Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
Oklusi arteri retina sentralis dapat disebabkan oleh radang arteri, trombus,
emboli, spasme pembuluh darah akibat terlambatnya pengaliran darah, Giant Cell
Arthritis, penyakit kolagen, kelainan hiperkoagulasi, sifilis dan trauma. Tempat
tersumbatnya arteri retina sentralis biasanya didaerah lamina kribosa. Slain arteri
retinta sentralis penyumbatan dapat terjadi pada cabang-cabang arteri retina. 1
Pasien dengan sumbtana arteri retina sentralis sering mengeluhkan adanya
riwayat penurunan penglihatan hebat yang tidak nyeri yang terjadi dalam periode
beberapa detik, atau penurunan penglihatan yang sementara.1,2 Penurunan visus
yang mendadak biasanya disebabkan oleh penyakit-penyakit emboli.1
Penyumbatan arteri retina sentralis akan memperlihatkan gambaran retina
yang pucat kecuali fovea yang tetap bewarna merah. Gambaran ini disebut cherry
red spot. 1,3 Bercak merah cherry adalah pigemen koroid dan epitel pigmen retina
yang dilihat melalui retina foveola yang sangat tipis dan kontras dengan retina
perifoveola yang lebih tebal dan transluen.2
Secara klinis, kekeruhan retina menghilang dalam empat sampai enam
minggu meninggalkan sebuah diskus optikus yang pucat sebagai temuan utama.
Pada pasien berusia lanjut, giant cell arthritis harus disingkirkan dan bila
ditemukan oklusi oklusi arteri retina sentralis oleh karena giant cell arthritis perlu
segera diterapi dengan kortikosteroid dosis tinggi.2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Mata
Mata adalah indera penglihatan. Mata dibentuk untuk menerima
rangsangan berkas-berkas cahaya pada retina. Dengan perantaraan serabut-serabut
nervus optikus, rangsangan ini diteruskan ke pusat penglihatan pada otak, untuk
ditafsirkan. Bola mata terletak di dalam rongga orbita. Rongga orbita merupakan
rongga dilindungi oleh tulang-tulang yang kokoh. Otot-otot bola mata masingmasing bola mata mempunyai 6 (enam) buah otot yang berfungsi menggerakkan
kedua bola mata secara terkoordinasi pada saat melirik. Anatomi organ
penglihatan dapat dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu 1
(Weller, 2005)
Gambar 2.1 Anatomi mata kanan (dilihat dari atas)
Gambar 2.1 menjelaskan bahwa anatomi mata diklasifikasikan berdasarkan letak, yaitu
organ mata bagian luar dan bagian dalam . Organ mata bagian dalam meliputi lensa,
kornea, sklera, iris, pupil, uvea, retina, vitreus body, nervus optikus (n.II). Sedangkan
organ mata bagian luar meliputi palpebra superior, palpebra inferior, eye lid, bulu mata,
dan alis mata yang berfungsi menahan keringat agar tidak memasuki mata (Weller, 2005).
(Wagner, 2006)
Gambar 2.2. Anatomi Sistem Lakrimalis
Gambar 2.2 di atas adalah anatomi dari aparatus lakrimalis yang meliputi
kelenjar lakrimal di palpebra, punktum lakrimal superior, punktum lakrimal
inferior, fundus, sakus lakrimal, duktus nasolacrimal. Sedangkan panah
berwarna merah menjelaskan bahwa arah dari aliran air mata yang berasal dari
lacrimal gland untuk membasahi bola mata. Setelah cukup membasahi bola
mata, air mata akan memasuki sakus lakrimal melalui punktum lakrimal inferior
dan superior. Kemudian diteruskan ke duktus nasolacrimal maupun ke inferior
konka 1,3
adalah
memproduksi
air
mata,
menyediakan
(Lang, 2006).
Gambar 2.3 Anatomi Konjungtiva
Gambar 2.3 menjelaskan bahwa konjungtiva bersambungan dengan kulit pada
tepi palpebra (suatu sambungan mukokutan) dan dengan epitel di limbus.
