Вы находитесь на странице: 1из 9

2.1.1.

Rumput Laut
2.1.1.1. Pengertian rumput laut
Rumput laut atau sea weeds merupakan komoditi hasil laut yang melimpah di Indonesia. Pada
mulanya orang menggunakan rumput laut hanya untuk sayuran. Waktu itu tidak terbayang zat apa
yang ada di dalam rumput laut. Dengan berjalannya waktu pengetahuan berkembang, kini
kandungan dari rumput laut digunakan agar bermanfaat seoptimal mungkin tidak hanya sebagai
bahan pangan yang dikonsumsi langsung secara sederhana tetapi juga merupakan bahan dasar
pembuatan produk pangan rumah tangga maupun industri makanan skala besar (Anggadireja JT,
2006: 1). Anggadiredja JT, 2006, Rumput Laut, Penebar Swadaya, Jakarta.
2.1.1.2. Rumput Laut (Eucheuma cottonii)
Saat ini pemanfaatan rumput laut (Eucheuma cottonii) telah mengalami kemajuan yang sangat
pesat. Selain digunakan untuk pengobatan langsung, olahan rumput laut kini juga dapat dijadikan
agar-agar, alganin, karangginan (carrageenan), dan fulselaran (furcellarn) yang merupakan bahan
baku penting dalam industri makanan seperti tepung, farmasi, kosmestik, dan lain-lain. Rumput
laut jenis Eucheum cottonii memiliki banyak jenis, diantaranya Caulerpa, Hypnea, Turbibaria,
Pandina, Gracilaria, dan Gelidium. E. Cottonii (Ghufran M, 2010: 63).
Ghufran M, Kordi K, 2010. Budi Daya Biota Akuatik untuk Pangan, Kosmestik, dan Obatobatan, Lily Publisher, Yogyakarta.

Gambar 2.1. Rumput Laut (Eucheuma cottonii)


(Sumber : Rochimin R, Budidaya Rumput Laut 2014)

Kingdom
Divisi
Kelas
Ordo
Famili
Marga
Spesies

: Plantae
: Rhodophyta
: Rhodophyceae
: Gigartinales
: Solieraceae
: Eucheuma
:
Eucheuma

cottonii
(Anggadiredja JT, 2011: 7)

Rumput laut jenis ini tumbuh dengan memerlukan sinar matahari untuk proses fotosintetis.
Rumput laut (Eucheuma cottonii) hidup pada lapisan fotik, yaitu kedalaman sejauh sinar matahari
masih mampu mencapainya. Di alam, jenis ini biasanya hidup berkumpul dalam satu komunitas.
Rumput laut memiliki kandungan karbohidrat, protein, sedikit lemak, dan abu yang sebagian
besar merupakan senyawa garam natrium dan kalium. Rumput laut juga mengandung vitaminvitamin seperti vitamin A, B1, B2, B6, B12, C, D, E, dan K, betakaroten, serta mineral; seperti
kalium, fosfor, natrium, zat besi, dan yodium. Beberapa jenis rumput laut mengandung lebih
banyak vitamin dan mineral penting, seperti kalium dan zat besi yang bila dibandingkan dengan
sayuran dan buah-buahan (Anggadiredja JT, 2011: 9).
Ciri-ciri dari Eucheuma cottonii antara lain :
1) Thallus berbentuk silindris berujung runcing dan tumpul.
2) Permukaan licin
3) Berwarna hijau terang, hijau olive, dan coklat kemerahan.

Ciri fisik Eucheuma cottonii adalah mempunyai thallus silindris, permukaan licin, cartilogeneus.
Keadaan warna tidak selalu tetap, kadang-kadang berwarna hijau, hijau kuning, abu-abu atau
merah. Perubahan warna sering terjadi hanya karena faktor lingkungan. Kejadian ini merupakan
suatu proses adaptasi kromatik yaitu penyesuaian antara proporsi pigmen dengan berbagai
kualitas pencahayaan (Aslan 1998). Penampakan thalli bervariasi mulai dari bentuk sederhana
sampai kompleks. Duri-duri pada thallus runcing memanjang, agak jarang-jarang dan tidak
bersusun melingkari thallus (Gambar 1) . Percabangan ke berbagai arah dengan batang-batang
utama keluar saling berdekatan ke daerah basal (pangkal). Tumbuh melekat ke substrat dengan

