Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
: Tn. C.
: Jl. Alas Tipis, Waru
: Nuclear Family
Nama
Tn.C
Ny. HS
An. CA
Kedudukan
dalam
keluarga
KK
Istri
Anak
L/
P
Umur
Pendidikan
Terakhir
Pekerjaan
42
SMA
Buruh
Pasien
Klinik
(Y/T)
T
SMK
Pabrik
Ibu Rumah
SMP
Tangga
Pelajar
P
L
38
12
pertama
Ket
-
Di
diagnosis
scabies
An. DN
Anak Kedua
3,5
Belum
sekolah
PENDAHULUAN
Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan
sensitisasi terhadap Sarcoptes scabiei varian hominis dan produknya.1-3
Skabies ditemukan di semua negara dengan prevalensi yang
bervariasi. Dibeberapa negara yang sedang berkembang prevalensi skabies
sekitar 6% - 27% populasi umum dan cenderung tinggi pada anak-anak
serta remaja. Ada dugaan bahwa setiap siklus 30 tahun terjadi epidemi
skabies. Banyak faktor yang menunjang perkembangan penyakit ini, antara
lain: sosial ekonomi yang rendah, higiene yang buruk, hubungan seksual
yang sifatnya promiskuitas, kesalahan diagnosis, dan perkembangan
dermografik serta ekologik.4-6
Laporan ini diambil berdasarkan kasus yang diambil dari seorang
penderita scabies, berjenis kelamin laki-laki dan berusia 12 tahun, penderita
merupakan siswa dari salah satu pesantren yang berada diwilayah cakupan
Puskesmas Waru, Kabupaten Sidoarjo, dimana banyak sekali didapatkan
kasus scabies di pesantren tersebut. Oleh karena banyaknya kasus ini di
pesantren tersebut, maka penting kiranya bagi penulis untuk memperhatikan
dan
mencermatinya
untuk
kemudian
bisa
menjadikannya
sebagai
pengalaman di lapangan.
B.
TUJUAN
Tujuan dalam penyusunan makalah ini:
1. Sebagai tugas akhir kepaniteraan klinik bagian Ilmu Kedokteran
Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya.
2. Mengidentifikasi permasalahan kesehatan anggota keluarga yang di
kunjungi sesuai dengan penyakit dan instrumen.
3. Menentukan prioritas faktor yang besar pengaruhnya terhadap kesehatan
pasien.
MANFAAT
Manfaat dari home visit yang dilakukan adalah
1.
2.
3.
4.
BAB II
STATUS PENDERITA
A.
IDENTITAS PENDERITA
Nama
: An. CA
Umur
: 12 tahun
Jenis kelamin
: Laki-laki
Pekerjaan
: Pelajar
Pendidikan
: MTS/SMP
Agama
: Islam
Alamat
Suku
: Jawa
Tanggal periksa
: -
25 Februari 2016
27 Febeuari 2016
05 Maret 2016
B.
ANAMNESIS
1. Keluhan Utama
Riwayat Imunisasi
: lengkap
: disangkal
Riwayat asma
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
Riwayat hipertensi
: disangkal
: disangkal
5. Riwayat Kebiasaan
-
Riwayat merokok
: disangkal
: + (ayah)
: jarang sekali
PEMERIKSAAN FISIK
C.
1. Keadaan Umum
Tampak baik, kesadaran compos mentis (GCS E4V5M6), kesan gizi kurang.
