Вы находитесь на странице: 1из 11

Makalah PDA (Persistent Ductus Arteriosus)

BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Duktus Arteriosus adalah saluran yang berasal dari arkus aorta ke VI pada janin yang
menghubungkan arteri pulmonalis dengan aorta desendens. Pada bayi normal duktus tersebut
menutup secara fungsional 10 15 jam setelah lahir dan secara anatomis menjadi
ligamentum arteriosum pada usia 2 3 minggu. Bila tidak menutup disebut Duktus
Arteriosus Persisten (Persistent Ductus Arteriosus : PDA).
Kegagalan penutupan ductus anterior (arteri yg menghubngkn aorta & arteri pulmonalis)
dalam minggu I kelahiran selanjutnya terjadi patensy / persisten pada pembuluh darah yang
terkena aliran darah dari tekanan > tinggi pada aorta ke tekanan yg > rendah di arteri
pulmonal menyebabkan Left to Right Shunt.
Penyakit jantung kongenital atau penyakit jantung bawaan adalah sekumpulan malformasi
struktur jantung atau pembuluh darah besar yang telah ada sejak lahir. Penyakit jantung
bawaan yang kompleks terutama ditemukan pada bayi dan anak. Apabila tidak dioperasi,
kebanyakan akan meninggal waktu bayi. Apabila penyakit jantung bawaan ditemukan pada
orang dewasa, hal ini menunjukkan bahwa pasien tersebut mampu melalui seleksi alam, atau
telah mengalami tindakan operasi dini pada usia muda.
Agar dapat memberikan asuhan keperawatan sebaik-baiknya, perlu mengetahui gejala-gejala
dini penyebab serta permasalahannya. Kita ketahui bahwa peran perawat yang paling utama
adalah melakukan promosi dan pencegahan terjadinya gangguan pada system sirkulasi,
sehingga dalam hal ini masyarakat perlu diberikan pendidikan kesehatan yang efektif guna
meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat.

1.2Rumusan Masalah
a.Bagaimana anatomi dari PDA(Patent Ductus Arterious)?
b.Apa pengertian dari penyakit PDA(Patent Ductus Arterious)?
c.Apa saja etiologi dari penyakit PDA(Patent Ductus Arterious)?
d.Bagaimana pathofisiologi dari penyakit PDA(Patent Ductus Arterious)?
e.Apa saja manifestasi klinis dari penyakit PDA(Patent Ductus Arterious)
f.Apa saja pemeriksaan diagnostik untuk penyakit PDA(Patent Ductus Arterious)?
g.Bagaimana penatalaksanaan untuk penyakit PDA(Patent Ductus Arterious)?
h.Apa saja komplikasi akibat penyakit PDA(Patent Ductus Arterious)?
i.Bagaimana prognosis dari penyakit PDA(Patent Ductus Arterious)?
j.Bagaimana konsep dasar asuhan keperawatam untuk penyakit PDA(Patent Ductus
Arterious)?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Menjelaskan pengertian dan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan PDA(Patent
Ductus Arterious) pada anak.
1.3.2 Tujuan Khusus
a.Mengetahui dan memahami anatomi PDA(Patent Ductus Arterious).
b.Mengetahui dan memahami definisi PDA(Patent Ductus Arterious).

c.Mengetahui dan memahami etiologi PDA(Patent Ductus Arterious).


