Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
MAKNA ARSITEKTUR
(RA 141362)
Nama Dosen :
Endrotomo
Nama Anggota :
Anastasia Maria Delfiera S. 3213100039
Zahra Amiratiara Salma
3213100055
Dwita Hapsarie Riandhini
3213100071
JURUSAN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNOLOGI SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap syukur kepada Allah SWT, penulis dapat menyelesaikan portofolio tugas 2 mata
kuliah Makna Arsitektur dengan baik, dan tepat pada waktu. Portofolio ini berisi tentang pengertian
dan teori tentang simbol dan hubungannya dalam arsitektur dengan kajian obyek arsitektur untuk
memahami makna arsitektur. Penulis mengucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang membantu
dan membimbing dalam proses dibuatnya portofolio ini. Tanpa kehadiran dan dukungan dari banyak
pihak penulis tidak akan dapat menyelesaikan portofolio dengan baik, Penulis menyadari bahwa
dalam portofolio ini masih jauh dari sempurna. Banyak dijumpai kekurangan yang tentunya membuat
portofolio ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu Penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya,
dan membuka pintu sebesar besarnya untuk kritik yang dapat membangun dari para pembaca Akhir
kata, Penulis berharap agar portofolio yang jauh dari kesempurnaan ini dapat memberikan suatu ilmu
dan pemikiran baru bagi Pembaca pmengenai makna dalam sebuah obyek arsitetur. Terlepas dari itu,
Penulis mengharapkan agar karya ini dapat memberikan manfaat tertentu bagi Pembaca.
Tim Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. BANGUNAN ARSITEKTUR NUSANTARA (ISTANO BASO)
Istano Basa yang lebih terkenal dengan nama Istana Pagaruyung, adalah sebuah istana yang
terletak di kecamatanTanjung Emas, kota Batusangkar, kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat.
Istana ini merupakan objek wisata budaya yang terkenal di Sumatera Barat.
Istano Basa yang berdiri sekarang sebenarnya adalah replika dari yang asli. Istano Basa asli
terletak di atas bukit Batu Patah dan terbakar habis pada sebuah kerusuhan berdarah pada
tahun 1804. Istana tersebut kemudian didirikan kembali namun kembali terbakar tahun 1966.
Proses pembangunan kembali Istano Basa dilakukan dengan peletakan tunggak tuo (tiang
utama) pada 27 Desember 1976oleh Gubernur Sumatera Barat waktu itu, Harun Zain. Bangunan
baru ini tidak didirikan di tapak istana lama, tetapi di lokasi baru di sebelah selatannya. [1]. Pada
akhir 1970-an, istana ini telah bisa dikunjungi oleh umum.
Komplek Istano Basa Pagaruyung yang mulai dibangun pada tanggal 27 Desember
1976 ini adalah nama tempat tinggal keluarga kerajaan Minangkabau yang sekaligus
menjadi Pusat Kerajaan Minangkabau pada masanya, konstruksi bangunannya
berbeda dengan rumah tempat tinggal rakyat.
Dimasa Kerajaan Minangkabau Istano Basa Pagaruyung memainkan peran
ganda, sebagai rumah tempat tinggal keluarga kerajaan dan sebagai Pusat
Pemerintahan. Kerajaan Minangkabau yang dipimpin oleh seorang raja yang dikenal
Rajo Alam atau Raja Diraja Kerajaan Minangkabau.
Kepimpinan Rajo Alam dikenal dengan Tali Tigo Sapilin dan Pemerintahannya
dikenal dengan Tungku Tigo Sajarangan.
Rumah
Gadang
Minangkabau
merupakan
bukti
nyata
kemampuan
adat
dalam
mempersatukan
kepentingan, inspirasi dan kebutuhan anggota kaum untuk menciptakan iklim dan
kehidupan yang damai, adil dan harmonis dibawah penghulu kaum.
tahun
2001
dan
selesai
utama
warna
krem,
untuk
BAB II
PEMBAHASAN
Memahami symbol dan menciptakannya ialah salah satu keunggulan manusia yang
tidak dimiliki oleh makhluk hidup lainnya. Penggunaan symbol- symbol ini sudah ada
sejak zaman sejarah, seiring perkembangan pemikiran sejarah. Dalam kamus
bahasa Indonesia disebutkan bahwa symbol adalah lukisan, perkataan, lencana dan
sebagainya yang menyatakan sesuatu hal atau mengandung maksud tertentu.