Konjungtiva palpebralis melapisi permukaan posterior kelopak mata dan
melekat erat ke tarsus. Di tepi superior dan inferior tarsus, konjungtiva melipat
ke posterior (pada forniks superior dan inferior ) serta membungkus jaringan
menjadi konjungtiva bulbaris (Voughan, 2009)
2.) Kornea
Kornea rata-rata mempunyai tebal 550 m, diameter
horizontalnya sekitar 11,75 mm dan vertikalnya 10,6 mm. Secara
histologis, lapisan sel kornea terdiri dari lima lapisan, yaitu lapisan
epitel, lapisan bowman, stroma, membran descemet, dan lapisan
endotel. Kornea mendapat nutrisi dari pembuluh-pembuluh darah
limbus, humor aqueous, dan air mata. Saraf-saraf sensorik kornea
didapat dari cabang pertama (ophthalmichus) dan nervus cranialis
trigeminus 1
3.) Tractus Uvealis
Tractus uvealis terdiri dari iris, corpus siliaris dan koroid.
Bagian ini merupakan lapisan vascular tengah mata dan dilindungi
oleh kornea dan sklera. Struktur ini ikut memvaskularisasi daerah
retina 1
a.. Iris
Iris berpangkal pada badan siliar dan memisahkan bilik
mata depan dengan bilik mata belakang. Permukaan depan iris
warnanya sangat bervariasi dan memiliki lekukan-lekukan kecil
terutama sekitar pupil yang disebut kripte. Pupil merupakan lubang
di tengah iris yang mengatur banyak sedikitnya cahaya yang masuk
1
b. Korpus siliaris
Korpus siliaris berfungsi sebagai pembentuk aqueous
humour. Memiliki panjang 6 mm, berbentuk segitiga pada pangkal
potongan melintang, membentang ke depan dari ujung anterior
koroid ke pangkal iris. Terdiri dari 2 bagian yaitu anterior pars
plicata (2 mm) dan posterior pars plana (4mm)
16
. Processus
ciliares berasal dari pars plicata. Ada dua lapisan epitel siliaris
yaitu lapisan berpigmen dan tanpa pigmen. Processus ciliares dan
epitel siliaris berfungsi sebagai pembentuk akuos humor. Muskulus
siliaris tersusun dari gabungan serat longitudinal, sirkular, dan
radial. Fungsi serat sirkular untuk mengerutkan dan relaksasi seratserat zonula. Sedangkan serat longitudinal menyisip ke dalam
anyaman trabekula untuk mempengaruhi besar porinya 1
c. Koroid
Koroid adalah suatu membran yang berwarna coklat tua
yang terletak di antara sklera dan retina. Koroid terbentang dari
orra serata sampai ke papil saraf optik. Koroid kaya dengan
pembuluh darah dan berfungsi untuk memberi nutrisi retina.
Semakin dalam letak pembuluh-pembuluh darah di dalam koroid
maka semakin besar lumen pembuluh-pembuluh darah tersebut 1
(Voughan, 2009)
Gambar 2.4 Potongan melintang koroid
Gambar 2.4 di atas menjelaskan bahwa koroid sangat
berbatasan dekat dengan sklera dan membrane Bruch.
Koroid memiliki pembuluh darah besar maupun kecil
untuk mencukupi suplai nutrisinya 1.
4.) Lensa
Lensa adalah struktur kristalin berbentuk bikonveks dan
transparan. Lensa berfungsi untuk memfokuskan cahaya masuk ke
mata agar tepat jatuh di retina. Lensa memiliki kekuatan sebesar
10-20 dioptri tergantung dari kuat lemahnya akomodasi. Lensa
memiliki dua permukaan, yaitu permukaan anterior dan posterior.
