Вы находитесь на странице: 1из 18

TUGAS 2

MAKNA ARSITEKTUR
(RA 141362)

Nama Dosen :
Endrotomo
Nama Anggota :
Anastasia Maria Delfiera S. 3213100039
Zahra Amiratiara Salma
3213100055
Dwita Hapsarie Riandhini
3213100071

JURUSAN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNOLOGI SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA

KATA PENGANTAR

Dengan mengucap syukur kepada Allah SWT, penulis dapat menyelesaikan portofolio tugas 2 mata
kuliah Makna Arsitektur dengan baik, dan tepat pada waktu. Portofolio ini berisi tentang pengertian
dan teori tentang simbol dan hubungannya dalam arsitektur dengan kajian obyek arsitektur untuk
memahami makna arsitektur. Penulis mengucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang membantu
dan membimbing dalam proses dibuatnya portofolio ini. Tanpa kehadiran dan dukungan dari banyak
pihak penulis tidak akan dapat menyelesaikan portofolio dengan baik, Penulis menyadari bahwa
dalam portofolio ini masih jauh dari sempurna. Banyak dijumpai kekurangan yang tentunya membuat
portofolio ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu Penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya,
dan membuka pintu sebesar besarnya untuk kritik yang dapat membangun dari para pembaca Akhir
kata, Penulis berharap agar portofolio yang jauh dari kesempurnaan ini dapat memberikan suatu ilmu
dan pemikiran baru bagi Pembaca pmengenai makna dalam sebuah obyek arsitetur. Terlepas dari itu,
Penulis mengharapkan agar karya ini dapat memberikan manfaat tertentu bagi Pembaca.

Surabaya, 22 Maret 2016

Tim Penyusun

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. BANGUNAN ARSITEKTUR NUSANTARA (ISTANO BASO)
Istano Basa yang lebih terkenal dengan nama Istana Pagaruyung, adalah sebuah istana yang
terletak di kecamatanTanjung Emas, kota Batusangkar, kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat.
Istana ini merupakan objek wisata budaya yang terkenal di Sumatera Barat.
Istano Basa yang berdiri sekarang sebenarnya adalah replika dari yang asli. Istano Basa asli
terletak di atas bukit Batu Patah dan terbakar habis pada sebuah kerusuhan berdarah pada
tahun 1804. Istana tersebut kemudian didirikan kembali namun kembali terbakar tahun 1966.
Proses pembangunan kembali Istano Basa dilakukan dengan peletakan tunggak tuo (tiang
utama) pada 27 Desember 1976oleh Gubernur Sumatera Barat waktu itu, Harun Zain. Bangunan
baru ini tidak didirikan di tapak istana lama, tetapi di lokasi baru di sebelah selatannya. [1]. Pada
akhir 1970-an, istana ini telah bisa dikunjungi oleh umum.

Komplek Istano Basa Pagaruyung yang mulai dibangun pada tanggal 27 Desember
1976 ini adalah nama tempat tinggal keluarga kerajaan Minangkabau yang sekaligus
menjadi Pusat Kerajaan Minangkabau pada masanya, konstruksi bangunannya
berbeda dengan rumah tempat tinggal rakyat.
Dimasa Kerajaan Minangkabau Istano Basa Pagaruyung memainkan peran
ganda, sebagai rumah tempat tinggal keluarga kerajaan dan sebagai Pusat

Pemerintahan. Kerajaan Minangkabau yang dipimpin oleh seorang raja yang dikenal
Rajo Alam atau Raja Diraja Kerajaan Minangkabau.
Kepimpinan Rajo Alam dikenal dengan Tali Tigo Sapilin dan Pemerintahannya
dikenal dengan Tungku Tigo Sajarangan.

Rumah

Gadang

Minangkabau

dibangun berdasarkan mufakat semua anggota kaum dan atas persetujuan


Panghulu Nagari dan dibiayai oleh Suku ( paruik ) serta Rumah Gadang berfungsi
sebagai tempat pelaksanaan adat dalam kehidupan masyarakat, dan Rumah
Gadang

merupakan

bukti

nyata

kemampuan

adat

dalam

mempersatukan

kepentingan, inspirasi dan kebutuhan anggota kaum untuk menciptakan iklim dan
kehidupan yang damai, adil dan harmonis dibawah penghulu kaum.