2. Tanda Vital dan Status Gizi
Tanda Vital
Nadi
Pernafasan : 20 x/menit
Suhu
: 36,8 C
Tensi
: 110/80 mmHg
: 40 kg
TB
: 155 cm
IMT
Kepala
4. Mata
Conjunctiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor (3mm/3mm), reflek
kornea
(+/+),
warna
kelopak
(coklat
kehitaman),
katarak
(-/-),
radang/conjunctivitis/uveitis (-/-)
5. Hidung
Nafas cuping hidung (-), sekret (-), epistaksis (-), deformitas hidung (-),
hiperpigmentasi (-), sadle nose (-)
6. Mulut
Bibir pucat (-), bibir kering (-), lidah kotor (-), papil lidah atrofi (+), tepi
lidah hiperemis (-), tremor (-)
7. Telinga
Nyeri tekan mastoid (-), sekret (-), pendengaran berkurang (-), cuping
telinga dalam batas normal
8. Tenggorokan
Tonsil membesar (-), pharing hiperemis (-)
9. Leher
JVP (5+2) cmH2O tidak meningkat, trakea ditengah, pembesaran kelenjar
tiroid (-), pembesaran kelenjar limfe (-), lesi pada kulit (-)
10. Thoraks
Simetris, retraksi interkostal (-), retraksi subkostal (-)
- Cor :I : ictus cordis tak tampak
P : ictus cordis tak kuat angkat
P : batas kiri atas
:SIC II LPSD
11.Abdomen
I :dinding perut sejajar dengan dinding dada, venektasi (-)
P :supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tak teraba
P :timpani seluruh lapang perut
A :peristaltik (+) normal
12. Sistem Collumna Vertebralis
I :deformitas (-), skoliosis (-), kiphosis (-), lordosis (-)
P :nyeri tekan (-)
P :NKCV (-)
13. Ektremitas: palmar eritema(-/-)
akral dingin
oedem
RF
RP -
Kesadaran
Afek
: appropriate
Psikomotor
: normoaktif
Proses pikir
: bentuk :realistik
Insight
isi
arus
:koheren
: baik
10
PEMERIKSAAN PENUNJANG
D.
RESUME
Seorang anak laki-laki 12 tahun dengan keluhan gatal-gatal
dipergelangan tangan sejak kurang lebih dua minggu yang. Lalu timbul
bercak bercak yang makin lama makin besar, bercak tersebut ada yang
pecah karena digaruk dan keluar cairan bening. Bercak awalnya muncul di
jari tangan kanan lalu menjalar ke sela-sela jari tangan kanan dan muncul
juga di tangan kiri kemudian merambat ke kedua pergelangan tangan. Rasa
gatal makin parah pada malam hari. Pasien menderita penyakit ini setelah
beberapa bulan mondok di pondok pesantren dan teman teman di
pondoknya banyak yang yang mengalami keluhan yang sama.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit sedang,
compos mentis, status gizi kesan kurang. Tanda vital T:120/80 mmHg, N: 94
x/menit, Rr: 20 x/menit, S:36,80C, BB:40 kg, TB:155 cm, status gizi Gizi
kurang. Dari pemeriksaan fisik didapatkan Pemeriksaan Dermatologi Regio
manus dextra et sinistra tampak papulo vesikula multiple, erosi (+).
F.
2.
Diagnosis Psikologis
Diagnosis Sosial Ekonomi dan Budaya
1. Penyakit mengganggu aktifitas sehari-hari.
2. Kondisi lingkungan pesantren yang kurang sehat
11
G.
PENATALAKSANAAN
Non Medika mentosa
1. Pakaian, sprei, sarung bantal yang di gunakan semalam setelah pemberian
obat di rendam dengan air mendidih sebelum di cuci selama 30 menit
selama 3 hari berturut-turut.
2. Saat di pesantren, tidak boleh meminjamkan atau meminjam pakaian
teman-teman satu pesantren.
3. Menyarankan teman-teman satu pesantren yang memiliki keluhan gatalgatal seperti pasien untuk berobat.
Medikamentosa
- Sistemik
CTM tab 4 mg (3 x tablet)
Vitamin C tab (1 x 1 tablet)
- Topikal
Salep premetrin (dioleskan seluruh tubuh kecuali kepala dan leher selama
3 hari berturut-turut)
H.
FOLLOW UP
Tanggal 25 Februari 2016
S :Gatal-gatal (+), Nafsu Makan baik
O :KU: Tampak baik, kesadaran compos mentis, kesan gizi kurang.
Tanda vital :T : 120/80 mmHg
R :20 x/menit
S :36,8 0C
N : 94 x/menit
12
R :20 x/menit
S :36,8 0C
N : 90 x/menit
R :20 x/menit
S :36,8 0C
N : 94 x/menit
13
FOLLOW SHEET
Nama
: An. CA
Diagnosis : Scabies
NO
Tanggal
Tensi
mm
Hg
BB
TB
Kg
Cm
Status
Gizi
Keterangan
-Salep premetrin
-CTM tab 4 mg (3
x tablet)
-Vitamin C tab (1
x 1 tablet)
25/02/16
120/80
40
155
Gizi kurang
27/02/16
120/80
40
155
Gizi kurang
05/03/16
110/80
40
155
Gizi kurang
14
BAB III
IDENTIFIKASI FUNGSI- FUNGSI KELUARGA
A. FUNGSI KELUARGA
1. Fungsi Biologis.
Keluarga terdiri dari penderita, ayah, Ibu dan 1 adik perempuan.