d.Mengetahui dan memahami pathofisiologi PDA(Patent Ductus Arterious).
e.Menyebutkan dan memahami manifestasi klinis PDA(Patent Ductus Arterious).
f.Mengetahui dan memahami pemeriksaan penunjang pada PDA(Patent Ductus Arterious).
g.Mengetahui dan memahami penatalaksanaan klien dengan PDA(Patent Ductus Arterious).
h.Mengetahui dan memahami komplikasi dari PDA(Patent Ductus Arterious).
i.Mengetahui dan memahami prognosis PDA(Patent Ductus Arterious).
j.Mengetahui dan memahami pencegahan PDA(Patent Ductus Arterious).
k.Menjelaskan asuhan keperawatan pasien dengan PDA(Patent Ductus Arterious).
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Anatomi
Duktus arteriosus adalah pembuluh darah yang menghubungkan aliran darah pulmonal (arteri
pulmonalis) ke aliran darah sistemik (aorta) dalam masa kehamilan (fetus). Hubungan ini
(shunt) diperlukan oleh karena sistem respirasi fetus yang belum bekerja di dalam masa
kehamilan tersebut. Aliran darah balik fetus akan bercampur dengan aliran darah bersih dari
ibu (melalui vena umbilikalis) kemudian masuk ke dalam atrium kanan dan kemudian
dipompa oleh ventrikel kanan kembali ke aliran sistemik melalui duktus arteriosus, dan hanya
sebagian yang diteruskan ke paru.
Duktus Arteriosus adalah saluran yang berasal dari arkus aorta ke VI pada janin yang
menghubungkan arteri pulmonalis dengan aorta desendens. Pada bayi normal duktus tersebut
menutup secara fungsional 10 15 jam setelah lahir dan secara anatomis menjadi
ligamentum arteriosum pada usia 2 3 minggu. (Buku ajar kardiologi FKUI, 2001 ; 227)
Dinding duktus arteriosus terutama terdiri dari lapisan otot polos (tunika media) yang
tersusun spiral. Diantara sel-sel otot polos terdapat serat-serat elastin yang membentuk
lapisan yang berfragmen, berbeda dengan aorta yang memiliki lapisan elastin yang tebal dan
tersusun rapat (unfragmented). Sel-sel otot polos pada duktus arteriosus sensitif terhadap
mediator vasodilator prostaglandin dan vasokonstriktor (pO2). Setelah persalinan terjadi
perubahan sirkulasi dan fisiologis yang dimulai segera setelah eliminasi plasenta dari
neonatus. Adanya perubahan tekanan, sirkulasi dan meningkatnya pO2 akan menyebabkan
penutupan spontan duktus arteriosus dalam waktu 2 minggu.
2.2 Definisi
Duktus Arteriosus adalah saluran yang berasal dari arkus aorta ke VI pada janin yang
menghubungkan arteri pulmonalis dengan aorta desendens. Pada bayi normal duktus tersebut
menutup secara fungsional 10-15 jam setelah lahir dan secara anatomis menjadi ligamentum
arteriosus pada usia 2-3 minggu. Bila tidak menutup disebut Duktus Arteriosus Persistent.
(Buku ajar kardiologi FKUI, 2001)
Patent Duktus Arteriosus adalah kegagalan menutupnya ductus arteriosus (arteri yang
menghubungkan aorta dan arteri pulmonal) pada minggu pertama kehidupan, yang
menyebabkan mengalirnya darah dari aorta tang bertekanan tinggi ke arteri pulmonal yang
bertekanan rendah. (Suriadi, Rita Yuliani, 2001; 235)
Patent Duktus Arteriosus (PDA) adalah tetap terbukanya duktus arteriosus setelah lahir, yang
menyebabkan dialirkannya darah secara langsung dari aorta (tekanan lebih tinggi) ke dalam
arteri pulmoner (tekanan lebih rendah). (Betz & Sowden, 2002)
Duktus Arteriosus Persisten (DAP) adalah duktus arteriosus yang tetap terbuka setelah bayi
lahir. Kelainan ini merupakan 7 % dari seluruh penyakit jantung bawaan. Duktus Arteriosus
Persisten sering dijumpai pada bayi prematur. Insiden bertambah dengan berkurangnya masa

gestasi. (Mansjoer, Arif, dkk, 2000)


PDA merupakan kelainan dimana terdapat kegagalan ductus arterious utuk menutup setelah
lahir sehingga terdapat hubungan langsung antara aorta dengan erteri pulmunalis
(Wayan,2013)
Duktus Arteriosus Paten (PDA) adalah duktus arteriosus yang tetap terbuka setelah bayi lahir.
Kelainan ini merupakan 7% dari seluruh PJB. duktus arteriosus patent sering dijumpai pada
bayi premature,insidennya bertambah dengan berkurangnya masa gestasi
Dari beberapa definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa Patent Ductus Arteriosus (PDA)
atau Duktus Arteriosus Paten (DAP) adalah kelainan jantung kongenital (bawaan) dimana
tidak terdapat penutupan (patensi) duktus arteriosus yang menghubungkan aorta dan
pembuluh darah besar pulmonal setelah 2 bulan pasca kelahiran bayi. Biasanya duktus
arteriosus akan menutup secara normal dalam waktu 2 bulan dan meninggalkan suatu
jaringan ikat yang dikenal sebagai ligamentum arteriosum.
2.3 Etiologi
Penyebab terjadinya penyakit jantung bawaanbelum diketahui pasti,tetapi ada beberapa faktor
yang diduga mempunyai pengaruh pada peningkatan angka kejadian penyakit jantung
bawaan.
1. Faktor Prenatal
a.Ibu menderita penyakit infeksi: Rubella semasa trimester.
b.Ibu alkoholisme dan merokok
c.Umur ibu lebih dari 40 tahun
d.Ibu menderita penyakit diabetes melitu (DM) yang memerlukan insulin
e.Ibu meminum obat-obatan penenang atau jamu
f.Prematur
2. Faktor Genetik
a.Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan.
b.Ayah/ibu menderita penyakit jantung bawaan
c.Kelainan kromosom seperti Sindrom Down
d.Lahir dengan kelainan bawaanyang lain
(Buku Ajar Keperawatan Kardiovaskuler. Pusat Kesehatan Jantung dan Pembuluh Darah
Nasional Harapan Kita. 2001 : 109)
2.4 Pathofisiologi
Patent Ductus Arteriosus (PDA) adalah tetap terbukanya duktus arteriosus setelah lahir, yang
menyebabkan dialirkannya darah secaralangsung dari aorta (tekanan lebih tinggi) ke dalam
arteri pulmoner (tekanan lebih rendah). Aliran kiri ke kanan ini menyebabkan resirkulasi
darah beroksigen tinggi yang jumlahnya semakin banyak dan mengalir ke dalam paru, serta
menambah beban jantung sebelah kiri. Usaha tambahan dari ventrikel kiri untuk memenuhi
peningkatan kebutuhan ini menyebabkan pelebaran dan hipertensi atrium kiri yang progresif.
Dampak semuanya ini adalah meningkatnya tekanan vena dan kapiler pulmoner,
menyebabkan terjadinya edema paru. Edema paru ini menimbulkan penurunan difusi oksigen
dan hipoksia dan terjadi konstriksi arteriol paru yang progresif. Akan terjadi hipertensi
pulmoner dan gagal jantung kanan jika keadaan ini tidak dikoreksi melalui terapi medis atau
bedah.
Penutupan PDA terutama tergantung pada respons kontriktor dari duktus terhadap tekanan
oksigen dalam darah. Faktor lain yang mempengaruhi penutupan duktus adalah kerja
prostaglandin, tahapan pulmoner dan sistemik, besarnya duktus dan keadaan si bayi
(prematur atau cukup bulan). PDA lebih sering terdapat pada bayi prematur dan kurangdapat
ditoleransi karena mekanisme kompensasi jantungnya tidak berkembang baik dan pirau kiri
ke kanan itu cenderung lebih besar. (Bets & Sowden, 2002)