alat perekat berupa cakram. Cabang pertama dan kedua tumbuh dengan membentuk rumpun yang
rimbun dengan ciri khusus mengarah ke arah datangnya sinar matahari (Atmadja 1996).
Umumnya Eucheuma cottonii tumbuh dengan baik di daerah pantai terumbu (reef). Habitat
khasnya adalah daerah yang memperoleh aliran air laut yang tetap, variasi suhu harian yang kecil
dan substrat batu karang mati (Aslan 1991). Beberapa jenis Eucheuma mempunyai peranan
penting dalam dunia perdagangan internasional sebagai penghasil ekstrak karaginan. Kadar
karaginan dalam setiap spesies Eucheuma berkisar antara 54 73 % tergantung pada jenis dan
lokasi tempat tumbuhnya. Komponen kimia yang terkandung di dalam ganggang merah adalah
agar, karagenan, porpirran, furcellaran. Menurut Angka dan Suhartono (2000), kompnen utama
alga adalah polisakarida yang dapat mencapai 40-70% berat kering tergantung pada jenis alga dan
keadaan lingkungan tumbuhnya. Selain polisakarida, alga mengandung sejumlah protein, lemak,
mineral, dan vitamin.
Dihubungkan dengan sifat hiperkolosterolemik, ada tiga komponen penting yang dikandung oleh
rumput laut yaitu agar, karagenan dan asam alginate. Menurut Hallgren (1981) pengaruh fisiologi
pemberian serat adalah meningkatkan berat dan volume feses, menurunkan waktu transit,
mengikat asam empedu, menurunkan kolesterol darah dan penyerapan mineral. Dari ketiga
komponen penting yang dikandung rumput laut tersebut, Eucheuma cottonii menghasilkan
jumlah karagenan yang tidak sedikit dan memberi pengaruh dalam komposisi pemberian serat.

2.1.1.3. Komposisi Kimia Rumput Laut


Pemanfaatan rumput laut dapat dimaksimalkan dengan diversifikasi produk olahan rumput laut
yang merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan daya guna dan nilai ekonomis dari rumput
laut yang dapat membantu dalam pemenuhan gizi pada tubuh manusia . Rumput laut memiliki
kandungan gizi yang tinggi terutama vitamin, mineral dan serat (Lubis YM, 2013: 414).
Lubis, YM, Novia ME, Ismaturrahmi, Fahrizal, Pengaruh Konsentrasi Rumput Laut
(Eucheuma Cottonii) dan Jenis Tepung pada Pembuatan Mie Basah, Rona Teknik Pertanian,
Volume 6, No. 1 April 2013, hlm. 413-420
Menurut Winarno (2002: 67) dalam Murniati (2010: 65), bahwa kandungan gizi rumput laut yang
terpenting adalah trace element, khususnya kandungan yodiumnya, kandungan yodium pada
rumput laut (Eucheuma cottonii) berkisar 0,1 0,15% dari bobot keringnya serta kandungan
seratnya yang tinggi. Kandungan yodium pada rumput laut sekitar 2.400 sampai 155.000 kali
lebih banyak dibandingkan kandungan yodium pada sayur-sayuran yang tumbuh di daratan.
Rumput laut sering dimasak untuk hidangan rasa atau sup sebelum dikonsumsi.

Murniyati, Subaryono, Irma H, 2010, Pengolahan Mie Yang Difortifikasi Dengan Ikan dan
Rumput Laut Sebagai Sumber Protein, Serat Kasar dan Iodium, Jurnal Pascapanen dan
Bioteknologi Kelautan dan Perikanan, Volume 5, No 1, Juni 2010.
Winarno, FG, 1990, Teknologi Pengolahan Rumput Laut, PT Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.
Ketika direbus rumput laut dalam air selama 15 menit dapat kehilangan kandungan yodium
hingga 99%, sedangkan yodium dalam Sargassum, rumput laut coklat yang sama, kehilangan
sekitar 40% kandungan yodium (Zava TT, 2011: 14). Menurut Pereira Leonel (2011), kandungan
yodium pada rumput laut dibedakan menjadi 3 macam yaitu rumput laut hijau kandungan
yodiumnya < 1 g/100g, rumput laut cokelat 40,11 g/100g dan rumput laut merah 9,05 g/100g.
Eucheuma cottonii termasuk dalam rumput laut coklat yang memiliki kandungan yodium 40,11
g/100g.
Tabel

2.1.