Penderita sebelum mondok di pesantren tinggal serumah dengan ayah,
ibunya dan 1 adik. Penderita ketika lahir ditolong oleh bidan, spontan,
menangis kuat dengan BB lahir 2,9 kg di rumah seorang bidan desa.
2. Fungsi Psikologis.
An. CA tinggal serumah dengan ayah, ibunya dan 1 adik.
Hubungan keluarga mereka terjalin cukup akrab, terbukti dengan
permasalahan-permasalahan yang dapat diatasi dengan baik dalam
keluarga ini. Hubungan diantara mereka cukup dekat antara satu dengan
yang lain. Penderita seorang pelajar yang sedang bersekolah di salah satu
pondok di Tambak Sumur.
Permasalahan yang timbul dalam keluarga dipecahkan secara
musyawarah dan dicari jalan tengah, serta dibiasakan sikap saling tolong
menolong baik fisik, mental, maupun jika ada salah seorang di antaranya
yang menderita kesusahan. Meskipun penghasilan mereka berkecukupan,
namun mereka tetap hidup bahagia dan memasrahkan semuanya kepada
Tuhan.
3. Fungsi Sosial
Penderita adalah anak yang senang bermain dengan temen-teman
sekolah dan sekitar rumahnya. Dalam masyarakat penderita dan kedua
orang tua hanya sebagai anggota masyarakat biasa, tidak mempunyai
kedudukan sosial tertentu dalam masyarakat. Kedua orang tua penderita
cukup aktif dalam kegiatan sosial di masyarakat meskipun jam kerja yang
menyita waktu, namun penderita jarang mengikuti kegiatan masyarakat
seperti gotong royong di hari minggu atau membantu hajatan tetangga.
Dalam kesehariannya sebelum mondok, penderita bergaul akrab dengan
15
16
PARTNERSHIP
An. CA mengerti bahwa ia adalah harapan keluarga. Selain itu ayah, ibu dan
keluarganya meyakinkannya bahwa ia bisa sembuh total, komunikasi antar anggota
keluarga masih berjalan dengan baik.
GROWTH
An. CA sadar bahwa ia harus rajin dan bersabar menghadapi penyakitnya
walaupun kadang menganggunya terutama dalam hal pelajaran karena membuatnya
kurang konsentrasi dan tidur tidak nyenyak saat malam.
AFFECTION
An. CA merasa hubungan kasih sayang dan interaksinya dengan ayah dan ibu
cukup meskipun akhir-akhir ini ia sering menderita sakit. Bahkan perhatian yang
dirasakannya bertambah. Ia menyayangi keluarganya, begitu pula sebaliknya.
RESOLVE
An. CA merasa cukup puas dengan kebersamaan dan waktu yang ia dapatkan
dari kedua orang tuanya dan adiknya walaupun waktu yang tersedia tidak banyak
karena penderita bersekolah di pondok pesantren yang mengharuskan penderita harus
mondok disana setiap hari. Namun tiap minggunya bisa bertemu sekali meskipun
hanya sebentar.
APGAR An. CA Terhadap Keluarga
Sering/
selalu
Kadangkadang
Jarang/tidak
17
Sering/
selalu
Kadangkadang
Jarang/tidak
Sering/
selalu
Kadangkadang
Jarang/tidak
18
Cultural
Religius
Agama
menawarkan
pengalaman spiritual yang baik
untuk ketenangan individu yang
tidak didapatkan dari yang lain
Ekonomi
Edukasi
Medical
Pelayanan kesehatan puskesmas
memberikan perhatian khusus
terhadap kasus penderita
PATHOLOGY
Interaksi sosial yang baik antar anggota
keluarga juga dengan saudara partisipasi
mereka dalam masyarakat cukup meskipun
banyak keterbatasan.
Kepuasan atau kebanggaan terhadap budaya
baik, hal ini dapat dilihat dari pergaulan
sehari-hari baik dalam keluarga maupun di
lingkungan, banyak tradisi budaya yang
masih diikuti. Sering mengikuti acara-acara
yang bersifat hajatan, sunatan, nyadran dll.