2.5 Manifestasi Klinis


Manifestasi klinis PDA pada bayi prematur sering disamarkan oleh masalah-masalah lain
yang berhubungan dengan prematur (misalnya sindrom gawat nafas). Tanda-tanda kelebihan
beban ventrikel tidak terlihat selama 4 6 jam sesudah lahir. Bayi dengan PDA kecil
mungkin asimptomatik, bayi dengan PDA lebih besar dapat menunjukkan tanda-tanda gagal
jantung kongestif (CHF) diantaranya :
1.Kadang-kadang terdapat tanda-tanda gagal jantung.
2.Machinery mur-mur persisten (sistolik, kemudian menetap, paling nyata terdengar di tepi
sternum kiri atas).
3.Tekanan nadi besar (water hammer pulses) / Nadi menonjol dan meloncat-loncat, Tekanan
nadi yang lebar (lebih dari 25 mmHg).
4.Takhikardia (denyut apeks lebih dari 170), ujung jari hiperemik.
5.Resiko endokarditis dan obstruksi pembuluh darah pulmonal.
6.Infeksi saluran nafas berulang, mudah lelah.
7.Apnea dan Tachypnea.
8.Nasal flaring dan Retraksi dada.
9.Hipoksemia
10.Peningkatan kebutuhan ventilator (sehubungan dengan masalah paru).
(Suriadi, Rita Yuliani, 2001 ; 236, Betz & Sowden, 2002 ; 376)
Jika PDA memiliki lubang yang besar, maka darah dalam jumlah yang besar akan membanjiri
paru-paru. Anak tampak sakit, dengan gejala berupa:
1.Tidak mau menyusu
2.Berat badannya tidak bertambah
3.Berkeringat
4.Kesulitan dalam bernafas
5.Denyut jantung yang cepat.
Timbulnya gejala tersebut menunjukkan telah terjadinya gagal jantung kongestif, yang
seringkali terjadi pada bayi prematur.
Manifestasi klinis menurut Kapita Selekta Kedokteran:
DAP Kecil,biasanya asimtomatik,dengan tekanan darah dan tekanan nadi dalam batas
normal.Jantung tidak membesar.Kadang teraba getaran bising di sela iga II kiri
sternum.Terdapat bising kontinu ( continous murmur,machinery murmur ) yang khas untuk
duktus arteriosus persisten di daerah subklavia kiri.
DAP Sedang.Gejala biasanya timbul pada usia 2-5 bulan tetapi tidak berat.Pasien mengalami
kesulitan makan,sering menderita infeksi saluran nafas,namun biasanya berat badan masih
dalam batas normal ,frekuensi nafas sedikit lebih cepat di banding dengan anak normal.Di
jumpai pulsus seler dan tekanan nadi lebih dari 40mmHg.Terdapat getaran bising di daerah
sela iga I-II para sterna kiri dan bising kontinu di sela iga II-III garis para sterna kiri yang
menjalar ke daerah sekitarnya.Juga sering di temukan bising middiastolik dini.
DAP Besar.Gejala tampak berat sejak minggu-minggu pertama kehidupan.Pasien sulit
makan dan minum hingga berat badannya tidak bertambah dengan memuaskan,tampak
dispneu atau takikpneu dan banyak berkeringat bila minum.Pada pemeriksaan tidak teraba
getaran bising sistolik dan pada auskultasi terdengar bising kontinu atau hanya bising
sistolik.Bising middiastolik terdengar di apeks Karena aliran darah berlebihan melalui katub
nitral (stenosis mitral relatif).Bunyi jantung II tunggal dank eras.Gagal jntung mungkin
terjadi dan biasanya di dahului infeksi saluran nafas bagian bawah.
DAP Besar dengan hipertensi pulmonal.Pasien duktus arteriosus besar apabila tidak di obati
akan berkembang menjadi hipertensi pulmonal akibat penyakit vaskuler paru,yakni suatu
komplikasi yang di takuti.Komplikasi ini dapat terjadi pada usia kurang dari 1th namun jauh
lebih sering terjadi pada tahun ke 2 atau ke 3.Komplikasi ini berkembang secara