1.2. BANGUNAN MODERN (MASJID KUBAH EMAS)


Masjid Dian Al Mahri dikenal juga dengan nama Masjid Kubah Emas adalah sebuah
masjid yang dibangun di tepi jalan Raya Meruyung, Limo, Depok di Kecamatan
Limo, Depok. Masjid ini selain sebagai menjadi tempat ibadah salat bagi umat
muslim sehari-hari, kompleks masjid ini juga menjadi kawasan wisata keluarga dan
menarik perhatian banyak orang karena kubah-kubahnya yang dibuat dari emas.
Selain itu karena luasnya area yang ada dan bebas diakses untuk umum, sehingga
tempat ini sering menjadi tujuan liburan keluarga atau hanya sekadar dijadikan
tempat beristirahat.

Masjid ini dibangun oleh Hj.


Dian Djuriah Maimun Al Rasyid,
pengusaha asal Banten, yang telah
membeli tanah ini sejak tahun
1996. Masjid ini mulai dibangun
sejak

tahun

2001

dan

selesai

sekitar akhir tahun 2006. Masjid ini


dibuka untuk umum pada tanggal 31 Desember 2006, bertepatan dengan Idul Adha
yang kedua kalinya pada tahun itu. Dengan luas kawasan 50 hektare, bangunan
masjid ini menempati luas area sebesar 60 x 120 meter atau sekitar 8000 meter
persegi. Masjid ini sendiri dapat menampung sekitar kurang lebih 20.000 jemaah.
Kawasan masjid ini sering disebut sebagai kawasan masjid termegah di Asia
Tenggara.
Masjid Dian Al Mahri memiliki 5 kubah. Satu kubah utama dan 4 kubah kecil.
Uniknya, seluruh kubah dilapisi emas setebal 2 sampai 3 milimeter dan mozaik
kristal. Bentuk kubah utama menyerupai kubah Taj Mahal. Kubah tersebut memiliki
diameter bawah 16 meter, diameter tengah 20 meter, dan tinggi 25 meter.
Sementara 4 kubah kecil memiliki diameter bawah 6 meter, tengah 7 meter, dan
tinggi 8 meter. Selain itu di dalam masjid ini terdapat lampu gantung yang
didatangkan langsung dari Italia seberat 8 ton.
Selain itu, relief hiasan di atas tempat imam juga terbuat dari emas 18 karat.
Begitu juga pagar di lantai dua dan hiasan kaligrafi di langit-langit masjid.
Sedangkan mahkota pilar masjid yang berjumlah 168 buah berlapis bahan prado
atau sisa emas.
Secara umum, arsitektur masjid mengikuti tipologi arsitektur masjid di Timur
Tengah dengan ciri kubah, minaret (menara), halaman dalam (plaza), dan
penggunaan detail atau hiasan dekoratif dengan elemen geometris dan obelisk,
untuk memperkuat ciri keislaman para arsitekturnya. Ciri lainnya adalah gerbang
masuk berupa portal dan hiasan geometris serta obelisk sebagai ornamen.
Halaman dalam berukuran 45 x 57 meter dan mampu menampung 8.000
jemaah. Enam menara (minaret) berbentuk segi enam atau heksagonal, yang

melambangkan rukun iman, menjulang setinggi 40 meter. Keenam menara itu


dibalut batu granit abu-abu yang diimpor dari Italia dengan ornamen melingkar. Pada
puncaknya terdapat kubah berlapis mozaik emas 24 karat. Sedangkan kubahnya
mengacu pada bentuk kubah yang banyak digunakan masjid-masjid di Persia dan
India. Lima kubah melambangkan rukun Islam, seluruhnya dibalut mozaik berlapis
emas 24 karat yang materialnya diimpor dari Italia.
Pada bagian interiornya, masjid ini menghadirkan pilar-pilar kokoh yang
menjulang tinggi guna menciptakan
skala ruang yang agung. Ruang masjid
didominasi warna monokrom dengan
unsur

utama

warna

krem,

untuk

memberi karakter ruang yang tenang


dan hangat. Materialnya terbuat dari
bahan marmer yang diimpor dari Turki
dan Italia. Di tengah ruang, tergantung
lampu yang

terbuat dari kuningan

berlapis emas seberat 2,7 ton, yang


pengerjaannya digarap ahli dari Italia.