Menggunakan bahasa jawa, tata krama dan
kesopanan
Pemahaman agama baik. Penerapan ajaran
agama baik, hal ini dapat dilihat dari
penderita dan orang tua rajin menjalankan
sholat. Penderita rutin belajar mengaji dan
sholat di pesantren.
Ekonomi keluarga ini tergolong menengah
ke bawah, untuk kebutuhan primer sudah
bisa terpenuhi, meski belum mampu
mencukupi kebutuhan sekunder rencana
ekonomi tidak memadai, diperlukan skala
prioritas untuk pemenuhan kebutuhan hidup
Pendidikan anggota keluarga kurang
memadai.
Tingkat
pendidikan
dan
pengetahuan orang tua masih rendah.
Kemampuan untuk memperoleh dan
memiliki fasilitas pendidikan seperti bukubuku, koran terbatas.
Tidak mampu membiayai pelayanan
kesehatan yang lebih baik Dalam mencari
pelayanan kesehatan keluarga ini biasanya
menggunakan Puskesmas dan hal ini mudah
dijangkau karena letaknya dekat.
19
KET
+
Keterangan :
Ekonomi (+) artinya keluarga An. CA masih menghadapi
permasalahan dalam hal perekonomian keluarga. Hal ini dapat
dilihat dari pemenuhan kebutuhan sehari-hari yang pas-pasan dan
belum dapat memnuhi kebutuhan sekunder dan tertiernya.
Religius (+) artinya keluarga An. CA tidak mengalami
(+)
artinya
keluarga An.
CA juga
menghadapi
Tn. C (42th)
Buruh pabrik
An.CA(12th)
Pelajar
An.D (3,5th)
Belum
Sekolah
20
Ny.H
(38th)
IRT
Keterangan :
Sdr A.
: Penderita
Tn. A
: Ayah Penderita
Ny. I
: Ibu Penderita
E. Informasi Pola Interaksi Keluarga
Keterangan :
: hubungan baik
An. CA, 12 th
Tn. C, 42 th
Ny. H, 38 th
21
22
BAB IV
IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KESEHATAN
A. Identifikasi Faktor Perilaku dan Non Perilaku Keluarga
1. Faktor Perilaku Keluarga
Sdr A adalah seorang anak dari pasangan Tn. A dan Ny. I. Penderita
sekarang duduk di kelas 3 SMA Madrasah di Pondok di daerah Pacet.
Namun sudah kurang lebih 2 hari ini kadang penderita tidak masuk sekolah
karena mencari pengobatan di puskesmas. Kedua orang tua penderita yang
menjaganya sehari-hari belum banyak memiliki pengetahuan tentang
kesehatan khususnya tentang Skabies sendiri dan pentingnya kebersihan
lingkungan yang berhuubungan erat dengan penyakit penderita. Walaupun
begitu mereka tetap memandang pendidikan sebagai hal penting bagi
anaknya.
Menurut semua anggota keluarga ini, yang dimaksud dengan sehat
adalah keadaan terbebas dari sakit, yaitu yang menghalangi aktivitas seharihari. Keluarga ini menyadari pentingnya kesehatan karena apabila mereka
sakit, mereka menjadi tidak dapat bekerja lagi sehingga otomatis pendapatan
keluarga akan berkurang dan menjadi beban anggota keluarga lainnya.
Keluarga ini meyakini bahwa sakitnya disebabkan oleh kuman penyakit,
bukan dari guna-guna, sihir, atau supranatural/ takhayul. Mereka tidak terlalu
mempercayai mitos, apalagi menyangkut masalah penyakit, lebih
mempercayakan pemeriksaan atau pengobatannya pada mantri, bidan, atau
dokter di puskesmas yang terletak dekat dengan rumah.
Walaupun perabot rumah tidak tertata dengan rapi namun Keluarga
ini berusaha menjaga kebersihan lingkungan rumahnya misalnya dengan
menyapu rumah dan halaman paling tidak sehari dua kali, pagi dan sore.
Keluarga ini tidak memiliki fasilitas jamban keluarga sehingga
apabila ingin membuang hajatnya penderita dan keluarga harus ke kali
23
dahulu. Namun untuk melakukan kegiatan mencuci dan mandi keluarga ini
menggunakan air dari pompa air yang ada di rumah.
