Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
LAPORAN KASUS
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS
Nama
: Ny. S
Usia
: 54 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Pekerjaan
: Wiraswasta
Alamat
: Pamarican, Banjar
Masuk RS
: 07 September 2015
II. ANAMNESIS
Dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 08 September 2015 di ruang rawat inap
Flamboyan RSUD Kota Banjar.
Keluhan Utama
Tangan dan kaki kiri terasa lemah tidak bisa digerakkan.
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan lemah tubuh sebelah kiri (tangan dan kaki kiri lemah)
sejak dua hari sebelum masuk RS (5 September 2015). Awal kejadian pada dua hari yang
lalu di rumah pasien pada pukul 16.00 WIB pasien sedang bersantai dan berjalan-jalan
disekitar halaman rumah tiba-tiba mengalami serangan kaki dan tangan sisi kiri tersa lemah,
terasa kesemutan namun masih bisa digerakan sedikit, kemudian kelemahan dirasakan
bertambah, tangan dan kaki dirasakan memberat dan tidak bisa digerakkan sama sekali.
Pasien juga mengeluhkan bicaranya menjadi pelo dan mulutnya miring ke kanan sejak tangan
dan kaki kirinya lemas. Keluhan lainnya seperti sakit kepala, kejang, muntah, dan pingsan
sebelum timbul kelemahan disangkal oleh pasien, pandangan berbayang dan penurunan
kesadaran disangkal. Keluhan gangguan buang air kecil, gangguan buang air besar, dan
trauma disangkal oleh pasien.
Riwayat Pengobatan
Dulu pasien sempat meminum obat untuk darah tinggi namun sudah lama tidak kontrol
dan meminum obatnya lagi
Riwayat Psikososial
Pasien gemar meminum kopi
Pernah merokok sejak usia 17 tahun, namun Tidak merokok lagi sejak 20 tahun yang
lalu
Konsumsi alcohol disangkal
Riwayat Alergi
Obat disangkal
Cuaca disangkal
Makanan disangkal
Kesadaran
: Composmentis
GCS
: E 4 V 5 M 6 = 15
Tanda Vital
-
TD
: 140/100 mmHg
: 80 kali/menit (reguler)
RR
: 18 kali/menit (reguler)
: 36,00C
Status Generalis
Kepala dan leher
-
Kepala : Normochepal
Mata :Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik(-/-), pupil bulat isokor, refleks
cahaya (+/+)
Mulut : Mukosa bibir basah (+), bibir tidak simetris mencong ke arah kanan,
sianosis (-), lidah simetris ditengah (-), lidah tremor (-), faring
hiperemis
(-),
tonsil T1-T1
-
Leher : Pembesaran KGB (-), tiroid (-), bruit arteri karotis (-)
Thoraks
Paru
-
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Abdomen
-
Inspeksi
: Bentuk datar
Auskultasi
Perkusi
Palpasi
: Supel, nyeri tekan (-), nyeri epigastrium (-), hepar, lien,tidak teraba
Ekstremitas
-
Atas
Bawah
Kesadaran
: Composmentis
GCS
: E4 V5 M6 = 15
Rangsang Meningeal
- Kaku Kuduk
:-
- Laseque/Kernig sign
- Brudzinki I/II/III
: -/-/-
- Patrick
: -/-
- Kontrapatrick
: -/-
Saraf Kranial
- N.I (Olfaktorius)
Daya Pembau : normosmia (+/+)
- N.II (Optikus )
Kanan
Kiri
Visus
6/6
6/6
Lapang Pandang
normal
normal
Funduskopi
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
4
- N.III (Okulomotorius)
Kanan
Kiri
Atas
baik
baik
Bawah
baik
baik
Medial
baik
baik
Pupil
Akomodasi
baik
Ptosis
Gerakan Bola Mata
- N.IV (Trokhlearis)
baik
Kanan
Kiri
baik
baik
Kanan
Kiri
Menggigit
normal
normal
Membuka Mulut
normal
normal
5.1.(oftalmikus)
5.2.(maksilaris)
5.3 (mandibularis)
Reflek kornea
Refleks bersin
Sensibilitas
- N.VI (ABDUSENS)
Gerakan mata ke lateral
Kanan
:
- N.VII (FASIALIS)
baik
Kiri
/
Kanan
baik
Kiri
Mengangkat alis
Menyeringai
normal
normal
normal
tertinggal (lemah
minimal)
5
Tidak dilakukan
- N.VIII (Vestibulochoclearis)
KANAN
KIRI
Tes Bisik
: Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tes Rinne
: Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tes Weber
: Tidak dilakukan
Tes Schwabach
: Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
: Gerakan simetris
Menelan
: Normal
Refleks muntah
: Tidak dilakukan
- N. XI (Aksesorius)
Kanan
Kiri
Memalingkan Kepala
baik
baik
Mengangkat Bahu
baik
baik
- N.XII (Hipoglosus)
Sikap lidah
: (-)
Tremor lidah
: (-)
Motorik
Kekuatan Otot
: Normal
6
Atrofi
Sensorik
Nyeri
Raba
: Tidak ada
Kanan
: Ektremitas Atas
Kiri
: Normal
Normal
Normal
: Ektremitas Atas
: Normal
Normal
Normal
Fungsi Vegetatif
Miksi
: Baik
Defekasi
Fungsi luhur
MMSE
: Tidak dilakukan
Reflek Fisiologis
Refleks Patologis
Reflek bisep
: ++/++
Babinski
: -/+
Reflek trisep
: ++/++
Chaddock
: -/+
Reflek Achilles
: ++/++
Oppenheim
: -/-
Reflek patella
: ++/++
Gordon
: -/-
Argoritma Skor Gaja Mada : Penurunan kesadaran (-) sakit kepala (-) refleks babinski
(+) INFARK
Berdasarkan skor Siriraj dengan Rumus :
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tanggal 07 September 2015
Pemeriksaan
Pemeriksaan Darah
Hemoglobin
Hematokrit
Trombosit
Leukosit
Kimia Klinik
Glukosa darah puasa
Kolestrol total
Kolesterol HDL
Kolesterol LDL
Trigleserida
Ureum
Kreatinin
Asam Urat
Troponin T
Elektrolit
Natrium (Na)
Kalium (K)
Calcium Ion
Hasil
Rujukan
15,2
43,4
279
7,7
13,5-17,5 g/dL
42,0-52,0 %
150-450 103/l
4,5-10,6 103/l
94
202
38,4
122,6
205
40,0
1,3
5,60
< 50
70-110 mg/%
< 200 mg/dl
> 40 mg/dl
< 130 mg/dl
< 150 mg/dl
10-50 mg%
0-1,0 mg%
3,4-7,0 mg%
< 50 mg/L
140,3
2,50
1,05
135-148 mEq/L
3,50-5,30 mEq/L
1,15-1,29 mmol/L
V.
RESUME
Seorang wanita berusia 54 tahun datang ke RSUD Kota Banjar dengan keluhan
lemah tubuh sebelah kiri sejak dua hari yang lalau sebelum masuk RS. Dua hari yang lalu
Sebelum masuk RS saat di rumah pasien pada pukul 16.00 WIB pasien sedang bersantai dan
berjalan-jalan disekitar halaman rumah tiba-tiba mengalami serangan kaki dan tangan sisi kiri
tersa lemah, terasa kesemutan, kemudian kelemahan dirasakan bertambah, tangan dan kaki
dirasakan memberat dan tidak bisa digerakkan sama sekali. Pasien juga mengeluhkan
bicaranya menjadi pelo dan mulutnya miring ke kanan sejak tangan dan kaki kirinya lemas.
Pasien memiliki riwayat hipertensi sejak 5 tahun yang lalu, pasien tidak rutuin kontrol ke
dokter.