BAB II
PEMBAHASAN
Memahami symbol dan menciptakannya ialah salah satu keunggulan manusia yang
tidak dimiliki oleh makhluk hidup lainnya. Penggunaan symbol- symbol ini sudah ada
sejak zaman sejarah, seiring perkembangan pemikiran sejarah. Dalam kamus
bahasa Indonesia disebutkan bahwa symbol adalah lukisan, perkataan, lencana dan
sebagainya yang menyatakan sesuatu hal atau mengandung maksud tertentu.
Secara etimologi, symbol berasal dari bahasa Yunani Symbolos yang berarti tanda,
atau ciri yang memberitahukan sesuatu kepada seseorang. Namun Sussane Langer
melihat Simbol dan tanda sebagai dua hal yang berbeda. Tiga macam tanda:
1.

Tanda alamiah, seperti asap ialah tanda adanya api,

hubungannya sederhana, saling berpasangan dan menunjuk.


2. Tanda buatan, tanda hasil persetujuan

bersama

(konvensi), seperti bunyi peluit kereta menandakan kereta akan berangkat.


3. Tanda pengganti, tanda ini sudah mendekati symbol
karena digunakan untuk merepresentasikan sesuatu secara terpisah.
Dalam tradisi Semiotik terdapat teori Simbol yang dipelopori oleh Susanne
Langer. Teori simbol yang diciptakan oleh Susanne Langer, penulis Philosophy in a
New Key ini sangat terkemuka dan sangat bermanfaat. Teori Langer bermanfaat
karena teori ini menegaskan beberapa konsep dan istilah yang biasa digunakan
dalam bidang komunikasi. Teori ini memberikan sejenis standarisasi untuk tradisi
semiotik dalam kajian komunikasi. Langer yang seorang ahli filsafat menilai simbol
sebagai hal yang sangat penting dalam ilmu filsafat, karena simbol menjadi
penyebab dari semua pengetahuan dan pengertian yang dimiliki manusia. Menurut
Langer, kehidupan binatang diatur oleh perasaan (feeling), tetapi perasaan manusia
diperantarai oleh sejumlah konsep, simbol, dan bahasa. Binatang memberikan
respons terhadap tanda, tetapi manusia membutuhkan lebih dari sekadar tanda,
manusia membutuhkan simbol.
Tanda (sign) adalah sebuah stimulus yang menandakan kehadiran dari suatu
hal. Sebuah tanda berkaitan erat dengan makna dari kejadian sebenarnya.
Hubungan ini disebut pemaknaan (sratification). Sedangkan simbol adalah suatu

instrumen pikiran (instrumen of thought). Simbol adalah konseptualisasi manusia


tentang suatu hal; sebuah simbol ada untuk sesuatu.kemudian simbol merupakan
inti dari kehidupan manusia dan proses sismbolisasi penting juga untuk manusia
seperti halnya makan dan tidur.
Langer memandang makna sebagai suatu hubungan yang kompleks diantara
simbol, objek dan orang. Jadi, makna terdiri atas aspek logis dan aspek psikologis.