progesif,sehingga akhirnya ireversibel,dan pada tahap tersebut operasi koreksi tidak dapat di
lakukan
2.6 Pemeriksaan Diagnostik
1.Analisis gas darah arteri
a.Biasanya menunjukkan kejenuhan yang normal karena paru overcirculation.
b.Ductus arteriosus besar dapat menyebabkan hypercarbia dan hypoxemia dari CHF dan
ruang udara penyakit (atelektasis atau intra-alveolar cairan / pulmonary edema).
c.Dalam kejadian hipertensi arteri pulmonal persisten (terus-menerus sirkulasi janin); kananke-kiri intracardiac shunting darah, aliran darah paru berkurang dengan dihasilkannya
hypoxemia, sianosis, dan mungkin acidemia hadir.
2.Foto thorak: Atrium ventrikel kiri membesar secara signifikan (kardiomegali), gambaran
vaskuler paru meningkat.
3.Ekokardiografi: Rasio atrium kiri terhadap pangkal aorta lebih dari 1,3:1 pada bayi cukup
bulan atau lebih dari 1,0 pada bayi praterm (disebabkan oleh peningkatan volume atrium kiri)
sebagai akibat dari pirau kiri ke kanan)
4.Pemeriksaan dengan Doppler berwarna: digunakan untuk mengevaluasi aliran darah dan
arahnya.
5.Elektrokardiografi (EKG): Bervariasi sesuai tingkat keparahan, pada PDA kecil tidak ada
abnormalitas, hipertrofi ventrikel kiri pada PDA yang lebih besar.
6.Kateterisasi jantung: Hanya dilakukan untuk mengevaluasi lebih jauh hasil ECHO atau
doppler yang meragukan atau bila ada kecurigaan efek tambahan lainnya.
7.Magnetic Resonance Imaging (MRI)
(Betz & Sowden. 2002 : 377)

2.7 Penatalaksanaan
1. Medis
a.Penatalaksanaan konservatif: Restriksi cairan dan pemberian obat-obatan: Furosemid (lasix)
diberikan bersama restriksi cairan untuk meningkatkan diuresis dan mengurangi efek
kelebihan beban kardiovaskuler. Pemberian indomethacin (inhibitor prostaglandin) untuk
mempermudah penutupan duktus, pemberian antibiotik profilaktik untuk mencegah
endokarditis bakterial.
b.Pembedahan: pemotongan atau pengikatan duktus.
c.Non pembedahan: penutupan dengan alat penutup dilakukan pada waktu kateterisasi
jantung. (Betz & Sowden. 2002 : 377-378)
2. Keperawatan
Pasien PDA baru dirawat di rumah sakit bila sedang mendapat infeksi saluran napas, karena
biasanya sangat dipsnea dan sianosis sehingga pasien terlihat payah. Masalah pasien yang
perlu diperhatikan ialah bahaya terjadinya gagal jantung, resiko terjadinya infeksi saluran
napas, kebutuhan nutrisi, gangguan rasa aman dan nyaman, kurangnya pengetahuan orang tua
mengenai penyakit.
a.Bahaya terjadinya gagal jantung
Dengan adanya pirau kiri dari kiri ke kanan darah yang mengalir ke bilik kanan menjadi lebih
banyak. Ini berarti beban arteri pulmonalis dan otot bilik kanan yang ototnya tidak setebal
bilik kiri akan menjadi lebih berat danakibatnya akan terjadi gagal jantung. Bayi memerlukan
perawatan yang baik dan pengawasan medis yang teratur agar bila terjadi sesuatu lekas
dapatdiambil tindakan, karena itu bayi harus secara teratur kontrol di bagian kardiologi atay
dokter yang menanganinya.