Secara etimologi, symbol berasal dari bahasa Yunani Symbolos yang berarti tanda,
atau ciri yang memberitahukan sesuatu kepada seseorang. Namun Sussane Langer
melihat Simbol dan tanda sebagai dua hal yang berbeda. Tiga macam tanda:
1.
bersama
sebenarnya
dari
bahasa
adalah
wacana,
yang
di
dalamnya
benar kaya dan sarana yang tidak tergantikan bagi umat manusia. Dengan bahasa,
kita berpikir, merasa dan berkomunikasi. Langer menyebut hal ini dengan
simbolisme tidak berhubungan (discursive symbolism).
Asumsi dasar teori ini adalah bahwa simbolisme mendasari pengetahuan dan
pemahaman semua manusia. Simbol adalah konseptualisasi manusia tentang suatu
hal, dan sebuah simbol ada untuk sesuatu.
BAB III
STUDI KASUS
Sussane Langer yang seorang ahli filsafat menilai simbol sebagai hal yang
sangat penting dalam ilmu filsafat, karena simbol menjadi penyebab dari semua
pengetahuan dan pengertian yang dimiliki manusia dan dapat disimpulka bahwa
menurut Langer simbol dapat dibedakan menjadi dua yaitu denotatif dan konotatif.
Berdasarkan Teori simbol Langer kami akan mengkaji simbol simbol denotatif dan
konotatif yang terdapat pada bangunan Majid Kubah Emas dan Istana Pagaruyung.
geometri-geometri
sederhana.
Selain itu, denah rumah gadang sangat sederhana yaitu persegi panjang dengan
pembagian ruang yang juga sederhana, massa badan bangunan juga sederhana
dengan hanya menerapkan geometri-geometri dalam kaidah bidang planar. Denah
dan massa badan bangunan rumah gadang yang sederhana ini pada dasarnya
merupakan simbol dari hal yang lebih bersifat non-fisik atau dapat dikatan sebagai
simbol diskursif seperti cara hidup dan kepercayaan. Simbol ini memiliki arti tentang
cara hidup masyarakat Minangkabau yang dipengaruhi oleh sistem genealogis
matrilineal yang mereka anut dimana posisi kaum perempuan dalam masyarakat
dianggap penting, kepercayaan yang mereka anut yaitu agama Islam yang
mempengaruhi batasan ruang antara perempuan dan laki-laki, yang kesemuanya
mempunyai penjelasan yang amat panjang dan rumit, tergambar dalam denah yang
sederhana ini.
Namun ada perbedaan saat melihat bentuk atap rumah gadang yang khas atau
yang biasa disebut atap gojong, terlihat geometri yang berbeda dan seolah keluar
dari kaidah yang diterapkan pada denah. Tidak seperti denah yang didominasi oleh
garis-garis
atap
lurus
gonjong
komposisi
terbentuk
dari
garis-
terkesan
lebih
bentuk
atap
gonjong
juga
merupakan simbol
terhadap
sesuatu
yang
kaitannya
dengan
erat
kehidupan
masyarakat
Minangkabau.
Walaupun
disimbolkan
oleh
atap
hal
yang
gonjong
lebih
bersifat pada sesuatu yang fisik, seperti sesuatu yang berasal dari alam atau benda
kenangan masa lampau. Secara sederhana, bentuk dasar dari gonjong adalah
segitiga sama kaki namun dengan jumlah besar sudut kurang dari 180o, segitiga
yang berada pada kaidah non-Euclidean geometry.