Dari pemeriksaan fisik status generalis tidak ditemukan kelainan yang berarti ;
Keadaan umum
Kesadaran
: Composmenti
GCS
: E 4 V 5 M 6 = 15
Tanda Vital
-
TD
: 140/100 mmHg
: 80 kali/menit (reguler)
RR
: 18 kali/menit (reguler)
: 36,00C
Pemeriksaan Neurologis
Saraf Kranial
-
Motorik
Kekuatan Otot
( Hemiparesis Sinistra )
Refleks Patologis
Babinski : -/+
Chaddock : -/+
Pada kasus ini dilakukan penilaian Argoritma Score Gaja Mada dan Sirajaj Score
ASGM :
Penurunan kesadaran (-) sakit kepala (-) refleks babinski (+) INFARK
Berdasarkan skor Siriraj dengan Rumus :
Skor pasien: (2,5 x 0) + (2 x 0) + (2 x 0) + (0,1 x 100) - (3 x 0) 12 = -2 Infark Otak
Pemeriksaan penunjang (Tanggal 07 September 2015)
Kimia Klinik
Kolestrol total
Kolesterol HDL
Trigleserida
Kreatinin
Elektrolit
Kalium (K)
serta pada pemeriksaan EKG didapatkan
202
38,4
205
1,3
2,50
3,50-5,30 mEq/L
interpretasi EKG adanya ST elevasi pada V1 dan
Diagnosis Klinis
Diagnosis Etiologi
: Stroke Infark
Diagnosis Topis
Diagnosis banding
RENCANA TERAPI
Penatalaksanaan awal:
10
Medikamentosa :
IVFD RL
Piracetam(IV)
Citicolin (IV)
Gotropil
Clopidogrel
ISDN
M-RAY
PROGNOSIS
Quo ad vitam
: dubia ad bonam
FOLLOW UP
Hari/Tgl
S
Hari-2 - Lemah
9/9/15
sebelah kiri
O
tubuh KU: sakit sedang
Kesadaran: cm, disartria
A
P
Stroke NH fr - IVFD RL
hiperlipidemia,
- Gotropil 3 x 3 gr
hipertensi
- Citikolin 3x 500
11
80 kali/menit, HR : 84
- Bicara pelo
mg IV
-
Clopidogrel 1x1
tab
menit, S: 360C
RM (-)
SO Parese N. VII kiri
sentral dan N. XII kiri
sentral
Motorik:
5
sebelah kanan
Stroke NH fr - IVFD RL
hiperlipidemia,
- Bicara pelo
GCS : E4 V5 M6
hipertensi
- Kadang-kadang
pusing
68 kali/menit, HR 75
kali/menit, RR: 18 kali/
menit, S: 360C
- Citikolin 3x 500
mg IV
- Piracetam
-
Clopidogrel 1x1
tab
RM (-)
- ISDN
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Stroke merupakan setiap kelainan otak akibat proses patologik pada sistem
pembuluh darah otak, sehingga terjadi penurunan aliran darah ke otak. Proses ini dapat
berupa penyumbatan lumen pembuluh darah oleh trombosis atau emboli, pecahnya
dinding pembuluh darah otak, perubahan permeabilitas dinding pembuluh darah dan
perubahan viskositas maupun kualitas darah sendiri.
Perubahan dinding pembuluh darah otak serta komponen lainnya dapat bersifat
primer karena kelainan kongenital maupun degeneratif, atau sekunder akibat proses lain,
seperti peradangan, arteriosklerosis, hipertensi dan diabetes melitus. Karena itu penyebab
stroke sangat kompleks. Proses primer yang terjadi mungkin tidak menimbulkan gejala
13
(silent) dan akan muncul secara klinis jika aliran darah ke otak (CBF=cerebral blood
flow) turun sampai ke tingkat melampaui batas toleransi jaringan otak, yang disebut
ambang aktivitas fungsi otak (threshold of brain functional activity). Dalam bahasa
Inggris disebut sebagai cerebro-vascular accident.
Dua pertiga depan kedua belahan otak dan struktur subkortikal mendapat darah
dari sepasang a.carotis interna, sedangkan 1/3 bagian posterior yang meliputi cerebellum,
korteks occipital bagian posterior dan batang otak, memperoleh darah dari sepasang
a.vertebralis (a.basilaris). Jumlah aliran darah otak dikenal dengan Cerebral Perfusion
Pressure (CBF) dengan satuan cc/menit/100 gram otak. Yang ditentukan oleh tekanan
perfusi
otak
(Cerebral
Perfusion
Pressure)
dan
resistensi
cerebrovascular
(Cerebrovascular Resistance)
CPP = MABP ICP
CVR
CVR
2.
3.
gram otak/menit. Dari percobaan pada hewan maupun manusia, ternyata derajat ambang
batas aliran darah otak yang secara langsung berhubungan dengan fungsi otak, yaitu :
a. Ambang fungsional
Batas aliran darah otak, + 50-60 cc/100 gram/menit, yang bila tidak terpenuhi akan
menyebabkan terhentinya fungsi neuronal, tetapi integritas sel-sel saraf masih utuh.
b. Ambang aktivitas listrik otak
Batas aliran darah otak, + 15 cc/100 gram/menit, yang bila tidak tercapai akan
menyebabkan aktivitas listrik neuronal terhenti, berarti sebagian struktur intrasel telah
berada dalam proses desintergrasi
c. Ambang kematian sel
14
Batas aliran darah otak otak, < 15 cc/100 gram/menit, yang bila tidak terpenuhi akan
menyebabkan kerusakan total sel-sel otak Pengurangan aliran darah ke otak dapat tidak
menimbulkan gejala (slient) dan akan muncul secara klinis jika CBF turun sampai
melampaui batas toleransi jaringan otak, yang disebut ambang aktivitas fungsi otak
(threshold of brain functional activity). Keadaan ini menyebabkan sindrom klinik yang
disebut stroke.
Bila kita berhadapan dengan stroke, berarti juga bahwa kita sedang menghadapi
berbagai masalah yang kompleks; tidak ada penyebab tunggal yang mengakibatkan
stroke. Proses patologik yang terjadi berubah dengan perubahan waktu, banyak faktorfaktor risiko yang sangat berpengaruh dan seterusnya.
Oleh karena itu, penanggulangan stroke tidak akan mempunyai arti bila faktorfaktor yang kompleks tersebut tidak dianggap sebagai satu kesatuan yang saling
berhubungan. Dengan adanya alat-alat diagnostik yang canggih akhir-akhir ni, maka
diagnostik penyakit-penyakti serebro vaskuler pada umumnya dan stroke pada khususnya
menjadi lebih akurat, dengan sendirinya dituntut pula pengobatan yang lebih rasional dan
dapat meramalkan prognosa yang lebih tepat.
A. DEFINISI
Definisi WHO, stroke adalah menifestasi klinik dari gangguan fungsi serebral, baik
fokal maupun menyeluruh (global), yang berlangsung dengan cepat, selama lebih dari
24 jam atau berakhir dengan maut, tanpa ditemukannya penyebab lain selain
gangguan vaskuler. Istilah kuno apopleksia serebri sama maknanya dengan
Cerebrovascular Accidents/Attacks (CVA) dan Stroke.(1)
B. EPIDEMIOLOGI
Stroke adalah penyebab cacat nomor satu dan penyebab kematian nomor dua di dunia.
Penyakit ini telah menjadi masalah kesehatan yang mendunia dan semakin penting,
15
iskemik, tingkat adenosinetrifosfat dan ion K ekstraselular hampir normal. Jika daerah
ini ingin diselamatkan, penting memulihkan CBF (aliran darah di otak) dalam
beberapa jam.
C. ANATOMI
Otak diperdarahi oleh cabang utama :
1. Arteri vertebralis :
A. Basilaris
A. Cerebral posterior
17
Ke-3 pasang arteri serebri ini bercabang-cabang menelusuri permukaan otak, dan
beranastomosis satu bagian lainnya. Cabang-cabang yang lebih kecil menembus ke dalam
jaringan otak dan juga saling berhubungan dengan cabang-cabang arteri serebri lainya. Untuk
menjamin pemberian darah ke otak, ada sekurang-kurangnya 3 sistem kolateral antara sistem
karotis dan sitem vertebral, yaitu:(1)
Sirkulus Willisi, yakni lingkungan pembuluh darah yang tersusun oleh arteri serebri
media kanan dan kiri, arteri komunikans anterior (yang menghubungkan kedua arteri
serebri anterior), sepasang arteri serebri media posterior dan arteri komunikans
posterior (yang menghubungkan arteri serebri media dan posterior) kanan dan kiri.