b.Resiko Infeksi Saluran Pernapasan


Pasien dengan pirau kiri ke kanan mudah mendapat infeksi saluran napas karena darah di
dalam paru-paru lebih banyak sehingga pertukaranoksigen tidak adekuat. Dalam perawatan
perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1)Ruangan harus cukup ventilasi, tetapi boleh terlalu dingin
2)Baringkan dengan kepala lebih tinggi (semi fowler)
3)Jika banyak lendir baringkan dengan letak kepala ekstensi dengan memberi ganjal di bawah
bahunya (untuk memudahkan lendir keluar).
4)Sering isap lendirnya, bila terlihat banyak lendir di dalam mulut, bila akan memberi
minum, atau bila akan mengubah sikap berbaringnya.
5)Ubah sikap berbaringnya setiap 2 jam. Lap dengan air hangat bagian yang tertekan dan
diberi bedak.
6)Bila dipnea sekali diberikan oksigen 2-4 L per menit. Lebih baik periksa astrup dahulu
untuk menentukan kebutuhan oksigen yang sebenarnya sesuai dengan kebutuhan.
7)Observasi tanda vital
c.Kebutuhan nutiri
Karena bayi susah makan/minum susu maka masukan nutrisi tidak mencukupi kebutuhannya
untuk pertumbuhan. Kecukupan makanan sangat diperlukan untuk mempertahankan
kesehatan bayi sebelum dioperasi. Makanan yang terbaik adalah ASI, jika tidak ada ASI
diganti dengan susu formula yang cocok. Berikan makanan tambahan yang sesuai dengan
umurnya misalnya buah, biskuit, bubur susu atau tim saring.
Bayi yang sangat dipsnea susah mengisap dot atau menetek, maka perlu dipasang infus untuk
memenuhi kalori dan dapat juga untuk memasukkan obat secara intravena atau untuk koreksi
asidosis. Infus biasanya diberikan cairan 3:1, yaitu glukosa 5% dikombinasi dengan NaCL
0,9 %. Perhatikan tetesan tidak boleh terlalu cepat karena memnambah bebankerja jantung.
d.Gangguan rasa aman dan nyaman
1)Baringkan semifowler untuk menghindari isi rongga perut mendesak paru.
2)Berikan oksigen sesuai dengan keadaan sianosisnya (rumus 1-2 L/menit)
3)Ubah posisi tidur setiap 2-3 jam, lap tubuhnya supaya kering, kemudian dibedaki, hati-hati
debu bedak terhirup yang menyebabkan pasien batuk.
4)Selimuti pasien agar tidak kedinginan tetapi tidak boleh mengganggu pernapasan
5)Hati-hati jika menghisap lendir, jangan memacu mundurnya kateter.
6)Jika bekas infis terjadi hematoma, oleskan jel thrombophob atau kompres dengan alkohol.
7)Jika orang tua tidak menunggui harus lebih diperhatikan, ajak berbicara walaupun pasien
seorang bayi.
8)Kurang pengetahuan orang tua mengenai penyakit
Orang tua pasien perlu dibertahu bahwa pengobatan anaknya hanya dengan jalan operasi.
Selama operasi belum dilakukan anak akan selalu menderita infeksi saluran pernapasan
berulang, sedangkan untuk operasi diperlukan kesehatan tubuh yang baik karenanya anak
perlu perawatan yang cermat.
1)Anak harus mendapatkan makanan yangcukup bergizi. Susu boleh diberikan lebih banyak
karena biasanya nafsu makannya kurang.
2)Hindarkan kontak dengan orang/anak yang sedang sakit misalnya batuk, pilek.
3)Hindarkan bayi/anak kontak dengan banyak orang untuk mencegah infeksi (bila tidak perlu
sekali tidak usah dibawa ke luar rumah)
4)Agar secara teratur dibawa kontrol di bagian kardiologi. Bila mendapat obat harus
diberikan dengan benar.
5)Usahakan agar lingkungan ruah bersih. Rumah cukup ventilasi dan sinar matahari, tetapi
kamar tidur jangan dingin. Bila menggunakan AC, pasien harus diselimuti tetapi tidak