2. Faktor Non Perilaku
Dipandang dari segi ekonomi, keluarga ini termasuk keluarga
menengah ke bawah. Keluarga ini memiliki sumber penghasilan yaitu dari
ayah dan iabu yang sama-sama bekerja wiraswasta. Dari total semua
penghasilan tersebut keluarga dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari baik
primer dan sekunder.
Rumah yang dihuni keluarga ini kurang memadai karena masih ada
kekurangan dalam pemenuhan standar kesehatan. Lantai belum diubin hanya
dilapisi oleh semen, pencahayaan ruangan kurang, ventilasi kurang, dan tidak
memiliki fasilitas jamban keluarga. Pembuangan limbah keluarga belum
memenuhi sanitasi lingkungan karena limbah keluarga tidak dialirkan
melainkan hanya dibiarkan keluar dari rumah ke belakang rumah dan
dibiarkan meresap, serta belum adanya got pembuangan limbah keluarga.
Sampah keluarga dibuang ditempat pembuangan sampah yang ada di
belakang rumah. Fasilitas kesehatan yang sering dikunjungi oleh keluarga ini
jika sakit adalah Puskesmas Kepadangan.
II.
24
semen dan pada bagian dapur dan gudang berlantaikan tanah. Ventilasi dan
penerangan rumah masih kurang. Atap rumah tersusun dari genteng dan tidak
ditutup langit-langit. Masing-masing kamar memiliki dipan untuk meletakan
kasur. Dinding rumah terbuat dari batubata namun belum dicat. Perabotan rumah
tangga minim. Sumber air untuk kebutuhan sehari-harinya keluarga ini
menggunakan mesin pompa air. Secara keseluruhan kebersihan rumah masih
kurang. Sehari-hari keluarga memasak menggunakan kompor minyak dan kadang
menggunakan kayu bakar yang biasa disimpan di Denah Rumah :
WC
Jemuran
Cucian
Kmr.Mandi
Dapur
Kamar
Kamar
Ruang
Keluarga
Keterangan :
: Jendela
Garasi
Dalam
: Satu Pintu
Ruang
Tamu
: Tembok
Garasi Luar
Teras
25
26
27
28
BAB V
DAFTAR MASALAH
1. Masalah aktif :
a. Skabies Kasus Baru
b. Pengetahuan orang tua yang kurang tentang penyakit penderita
c. Resiko penularan pada anggota keluarga yang lain
2. Faktor resiko :
a. Status gizi kurang
b. Lingkungan dan tempat tinggal yang tidak sehat
DIAGRAM PERMASALAHAN PASIEN
(Menggambarkan hubungan antara timbulnya masalah kesehatan yang ada
dengan faktor-faktor resiko yang ada dalam kehidupan pasien)
1. Skabies Kasus
Baru
5.Lingkungan
Sdr. CA,
12 th
dan tempat
tinggal yang
tidak sehat
4. Status
gizi
2.Tingkat
pengetahuan
orang tua masih
rendah
3. Resiko
kurang
penularan
pada anggota
keluarga yang
lain
29
BAB VI
PATIENT MANAGEMENT
A. PATIENT CENTERED MANAGEMENT
1. Suport Psikologis
Pasien memerlukan dukungan psikologis mengenai faktor-faktor
yang dapat menimbulkan kepercayaan baik pada diri sendiri maupun kepada
dokternya. Antara lain dengan cara :
a. Memberikan perhatian pada berbagai aspek masalah yang dihadapi.
b. Memberikan perhatian pada pemecahan masalah yang ada. Memantau
kondisi fisik dengan teliti dan berkesinambungan.
c. Memantau kondisi fisik dengan teliti dan berkesinambungan.
d. Timbulnya kepercayaan dari pasien, sehingga timbul pula kesadaran dan
kesungguhan untuk mematuhi nasihat-nasihat dari dokter.
Pendekatan Spiritual, diarahkan untuk lebih mendekatkan diri
kepada Tuhan YME, misalnya dengan rajin ibadah, berdoa dan memohon
hanya kepada Tuhan YME.
Dukungan psikososial dari keluarga dan lingkungan merupakan hal
yang harus dilakukan. Bila ada masalah, evaluasi psikologis dan evaluasi
kondisi sosial, dapat dijadikan titik tolak program terapi psikososial.