Komposisi Ganggang Merah

Kimia

Rumput

Laut

kering

(g/100g

bahan

kering) Unsur
Klor
Kalium
Natrium
Magnesium
Sulfur
Silikon
Fosfor
Kalsium
Besi
Yodium
Brom

1.5-3.5
1.0-2.2
1.0-7.9
0.3-1.0
0.5-1.8
0.2-0.3
0.2-0.3
0.4-1.5
0.1-0.15
0.1-0.15
Diatas 0.005

Ganggang coklat

9.8-15.0
6.4-7.8
2.9-3.8
1.0-1.9
0.7-2.1
0.5-0.6
0.3-0.6
0.2-0.3
0.1-0.2
0.1-0.8
0.03-0.14

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa kandungan yodium pada 100 gram rumput laut kering
adalah 0,1-0,15%, artinya setiap 1 gram rumput laut kering mengandung 0,001 gram yodium.
Pengolahan rumput laut di Indonesia hingga kini belum optimal. Di perairan Indonesia terdapat
sekitar 555 jenis rumput laut, akan tetapi dari jumlah tersebut, hanya 58 spesies yang dapat
dimanfaatkan sebagai bahan baku industri, makanan tambahan, sayuran dan bahan obat obatan.
Diversivikasi makanan berbahan baku rumput laut kini mulai mendapatkan perhatian, salah
satunya adalah pengolahan ke dalam bentuk tepung rumput laut. Suatu produk makanan yang
akan ditawarkan ke pasaran tidaklah cukup hanya mengandalkan komposisi dan kandungan gizi
yang baik. Faktor lain yang tidak kalah penting bagi konsumen adalah sifat fisik dan inderawi

produk, kedua faktor tersebut dapat mempengaruhi tinggi rendahnya daya terima konsumen
terhadap produk yang dihasilkan (Purwanto Rachmawaty O, 2013: 2).
Purwanto RO, Bambang DA, Mochamad BH, 2013, Pengaruh Komposisi Sirup Glukosa dan
Variasi Suhu Pengeringan Terhadap Sifat Fisiko - Kimia dan Inderawi Dodol Rumput Laut
(Eucheuma spinosium, Jurnal Bioproses Komoditas Tropis, Vol. 1 No. 1, April 2013,hlm.1-12.
Prabasini, Hermaning, Dwi Ishartani, Dimas Rahardian, 2013, Kajian Sifat

2.1 Deskripsi dan Klasifikasi Eucheuma cottonii


Eucheuma cottonii merupakan salah satu jenis rumput laut merah (Rhodophyceae) penghasil
karaginan. Jenis karaginan yang dihasilkan dari rumput laut Eucheuma cottonii adalah kappakaraginan, sehingga jenis ini secara taksonomi dinamai Kappaphycus alvarezii. Nama cottonii
umumnya lebih dikenal dan umumnya dipakai dalam dunia perdagangan internasional (Sulastri,
2011).
Berdasarkan klasifikasi taksonomi (Anggadiredja et. al., 2009), Eucheuma cottonii
digolongkan ke dalam :
Kingdom : Plantae
Divisio : Rhodophyta
Kelas : Rhodophyceae
Bangsa : Gigartinales
Suku : Solierisceae
Marga : Eucheuma
Jenis : Eucheuma cottonii (Kappaphycus alvarezii)
Ciri-ciri Eucheume cottonii yaitu thallus silindris, permukaan licin, cartilageneus
(menyerupai tulang rawan/muda), serta berwarna hijau terang, hijau olive, dan cokelat kemerahan.
Percabangan thallus berujung runcing atau tumpul, ditumbuhi nodulus (tonjolan-tonjolan), dan duri
lunak/tumpul yang melindungi gametangia. Percabangan bersifat alternatus (berseling), tidak teratur,
serta dapat bersifat dichotomus (percabangan dua-dua) atau trichotomus (sistem percabangan tigatiga) (Anggadiredja et. al., 2009).
Eucheuma cottonii tumbuh di daerah pasang surut (intertidal) atau pada daerah yang selalu
terendam air (subtidal), melekat pada substrat di dasar perairan yang berupa batu karang mati, batu
karang hidup atau cangkang moluska. Umumnya mereka tumbuh dengan baik di daerah terumbu
karang (reef) karena tempat ini beberapa persyaratan untuk pertumbuhan terpenuhi, antara lain faktor
kedalaman, suhu, cahaya, subsrat dan gerakan air (Atmadja et. al., 1996).