Anyaman arteri ini terletak di dasar otak.
Anastomosis antara arteri serebri interna dan arteri karotis eksterna di daerah orbita,
masing-masing melalui arteri oftalmika dan arteri fasialis ke arteri maksilaris
eksterna.
Hubungan antara sitem vertebral dengan arteri karotis ekterna (pembuluh darah
ekstrakranial).
Selain itu masih terdapat lagi hubungan antara cabang-cabang arteri tersebut, sehingga
menurut Buskrik tak ada arteri ujung (true end arteries) dalam jaringan otak.(1)
Darah vena dialirkan dari otak melalui 2 sistem: kelompok vena interna, yang
mengumpulkan darah ke vena Galen dan sinus rektus, dan kelompok vena eksterna yang
terletak dipermukaan hemisfer otak, dan mencurahkan darah ke sinus sagitalis superior dan
sinus-sinus basalis laterales, dan seterusnya melalui vena-vena jugularis dicurahkan menuju
ke jantung.(1)
18
D. FISIOLOGI
VASKULARISASI OTAK
1. Peredaran Darah Arteri
Otak menerima darah yang dipompakan dari jantung melalui arkus aorta yang
mempunyai 3 cabang, yaitu arteri brakhiosefalik (arteri innominata), arteri karotis komunis
kiri dan arteri subklavia kiri. Arteri brakhiosefalik dan arteri karotis komunis kiri berasal dari
bagian kanan arkus aorta. Arteri brakhiosefalik selanjutnya bercabang dalam arteri karotis
komunis kanan dan arteri subklavia kanan. Arteri karotis komunis kiri dan kanan masingmasing bercabang menjadi arteri karotis interna dan eksterna (kiri dan kanan) dan arteri
subklavia kiri dan kanan masing-masing mempunyai salah satu cabang yaitu vertebralis kiri
dan kanan. Aliran darah ke otak yang melalui arteri vertebralis berserta cabang-cabangnya
disebut sistem vertebrobasiler, dan yang melalui arteri karotis interna beserta cabangcabangnya disebut sistem karotis.1,2 Sistem karotis terdiri dari tiga arteri mayor, yaitu arteri
karotis komunis, karotis interna, dan karotis eksterna.3
19
Berikut ini merupakan gambar dari peredaran darah arteri mulai dari aorta sampai ke
arteri karotis interna.4
20
tengkorak.
2. Pars petrosa
Terletak di dalam os petrosum bersama-sama dengan pleksus venosus karotikus
internus. Setelah meninggalkan kanalis karotikus, di sisi depan ujung puncak piramid
pars petrosa hanya dipisahkan dari ganglion trigeminal yang terletak disisi lateral oleh
septum berupa jaringan ikat atau menyerupai tulang pipih.
3. Pars kavernosa
Melintasi ujung sinus kavernosus, membentuk lintasan berliku menyerupai huruf "S"
yang sangat melengkung, dinamakan Karotissphon. Di sisi medial, pars kavernosa
terletak berdekatan badan tulang baji di dalam suatu slur mendatar yang membentang
sampai dengan dasar prosesus klinoidesus anterior.
4. Pars serebralis
Dalam lamela duramater kranial arteri ini membentuk cabang arteri oftalmika, yang
segera membelok ke rostral dan berjalan di bawah nervus optikus dan ke dalam orbita.
Pembuluh darah ini berakhir pada cabang-cabang yang memberi darah kulit dari
dahi, pangkal hidung dan kelopak mata dan beranastomosis dengan arteri fasialis serta
arteri maksilaris interna, yang merupakan cabang dari arteri karotis eksterna.2
2. Pars kavernosa
3. Pars supraklinoid
Arteri kallosomarginalis,
Arteri serebri media, memperdarahi korteks orbitalis, lobus frontalis, parietal dan
temporal serta cabang sentralis. Cabang-cabang dari arteri serebri media yaitu. :
23
24
25
26
3. sistem vertebrobasiler
Arteri vertebralis (VA) merupakan cabang pertama dari arteri subclavia. Setelah
keluar dari sudut kanan arteri subclavia, VA berjalan beberapa cm sebelum masuk kedalam
27
foramen intervertebralis dari C6. Setelah itu ia akan berjalan sepanjang foramen dari C6
hingga C1 dan melewati bagian superior dari arcus C1 dan menembus membran
atlantooccipital dan masuk kedalam rongga kepala. Saat berjalan kearah ventral dan superior,
ia memberikan cabang arteri cerebellar inferior posterior (PICA) sebelum akhirnya bersatu
dengan VA dari arah yang berlawanan pada pertengahan bagian ventral dari pontomedulary
junction untuk membentuk arteri basillaris (BA). BA akan bercabang membentuk dua arteri
cerebral posterior pada pontomesencephalic junction. Hubungan menuju sirkulasi anterior
melalui PCoA akan melengkapi sirkulus Willisi.
PICA merupakan cabang terbesar dari sirkulasi posterior (vertebrobasiller) dan
mensuplai medulla vermis inferior, tonsil, dan bagian inferior hemisfer cerebellum. PICA
juga sangat erat kaitannya dengan saraf kranial ke 9, 10, dan 11.
Arteri cerebellar inferior anterior (AICA) biasanya bermula dari distal dari
vertebrobasilary junction setinggi pontomedullary junction, mensuplai pons, pedunculus
cerebellar media, dan bagian tambahan cerebellum. Selain itu AICA juga terkait erat dengan
saraf kranial ke 7 dan 8.
Arteri cerebellar superior (SCA) berasal dari proksimal percabangan basilaris, dan
mensuplai otak tengah, pons sebelah atas, dan bagian atas cerebellum. Cabang dari SCA akan
membentuk anastomose dengan cabang dari PICA dan IACA pada hemisfer cerebellum dan
merupakan sumber potensial dari aliran kolateral.
Arteri cerebralis posterior (PCA) dibentuk oleh percabangan BA dan mensuplai otak
tengah bagian atas, thalamus posterior, bagian posteromedial lobus temporalis, dan lobus
occipitalis.
Sirkulus Willisi merupakan sirkulasi kolateral antara pembuluh darah intrakranial.
Terpisah dari kolateral ophtalmicus, terdapat beberapa tempat anastomose lain antara
pembuluh darah ekstra dan intrakranial, mencakup anastomose melalui arteri sphenopalatina,
arteri dari foramen rotundum dan cabang kecil yang biasanya ada pada tulang petrosus. Arteri
utama yang mensuplai dura adalah arteri meningea media dan cabang ascending arteri
pharyngeal, cabang dari sirkulasi eksternal. Terkadang dapat terbentuk anastomose antara
dura dan permukaan korteks. Sebagai tambahan, hubungan antara carotis dan vertebrobasillar
dapat terjadi.
28
4. Sistem Anastomose
Sirkulus arteri Willisi berasal dari karotis interna dan sistem arteri vertebralis. Pada
putaran ini arteri mernberikan cabang arteri komunikans posterior. Yang bergabung dengan
tunggul proksimal dari arteri serebri posterior dan membentuk bersama dengan arteri ini dan
arteri basilaris rostral, arkus posterior dari sirkulus Willisi
Karotis interna juga memberi cabang aa. Khoroidalis anterior sebelum karotis
berakhir dan terbagi menjadi aa. Serebri anterior dan media. Tunggul dari aa. Serebri anterior
segera mencembung ke garis tengah dan saling berhubungan melalui arteri komunikans
anterior. Jadi, arkus anterior dari sirkulus Willisi tertutup.7
29
A. karotis
tengah
A. kavernosa : hipofise dan dinding sinus kavernosus
A. hipofise : hipofise
A. semilunaris : ganglion semilunaris
A. meningea anterior : duramater, fosa kranialis anterior
A. oftalmika : mata dan struktur wajah yang berdekatan.
A. khoroidalis anterior : pleksus khoroideus, ventrikel lateral
dan bagian yang berdekatan.
A.
komunikans
posterior
beserta
cabang-cabangnya:
komunis
A. karotis eksterna
Skema 1. Percabangan arteri karotis interna.