Aspek logis adalah hubungan antara simbol dan referennya

dinamakan denotasi (denotation). Contohnya : jaket adalah busana yang


dipakai saat cuaca dingin dan panas.
Aspek atau makna psikologis adalah hubungan antara simbol
dan orang, yang disebut konotasi (connatition). Contohnya : saya tidak suka
memakai jaket karena saya sering merasa gerah.
Setiap simbol atau seperangkat simbol menyampaikan suatu konsep yaitu suatu ide
umum, pola, atau bentuk. Menurut Langer, konsep adalah makna bersama diantara
sejumlah komunikator yang merupakan denotasi dari simbol. Sebaliknya gambaran
personal (personal image) adalah pengertian yang bersifat pribadi (Private
conception). Misalnya: lukisan dapat di lihat oleh dua orang adalah sama-sama
lukisan, tetapi sudut pandang dari keduanya beda.
Langer memandang makna sebagai sebuah hubungan kompleks di antara
simbol, objek dan manusia yang melibatkan denotasi (makna bersama) dan konotasi
(makna pribadi). Abstraksi, sebuah proses pembentukan ide umum dari sebentuk
keterangan konkret, berdasarkan pada denotasi dan konotasi dari simbol. Langer
mencatat bahwa proses manusia secara utuh cenderung abstrak. Ini adalah sebuah
proses yang mengesampingkan detail dalam memahami objek, peristiwa atau situasi
secara umum. Sebagai contoh, kata anjing secara denotatif mengacu pada sebuah
binatang berkaki empat, tetapi bukan gambaran secara keseluruhan, tingkatan detail
apa pun atau abstraksi selalu menyisakan sesuatu. Semakin abstrak simbol,
gambaran semakin kurang lengkap. Seekor anjing adalah mamalia, yaitu seekor
binatang, seekor binatang adalah organisme, yaitu benda hidup. Setiap istilah dalam
rangkaian ini lebih mendetail, sehingga lebih abstrak daripada istilah sebelumnya.
Signifikansi

sebenarnya

dari

bahasa

adalah

wacana,

yang

di

dalamnya

menghubungkan kata-kata menjadi kalimat dan paragraf. Wacana mengekspresikan


proposisi, di mana simbol-simbol kompleks yang menghadirkan sebuah gambaran
dari sesuatu. Organisasi dan kombinasi bahasa berpotensi membuat bahasa benar-

benar kaya dan sarana yang tidak tergantikan bagi umat manusia. Dengan bahasa,
kita berpikir, merasa dan berkomunikasi. Langer menyebut hal ini dengan
simbolisme tidak berhubungan (discursive symbolism).
Asumsi dasar teori ini adalah bahwa simbolisme mendasari pengetahuan dan
pemahaman semua manusia. Simbol adalah konseptualisasi manusia tentang suatu
hal, dan sebuah simbol ada untuk sesuatu.

BAB III
STUDI KASUS
Sussane Langer yang seorang ahli filsafat menilai simbol sebagai hal yang
sangat penting dalam ilmu filsafat, karena simbol menjadi penyebab dari semua
pengetahuan dan pengertian yang dimiliki manusia dan dapat disimpulka bahwa
menurut Langer simbol dapat dibedakan menjadi dua yaitu denotatif dan konotatif.
Berdasarkan Teori simbol Langer kami akan mengkaji simbol simbol denotatif dan
konotatif yang terdapat pada bangunan Majid Kubah Emas dan Istana Pagaruyung.

1.1. BANGUNAN ARSITEKTUR NUSANTARA (ISTANA


PAGARUYUNG)
Wujud fisik rumah gadang secara keseluruhan yang terbagi atas kaki badan dan
kepala yang pada

dasarnya terbentuk dari

geometri-geometri

sederhana.

Selain itu, denah rumah gadang sangat sederhana yaitu persegi panjang dengan
pembagian ruang yang juga sederhana, massa badan bangunan juga sederhana
dengan hanya menerapkan geometri-geometri dalam kaidah bidang planar. Denah
dan massa badan bangunan rumah gadang yang sederhana ini pada dasarnya
merupakan simbol dari hal yang lebih bersifat non-fisik atau dapat dikatan sebagai
simbol diskursif seperti cara hidup dan kepercayaan. Simbol ini memiliki arti tentang
cara hidup masyarakat Minangkabau yang dipengaruhi oleh sistem genealogis
matrilineal yang mereka anut dimana posisi kaum perempuan dalam masyarakat
dianggap penting, kepercayaan yang mereka anut yaitu agama Islam yang
mempengaruhi batasan ruang antara perempuan dan laki-laki, yang kesemuanya

mempunyai penjelasan yang amat panjang dan rumit, tergambar dalam denah yang
sederhana ini.

