Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
I
S
U
S
U
N
OLEH
Anggota :
1.
2.
KHAIRUNNISAH
AHDAN FARHA RISKA
UNIT I
DOSEN PEMBIMBING
IIN SUPARDI, S.S.M.E.i
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, yang telah memberi
hidayah dan inayahNya, sehingga kita dapat menyelesaikan makalah ini dengan
baik dan lancar, dengan judul Memahami Corak Tafsir
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada
makalah ini. Oleh karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan saran
serta kritik yang dapat membangun kami. Kritik konstruktif dari pembaca sangat
kami harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir kata penyusun berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua
pembaca.
Kelompok
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR.................................................................................. r
DAFTAR ISI................................................................................................. r
ii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................... r
B. Rumusan Masalah.............................................................................. r
1
2
BAB II : PEMBAHASAN
A. Pengertian Corak Tafsir .....................................................................
B. Macam-Macam Corak Tafsir .............................................................
1. Tafsir bercorak Sufi................................................................
2. Tafsir bercorak Fiqh ..............................................................
3. Tafsir bercorak Falsaf ...........................................................
4. Tafsir bercorak Ilm ..............................................................
5. Tafsir bercorak Adab Ijtim (sosial masyarakat) ..............
6. Tafsir bercorak Lughaw ........................................................
7. Tafsir bercorak Teologi (Kalm) ...........................................
3
4
4
7
9
10
12
14
14
15
15
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................
17
ii
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah diatas didapat beberapa hal yang menjadi
rumusan masalah pada makalah ini, antara lain:
1. Apakah pengertian corak tafsir?
2. Bagaimanakah macam-macam corak tafsir?
BAB II
PEMBAHASAN
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Cet. III; Jakarta:
Balai Pustaka, 2005), hal-220
2
Abdul Mustaqim, Aliran-Aliran Tafsir; Dari Periode Klasik hingga Kontemporer,
(Yogyakarta: Kreasi Warna, 2005), hal. 69.
3
Muhammad Al-Ftih Suryadilaga dkk, Metodologi Ilmu Tafsir (Yogyakarta:TERAS,
2010), hal. 12
Sedangkan tasawuf sendiri dapat dibagi menjadi dua bagian utama, yaitu:
a. Tasawuf
(pengertian
batin,
bukan
tektual,
itulah
yang
ini pula bermunculan istilah-istilah seperti khauf, mahabbah, marifah, dan lain
sebagainya. Dan sejak itu pula selanjutnya tasawuf telah menjadi lembaga atau
disiplin ilmu yang mewarnai khazanah keilmuan dalam Islam, seperti halnya
filsafat, hukum dan yang lainnya.
Perkembangan pemikiran Islam, khususnya dalam dimensi penafsiran
terhadap ayat-ayat al-Quran memunculkan corak penafsiran sufi. Maka tidaklah
mengherankan bila corak penafsiran semacam ini memang bukan hal yang baru,
bahkan telah dikenal sejak awal turunnya al-Qur`an kepada Rasulullah SAW,
sehingga dasar yang dipakai dalam penafsiran ini umumnya juga mengacu pada
penafsiran al-Qur`an melalui sumber-sumber Islam yang disandarkan kepada Nabi
SAW, para sahabat, dan pendapat kalangan Tabiin.6
Dalam perjalanannya, tafsir ini terbagi ke dalam dua bagian, yaitu:
a. Tafsir Sf Isyr, yaitu penafsiran al-Qur`an dalam bentuk ta`wil,
yakni penafsiran yang bersifat batini. Penafsiran ini dapat diuji
validitasnya ketika dibuktikan kesesuaiannya antara penafsiran yang
batini dengan kenyataan lahiriah.
b. Tafsir Sf Nadzar, yaitu tafsir yang dibangun atas premis-premis
ilmiah yang diterapkan dalam penafsiran al-Qur`an. Sedangkan Tafsir
Sf Isyr tidak dibangun atas dasar premis-premis ilmiah. Ia
dibangun atas dasar riydhah rhiyyah, yaitu latihan-latihan spiritual
yang dilakukan seorang sufi hingga ia mencapai tingkat menemukan
petunjuk melalui hati nuraninya (inkisyaf).
Ada beberapa kriteria tafsir sufi yang diterima yaitu :
a. Tidak menafikan penafsiran lahiriah
b. Ada kesaksian syari yang menguatkan penafsiranya
c. Tidak bertentangan dengan hukum dan akal
386
Nashruddin Baidan. Wawasan Baru Ilmu Tafsir, (Yogyakarta: pustaka pelajar, 2005). hal
d. Ada kesadaran bahwa Tafsir Isyr itu bukan satu satunya yang di
maksud Al Qur`an.
Salah satu contoh karya yang menampilkan corak tafsir sufi adalah:
a. Tafsr al-Qur`n al-Karm, karya Sahl al-Tustar (w.283 H);
b. Haqiq al-Tafsr, karya Abu Abd al-Rahman al-Sulam (w.412 H);
c. Lathif al-Isyrah, karya al-Qusyairi, dan
d. Aris al-Bayn f Haqiq al-Qur`n, karya al-Syiraz (w.606).7
dengan muatan penjelasan tentang hukum Islam dapat pula disebut dengan tafsir
fiqh. Oleh karena itu, boleh dikatakan pula bahwa tafsir fiqh muncul dan
berkembang bersamaan dengan berkembangnya ijtihad, yang hasilnya tentu saja
sudah sangat banyak, dan diteruskan dari generasi ke generasi secara tulus sejak
awal turunnya al-Qurn sampai masa penyusunan aliran-aliran hukum Islam
menurut madzhab tertentu.