Sistem karotis terutama melayani kedua hemisfer otak, dan sistem vertebrabasilaris
terutama memberi darah bagi batang otak, serebelum dan bagian posterior hemisfer. Aliran
darah di otak (ADO) dipengaruhi terutama 3 faktor. Dua faktor yang paling penting adalah
tekanan untuk memompa darah dari sistem arteri-kapiler ke sistem vena, dan tahanan
(perifer) pembuluh darah otak. Faktor ketiga, adalah faktor darah sendiri yaitu viskositas
darah dan koagulobilitasnya (kemampuan untuk membeku).(1)
Dari faktor pertama, yang terpenting adalah tekanan darah sistemik (faktor jantung,
darah, pembuluh darah, dll), dan faktor kemampuan khusus pembuluh darah otak (arteriol)
untuk menguncup bila tekanan darah sistemik naik dan berdilatasi bila tekanan darah sistemik
menurun. Daya akomodasi sistem arteriol otak ini disebut daya otoregulasi pembuluh darah
otak (yang berfungsi normal bila tekanan sistolik antara 50-150 mmHg).(1)
Faktor darah, selain viskositas darah dan daya membekunya, juga di antaranya seperti
kadar/tekanan parsial CO2 dan O2 berpengaruh terhadap diameter arteriol. Kadar/tekanan
parsial CO2 yang naik, PO2 yang turun, serta suasana jaringan yang asam (pH rendah),
menyebabkan vasodilatasi, sebaliknya bila tekanan darah parsial CO 2 turun, PO2 naik, atau
suasana pH tinggi, maka terjadi vasokonstriksi.(1)
Viskositas/kekentalan darah yang tinggi mengurangi ADO. Sedangkan koagulobilitas
yang besar juga memudahkan terjadinya trombosis, aliran darah lambat, akibat ADO
menurun.(1)
E.
FAKTOR RESIKO
Pemeriksaan faktor resiko dengan cermat dapat memudahkan seorang dokter untuk
menemukan penyebab terjadinya stroke. Terdapat beberapa faktor resiko stroke non
hemoragik, yakni:(4,5)
1. Usia lanjut (resiko meningkat setiap pertambahan dekade)
2. Hipertensi
3. Merokok
31
4. Penyakit jantung (penyakit jantung koroner, hipertrofi ventrikel kiri, dan fibrilasi
atrium kiri)
5. Hiperkolesterolemia
6. Riwayat mengalami penyakit serebrovaskuler
Resiko stroke juga meningkat pada kondisi di mana terjadi peningkatan viskositas
darah dan penggunaan kontrasepsi oral pada pasien dengan resiko tinggi megalami
stroke non hemoragik.(4,6)
F. KLASIFIKASI
Stroke iskemik dapat dijumpai dalam 4 bentuk klinis:(1)
1.
2.
3.
4.
G. ETIOLOGI
Pada tingkatan makroskopik, stroke infark paling sering disebabkan oleh emboli
ektrakranial atau trombosis intrakranial. Selain itu, stroke non hemoragik juga dapat
diakibatkan oleh penurunan aliran serebral. Pada tingkatan seluler, setiap proses yang
mengganggu aliran darah menuju otak menyebabkan timbulnya kaskade iskemik yang
berujung pada terjadinya kematian neuron dan infark serebri.(4)
1.
Emboli
32
Sumber embolisasi dapat terletak di arteria karotis atau vertebralis akan tetapi dapat
juga di jantung dan sistem vaskuler sistemik.(5)
a)
Embolus yang dilepaskan oleh arteria karotis atau vertebralis, dapat berasal
dari plaque athersclerotique yang berulserasi atau dari trombus yang
melekat pada intima arteri akibat trauma tumpul pada daerah leher.
b)
2)
3)
Fibralisi atrium;
4)
5)
6)
c)
2)
3)
Emboli dapat berasal dari jantung, arteri ekstrakranial, ataupun dari right-sided
circulation (emboli paradoksikal). Penyebab terjadinya emboli kardiogenik adalah trombi
valvular seperti pada mitral stenosis, endokarditis, katup buatan), trombi mural (seperti infark
miokard, atrial fibrilasi, kardiomiopati, gagal jantung kongestif) dan atrial miksoma.
Sebanyak 2-3 persen stroke emboli diakibatkan oleh infark miokard dan 85 persen di
antaranya terjadi pada bulan pertama setelah terjadinya infark miokard.(4)
2.
Trombosis
33
Stroke trombotik dapat dibagi menjadi stroke pada pembuluh darah besar (termasuk
sistem arteri karotis) dan pembuluh darah kecil (termasuk sirkulus Willisi dan sirkulus
posterior). Tempat terjadinya trombosis yang paling sering adalah titik percabangan arteri
serebral utamanya pada daerah distribusi dari arteri karotis interna. Adanya stenosis arteri
dapat menyebabkan terjadinya turbulensi aliran darah (sehingga meningkatkan resiko
pembentukan trombus aterosklerosis (ulserasi plak), dan perlengketan platelet.(4)
Penyebab lain terjadinya trombosis adalah polisitemia, anemia sickle sel, defisiensi
protein C, displasia fibromuskular dari arteri serebral, dan vasokonstriksi yang
berkepanjangan akibat gangguan migren. Setiap proses yang menyebabkan diseksi arteri
serebral juga dapat menyebabkan terjadinya stroke trombotik (contohnya trauma, diseksi
aorta thorasik, arteritis).(4)
3.
Patofisiologi
Infark iskemik serebri, sangat erat hubungannya aterosklerosis (terbentuknya
manifestasi
b.
Oklusi mendadak pembuluh darah karena terjadinya trombus atau peredaran darah
aterom.
c.
d.
Menyebabkan dinding pembuluh menjadi lemah dan terjadi aneurisma yang kemudian
dapat robek.
34
a.
Keadaan pembuluh darah, bila menyempit akibat stenosis atau ateroma atau tersumbat
oleh trombus/embolus.
Tekanan darah sistematik memegang peranan tekanan perfusi otak. Perlu diingat apa y
ang disebut otoregulasi otak yakni kemampuan intrinsik dari pembuluh darah otak
agar aliran darah otak tetap konstan walaupun ada perubahan dari tekanan perfusi
otak.
Batas normal otoregulasi antara 50-150 mmHg. Pada penderita hipertensi otoregulasi
otak bergeser ke kanan.
d.
H.
Kelainan jantung
1)
2)
DIAGNOSIS
1.
Gambaran Klinis
a.
Anamnesis
Stroke harus dipertimbangkan pada setiap pasien yang mengalami defisit neurologi
akut (baik fokal maupun global) atau penurunan tingkat kesadaran. Tidak terdapat tanda atau
gejala yang dapat membedakan stroke hemoragik dan non hemoragik meskipun gejala seperti
mual muntah, sakit kepala dan perubahan tingkat kesadaran lebih sering terjadi pada stroke
hemoragik. Beberapa gejala umum yang terjadi pada stroke meliputi hemiparese,
monoparese, atau qudriparese, hilangnya penglihatan monokuler atau binokuler, diplopia,
disartria, ataksia, vertigo, afasia, atau penurunan kesadaran tiba-tiba. Meskipun gejala-gejala
tersebut dapat muncul sendiri namun umumnya muncul secara bersamaan. Penentuan waktu
terjadinya gejala-gejala tersebut juga penting untuk menentukan perlu tidaknya pemberian
terapi trombolitik. Beberapa faktor dapat mengganggu dalam mencari gejala atau onset stroke
seperti:
35
1)
Stroke terjadi saat pasien sedang tertidur sehingga kelainan tidak didapatkan hingga
3)
4)
Terdapat beberapa kelainan yang gejalanya menyerupai stroke seperti kejang, infeksi
sistemik, tumor serebral, subdural hematom, ensefalitis, dan hiponatremia.(4)
b.