Namun ada perbedaan saat melihat bentuk atap rumah gadang yang khas atau
yang biasa disebut atap gojong, terlihat geometri yang berbeda dan seolah keluar
dari kaidah yang diterapkan pada denah. Tidak seperti denah yang didominasi oleh
garis-garis
atap

lurus

yang terkesan kaku,

gonjong

komposisi

terbentuk

dari

garis-

garis lengkung yang

terkesan

lebih

dinamis. Namun disini

bentuk

atap

gonjong

juga

merupakan simbol

terhadap

sesuatu

yang

kaitannya

dengan

erat

kehidupan

masyarakat

Minangkabau.

Walaupun

disimbolkan

oleh

atap

hal

yang

gonjong

lebih

bersifat pada sesuatu yang fisik, seperti sesuatu yang berasal dari alam atau benda
kenangan masa lampau. Secara sederhana, bentuk dasar dari gonjong adalah
segitiga sama kaki namun dengan jumlah besar sudut kurang dari 180o, segitiga
yang berada pada kaidah non-Euclidean geometry.
Ada beberapa pendapat mengenai apa yang masyarakat Minangkabau simbolkan
dan rekam melalui atap gonjong antara lain,
Atap gonjong merupakan simbol dari tanduk kerbau, karena kerbau merupakan
hewan

yang

Minangkabau.

dianggap

sangat

erat

kaitannya

dengan

penamaan

daerah

Atap gonjong adalah simbol dari pucuk rebung (bakal bambu), karena bagi
masyarakat Minangkabau rebung merupakan bahan makanan adat, olahan rebung
merupakan hidangan yang selalu ada saat upacara-upacara adat. Selain itu, bambu
dianggap tumbuhan yang sangat penting dalam konstruksi tradisional.
Atap gonjong menyimbolkan kapal sebagai rekaman untuk mengenang asal usul
nenek moyang orang Minangkabau yang dianggap berasal dari rombongan Iskandar
Zulkarnaen yang berlayar dengan kapal dari daerah asalnya yang kemudian
terdampar di dataran Minangkabau sekarang.
Atap gonjong merupakan rekaman terhadap alam Minangkabau yang berbukit yang
terdiri dari punggungan-punggungan dan landaian-landaian.
Selain unsur unsur bangunan tersebut rumah gadang juga
terkenal dalam unsur keseniannya. Bangunan rumah
Gadang adalah perpaduan antara arsitektur dan seni rupa,
dimana pada rumah Gadang seni tampil dalam ukiran
ukirannya. Ukiran tradisional Minangkabau terbagi atas tiga
jenis berdasarkan inspirasi terbentuknya ukiran. Pertama
adalah

ukiran

yangterinspirasi

dari

nama

tumbuh-

tumbuhan seperti Aka Barayun, AkaDuo Gagang, Aka


Taranang, Bungo Anau, Buah Anau, Bungo Taratai dalam
Aie, Daun Puluik-puluik, Daun Bodi jo Kipeh Cino,Kaluak
Paku Kacang Balimbiang, Siriah Gadang dan Siriah Naiak.Kedua, adalah ukiran
yang terinspirasi dari nama hewan, seperti Ayam Mancotok dalam Kandang,
Bada Mudiak, Gajah Badorong, Harimau dalam Parangkok, Itiak Pulang Patang,
Kuciang lalok, Kijang Balari dalam Ransang dan Tupai Managun dan yang
terakhir adalah ukiran yang terinspirasi dari

benda-benda yang dipakai dalam

kehidupan sehari-hari seperti AmbunDewi, Aie Bapesong, Ati-ati, Carano Kanso,


Jalo Taserak, Jarektakambang, Jambua Cewek Rang Pitalah, Kaluak
Lapiah Duo, Limpapeh, Kipeh Cino dan Sajamba Makan.