Rumput laut E. cottonii memerlukan sinar matahari untuk proses fotosintesis. Oleh karena itu,
rumput laut jenis ini hanya mungkin hidup pada lapisan fotik, yaitu kedalaman sejauh sinar matahari
masih mampu 5

mencapainya. Di alam jenis ini biasanya hidup berkumpul dalam satu komunitas atau koloni dan
indikator jenisnya (species indicator) antara lain jenis-jenis Caulerpa, Hypnea, Turbibaria, Padina,
Gracilaria, dan Gelidium. E. cottonii tumbuh di rataan terumbu karang dangkal sampai kedalaman 6
m, melekat di batu karang, cangkang kerang, dan benda keras lainnya. Faktor yang sangat
berpengaruh pada pertumbuhan jenis ini yaitu cukup arus dengan salinitas (kadar garam) yang stabil,
yaitu berkisar 28-34 per mil. Oleh karenanya, rumput laut jenis ini akan hidup baik bila jauh dari
muara sungai. Jenis ini telah dibudidayakan dengan cara diikat pada tali sehingga tidak perlu melekat
pada substrat karang atau benda lainnya (Anggadiredja et. al., 2006).

2.2 Panen dan Pascapanen Rumput Laut Eucheuma cottonii


a. Panen
Tidak hanya teknik budidaya, kualitas rumput laut juga dipengaruhi oleh umur tanaman, cara panen,
dan keadaan cuaca pada saat panen. Rumput laut siap dipanen pada umur 1,5-2,0 bulan setelah tanam.
Apabila panen dilakukan kurang dari umur tersebut maka akan dihasilkan rumput laut berkualitas
rendah. Hal ini dikarenakan kandungan karaginan yang dikandungnya menjadi rendah dan kekuatan
gel dari karaginan juga rendah, tetapi kadar airnya tinggi (Anggadiredja et. al., 2009).
b. Pascapanen
Kualitas rumput laut dipengaruhi oleh tiga hal penting, yaitu teknik budi daya, umur panen, dan
penanganan pascapanen. Penanganan pascapanen merupakan kegiatan atau proses yang dimulai sejak
setelah tanaman dipanen, yang meliputi pencucian, pengeringan, pembersihan kotoran atau garam
(sortasi), pengepakan, pengangkutan, dan penyimpanan. Berikut tahapan penanganan pascapen
rumput laut Eucheuma sp. (Anggadiredja et. al., 2009).
a. Pencucian
Rumput laut Eucheuma sp. dicuci dengan air laut pada saat panen sebelum diangkat ke darat.
b. Pengeringan/penjemuran
Rumput laut yang telah besih dikeringkan dengan cara dijemur di atas para-para bambu atau di atas
plastik, terpal, atau jaring 6

sehingga tidak terkontaminasi oleh tanah atau pasir. Pada kondisi panas matahari baik, rumput laut
akan kering dalam waktu 2-3 hari. Kadar air pada rumput laut yang harus dicapai dalam pengeringan
berisar 31-35% untuk jenis Eucheuma sp. Selama pengeringan, rumput laut tidak boleh terkena air
tawar, baik air hujan maupun air embun.
c. Pembersihan kotoran/garam (sortasi)
Pada saat dikeringkan atau dijemur, akan terjadi penguapan air laut dari rumput laut yang membentuk
butiran garam yang melekat di permukaan thalusnya. Butiran garam tersebut perlu dibuang dengan
cara mengayak atau mengaduk-aduk rumput laut kering sehingga butiran garam turun. Apabila masih
banyak butiran garam melekat maka butiran garam tersebut akan kembali menghisap uap air di udara
sehingga rumput laut menjadi lembab kembali dan dapat menurunkan kualitas rumput laut itu sendiri.
Rumput laut berkualitas baik bila total garam dan kotoran tidak lebih dari 3-5% sesuai dengan
permintaan industri.
d. Pengepakan
Rumput laut yang sudah kering dan bersih dimasukkan ke dalam karung plastik dan di-press supaya
memudahkan dalam penyimpanan dan pengangkutan.
e. Pengangkutan
Selama proses pengangkutan, rumput laut harus dijaga agar tidak terkena air tawar maupun air laut
karena dapat menurunkan kualitas rumput laut atau hancur bila kondisi tersebut berlangsung lama.
f. Penyimpanan
Dalam penyimpanan, senantiasa rumput laut dijaga agar tidak terkena air tawar. Oleh karena itu, atap
gudang tidak boleh bocor dan sirkulasi udara dalam gudang harus cukup baik.

Вам также может понравиться