Pemeriksaan Fisik
Tujuan pemeriksaan fisik adalah untuk mendeteksi penyebab stroke ekstrakranial,
memisahkan stroke dengan kelainan lain yang menyerupai stroke, dan menentukan beratnya
defisit neurologi yang dialami. Pemeriksaan fisik harus mencakup pemeriksaaan kepala dan
leher untuk mencari tanda trauma, infeksi, dan iritasi menings. Pemeriksaan terhadap faktor
kardiovaskuler penyebab stroke membutuhkan pemeriksaan fundus okuler (retinopati,
emboli, perdarahan), jantung (ritmik ireguler, bising), dan vaskuler perifer (palpasi arteri
karotis, radial, dan femoralis). Pasien dengan gangguan kesadaran harus dipastikan mampu
untuk menjaga jalan napasnya sendiri.(4)
c.
Pemeriksaan Neurologi
Tujuan pemeriksaan neurologi adalah untuk mengidentifikasi gejala stroke,
memisahkan stroke dengan kelainan lain yang memiliki gejalah seperti stroke, dan
menyediakan informasi neurologi untuk mengetahui keberhasilan terapi. Komponen penting
dalam pemeriksaan neurologi mencakup pemeriksaan status mental dan tingkat kesadaran,
pemeriksaan nervus kranial, fungsi motorik dan sensorik, fungsi serebral, gait, dan refleks
tendon profunda. Tengkorak dan tulang belakang pun harus diperiksa dan tanda-tanda
meningimus pun harus dicari. Adanya kelemahan otot wajah pada stroke harus dibedakan
dengan Bells palsy di mana pada Bells palsy biasanya ditemukan pasien yang tidak mampu
mengangkat alis atau mengerutkan dahinya.(4,7)
Gejala-gejala neurologi yang timbul biasanya bergantung pada arteri yang tersumbat.
1)
hemianopsia ipsilateral, agnosia, afasia, dan disfagia. Karena MCA memperdarahi motorik
36
ekstremitas atas maka kelemahan tungkai atas dan wajah biasanya lebih berat daripada
tungkai bawah.(4,8)
2)
timbulnya refleks primitive (grasping dan sucking reflex), penurunan tingkat kesadaran,
kelemahan kontralateral (tungkai bawah lebih berat dari pada tungkai atas), defisit sensorik
kontralateral, demensia, dan inkontinensia uri.(4,8)
3)
4)
Umumnya sulit dideteksi karena menyebabkan deficit nervus kranialis, serebellar, batang
otak yang luas. Gejala yang timbul antara lain vertigo, nistagmus, diplopia, sinkop, ataksia,
peningkatan refleks tendon, tanda Babynski bilateral, tanda serebellar, disfagia, disatria, dan
rasa tebal pada wajah. Tanda khas pada stroke jenis ini adalah temuan klinis yang saling
berseberangan (defisit nervus kranialis ipsilateral dan deficit motorik kontralateral).(4,8)
5)
Gejala yang ada umumnya unilateral. Lokasi lesi yang paling sering adalah bifurkasio arteri
karotis komunis menjadi arteri karotis interna dan eksterna. Adapun cabang-cabang dari arteri
karotis interna adalah arteri oftalmika (manifestasinya adalah buta satu mata yang episodik
biasa disebut amaurosis fugaks), komunikans posterior, karoidea anterior, serebri anterior dan
media sehingga gejala pada oklusi arteri serebri anterior dan media pun dapat timbul.(4,8)
6)
Lakunar stroke
Lakunar stroke timbul akibat adanya oklusi pada arteri perforans kecil di daerah subkortikal
profunda otak. Diameter infark biasanya 2-20 mm. Gejala yang timbul adalah hemiparese
37
motorik saja, sensorik saja, atau ataksia. Stroke jenis ini biasanya terjadi pada pasien dengan
penyakit pembuluh darah kecil seperti diabetes dan hipertensi.(4)
2.
Gambaran Laboratorium
Pemeriksaan darah rutin diperlukan sebagai dasar pembelajaran dan mungkin pula
3.
Gambaran Radiologi
a.
hemoragik secara tepat kerena pasien stroke non hemoragik memerlukan pemberian
trombolitik sesegera mungkin. Selain itu, pemeriksaan ini juga berguna untuk menentukan
distribusi anatomi dari stroke dan mengeliminasi kemungkinan adanya kelainan lain yang
gejalahnya mirip dengan stroke (hematoma, neoplasma, abses).(4)
Adanya perubahan hasil CT scan pada infark serebri akut harus dipahami. Setelah 612 jam setelah stroke terbentuk daerah hipodense regional yang menandakan terjadinya
edema di otak. Jika setelah 3 jam terdapat daerah hipodense yang luas di otak maka
diperlukan pertimbangan ulang mengenai waktu terjadinya stroke. Tanda lain terjadinya
stroke non hemoragik adalah adanya insular ribbon sign, hiperdense MCA (oklusi MCA),
asimetris sulkus, dan hilangnya perberdaan gray-white matter.(4,10)
b.
38
Untuk evaluasi lebih lanjut dapat digunakan USG. Jika dicurigai stenosis atau oklusi
arteri karotis maka dapat dilakukan pemeriksaan dupleks karotis. USG transkranial dopler
berguna untuk mengevaluasi anatomi vaskuler proksimal lebih lanjut termasuk di antaranya
MCA,
arteri
karotis
intrakranial,
dan
arteri
vertebrobasiler.
Pemeriksaan
ECG
(ekhokardiografi) dilakukan pada semua pasien dengan stroke non hemoragik yang dicurigai
mengalami emboli kardiogenik. Transesofageal ECG diperlukan untuk mendeteksi diseksi
aorta thorasik. Selain itu, modalitas ini juga lebih akurat untuk mengidentifikasi trombi pada
atrium kiri. Modalitas lain yang juga berguna untuk mendeteksi kelainan jantung adalah EKG
dan foto thoraks.(4)
Tabel 1.
Stroke hemoragik
1. Onset mendadak
1. Onset mendadak
5.
Rangsang
meningeal
(+)
pada
perdarahan subarakhnoid
6. Lumbal punksi :
- Warna
: Jernih
6. Lumbal punksi :
- Warna
: Merah
- Tekanan : Normal
- Tekanan : Meningkat
- Eritrosit : >1000/mm3
7. 7. CT Scan : hiperdens
CT Scan : hipodens
39
Tabel 2.
stroke berdasarkan Siriraj Score
Nilai
Kesadaran : sadar
Delirium, stupor
Aterom/riwayat diabetes :
tidak
ada
tidak ada
1 atau lebih
>1
Perdarahan serebral
< -1
Infark serebral
- 1 sampai 1
40
Penurunan kesadaran
Nyeri kepala
Refleks babinski
Ya
Stroke perdarahan
intraserebral
Tidak
Ya
Stroke perdarahan
intraserebral
Ya
Tidak
I.
PENATALAKSANAAN
41
Target managemen stroke non hemoragik akut adalah untuk menstabilkan pasien dan
menyelesaikan evaluasi dan pemeriksaan termasuk diantaranya pencitraan dan pemeriksaan
laboratorium dalam jangka waktu 60 menit setelah pasien tiba. Keputusan penting pada
manajemen akut ini mencakup perlu tidaknya intubasi, pengontrolan tekanan darah, dan
menentukan resiko atau keuntungan dari pemberian terapi trombolitik.(6,12)
1.
Penatalaksanaan Umum
kurang baik dan menghambat reperfusi pada trombolisis. Pasien dengan normoglikemik tidak
boleh diberikan cairan intravena yang mengandung glukosa dalam jumlah besar karena dapat
menyebabkan hiperglikemia dan memicu iskemik serebral eksaserbasi. Pengontrolan gula
darah harus dilakukan secara ketat dengan pemberian insulin. Target gula darah yang harus
dicapai adalah 90-140 mg/dl. Pengawasan terhadap gula darah ini harus dilanjutkan hingga
pasien pulang untuk mengantisipasi terjadinya hipoglikemi akibat pemberian insulin.(11,12,13,14)
d.
Penelitian telah membuktikan bahwa tekanan perfusi serebral lebih maksimal jika
pasien dalam pasien supinasi. Sayangnya, berbaring telentang dapat menyebabkan
peningkatan tekanan intrakranial padahal hal tersebut tidak dianjurkan pada kasus stroke.
