Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Urin adalah suatu cairan esensial dari hasil metabolisme nitrogen dan sulfur,garam-garam
anorganik dan pigmen-pigmen. Biasanya berwarna kekuning-kuningan, meskipun secara normal
banyak variasinya. Mempunyai bau yang khas untuk speciesyang berbeda. Jumlah urin yang
diekskresikan tiap harinya bervariasi, tergantung pada pakan, konsumsi air, temperatur lingkungan,
musim dan faktor-faktor lainnya (Ganong, 2003).
Proses pembentukan urine dalam ginjal meliputi proses penyaringan (filtrasi), penyerapan
kembali (reabsorbsi), dan penambahan zat zat (augmentasi). Proses filtrasi terjadi di glomerulus
dan kapsula bowman. Proses reabsorbsi terjadi di tubulus proksimal, dan augmentasi terjadi di
tubulus distal. Ginjal kira-kira mengandung 1,3 x 106 nefron yang beroprasi secara paralel. Tiap
nefron terdiri dari suatu glomerulus yang dibekali dengan darah dalam sistem kapiler arteri
sedemikian sehingga terjadi tekanan filtrasi yang memadai untuk mempengaruhi ultrafiltrasi material
berberat molekul rendah dalam plasma. (Roberts, 1993).
Urin sering dianggap hasil buangan yang sudah tidak berguna. Padahal urin sangat
membantu dalam pemeriksaan medis. Urin merupakan salah satu cairan fisiologis yang sering
dijadikan bahan untuk pemeriksaan (pemeriksaan visual, pemeriksaan mikroskopis, dan
menggunakan kertas kimia) dan menjadi salah satu parameter kesehatan dari pasien yang diperiksa.
Selain darah, urin juga menjadi komponen yang penting dalam diagnosis keadaan kesehatan
seseorang. Ada 3 macam pemeriksaan, antara lain (1) pemeriksaan visual. Urin mengindikasikan
kesehatan yang baik bila terlihat bersih. Bila tidak, maka ada masalah dalam tubuh. Kesehatan
bermasalah biasanya ditunjukkan oleh kekeruhan, aroma tidak biasa, dan warna abnormal. (2) Tes
yang menggunakan kertas kimia yang akan berganti warna bila substansi tertentu terdeteksi atau ada
di atas normal. (3) Hasil yang datang dari pemeriksaan mikroskopis yang dilakukan untuk mengetahui
apakah kandungan berikut ini berada di atas normal atau tidak(Ganong 2002).
Karakteristik urin normal memiliki warna urin pagi (yang diambil sesaat setelah bangun pagi)
sedikit lebih gelap dibanding urin di waktu lainnya. Warna urin normal kuning pucat sampai
kuning.Nilai normal 1.003-1.03 g/mL Nilai ini dipengaruhi sejumlah variasi, misalnya umur. Berat jenis
urin dewasa berkisar pada 1.016-1.022, neonatus (bayi baru lahir) berkisar pada 1.012, dan bayi
1.002-1.006. Urin pagi memiliki berat jenis lebih tinggi daripada urin di waktu lain, yaitu sekitar 1.026.
Urin berbau harum atau tidak berbau, tetapi juga tergantung dari bahan-bahan yang
diekskresi. Normal urin berbau aromatik yang memusingkan. Bau merupakan indikasi adanya
masalah seperti infeksi atau mencerna obat-obatan tertentu. urin yang normal rata-rata 1-2 liter / hari.
Kekurangan minum menyebabkan kepekatan urin meningkat (konsentrasi semua substansi dalam
urin meningkat) sehingga mempermudah pembentukan batu. pH urin dapat berkisar dari 4,5 8,0. pH
bervariasi sepanjang hari, dipengaruhi oleh konsumsi makanan, bersifat basa setelah makan, lalu
menurun dan menjadi kurang basa menjelang makan berikutnya. Urine pagi hari (bangun tidur)
bersifat lebih asam. (Evelyn 1993). Berikut ini cara mengetahui pH urin dapat dilihat pada Gambar 2.