1.2. BANGUNAN MODERN (MASJID KUBAH EMAS)

Baralun,

Pada daerah kawasan Arab, halaman dalam sebuah masjid dapat berfungsi
sebagai tempat shalat karena kondisi geografis lingkungan yang mendukung. Pada
Masjid Kubah Emas yang berada di Indonesia, iklim tropis membuat halaman dalam
sebuah masjid tidak dapat berfungsi selayaknya halaman dalam masjid di kawasan
Arab. Halaman dalam pada Masjid Kubah Emas terasa panas sekali pada siang hari
dan licin bila terkena hujan. Pada akhirnya untuk mengatasi ketidaknyaman
tersebut,

ada

rencana

pembuatan
atap

dan

kanopi

halaman

pada

dalam ini.

Berdasarkan

sejarah,

minaret

hadir

sebagai

tempat

muadzin

mengkumandangkan adzan karena pada ketinggian tertentu suara muadzin tersebut


akan dapat terdengar oleh lingkungan sekitar. Pada saat adzan cukup satu muadzin
saja yang mengkumandangkannya, karena itu jumlah minaret pada sebuah masjid
cukup satu pula.
Enam minaret yang berada di Masjid Kubah Emas melambangkan rukun
iman. Keenam minaret tersebut dibalut granit abu-abu yang didatangkan dari Italia.
Pada puncak minaret tersebut terdapat kubah berlapis mozaik emas 24 karat.
Selain

itu,

pada

tiap

minaret

terdapat

speaker

yang

berfungsi

untuk

menyebarkan adzan yang dikumandangkan muadzin. Muadzin tersebut tidak


meneriakkan adzan dari puncak minaret, melainkan dari dalam masjid yang
kemudian disalurkan ke speaker pada keenam minaret yang ada.
Dengan adanya teknologi pengeras suara tersebut, jumlah dan keberadaan
minaret pada Masjid Kubah Emas patut dipertanyakan maknanya. Speaker pun
tidak harus diletakkan pada minaret, karena di tempat tinggi manapun speaker
tersebut akan tetap dapat menyebarkan suara adzan kepada lingkungan sekitar. Hal
tersebut menunjukkan bahwa keenam minaret yang ada pada Masjid Kubah Emas

lebih bermakna untuk melambangkan simbol rukun iman dan juga sebagai sebuah
penampilan yang dapat mengidentitaskan bahwa bangunan tersebut adalah masjid.

Pada tipologi masjid di kawasan Arab, elemen gerbang masuk bermakna


sebagai pemisah antara masjid dengan lingkungan sekitarnya. Elemen tersebut
merupakan satu-satunya pintu masuk sebuah masjid bagi seluruh jamaah.

Pada Masjid Kubah Emas, elemen gerbang masuk terwujud pada sebuah
portal dan hiasan geometris serta obelisk sebagai ornamennya. Gerbang masuk
tersebut bukanlah pintu masuk satu-satunya pada Masjid Kubah Emas, bahkan
gerbang ini pada kenyataannya merupakan pintu masuk khusus bagi jamaah
wanita, sedangkan pintu masuk untuk jamaah pria ada di bagian utara dan selatan
masjid ini. Kondisi tersebut memperlihatkan bahwa elemen ini terkesan hanya untuk
memberikan penampilan dibandingkan fungsinya.

Kubah pada masjid-masjid di kawasan Arab berfungsi sebagai atap yang


menaungi baik seluruh maupun sebagian ruang di bawahnya. Pada Masjid Kubah
Emas, kubah yang digunakan mengacu pada kubah-kubah yang banyak digunakan
masjid-masjid di Persia dan India. Lima kubah yang terdapat pada Masjid Kubah
Emas melambangkan rukun Islam dan seluruhnya dibalut mozaik berlapis emas 24
karat yang materialnya didatangkan dari Italia.