Oleh karena itu, pasien stroke diposisikan telentang dengan kepala ditinggikan sekitar 30-45
derajat.(11,12,13,14)
e.
Pengontrolan demam
Antipiretik diindikasikan pada pasien stroke yang mengalami demam karena hipertermia
(utamanya pada 12-24 jam setelah onset) dapat menyebabkan trauma neuronal iskemik.
Sebuah penelitian eksprimen menunjukkan bahwa hipotermia otak ringan dapat berfungsi
sebagai neuroprotektor.(11,12,13,14)
g.
Edema serebri terjadi pada 15 persen pasien dengan stroke non hemoragik dan mencapai
puncak keparahan 72-96 jam setelah onset stroke. Hiperventilasi dan pemberian manitol rutin
digunakan untuk mengurangi tekanan intrakranial dengan cepat.(11,12,13,14)
43
h.
Pengontrolan kejang
Kejang terjadi pada 2-23 persen pasien dalam 24 jam pertama setelah onset. Meskipun
profilaksis kejang tidak diindikasikan, pencegahan terhadap sekuel kejang dengan
menggunakan preparat antiepileptik tetap direkomendasikan.(11,12,13,14)
2.
a.
Penatalaksanaan Khusus
Terapi Trombolitik
Rekomendasi pengobatan stroke didasarkan pada perbedaaan antara keuntungan dan kerugian
dalam tatalaksana yang diberikan. Fibrinolitik dengan rtPA secara umum memberikan
keuntungan reperfusi dari lisisnya thrombus dan perbaikan sel serbral yang bermakna.
Pemberian fibrinolitik merupakan rekomendasi yang kuat diberikan sesegera mungkin setelah
diagnosis stroke iskemik akut ditegakkan ( awitan 3 jam pada pemberian intravena dan 6 jam
pemberian intrarterial).(21)
1. kriteria inklusi
a. usia 18 tahun
b. diagnosis klinis stroke dengan deficit neurologis yang jelas
c. Awitan dapat ditentukan secara jelas (<3 jam)
d. tidak ada bukti perdarahan intracranial dari CT scan
e. pasien atau keluarga mengerti dan menerima keuntungan dan risiko yang
mungkin timbul dan harus ada persetujuan tertulis dari penderita atau
keluarga untuk dilakukan terapi rtPA.
2. kriteria ekslusi
a. usia > 80 tahun
b. deficit neurologis yang ringan dan cepat membaik atau perburukan deficit
neurologis yang berat
44
Antikoagulan
Antikoagulasi yang urgent dengan tujuan mencegah timbulnya stroke ulang awal,
menghentikan perburukan neurologi, atau memperbaiki keluaran setelah stroke iskemik akur
tidak direkomendasikan sebagai pengobatan untuk pasien dengan stroke iskemik akut(21).
c.
Pemberian aspirin dengan dosis awal 325mg dalam 24-48 jam setelah awitan stroke
dianjurkan untuk setiap stroke iskemik akut(21). Aspirin tidak boleh digunakan sebagai
pengganti tindakan intervensi akut pada stroke, aeperti pemberian rtPA intravena. Jika
direncanakan pemberian trombolitik, aspirin jangan diberikan. Penggunaan aspirin sebagai
adjunctive therapy dalam 24 jam setelah pemberian obat trombolitik tidak direkomendasikan.
Penggunaan klopidogrel saja atau dengan kombinasi dengan aspirin, pada stroke iskemik
akut, tidak dianjurkan kecuali pada pasien dengan indikasi spesifik, misalnya angina pectoris
tak stabil.21
d.
Terapi Neuroprotektif
Pemakaian obat-obat neuroprotektan belum menunjukkan hasil yang efektif, sampai saat ini
belum dianjurkan.Namun, citicolin masih memberikan manfaat pada stroke akut. Penggunaan
citicolin pada stroke iskemik akut dengan dosis 2x100mg intravena 3 hari dan dilanjutkan
dengan oral 2x1000mg selama 3minggu.21
J. KOMPLIKASI
Komplikasi yang paling umum dan penting dari stroke iskemik meliputi edema serebral,
transformasi hemoragik, dan kejang.(20)
1.
Edema serebral yang signifikan setelah stroke iskemik bisa terjadi meskipun agak
jarang (10-20%)
2.
Indikator awal iskemik yang tampak pada CT scan tanpa kontras adalah indikator
independen untuk potensi pembengkakan dan kerusakan. Manitol dan terapi lain untuk
mengurangi tekanan intrakranial dapat dimanfaatkan dalam situasi darurat, meskipun
kegunaannya dalam pembengkakan sekunder stroke iskemik lebih lanjut belum diketahui.
Beberapa pasien mengalami transformasi hemoragik pada infark mereka. Hal ini diperkirakan
terjadi pada 5% dari stroke iskemik yang tidak rumit, tanpa adanya trombolitik. Transformasi
hemoragik tidak selalu dikaitkan dengan penurunan neurologis dan berkisar dari peteki kecil
sampai perdarahan hematoma yang memerlukan evakuasi.
3.
iskemik biasanya bersifat fokal tetapi menyebar. Beberapa pasien yang mengalami serangan
stroke berkembang menjadi chronic seizure disorders. Kejang sekunder dari stroke iskemik
46
harus dikelola dengan cara yang sama seperti gangguan kejang lain yang timbul sebagai
akibat neurologis injury.
K. PROGNOSIS
Stroke berikutnya dipengaruhi oleh sejumlah faktor, yang paling penting adalah sifat
dan tingkat keparahan defisit neurologis yang dihasilkan. Usia pasien, penyebab stroke,
gangguan medis yang terjadi bersamaan juga mempengaruhi prognosis. Secara keseluruhan,
agak kurang dari 80% pasien dengan stroke bertahan selama paling sedikit 1 bulan, dan
didapatkan tingkat kelangsungan hidup dalam 10 tahun sekitar 35%. Angka yang terakhir ini
tidak mengejutkan, mengingat usia lanjut di mana biasanya terjadi stroke. Dari pasien yang
selamat dari periode akut, sekitar satu setengah samapai dua pertiga kembali fungsi
independen, sementara sekitar 15% memerlukan perawatan institusional.(11,20)
47
BAB III
A.
KESIMPULAN
Oleh karena itu, penanggulangan stroke tidak akan mempunyai arti bila faktorfaktor yang kompleks tersebut tidak dianggap sebagai satu kesatuan yang saling
berhubungan. Dengan adanya alat-alat diagnostik yang canggih akhir-akhir ni, maka
diagnostik penyakit-penyakti serebro vaskuler pada umumnya dan stroke pada khususnya
menjadi lebih akurat, dengan sendirinya dituntut pula pengobatan yang lebih rasional dan
dapat meramalkan prognosa yang lebih tepat.
48
DAFTAR PUSTAKA
1.
peredaran darah otak dalam Kapita selekta neurology cetakan keenam editor Harsono. Gadjah
Mada university press, Yogyakarta. 2007. Hal: 81-115.
2.
Sutrisno, Alfred. Stroke? You Must Know Before you Get It!. Jakarta: PT. Gramedia
Hassmann
KA.
Stroke,
Ischemic.
[Online],
available
from:
http://emedicine.medscape.com/article/793904-overview
5.
Giraldo,
Elias.
Stroke,
Ischemic.
[Online],
available
from:
http://www.merck.com/mmhe/sec06/ch086/ch086c.html
7.
Hassmann
KA.
Stroke,
Ischemic.
[Online],
available
from:
http://emedicine.medscape.com/article/793904-diagnosis
10.
Li, Fuhai, dkk. Neuroimaging for Acute Ischemic Stroke. [Online], available from:
http://www.emedmag.com/html/pre/fea/features/039010009.asp
49
11.
Hassmann
KA.
Stroke,
Ischemic.
[Online],
available
from:
http://emedicine.medscape.com/article/793904-treatment
13.
Ngoerah, I Gst. Ng. Gd. Penyakit peredaran darah otak dalam Dasar-dasar ilmu
Majalah Kedokteran Atma Jaya Vol. 1 No. 2 September 2002. Hal: 158-67.
16.