2. Penentraman Hati
Menentramkan hati diperlukan untuk pasien dengan problem
psikologis antara lain yang disebabkan oleh persepsi yang salah tentang
penyakitnya, kecemasan, kekecewaan dan keterasingan yang dialami
akibat penyakitnya. Menentramkan hati penderita dengan memberikan
edukasi tentang penyakitnya bahwa penyakitnya tersebut bukan penyakit
turunan dan dapat disembuhkan. Faktor yang paling penting untuk
kesembuhannya adalah ketekunan dalam menjalani pengobatan sesuai
petunjuk dokter. Selain itu juga didukung dengan makan makanan yang
bergizi tinggi meskipun sederhana, istirahat yang cukup. Diharapkan
pasien bisa berpikir positif, tidak berprasangka buruk terhadap
30
31
32
BAB VII
PEMBAHASAN
2.1. Sinonim
Kudis, The Itch, Gudik, Budukan, Gatal Agogo.1
2.2. Definisi
Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan
sensitisasi terhadap Sarcoptes scabiei varian hominis dan produknya.1-3
2.3. Epidemiologi
Skabies ditemukan di semua negara dengan prevalensi yang
bervariasi. Dibeberapa negara yang sedang berkembang prevalensi skabies
sekitar 6% - 27% populasi umum dan cenderung tinggi pada anak-anak
serta remaja. Ada dugaan bahwa setiap siklus 30 tahun terjadi epidemi
skabies. Banyak faktor yang menunjang perkembangan penyakit ini, antara
lain: sosial ekonomi yang rendah, higiene yang buruk, hubungan seksual
yang sifatnya promiskuitas, kesalahan diagnosis, dan perkembangan
dermografik serta ekologik. Penyakit ini dapat dimasukkan dalam P.H.S.
(Penyakit akibat Hubungan Seksual).4-6
2.4. Etiologi
Sarcoptes scabiei termasuk filum Arthopoda , kelas Arachnida, ordo
Ackarina, superfamili Sarcoptes. Pada manusia disebut Sarcoptes scabiei
var. hominis. Kecuali itu terdapat S. scabiei yang lainnya pada kambing dan
babi.7,8,9
Secara morfologik merupakan tungau kecil, berbentuk oval,
punggungnya cembung dan bagian perutnya rata. Tungau ini transient,
berwarna putih kotor, dan tidak bermata. Ukurannya yang betina berkisar
antara 330 450 mikron x 250 350 mikron, sedangkan yang jantan lebih
kecil, yakni 200 240 mikron x 150 200 mikron. Bentuk dewasa
mempunyai 4 pasang kaki, 2 pasang kaki di depan sebagai alat alat untuk
melekat dan 2 pasang kaki kedua pada betina berakhir dengan rambut,
33
sedangkan pada yang jantan pasangan kaki ketiga berakhir dengan rambut
dan keempat berakhir dengan alat perekat.1
Siklus
hidup
tungau
ini
sebagai
berikut.
Setelah
kopulasi
(perkawinan) yang terjadi di atas kulit, yang jantan akan mati, kadangkadang masih dapat hidup dalam terowongan yang digali oleh yang betina.
Tungau betina yang telah dibuahi menggali terowongan dalam stratum
korneum, dengan kecepatan 2 -3 milimeter sehari dan sambil meletakkan
telurnya 2 atau 4 butir sehari sampai mencapai jumlah 40 atau 50 .1
Bentuk betina yang telah dibuahi ini dapat hidup sebulan lamanya.
Telurnya akan menetas, biasanya dalam waktu 3-5 hari, dan menjadi larva
yang mempunyai 3 pasang kaki. Larva ini dapat tinggal dalam terowongan,
34
tetapi dapat juga keluar. Setelah 2 -3 hari larva akan menjadi nimfa yang
mempunyai 2 bentuk, jantan dan betina, dengan 4 pasang kaki. Seluruh
siklus hidupnya mulai dari telur sampai bentuk dewasa memerlukan waktu
antara 8 12 hari.1
35
36
37
38
39
2.8. Klasifikasi.
Terdapat beberapa bentuk skabies atipik yang jarang ditemukan dan
sulit dikenal, sehingga dapat menimbulkan kesalahan diagnosis. Beberapa
bentuk tersebut antara lain :1
1.
2.
Skabies incognito.
Bentuk ini timbul pada scabies yang diobati dengan kortikosteroid
sehingga gejala dan tanda klinis membaik, tetapi tungau tetap ada dan
penularan masih bisa terjadi. Skabies incognito sering juga menunjukkan
gejala klinis yang tidak biasa, distribusi atipik, lesi luas dan mirip
penyakit lain.3-5
3.