Dari lima kubah tersebut, hanya ada 1 kubah yang memiliki fungsi sebagai
atap dan tempat cahaya masuk kedalam ruangan, yaitu kubah paling besar. Pada
kubah tersebut terdapat ventilasi sehingga memungkinkan cahaya masuk kedalam
masjid yang kemudian cahaya tersebut berperan dalam menciptakan permainan
cahaya pada langit-langit kubah. Empat kubah kecil yang mengelilingi kubah

besar tadi hanya berperan untuk menciptakan simbol rukun iman yang diinginkan

oleh pemberi tugas.


Bagian dalam dari masjid ini menghadirkan pilar-pilar kokoh yang menjulang
ke atas sehingga menciptakan skala ruang yang agung. Ruang masjid didominasi
warna monokrom dengan unsur warna krem untuk memberi karakter ruangan yang
tenang dan hangat. Materialnya adalah marmer yang kebanyakan didatangkan dari
Italia dan Turki. Desain interior yang demikian bertujuan untuk membangkitkan
suasana tawadhu dalam keagungan Allah SWT.
Pada kenyataannya, masyarakat lebih mengagumi fisik dari interior masjid ini
dibandingakan dengan kebesaran Allah SWT. Hal tersebut menunjukkan bahwa
desain dari interior Masjid Kubah Emas ini membuat masjid ini menjadi lebih kearah
tempat wisata, dimana masyarakat tertarik untuk melihat kemudian merasakan
suasananya. Desain tersebut menutupi sebuah realita bahwa dalam agama Islam,
kualitas fisik bangunan tidak bekepentingan untuk menentukan kualitas ibadah
seseorang. Justru kualitas dari hati dan pikiran diri sendirilah yang paling
berpengaruh dalam menentukan kualitas ibadahnya.

Telah disebutkan diatas bahwa material-material pembentuk Masjid Kubah


Emas kebanyakan adalah material yang diimpor dari luar negeri seperti Italia, Turki,
Brazil, dan sebagainya. Hal tersebut berawal dari pemahaman Ibu Dian Djuriah
yang menganggap bahwa material luar negeri lebih memiliki aura megah dan indah
dibandingkan dengan material dalam negeri, dimana pemakaian material luar negeri
diibaratkan seperti memakai jas, sedangkan memakai material dalam negeri
diibaratkan seperti memakai beskap.

Pada keadaan sebenarnya, yang menjadi permasalahan bukanlah asal


material tersebut, melainkan jenis materialnya. Misalnya saja pemakaian granit pada
lantai masjid yang menyebabkan lantai terasa panas ketika siang hari, dan licin
pada saat hujan. Untuk mengatasi ketidaknyamanan tersebut, pada lantai masjid
diberikan sebuah alas sebagai tempat berjalan bagi jamaah.
Kondisi tersebut menunjukkan adanya pemaksaan penggunaan material
tertentu untuk mendapatkan image megah yang diinginkan, namun pada akhirnya
image megah tersebut tidak dapat tersampaikan dengan baik kepada masyarakat
karena adanya ketidaksesuaian antara material tersebut dengan kondisi geografis
lingkungan tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Widya Ningsih, 2015 Teori Simbol Susanne Langer,

www.mynewblogaddress91.blogspot.co.id/
Diakses pada 22 Maret 2016 18:45 WIB

2013

Stephen W. Littlejohn, teori komunikasi, Jakarta: Salemba Humanika. 2011


Morissan, Teori komunikasi, individu hingga massa, jakarta: kharisma putra utama,
Ali, Matius. 2011. Estetika : Pengantar Filsafat Seni. Tangerang : Sanggar Luxor

Ekosiwi, Embun Kenyowati. 1989. Pemikiran Susanne K. Langer tentang Seni Sebagai Simbol
Presentasional. Skripsi Sarjana Sastra. Fakultas Sastra, Jurusan Filsafat, Universitas Indonesia

Mirza Shahrani, 2008 Masjid Kubah Emas, www://lib.ui.ac.id/file?file=digital/125663R050854Masjid%20Kubah-Analisis.pdf

Вам также может понравиться