Lensa tidak memiliki serabut saraf, pembuluh darah, dan jaringan
ikat. Lensa dipertahankan di tempatnya oleh serat zonula yang
berada di antara lensa dan badan siliar. Serat zonula ini, yang bersal
dari ephitel siliar, adalah serat kaya fibrilin yang mengelilingi lensa
secara sirkular
17
adalah
selembar
tipis
jaringan
saraf
yang
10
11
sebagai
daerah
berdiameter
mm
yang
diskriminasi
visual yang
tajam;
foveola
12
Cabang ini berjalan di bawah nervus optikus dan bersamanya melewati kanalis
optikus menuju orbita. Cabang intraorbital pertama adalah arteri retina sentralis,
yang memasuki nervus optikus sekitar 8-15 mm di belakang bola mata. Pembuluh
darah retina keluar pada papil N.II, membentuk gambaran percabangan yang
berbeda-beda pada setiap individu.
Fisiologi Retina5,6
Retina adalah jaringan mata yang paling kompleks. Sel-sel batang dan
kerucut di lapisan fotoreseptor mampu mengubah rangsangan cahaya menjadi
impuls saraf yang dihantarkan oleh lapisan serat saraf retina melalui saraf optikus
dan akhirnya ke korteks penglihatan.
Makula bertanggung jawab untuk ketajaman penglihatan yang terbaik dan
untuk penglihatan warna, dan sebagian besar selnya adalah sel kerucut. Di fovea
sentralis, terdapat hubungan hampir 1:1 antara fotoreseptor kerucut, sel
ganglionnya, dan serat saraf yang keluar, dan hal ini menjamin penglihatan yang
paling panjang.
Di retina perifer, banyak fotoreseptor dihubungkan ke sel ganglion yang
sama, dan diperlukan system pemancar yang lebih kompleks. Akibat dari susunan
seperti itu adalah makula digunakan terutama untuk penglihatan sentral dan warna
(penglihatan fotopik) sedangkan bagian retina lainnya, yang sebagian besar terdiri
dari fotoreseptor batang, digunakan terutama untuk penglihatan perifer dan malam
(skotopik).
Fotoreseptor kerucut dan batang terletak di lapisan terluar yang avaskuler
pada retina sensorik dan merupakan tempat berlangsungnya reaksi kimia yang
mencetuskan proses penglihatan. Setiap sel fotoreseptor kerucut mengandung
rhodopsin, yang merupakan suatu pigmen penglihatan fotosensitif. Rhodopsin
merupakan suatu glikolipid membran yang separuh terbenam di lempeng
membran lapis ganda pada segmen paling luar fotoreseptor.
Penglihatan skotopik diperantarai oleh fotoreseptor sel batang. Pada bentuk
penglihatan adaptasi gelap ini, terlihat bermacam-macam nuansa abu-abu, tetapi
warna ini tidak dapat dibedakan. Penglihatan siang hari terutama diperantarai oleh
14
fotoreseptor kerucut, senja oleh kombinasi sel kerucut dan batang, dan
penglihatan malam oleh fotoreseptor batang.
Benda mamantulkan cahaya cahaya masuk ke mata melalui pupil
pangaturan jumlah cahaya oleh pupil melalui m.sphincter pupil (yang
mengkonstriksikan pupil dalam keadaan cahaya terang) dan m.dilator pupil (yang
melebarkan pupil dalam keadaan kekurangan cahaya) difokuskan oleh lensa
(bikonveks) konvergensi cahaya bayangan jatuh di retina (bayangan terbalik)
ditangkap oleh fotoreseptor, sel batang (berfungsi untuk penglihatan hitam
putih) dan sel kerucut (berfungsi untuk penglihatan warna) penjalaran impuls
melalui serabut saraf n.optikus dihantarkan ke korteks optik di otak persepsi
melihat.
Ada tiga tahap proses penglihatan :
1. Cahaya yang masuk akan di fokuskan oleh lensa ke retina.
2. Fotoreseptor di retina mentranduksikan energi elektomagnetik (cahaya)
menjadi potensial listrik.
3. Proses penghantaran sinyal listrik melalui jalur N.Opticus.
2.2 Oklusi Arteri Retina
Oklusi Arteri Retina adalah infark pada retina karena oklusi pada sebuah
arteri pada bagian lamina cribrosa atau oklusi cabang arteri retina. 7 Oklusi arteri
retina, merupakan kasus kegawatdaruratan dan keterlambatan penanganan akan
mengakibatkan kebutaan yang permanen. Arteri pada retina membawa darah yang
kaya oksigen untuk retina. Jika terjadi penyumbatan pada arteri utama atau pada
cabang kecil, sel pada retina akan berangsur-angsur dimulai dengan kekurangan
oksigen.