Wibowo, Samekto. Gofir, Abdul. Farmakoterapi stroke prevensi primer dan prevensi
sekunder dalam Farmakoterapi dalam Neurologi. Penerbit Salemba Medika. Hal: 53-73.
17.
Josephson, S. Andrew. Ischemic Stroke. San Fransisco. CA. [Online], available from:
http://knol.google.com/k/s-andrew-josephson/ischemicstroke/BF8MGEYK/bAWc9g#
18.
Simon, Harvey. Stroke Surgery. Harvard Medical School. [Online], available from:
http://www.umm.edu/patiented/articles/what_drugs_used_treat_stroke_patients_p
revent_recurrence_000045_8.htm
19.
Barnett, Henry dkk. Drugs and Surgery in the Prevention of Ischemic Stroke. [Online],
21.
Stroke
guidelines
2011,
Pokdi
Stroke,
Perhimpunan
Dokter
Spesialis
Indonesia(PERDOSSI) 2011.
50
51
BAB II
ANALISA KASUS
DAFTAR MASALAH
2.1 Mengapa pasien ini didiagnosa Stroke Infark ?
2.2 Mengapa pasien ini di diagnosis stroke infark et causa aterotrombotik ?
2.3 Perbedaan stroke hemroragik dan non-hemorargik (Infark) ?
2.4 Apa saja faktor risiko pada pasien ini?
2.5 Bagaimana sebaiknya penatalaksanaan pada pasien ini ?
2.6 Bagaimana pencegahan stroke?
PEMBAHASAN
2.1 Mengapa pasien ini didiagnosa Infark ?
Stroke merupakan defisit neurologis yang bersifat fokal atau global yang terjadi secara
mendadak, yang disebabkan semata-mata oleh gangguan cerebrovaskular dan gejalanya
menetap selama 24 jam atau lebih.
Diagnosis
Berdasarkan data-data yang didapatkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang
A. Anamnesis
Dari anamnesis data yang menunjang adalah defisit neurologis berupa hemiparese
sinistra, bicara pelo, dan bibir miring ke kanan sejak tangan dan kaki kirinya lemas
(terjadi tiba-tiba) tanpa didahului trauma, nyeri kepala hebat, muntah-muntah, dan
penurunan kesadaran tidak ada.
Dari anamnesis juga ditemukan faktor resiko stroke seperti hipertensi yang tidak
terkontrol.
52
B. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik status neurologis yang menunjang ke arah diagnosis kerja adalah
pasien tampak sakit sedang, kesadaran composmentis, disartria, bukti hipertensi pada
pemeriksaan tanda vital. Hipertensi merupakan salah satu faktor resiko penyebab
tersering serangan stroke Infark.
Dari pemeriksaan nervus kranialis didapatkan kesan parese N.VII sisinstra sentral,
parese N.XII sinistra sentral. Dari pemeriksaan motorik didapatkan kekuatan otot
hemiparese sinistra. Refleks patologis babinski -/+, chaddock -/+.
C. Pemeriksaan penunjang
Dari pemeriksaan penunjang yang mendukung faktor risiko terjadinya stroke pada
kasus ini adalah adanya hiperlipidemia.
Kimia Klinik
Kolestrol total
Kolesterol HDL
Trigleserida
Kreatinin
202
38,4
205
1,3
53
54
Siriraj skor
55
Hipertensi
Hiperlipidemi
subyek dengan kadar kolesterol total >265 mg% mempunyai resiko mendapat PJK 5 x lebih
besar daripada orang-orang dengan kadar kolesteral total <220 mg%. Namun demikian,
hiperlipidemi tidak berhubungan dengan peningkatan resiko stroke Infark.
Aterosklerosis pada pembuluh darah otak
Arterioklerosis adalah sekelompok penyakit yang ditandai dengan adanya penebalan dan
hilangnya elastisitas arteri. Secara patologi anatomi, terdapat 3 jenis arterioklerosis, yaitu:
1. Arterioklerosis, ditandai dengan pembentukan ateroma (palque di intima yang terdiri
dari lemak dan jaringan ikat.
2.
Monckebergs medial calfic sclerosis, yang ditandai dengan kalsifikasi tunika media,
dan
3. Arterioklerosis, ditandai dengan adanya proliferasi atau penebalan dinding arteri kecil
dan arteriol. Karena aterosklerosis merupakan bentuk arterioklerosis yang paling
sering dijumpai dan paling penting, istilah arterioklerosis dan aterosklerosis sering
digunakan secara bergantian untuk menggambarkan kelainan yang sama.
Ada 3 proses biologis yang fundamentali yang berperan dalam pembentukan lesi
aterosklerosis, yaitu:
1. proliferasi sel oto polos di tunika intima, pengumpulan makrofag dan limfosit
2. Pembentukan matriks jaringan ikat yang terdiri dari kolagen, serat-serat elastin dan
proteoglikan
3. Akumulasi lemak terutama dalam bentuk kolesterol bebas dan esternya, baik dalam
sel maupun dalam jaringan sekitarnya
Aterosklerosis dapat mengenai semua pembuluh darah sedang dan besar, namun yang
paling sering adalah aorta, pembuluh koroner dan pembuluh darah otak, sehingga Infark
miokard dan Infark otak merupakan dua akibat utama proses ini. Proses aterosklerosis
dimulai sejak usia muda berjalan perlahan dan jika tidak terdapat faktor resiko yang
mempercepat proses ini, aterosklerosis tidak akan muncul sebagai penyakit sampai usia
pertengahan atau lebih. Aterosklerosis merupakan penyakit yang menyerang pembuluh darah
besar dan sedang. Lesi utamanya berbentuk plaque menonjol pada tunika intima yang
mempunyai inti berupa lemak (terutama kolesterol dan ester kolesterol) dan ditutupi oleh
fibrous cap.
57
Proses aterosklerosis pada pembuluh darah otak sering kali mengakibatkan penyumbatan
yang berakibat terjadinya stroke Infark. Terdapat dua kemungkinan mekanisme terjadinya
stroke Iskemik. Yang paling sering adalah lepasnya sebagian dari trombus yang terbentuk di
pembuluh darah yang mengalami aterosklerosis. Tombus ini menyumbat arteri yang terdapat
disebelah distal lesi. Penyebab lain yang mungkin adalah hipoperfusi jaringan disebelah distal
pembuluh darah yang terkena proses aterosklerosis yang dicetuskan oleh hipotensi dan
jeleknya sirkulasi kolaterl ke daerah distal lesi aterosklerosis tersebut. Karena sumbatan yang
terjadi biasanya berhubungan dengan proses trombosis dan embolisme, stroke Infark karena
proses aterosklerosis biasa disebut stroke Infark aterombotik dan embolisme karena lepasnya
bagian plque aterosklerosis dikenal dengan istilah trombo emboli.
Penyumbatan pembuluh darah otak menyebabkan berkurangnya aliran darah ke otak.
Jika pengurangan tersebut sampai dibawah ambang batasnya akan terjadinya satu serial
proses iskemik di otak yang dapat berakhir dengan kematian sel-sel saraf. Bila aliran darah ke
otak terputus dalam waktu 6 detik, metabolisme aktivitas jaringan otak berhenti, dalam 5
menit kerusakan jaringan otak dimulai, dan lebih dari 9 menit manusia akan meninggal.
2.3 Perbedaan stroke hemragik danstroke non-hemoragik ( infark) ?
59
(kadar gula darah < 60 mg% atau < 80 mg% dengan gejala) diatasi segera dengan
dekstrosa 40% iv sampai kembali normal dan harus dicari penyebabnya.
7. Nyeri kepala atau mual dan muntah diatasi dengan pemberian obat-obatan sesuai
gejala.
