkan tumor dari rongga perut. Setelah kista diangkat, harus
dilakukan pemeriksaan histologik ditempat-tempat yang mencurigakan terhadap
kemungkinan keganasan. Waktu operasi, ovarium yang lain perlu diperiksa pula.
c. Kistadenoma ovarii serosum
Pada umumnya para penulis berrpendapat bahwa kista ini berasal dari epitel
permukaan ovarium (germinal epithetelium).
Angka kejadian
Kista ini ditemukan dalam frekuensi yang hampir sama dengan kistademona
mosinosum dan dijumpai pada golongan umur yang sama. Agak lebih sering
ditemukan kista bilateral (10 20 %); Hariadi (1970) dalam hal ini menemukan
frekuensi 19.7% , Sapardan (1970) 15% , Djaswadi (1970) 10.9% ; dan Gunawan
(1977) 20.3% . selanjutnya, di Surabaya Hariadi dan Gunawan menemukan angka
Gambaran klinik
Tidak ada ciri-ciri yang khas pada kista dermoid. Dinding kista kelihatan putih,
keabu-abuan, dan agak tipis. Konsistensi tumor sebagian kistik kenyal, dibagian
lain padat. Sepintas lalu kelihatan seperti kista berongga satu, akan tetapi bila
dibelah biasanya nampak satu kista besar dengan ruangan kecil-kecil dalam
dindingnya. Pada umumnya terdapat satu daerah pada dinding bagian dalam, yang
menonjol dan padat.
Tumor mengandung elemen-elemen ekstodermal, mesodermal, dan entodermal.
Maka dapat ditemukan kulit, rambut, kelenjar sebasea, gigi (ektodermal), tulang
rawan,
serat
otot
jaringan
ikat
(mesodermal),
dan
mukosa
traktus
betul-betul keras yang disebut fibroma durum; sebaliknya, ada yang cukup lunak
dan disebut fibroma molle.
Kalau tumor dibelah, permukaannya biasanya homogen. Akan tetapi, pada tumor
yang agak besar mungkin terdapat bagian-bagian yang menjadi cair karena
nekrosis.
Neoplasma ini terdiri atas jaringan ikat dengan sel-sel di tengah-tengah jaringan
kolagen. Selain mempunyai struktur fibroma biasa, kadang-kadang ada bagian
yang mengalami degenerasi hialin. Mungkin pula terdapat elemen-elemen otot
polos (fibroma ovarii) dan kelenjar-kelenjar kistik (kistadenoma ovarii). Fibroma
ovarii yang besar biasanya mumpunyai tangkai, dan dapat terjadi torsi dengan
tanda-tanda mendadak. Yang penting ialah bahwa pada tumor ini sering
ditemukan Sindroma Meigs.
Potensi keganasan pada fibroma ovarii sangat rendah, kurang dari 1 %.
Terapi
Terapi terdiri atas operasi ooforektomi. Sesudah operasi, ascites dan hidrotoraks
menghilang secara spontan.