membebani pernapasannya. Jangan mandi terlalu pagi atau terlalu sore dan harus
menggunakan air hangat. (Ngastiyah. 2005 : 95-98)
2.8 Komplikasi
Sebuah ductus arteriosus paten kecil mungkin tidak menimbulkan komplikasi. Namun cacat
yang lebih besar yang tidak diobati dapat berakibat buruk, antara lain :
1.Tekanan darah tinggi di paru-paru (hipertensi pulmonal). Bila terlalu banyak darah terus
beredar melalui jantung arteri utama melalui patent ductus arteriosus, dapat menyebabkan
hipertensi pulmonal. Pulmonary hypertension can cause permanent lung damage. Hipertensi
paru dapat menyebabkan kerusakan paru-paru permanen. Sebuah ductus arteriosus paten
yang besar dapat menyebabkan Eisenmengers syndrome, suatu jenis ireversibel hipertensi
paru.
2.Gagal jantung. Sebuah paten ductus arteriosus pada akhirnya dapat menyebabkan otot
jantung melemah, menyebabkan gagal jantung. Gagal jantung adalah suatu kondisi kronis di
mana jantung tidak dapat memompa secara efektif.
3.Infeksi jantung (endokarditis). Orang-orang dengan masalah jantung struktural, seperti
patent ductus arteriosus, berada pada risiko tinggi infeksi endokarditis daripada populasi
umum. Endokarditis infeksi adalah suatu peradangan pada lapisan dalam jantung yang
disebabkan oleh infeksi bakteri.
4.Detak jantung tidak teratur (aritmia). Pembesaran hati karena ductus arteriosus paten
meningkatkan resiko aritmia. Ini biasanya terjadi peningkatan risiko hanya dengan ductus
arteriosus paten yang besar.
5.Gagal ginjal
6.Obstruksi pembuluh darah pulmonal
7.Hepatomegali (jarang terjadi pada bayi prematur)
8.Enterokolitis nekrosis
9.Gangguan paru yang terjadi bersamaan (misalnya sindrom gawat nafas atau displasia
bronkkopulmoner)
10.Perdarahan gastrointestinal (GI), penurunan jumlah trombosit
11.Hiperkalemia (penurunan keluaran urin)
12.CHF
13.Gagal tumbuh
(Betz & Sowden, 2002 ; 376-377, Suriadi, Rita Yuliani, 2001 ; 236)
2.9 Prognosis
Jika PDA relatif kecil, gejala yang ditimbulkan pada jantung kemungkinan dapat
berkembang. Pasien dengan PDA yang cukup besar, masalah yang ditimbulkan pada jantung
dapat diminimalisir dengan tindakan bedah.
Tindakan dengan mengunakan pengobatan dapat diandalkan dalam beberapa situasi, dengan
sedikit efek samping. Pengobatan yang dilakukan sesegera mungkin, akan menunjukkan hasil
yang lebih baik.
Pembedahan dapat membawa beberapa resiko yang signifikan pada jantung, pembedahan
dapat menghilangkan beberapa masalah yang ditimbulkan oleh PDA, tapi ini juga dapat
mneimbulkan masalah baru. Keuntungangn dan resiko lebih baik dikaji lebih mendalam
sebelum dilakukan sebuah pembedahan.
BAB III
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses yang
sistematis dalam pengumpulan data. Pengkajian keperawatan ditujukan pada respon klien
terhadap masalah-masalah kesehatan yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan dasar
manusia (Nursalam, 2001, hal. 17-18).
1.Pengumpulan Data
Data-data yang dikumpulkan atau dikaji meliputi :
a.Identitas Pasien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat rumah, agama atau kepercayaan, suku bangsa,
bahasa yang dipakai, status pendidikan dan pekerjaan pasien.
b.Keluhan Utama
Pasien dengan PDA biasanya merasa lelah, sesak napas.
c.Riwayat Penyakit Sekarang
Pada pasien PDA, biasanya akan diawali dengan tanda-tanda respiratory distress, dispnea,
tacipnea, hipertropi ventrikel kiri, retraksi dada dan hiposekmia.
d.Riwayat Penyakit Dahulu
Perlu ditanyakan apakah pasien lahir prematur atau ibu menderita infeksi dari rubella.
e.Riwayat Penyakit Keluarga
Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit PDA karena PDA
juga bisa diturunkan secara genetik dari orang tua yang menderita penyakit jantung bawaan
atau juga bisa karena kelainan kromosom.
f.Riwayat Psikososial
Meliputi tugas perasaan anak terhadap penyakitnya, bagaimana perilaku anak terhadap
tindakan yang dilakukan terhadap dirinya, perkembangan anak, koping yang digunakan,
kebiasaan anak, respon keluarga terhadap penyakit anak, koping keluarga dan penyesuaian
keluarga terhadap stress.
2.Pengkajian Keperawatan
1)Aktivitas / istirahat
Gejala : Kelemahan, kelelahan. Pusing, rasa berdenyut. Gangguan tidur.Tanda : Takikardi,
gangguan pada TD. Dispnea
2)SirkulasiGejala : Riwayat kondisi pencetus, contoh demam rematik, hipertensi, kondisi
kongenital (kerusakan atrial-septal ). Riwayat murmur jantung, palpitasi. Batuk dengan /
tanpa produksi sputum
Tanda : Sistolik TD menurun. Tekanan nadi : penyempitan (SA); luas (IA). Nadi karotid :
lambat dengan volume nadi kecil (SA); bendungan dengan pulsasi arteri terlihat (IA). Nadi
apikal : PMI kauat dan terletak di bawah kanan dan kiri (IM);secara lateral kuat dan
perpindahan tempat (IA). Murmur : murmur sistolik pada area pulmonik (IP). Bunyi renadah,
murmur diastolik gaduh (SM). Murmur sitolik terdengar baik pada apek (MR ). Murmur
sistolik terdengar baik pada dasar dengan penyebaran ke leher ( SA ).
3)Integritas Ego
Gejala : Tanda kecemasan, contoh gelisah, pucat, berkeringat, fokus menyempit, gemetar.
4)Makanan / cairan
Gejala : Disfagia ( IM kronis ). Perubahan bb. Penggunaan deuretikTanda : Edema umum.
Hepatomegali dan ascites. Hangat, kemerahan dan kulit lemabab. Pernafasan payah dan
bising dengan terdengar krekles dan mengi.
5)Neurosensori
Gejala : Pusing / pingsan karena aktivitas yang berlebihan
6)Nyeri / kenyamanan
Gejala : Nyeri dada, angina. Nyeri dada nion angina / tidak khas
7)Pernapasan