8. Tekanan darah tidak perlu segera diturunkan,kecuali bila tekanan sistolik 220
mmHg, diastolik 120 mmHg, Mean Arterial Blood Pressure (MAP) 130 mmHg
(pada 2 kali pengukuran dengan selang waktu 30 menit), atau didapatkan infark
miokard akut, gagal jantung kongestif serta gagal ginjal. Penurunan tekanan darah
maksimal adalah 20%, dan obat yang direkomendasikan: natrium nitroprusid,
penyekat reseptor alfa-beta, penyekat ACE, atau antagonis kalsium. Jika terjadi
hipotensi, yaitu tekanan sistolik 90 mm Hg, diastolik 70 mmHg, diberi NaCl 0,9%
250 mL selama 1 jam, dilanjutkan 500 mL selama 4 jam dan 500 mL selama 8 jam
atau sampai hipotensi dapat diatasi. Jika belum terkoreksi, yaitu tekanan darah sistolik
masih < 90 mmHg, dapat diberi dopamin 2-20 g/kg/menit sampai tekanan darah
sistolik 110 mmHg.
9. Jika kejang, diberi diazepam 5-20 mg iv pelan-pelan selama 3 menit, maksimal 100
mg per hari; dilanjutkan pemberian antikonvulsan per oral (fenitoin, karbamazepin).
Jika kejang muncul setelah 2 minggu, diberikan antikonvulsan peroral jangka
panjang.
10. Jika didapatkan tekanan intrakranial meningkat, diberi manitol bolus intravena 0,25
sampai 1 g/ kgBB per 30 menit, dan jika dicurigai fenomena rebound atau keadaan
umum memburuk, dilanjutkan 0,25g/kgBB per 30 menit setiap 6 jam selama 3-5 hari.
Harus dilakukan pemantauan osmolalitas (<320 mmol); sebagai alternatif, dapat
diberikan larutan hipertonik (NaCl 3%) atau furosemid.
Terapi khusus:
Ditujukan untuk reperfusi dengan pemberian antiplatelet seperti aspirin dan anti
koagulan, atau yang dianjurkan dengan trombolitik rt-PA (recombinant tissue Plasminogen
Activator). Dapat juga diberi agen neuroproteksi, yaitu sitikolin atau pirasetam (jika
didapatkan afasia).
Penggunaan obat untuk memulihkan aliran darah dan metabolisme otak yang
menderita di daerah iskemi (ischemic penumbra) masih menimbulkan perbedaan pendapat.
Obat-obatan yang sering dipakai untuk mengatasi stroke iskemik akut:
60
Aspirin
Obat ini menghambat sklooksigenase, dengan cara menurunkan
dipiridamol. Aspirin harus diminum terus, kecuali bila terjadi reaksi yang
merugikan. Konsentrasi puncak tercapai 2 jam sesudah diminum. Cepat
diabsorpsi, konsentrasi di otak rendah. Hidrolise ke asam salisilat terjadi
cepat, tetapi tetap aktif. Ikatan protein plasma: 50-80%. Waktu paro (half
time) plasma: 4 jam. Metabolisme secara konjugasi (dengan glucuronic
acid dan glycine). Ekskresi lewat urine, tergantung pH.Sekitar 85% dari
obat yang diberikan dibuang lewat urin pada suasana alkalis. Reaksi yang
merugikan: nyeri epigastrik, muntah, perdarahan, hipoprotrombinemia dan
diduga: sindrom Reye.
b) Anti-oedema otak
Untuk anti-oedema otak dapat diberikan gliserol 10% per infuse
1gr/kgBB/hari selama 6 jam atau dapat diganti dengan manitol 10%.
c) Neuroprotektif
Terapi neuroprotektif diharapkan meningkatkan ketahanan neuron
yang iskemik dan sel-sel glia di sekitar inti iskemik dengan memperbaiki
fungsi sel yang terganggu akibat oklusi dan reperfusi.
2.6 Bagaimana pencegahan stroke?
62
Pencegahan Primer
Tujuan pencegahan primer adalah mengurangi timbulnya faktor risiko stroke bagi individu
yang mempunyai faktor risiko dengan cara melaksanakan gaya hidup sehat bebas stroke,
antara lain:
a. Menghindari: rokok, stress, alkohol, kegemukan, konsumsi garam berlebihan, obat obatan
golongan amfetamin, kokain dan sejenisnya.
b. Mengurangi: kolesterol dan lemak dalam makanan.
c. Mengendalikan: Hipertensi, DM, penyakit jantung (misalnya fibrilasi atrium, infark
miokard akut, penyakit jantung reumatik), dan penyakit vaskular aterosklerotik lainnya.
d. Menganjurkan konsumsi gizi yang seimbang seperti, makan banyak sayuran, buah-buahan,
ikan terutama ikan salem dan tuna, minimalkan junk food dan beralih pada makanan
tradisional yang rendah lemak dan gula, serealia dan susu rendah lemak serta dianjurkan
berolah raga secara teratur.
Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder ditujukan bagi mereka yang pernah menderita stroke. Pada tahap ini
ditekankan pada pengobatan terhadap penderita stroke agar stroke tidak berlanjut menjadi
kronis. Tindakan yang dilakukan adalah:
a. Obat-obatan, yang digunakan: asetosal (asam asetil salisilat) digunakan sebagai obat
antiagregasi trombosit pilihan pertama dengan dosis berkisar antara 80-320 mg/hari,
antikoagulan oral diberikan pada penderita dengan faktor resiko penyakit jantung (fibrilasi
atrium, infark miokard akut, kelainan katup) dan kondisi koagulopati yang lain.
b. Clopidogrel dengan dosis 1x75 mg. Merupakan pilihan obat antiagregasi trombosit kedua,
diberikan bila pasien tidak tahan atau mempunyai kontra indikasi terhadap asetosal (aspirin).
c. Modifikasi gaya hidup dan faktor risiko stroke, misalnya mengkonsumsi obat
antihipertensi yang sesuai pada penderita hipertensi, mengkonsumsi obat hipoglikemik pada
penderita diabetes, diet rendah lemak dan mengkonsumsi obat antidislipidemia pada
penderita dislipidemia, berhenti merokok, berhenti mengkonsumsi alkohol, hindari kelebihan
berat badan dan kurang gerak
63
Pencegahan Tertier
Tujuan pencegahan tersier adalah untuk mereka yang telah menderita stroke agar kelumpuhan
yang dialami tidak bertambah berat dan mengurangi ketergantungan pada orang lain dalam
melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari. Pencegahan tersier dapat dilakukan dalam bentuk
rehabilitasi fisik, mental dan sosial. Rehabilitasi akan diberikan oleh tim yang terdiri dari
dokter, perawat, ahli fisioterapi, ahli terapi wicara dan bahasa, ahli okupasional, petugas
sosial dan peran serta keluarga.
a. Rehabilitasi Fisik
Pada rehabilitasi ini, penderita mendapatkan terapi yang dapat membantu proses pemulihan
secara fisik. Adapun terapi yang diberikan yaitu yang pertama adalah fisioterapi, diberikan
untuk mengatasi masalah gerakan dan sensoris penderita seperti masalah kekuatan otot,
duduk, berdiri, berjalan, koordinasi dan keseimbangan serta mobilitas di tempat tidur. Terapi
yang kedua adalah terapi okupasional (Occupational Therapist atau OT), diberikan untuk
melatih kemampuan penderita dalam melakukan aktivitas sehari-hari seperti mandi, memakai
baju, makan dan buang air. Terapi yang ketiga adalah terapi wicara dan bahasa, diberikan
untuk melatih kemampuan penderita dalam menelan makanan dan minuman dengan aman
serta dapat berkomunikasi dengan orang lain.
b. Rehabilitasi Mental
Sebagian besar penderita stroke mengalami masalah emosional yang dapat mempengaruhi
mental mereka, misalnya reaksi sedih, mudah tersinggung, tidak bahagia, murung dan
depresi. Masalah emosional yang mereka alami akan mengakibatkan penderita kehilangan
motivasi untuk menjalani proses rehabilitasi. Oleh sebab itu, penderita perlu mendapatkan
terapi mental dengan melakukan konsultasi dengan psikiater atau ahki psikologi klinis.
c. Rehabilitasi Sosial
Pada rehabilitasi ini, petugas sosial berperan untuk membantu penderita stroke menghadapi
masalah sosial seperti, mengatasi perubahan gaya hidup, hubungan perorangan, pekerjaan,
dan aktivitas senggang. Selain itu, petugas sosial akan memberikan informasi mengenai
layanan komunitas lokal dan badan-badan bantuan sosial.
64
65