Skabies nodular
Pada bentuk ini lesi berupa nodus coklat kemerahan yang gatal.
Nodus biasanya terdapat didaerah tertutup, terutama pada genitalia lakilaki,
inguinal
dan
aksila.
Nodus
ini
timbul
sebagai
reaksi
5.
Skabies Norwegia.
40
Skabies Norwegia atau skabies krustosa ditandai oleh lesi yang luas
dengan krusta, skuama generalisata dan hyperkeratosis yang tebal.
Tempat predileksi biasanya kulit kepala yang berambut, telinga bokong,
siku, lutut, telapak tangan dan kaki yang dapat disertai distrofi kuku.
Berbeda dengan skabies biasa, rasa gatal pada penderita skabies
Norwegia tidak menonjol tetapi bentuk ini sangat menular karena jumlah
tungau yang menginfestasi sangat banyak (ribuan). Skabies Norwegia
terjadi akibat defisiensi imunologik sehingga sistem imun tubuh gagal
membatasi proliferasi tungau dapat berkembangbiak dengan mudah.1
6.
7.
menemukan
tungau
Carilah
mula-mula
terowongan,
kemudian pada ujung yang terlihat papul atau vesikel dicongkel dengan
jarum dan diletakkan diatas sebuah kaca objek, lalu ditutup dan dilihat
dengan mikroskop cahaya.1
1) Dengan cara menyikat dengan sikat dan ditampung diatas selembar
kertas putih dan dilihat dengan kaca pembesar.
2) Dengan membuat biopsi irisan. Caranya: lesi dijepit dengan 2 jari
kemudian dibuat irisan tipis dengan pisau dan diperiksa dengan
mikroskop cahaya.
3) Dengan biopsi eksisional
Hematoksilin Eosin.
41
dan
diperiksa
dengan
pewarnaan
2.10. Diagnosis
Diagnosis scabies ditegakkan atas dasar :2,4
1.
2.
3.
4.
Adanya gatal hebat pada malam hari. Bila lebih dari satu anggota
keluarga menderita gatal, harus dicurigai adanya skabies. Gatal pada
malam hari disebabkan oleh temperature tubuh menjadi lebih tinggi
sehingga aktivitas kutu meningkat.
42
43
BAB VIII
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Segi Biologis :
2. Segi Psikologis :
Tingkat
kepatuhan
dalam
menggunakan
obat
yang
baik,
4. Segi fisik :
B. SARAN
1. Untuk masalah medis Sdr. A dilakukan langkah-langkah :
Preventif :
-
sama.
Jangan menggaruk bintik-bintik yang ada karena akan
memperparah infeksi yang telah ada dan dapat menyebabkan
44
garukan.
Istirahat yang cukup
Makan makanan yang sehat dan bergizi seimbang, perbanyak
dan menyetrikanya.
Menjemur kasur dan sofa pada terik matahari.
Promotif :
-
45
24 jam, di seluruh tubuh kecuali kepala dan leher, jika kena air
-
Kuratif
-
Sistemik
CTM tab 4 mg (3 x tablet)
Vitamin C tab (1 x 1 tablet)
Topikal
Salep premetrin (dioleskan seluruh tubuh kecuali kepala
dan leher selama 3 hari berturut-turut)
Rehabilitatif :
-
stadium telur.
Diingatkan pada pasien bahwa yang paling penting adalah
pemakaian obat yang benar, pemakaian salep premetrin yang
benar, CTM bila gatal, menjaga kebersihan diri dan
lingkungan, pengobatan dilakukan serentak untuk seluruh
anggota keluarga.
46
2. Untuk masalah status gizi yang masuk kategori Gizi kurang, dilakukan
.langkah-langkah ;
Kuratif
DAFTAR PUSTAKA
47
1.
Tabri F. Skabies pada bayi dan anak. Dalam: Boediardja SA, Sugito TL,
Kurniati DD, editor. Infeksi kulit pada bayi dan anak. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI, 2003.p.62-79.
2.
3.
Kramer WL, Mock DE. Scabies. Insect and pests. Available at:
http://www.Ianr.uw.edu/pubs/g_1295.htm. Diunduh pada 10 Maret 2006
4.
Handoko RP. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI, 2002.
5.
6.
7.
8.
9.
48