Variasi klorida menentukan bagian dari bahan padat dalam urine. Ekskresi Cl tergantung
pada partikel, diet alami, tetapi rata-ratanya sekitar 10-15 gram sehari. Klorida diekskresikan sebagai
natrium klorida adalah yang utama karena sebagian klorida adalah yang utama.
Jumlah dan komposisi urin mencerminkan berbagai proses biokimia yang terjadi dalam
tubuh. Dengan demikian komposisi urin individu bisa berubah ketika seseorang memiliki penyakit.
Dalam kondisi sakit, sangat umum untuk melihat adanya komponen abnormal (Senyawa yang tidak
hadir dalam urin yang sehat, individu normal) atau komponen normal dalam jumlah abnormal dalam
urin. Berikut adalah komposisi normal urin.
a. Belerang Anorganik
Belerang anorganik merupakan bagian terbesar dari belerang teroksidasi (85-90 %)
dan berasal terutama dari metabolisme protein. Pada percobaan ini, urin 24 jam direaksikan
dengan HCl encer dan BaCl2. Maka akan terbentuk endapan putih yang menunjukkan
adanya belerang anorganik, reaksi yang terjadi
b. Belerang Eteral
Belerang etereal merupakan senyawaan asam sulfat dengan zat-zat organik. Sulfat
etereal di dalam urin merupakan ester sulfat organik (R-O-SO 3H) yang dibentuk di dalam
hati dari fenol endogen dan eksogen, yang mencakup indol, kresol, esterogen, steroid lain,
dan obat-obatan. Zat-zat organik tersebut berasal dari metabolisme protein atau
pembusukan protein dalam lumen usus. Semuanya terurai pada pemanasan dengan asam.
Jumlahnya 5-15 % dari belerang total urin.
c. Belerang Yang Tak Teroksidasi
Belerang tak teroksidasi merupakan senyawa yeng mempunyai gugus SH, -S,
-SCN, misalnya asam amino yang mengandung S (sistin), tiosulfat, tiosianat, sulfida, dsb.
Jumlahnya adalah 5-25 % dari belerang total urin. Pada percobaan ini, kertas saring yang
dibasahi dengan Pb-asetat menjadi berwarna hitam (hasil reaksi positif).
Protein plasma sebagian kecil disaring di glomerulus yang diserap oleh tubulus ginjal. Normal
ekskresi protein urin biasanya tidak melebihi 150 mg/24 jam atau 10 mg/dl dalam setiap satu
spesimen. Bila lebih dari 10 mg/ml didefinisikan sebagai proteinuria. Ada bebrapa test urin untuk
mengetahui ada protein, antara lain test heller, test koagulasi, test asam sulfosalisilat dan test
Osgood-haskins (Basoeki 2000).
METODOLOGI
Waktu dan Tempat
Pengamatan dan pengambilan data tentang hasil uji terhadap urin dilakukan selama
praktikum biokimia di Laboratorium Biokimia Lantai 1 Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi
Manusia, Institut Pertanian Bogor. Dilakukan pada tanggal 05 November 2010.
Alat dan Bahan
Bahan-bahan yang digunakan adalah urin, HCl encer, BaCl 2, Zn, larutan Pb-asetat,
NaOH10%, larutan nitroprussida, asam asetat dan asam nitrat pekat
Alat-alat yang digunakan adalah tabung reaksi, gelas ukur 250ml, pipet tetes 1 ml, kompor
listrik, tissue, penjepit klem, rak tabung reaksi, corong, kertas lakmus dan gelas piala 10 ml.
Prosedur Percobaan
Sifat-sifat Urin
Dicatat: 1. Volume dalam ml
2. Warna,bau dan kejernihan
1.
di uji uap yang terbentuk dengan kertas lakmus yang telah dibasahi dengan pereaksi nessler
Belerang dalam Urin
Belerang yang terdapat dalam urin dibedakan atas 3 bentuk:
Sulfut Anorganik
Ditambahkan HCL encer dan BaCl2 pada 10 ml urin
Dilihat endapan putih
Disaring campuran ini
Sulfut Etereal
Dididihkan filtrat pada percobaan 1
1.