Ada beberapa pendapat mengenai apa yang masyarakat Minangkabau simbolkan
dan rekam melalui atap gonjong antara lain,
Atap gonjong merupakan simbol dari tanduk kerbau, karena kerbau merupakan
hewan
yang
Minangkabau.
dianggap
sangat
erat
kaitannya
dengan
penamaan
daerah
Atap gonjong adalah simbol dari pucuk rebung (bakal bambu), karena bagi
masyarakat Minangkabau rebung merupakan bahan makanan adat, olahan rebung
merupakan hidangan yang selalu ada saat upacara-upacara adat. Selain itu, bambu
dianggap tumbuhan yang sangat penting dalam konstruksi tradisional.
Atap gonjong menyimbolkan kapal sebagai rekaman untuk mengenang asal usul
nenek moyang orang Minangkabau yang dianggap berasal dari rombongan Iskandar
Zulkarnaen yang berlayar dengan kapal dari daerah asalnya yang kemudian
terdampar di dataran Minangkabau sekarang.
Atap gonjong merupakan rekaman terhadap alam Minangkabau yang berbukit yang
terdiri dari punggungan-punggungan dan landaian-landaian.
Selain unsur unsur bangunan tersebut rumah gadang juga
terkenal dalam unsur keseniannya. Bangunan rumah
Gadang adalah perpaduan antara arsitektur dan seni rupa,
dimana pada rumah Gadang seni tampil dalam ukiran
ukirannya. Ukiran tradisional Minangkabau terbagi atas tiga
jenis berdasarkan inspirasi terbentuknya ukiran. Pertama
adalah
ukiran
yangterinspirasi
dari
nama
tumbuh-
Baralun,
Pada daerah kawasan Arab, halaman dalam sebuah masjid dapat berfungsi
sebagai tempat shalat karena kondisi geografis lingkungan yang mendukung. Pada
Masjid Kubah Emas yang berada di Indonesia, iklim tropis membuat halaman dalam
sebuah masjid tidak dapat berfungsi selayaknya halaman dalam masjid di kawasan
Arab. Halaman dalam pada Masjid Kubah Emas terasa panas sekali pada siang hari
dan licin bila terkena hujan. Pada akhirnya untuk mengatasi ketidaknyaman
tersebut,
ada
rencana
pembuatan
atap
dan
kanopi
halaman
pada
dalam ini.
Berdasarkan
sejarah,
minaret
hadir
sebagai
tempat
muadzin
itu,
pada
tiap
minaret
terdapat
speaker
yang
berfungsi
untuk
lebih bermakna untuk melambangkan simbol rukun iman dan juga sebagai sebuah
penampilan yang dapat mengidentitaskan bahwa bangunan tersebut adalah masjid.
Pada Masjid Kubah Emas, elemen gerbang masuk terwujud pada sebuah
portal dan hiasan geometris serta obelisk sebagai ornamennya. Gerbang masuk
tersebut bukanlah pintu masuk satu-satunya pada Masjid Kubah Emas, bahkan
gerbang ini pada kenyataannya merupakan pintu masuk khusus bagi jamaah
wanita, sedangkan pintu masuk untuk jamaah pria ada di bagian utara dan selatan
masjid ini. Kondisi tersebut memperlihatkan bahwa elemen ini terkesan hanya untuk
memberikan penampilan dibandingkan fungsinya.
Dari lima kubah tersebut, hanya ada 1 kubah yang memiliki fungsi sebagai
atap dan tempat cahaya masuk kedalam ruangan, yaitu kubah paling besar. Pada
kubah tersebut terdapat ventilasi sehingga memungkinkan cahaya masuk kedalam
masjid yang kemudian cahaya tersebut berperan dalam menciptakan permainan
cahaya pada langit-langit kubah. Empat kubah kecil yang mengelilingi kubah
besar tadi hanya berperan untuk menciptakan simbol rukun iman yang diinginkan
DAFTAR PUSTAKA
www.mynewblogaddress91.blogspot.co.id/
Diakses pada 22 Maret 2016 18:45 WIB
2013
Ekosiwi, Embun Kenyowati. 1989. Pemikiran Susanne K. Langer tentang Seni Sebagai Simbol
Presentasional. Skripsi Sarjana Sastra. Fakultas Sastra, Jurusan Filsafat, Universitas Indonesia