Gejala : Dispnae. Batuk menetap


Tanda : Takipnae. Bunyi napas mengih. Sputum banyak dan bercak darah ( edema
pulmunal ).
8)Keamanan
Gejala : Proses infeksi, kemoterapi radiasi. Adanya perawatn gigi
Tanda : Perawatan gigi / mulut
3.Gangguan Tumbuh Kembang Anak
Pada bayi PDA ini bisa dikenali dari sejumlah gejala, misalnya lekas letih, sering panas dan
batuk, ada gangguan atau sering berhenti saat menyusu ibunya untuk bernapas. Gejala khas
lainnya adalah biru pada ujung kuku-kuku dan lidah. Dengan gejala tersebut dapat
menganggu tumbuh kembang anak sesuai dengan tahapan mestinya.
3.2Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan ini menggunakan pemeriksaan persistem dari B1-B6
a.Pernafasan B1 (Breath)
Nafas cepat, sesak nafas ,bunyi tambahan ( marchinery murmur ),adanyan otot bantu nafas
saat inspirasi, retraksi.
b.Kardiovaskuler B2 ( Blood)
Jantung membesar, hipertropi ventrikel kiri, peningkatan tekanan darah sistolik, edema
tungkai, clubbing finger, sianosis.
c. Persyarafan B3 ( Brain)
Otot muka tegang, gelisah, menangis, penurunan kesadaran.
d.Perkemihan B4 (Bladder)
Produksi urin menurun (oliguria).
e.Pencernaan B5 (Bowel)
Nafsu makan menurun (anoreksia), porsi makan tidak habis.
f.Muskuloskeletal/integument B6 (Bone)
Kemampuan pergerakan sendi terbatas, kelelahan
3.3Diagnosa Keperawatan
a.Penurunan curah jantung berhubungan dengan malforasi jantung
b.Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik
c.Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kongesti pulmonal
d.Perubahan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan tidak adekuatnya suplay
oksigen dan zat nutrisi ke jaringan
e.Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
f.kelelahan pada saat makan dan meningkatnya kebutuhan kalori
g.Resiko infeksi berhubungan dengan menurunya status kesehatan
h.Kecemasan orang tua berhubungan dengan kurang pengetahuan orang tua dan hospitalisasi.
3.4Intervensi dan Implementasi
3.5Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan, dimana evaluasi adalah
kegiatan yang dilakukan secara terus menerus dengan melibatkan pasien, perawat, dan
anggota tim kesehatan lainnya.
Tujuan dari evaluasi ini adalah untuk menilai apakah tujuan dalam rencana keperawatan
tercapai dengan baik atau tidak dan untuk melakukan pengkajian ulang (US. Midar H, dkk,