Pada masa pembentukan madzhab, beragam peristiwa yang menimpa kaum
muslimin mengantarkan pada pembentukan hukum-hukum yang sebelumnya
mungkin tidak pernah ada. Maka masing-masing Imam madzhab melakukan
analisis terhadap kejadian-kejadian ini berdasarkan sandaran al-Qur`an dan alSunnah, serta sumber-sumber ijtihad lainnya. Dengan itu, para imam memberikan
keputusan hukum yang telah melalui pertimbangan pemikiran di dalam hatinya, dan
meyakini bahwa hal yang dihasilkan itu merupakan sesuatu yang benar, yang
didasarkan pada dalil-dalil dan argumentasi.10
Faktor yang cukup mencolok berkaitan dengan kemunculan corak tafsir
fiqh adalah karya-karya yang menampilkan pandangan fiqh yang cukup sektarian,
ketika kita menemukan tafsir fiqh sebagai bagian dari perkembangan kitab-kitab
fiqh yang disusun oleh para pendiri madzhab. Meskipun begitu, ada pula sebagian
yang memberikan analisis dengan membandingkan perbedaan pandangan madzhab
yang mereka anut.11
Di antara kitab-kitab yang tergolong tafsir fiqh adalah, Ahkm al-Qur`an,
karya al-Jasss (w. 370 H); Ahkm al-Qur`an, karya Ibn al-Arab (w. 543 H); dan
Al-Jmi li ahkm al-Qur`an, karya al-Qurtub (w. 671 H).12
10
11
hal.99
12
pemikiran atau pandangan para ahli falsaf, seperti tafsir bi al-Ra`y. Dalam hal ini
ayat lebih berfungsi sebagai sebuah pemikiran yang ditulis, bukan pemikiran yang
tertuju pada ayat. Seperti tafsir yang dilakukan al-Farab, ibn Sin, dan Ikhwn alShaf. Menurut Al-Dzahab, tafsir mereka ini di tolak dan di anggap merusak
agama dari dalam.
Al-Qur`an adalah sumber ajaran dan pedoman hidup umat Islam yang
pertama, kitab suci ini menempati posisi sentral dalam segala hal yaitu dalam
pengembangan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan keislaman. Sejarah telah
mencatat perkembangan tafsir yang begitu pesat, seiring dengan kebutuhan, dan
kemampuan manusia dalam menginterpretasikan ayat-ayat Tuhan. Setiap karya
tafsir yang lahir pasti memiliki sisi positif dan negatif, demikian juga tafsir falsaf
yang cenderung hanya berdasarkan logika dan karena peran logika begitu
mendominasi, maka metode ini kurang memperhatikan aspek historisitas kitab suci.
Namun begitu, tetap ada sisi positifnya yaitu kemampuannya membangun abstraksi
makna-makna yang tersembunyi,
dikomunikasikan lebih luas lagi kepada masyarakat dunia tanpa hambatan budaya
dan bahasa.
13
10
memberikan
perhatian
pada
mengiringinya. Sebab pada prinsipnya teks al-Qur`an tidak lepas dari struktur
historis dan konteks sosiokultural di mana ia diturunkan. Dengan demikian, akan
lahir tafsir-tafsir filosofis yang logis dan proporsional, tidak spekulatif dan berlebihlebihan.
Ada beberapa kitab tafsir falsafi seperti, Maftih Al-Ghib, karya Fakhr alRazi (w. 606 H), al-Isyrat, karya Imam al-Ghazali (w. 505 H), Rasail Ibn Sin,
karya Ibn Sin (w. 370 H).14
14
11
17
Badri Khaeruman, Sejarah Perkembangan Tafsir Al-Quran, (Bandung: Pustaka Setia,
2004), hal. 108
18
A. Mufakhir Muhammad, Tafsir Ilmi, (Banda Aceh: Yayasan PeNA, 2004), hal. 3
19
M. Quraish Shihab. Membumikan Al-Quran: Fungsi dan Peran Wahyu dalam
Kehidupan Masyarakat, (Bandung: Mizan, 1994), hal. 53
12
13
14
24
Abd. Kholid, Kuliah Madzahib al-Tafsir, (IAIN Sunan Ampel Surabaya: Fakultas
Ushuluddin, 2003), 56.
25
Abd. Kholid, Kuliah Madzahib al-Tafsir, _________________. hal.69.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas didapat beberapa hal yang menjadi kesimpulan
pada makalah ini, yaitu:
1. Corak tafsir adalah nuansa atau sifat khusus yang mewarnai sebuah
penafsiran dan merupakan salah satu bentuk ekspresi intelektual
seseorang mufassir, ketika ia menjelaskan maksud-maksud ayat alQuran
2. corak penafsiran al-Quran dapat dikelompokkan sebagai berikut:
a. Tafsir bercorak Sufi
b. Tafsir bercorak Fiqh
c. Tafsir bercorak Falsaf
d. Tafsir bercorak Ilm
e. Tafsir bercorak Adab Ijtim (sosial masyarakat)
f. Tafsir bercorak Lughaw
g. Tafsir bercorak Teologi (Kalm)
B. Saran
Sebagai umat Islam dalam menafsirkan dan mengeluarkan makna dari al
Quran sebagai kitab suci umat Islam hendaklah menafsirkannya sesuai dengan
ajaran yang telah dicontohkan oleh nabi kita Muhammad SAW. Agar dalam
mengaplikasikan maknanya dan kandungan al Quran dalam kehidupan ini
mendapatkan ridha Allah SWT.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak luput dari
segala kekurangan dan kekhilafan baik dalam segi sistematis tulisan maupaun
dalam materi yang di bahas di dalamnya.Oleh karena itu penulis dengan rendah hati
15
16
mengharapkan kritik dan saran kepada semua pihak yang telah membaca makalah
ini.
DAFTAR PUSTAKA
17