Reaksi Juffe
Dimasukkan 5 ml urin ke dalam tabung reaksi dan 5 ml ke tabung yang lain
Ditambahkan pada masing-masing tabung 1 ml larutan asam pikrat jenuh dan 1 ml NaOH 10%
Ditambahkan HCl pada salah satu tabung
Dibandingkan hasilnya terhadap tabung yang tidak ditambah HCl.
2.
1.
Test Heller
Diisikan sebuah tabung dengan 3 ml asam nitrat pekat
ditambahkan dengan hati-hati 3 ml urin jernih sehingga membentuk suatu lapisan yang terpisah
2.
Belerang
Hasil Pengamatan
Sulfat Anorganik
Sulfat Eteral
Sulfat Tak Teroksidasi
Ada endapan
Keruh, tidak ada endapan
Tidak berwarna hitam
Dilihat pada Tabel 4, sulfat anorganik menunjukkan ada endapan berwarna putih setelah urin
ditambahkan dengan HCl encer yang menunujukkan bahwa sulfat anorganik bereaksi terhadap HCl
encer. Endapan putih pada urin menunjukkan adanya belerang dala urin tersebut. Pada sulfat eteral
menghasilkan bentuk kekeruhan dan tidak ada endapan. Kekeruhan yang terdapat pada sulfat eteral
terjadi saat dipanaskan dengan penambahan HCL sert sedikit BaCl 2. Hal ini menunjukkan bahwa urin
mengandung sulfat eteral yang bereaksi dengan BaCl 2. Pada belerang Yang Tak Teroksidasi
menghasilkan warna tidak hitam pada kertas saring. Hal ini disebabkan HCl yang digunakan bukan
HCl encer melainkan HCl biasa, sehingga kertas tidah berubah warna. Sulfat tak teroksidasi harusnya
menghasilkan warna hitam karena adanya gas hidrogen sulfida yang dilepaskan yang dapat
diidentifikasi dari baunya yang khas atau dari menghitamnya kertas saring yang telah dibasahi larutan
timbal asetat.
Uji Kretinin
Tabel 5 Hasil uji kreatinin
Uji
Kreatinin
Hasil
- Warna tetap merah
- Reaksinya ada kreatinin
Pada uji kreatinin terdapat dua jenis uji diantaranya reaksi jaffe dan test nitroprussida. Pada
reaksi jaffe terjadi pembentukan tautomer kreatinin pikrat yang berwarna merah bila kreatinin
direaksikan dengan larutan pikrat alkalis. Warna ini akan berubah menjadi kuning apabila larutan
diasamkan. Sedangkan pada test Nitroprussida. Warna ini akan berubah menjadi kuning dan pada
pengasaman dengan asam asetat menjadi hijau dan kemudian biru disebabkan pembentukan biru
berlian. Setelah dilakukan uji kratinin pada sempel urin didapatkan warna urin tetap merah dan
reaksinya ada kreatinin.
Uji Protein Pada Urin
Tabel 6 Hasil pemeriksaan protein terhadap urin
Tes Pemeriksaan
Tes Heller
Tes Koagulasi
Hasil Pemeriksaan
Tidak terbentuk cincin putih
Tidak ada endapan
Pada pemeriksaan protein terhadap urin menggunakan tes heller yaitu dengan penambahan
asam nitrat pekat pada urin sehingga akan membentuk suatu lapisan terpisah dan ditunjukkan
dengan terbentuknya cincin putih. Sedangkan pada tes koagulasi akan ditunjukkan apabila urin telah
dipanaskan maka akan terbentuk endapan. Namun, hasil pemeriksaan dengan menggunakan tes
koagulasi dan heller menunjukkan hasil pemeriksaan yang negatif (-) karena urin yang diperiksa tidak
ada endapan dan tidak terbentuknya cincin putih. Hal ini menunjukkan bahwa urin yang diperiksa
tidak menyatakan adanya protein.
Uji Klodida
Tabel 3. Uji klorida pada urin
Uji
Klorida
Hasil
Terdapat endapan pada larutan
Berdasarkan hasil percobaan uji klorida terhadap urin yang telah direaksikan dengan
AgNO3dan HNO3 terdapat endapan putih yang terbentuk. Endapan tersebut adalah AgCl (perak
klorida). Indikasi adanya klorida pada urin dapat diketahui adanya kinerja hati yang terganggu.