1989).
Evaluasi yang diharapkan pada penyakit PDA pada anak adalah:
1.Anak akan menunjukkan tanda-tanda membaiknya curah jantung
2.Anak akan menunjukkan tanda-tanda tidak adanya peningkatan resistensi pembuluh paru
3.Anak akan mempertahankan tingkat aktivitas yang adukuat
4.Anak akan tumbuh sesuai dengan kurva pertumbuhan berat dan tinggi badan
5.Anak akan mempertahankan intake makanan dan minuman untuk mempertahankan berat
badan dan menopang pertumbuhan
6.Anak tidak akan menunjukkan tanda-tanda infeksi
7.Orang tua akan mengekspresikan perasaannya akibat memiliki anak dengan kelainan
jantung, mendiskusikan rencana pengobatan, dan memiliki keyakinan bahwa orang tua
memiliki peranan penting dalam keberhasilan pengobatan.
3.6Discharge Planning
1)Kontrol sesuai waktu yang ditentukan
2)Jelaskan kebutuhan aktiviotas yang dapat dilakukan anak sesuai dengan usia dan kondisi
penyakit
3)Mengajarkan ketrampilan yang diperlukan di rumah, yaitu :
a.Teknik pemberian obat
b.Teknik pemberian makanan
c.Tindakan untuk mengatasi jika terjadi hal-hal yang mencemaskan tanda-tanda komplikasi,
siapa yang akan dihubungi jika membutuhkan pertolongan.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Patent Ductus Arteriosus (PDA) atau Duktus Arteriosus Paten (DAP) adalah kelainan jantung
kongenital (bawaan) dimana tidak terdapat penutupan (patensi) duktus arteriosus yang
menghubungkan aorta dan pembuluh darah besar pulmonal setelah 2 bulan pasca kelahiran
bayi. Biasanya duktus arteriosus akan menutup secara normal dalam waktu 2 bulan dan
meninggalkan suatu jaringan ikat yang dikenal sebagai ligamentum arteriosum.
4.2 Saran
1.Bagi Ibu dan Keluarga Penderita
a.Setelah mengetahui mengetahui PDA, ibu dan keluarga penderita diharap bisa memberikan
perawatan yang optimal bagi anaknya, senantiasa menjaga kesehatan anak, serta senantiasa
optimis bahwa penyakit anaknya dapat disembuhkan.
b.Bagi ibu yang sedang hamil, diharap memeriksakan kehamilannya secara rutin mengingat
bahwa penyakit PDA dapat disebabkan oleh infeksi virus rubella ketika prenatal.
2.Bagi Tenaga Kesehatan
Tenaga kesehatan yang merawat penderita PDA diharap bisa memberikan perawatan terbaik
untuk mengobati dan merawat penderita.
3.Bagi Masyarakat
Masyarakat diharap mampu memberikan dukungan secara psikologis untuk membantu proses
penyembuhan penderita PDA serta mensuport keluarga penderita.
4.Bagi Mahasiswa
Diharapkan mahasiswa dapat memberikan asuhan keperawatan kepada penderita PDA
dengan baik untuk mengurangi komplikasi yang lebih buruk

DAFTAR PUSTAKA
Anonym. 2013. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Penyakit Jantung Bawaan Patent
Ductus Arteriosus (PDA).http://askepkesehatan08.wordpress.com/2013/07/16/asuhankeperawatan-pada-pasien-dengan-penyakit-jantung-bawaan-patent-ductus-arteriosus-pda/.
Diakses Kamis 12 Juni 2014 pukul 10.43
Anonym. Penyakit Jantung Bawaan. http://www.penyakitjantung.net/penyakit-jantungbawaaan . Diakses Rabu 11 Juni 2014 pukul 21.22
Anonym. 2010. Asuhan Keperawatan Anak Dengan Kasus PDA.
http://kumpulanmaterikeperawatan.blogspot.com/2010/04/asuhan keperawatan-anak-dengankasus-4015.html . Diakses Rabu 11 Juni 2014 pukul 21.53
Anonym. Asuhan Keperawatan Patent Ductus Arterious.
http://ilirdha.wordpress.com/category/asuhan-keperawatan-patent-ductus-arterious-pda.html .
Diakses Rabu 11 Juni 2014 pukul 12.20
Anonym. 2009. Konsep Dasar Patent Arteriousus.
http://mvzpry.blogspot.com/2009/05/konsep-dasar-patent-arteriousus.html . Diakses Rabu 11
Juni 2014 pukul 12.45
Anonym. 2014. Patent Ductus Arterious (PDA)
http://putrakietha.blogspot.com/2014/04/patent-ductus-arteriosus-pda-html . Diakses Rabu 11
Juni 2014 pukul 13.10
Kasron.2012.Gangguan Sistem Kardiovaskuler.Yogyakarta : Muha Medika
Muttaqin Arif.2009.Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskuler.Jakarta: Salemba Medika
M.TierneyLawrence,dkk.2002.Diagnosis dan Terapi Kedokteran Ilmu Penyakit
Dalam.jakarta: Salemba Medika
Menjoer Arif,dkk.2000.Kapita Selekta Kedokteran.Jakarta: Media Aesculapius Fakultas
Kedokteran UI
Putri. 2010. Askep Patent Ductus Arterios (PDA).
http://putrisayangbunda.blog.com/2010/08/29/askep-patent-ductus-arterios-pda.html .
Diakses Rabu 11 Juni 2014 pukul 12.18
Rubenstein David,dkk.2005.Lecture Notes Kedokteran Klinis.Jakarta: Erlangga
Sudarta I Wayan.2013.Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Cardiovaskuler.Yogyakarta: Gosyen Publishing
Terry. 2011. Asuhan Keperawatan klien dengan PDA.
http://terrylay.blogspot.com/2011/11/asuhan-keperawatan-klien-dengan-pda-html . Diakses
Rabu 11 Juni 2014 pukul 21.17

Вам также может понравиться