Umumnya penderita laki-laki lebih tinggi dari pada wanita. Kebanyakan
penderita berusia sekitar 60 tahun, namun pada beberapa kasus dijumpai
15
mengenai penderita yang lebih muda hingga usia 30 tahun. Umumnya insiden
pada kelompok usia yang berbeda disebabkan penyebab yang berbeda pula.
Oklusi arteri retina kejadiannya kurang bila dibandingkan dengan oklusi
vena.7
Oklusi arteri retina berdasarkan anatomi dibagi menjadi : Oklusi arteri retina
sentral dan oklusi arteri retina cabang.1,3,8
Sumber embolus
Ateromaotus plak
dari
arteri
Kolesterol emboli
arteri
karotiid
Pada atrial fibtilasi, IMA, atau
16
2. Radang arteri
3. Spasme pembuluh darah, akibat terlambatnya pengaliran darah. Penyebab
spasme pembuluh darah antara lain pada migren, overdosis obat,
keracunan alkohol, tembakau, kina atau timah hitam.
4. Akibat lambatnya pengaliran darah. Perlambatan aliran pembuluh darah
retina terjadi pada peninggian tekanan intraokular, stenosis aorta atau arteri
karotis.
5. Giant cell arthritis
6. Kelainan hiperkoagulasi
7. Penyakit kolagen
8. Sifilis
9. Trauma
10. Kongenital anomali pada arteri retina sentral.8
2.5 Epidemiologi
Oklusi arteri retina terjadi lebih sedikit dibandingkan dengan oklusi vena.
Data pada studi di Amerika, menunjukkan bahwa oklusi arteri retina sentral
(Central Retinal Artery Occlusion / CRAO) ditemukan tiap 1:10.000.8 Biasanya
hanya mengenai satu mata, namun pada 1-2% penderita ditemukan ganguan mata
bilateral.8 Mata kanan dan kiri memiliki kesempatan terkena yang sama. 8 Oklusi
arteri retina sentral (CRAO) terjadi pada 58% pasien dengan obstruksi arteri
retina.
Oklusi arteri sentral terdapat pada usia tua atau usia pertengahan, 3 rata-rata
terjadi pada umur 60 tahun.8 Laki-laki lebih sering terkena daripada perempuan
2:1.8
2.6 Patogenesis dan Patofisiologi
Pada umumnya, oklusi arteri retina terjadi karena emboli. Emboli biasanya
berasal dari trombus pembuluh darah dari aliran pusat yang terlepas kemudian
masuk ke dalam sistem sirkulasi dan berhenti pada pembuluh darah dengan lumen
yang lebih kecil. Etiologi trombosis adalah kompleks dan bersifat multifaktorial.
17
18
lebih kecil keluar dari disk optic. Arteri silia memasok choroid dan bagian
anterior melalui otot-otot rektus (rektus otot masing-masing memiliki dua arteri
silia kecuali rektus lateral, yang memiliki salah satu). Variasi anatomis antara
cabang-cabang arteri posterior pendek cilioretinal silia, menyediakan pasokan
tambahan untuk bagian dari makula retina. arteri Cilioretinal terjadi pada sekitar
14% dari populasi.9
Terdapat tiga tipe emboli: 10
1. Emboli fibrin-platelet biasanya berasal dari penyakit arteri karotis
2. Emboli kolesterol biasanya berasal dari penyakit karotis
3. Emboli kalsifikasi berasal dari penyakit katup jantung
Tipe-Tipe Emboli
2.7 Manifestasi Klinis
1. Keluhan penglihatan kabur yang hilang timbul (amaurosis fugaks) tidak
disertai rasa sakit atau nyeri dan gelap menetap.3
19
2. Penurunan visus yang mendadak biasanya disebabkan oleh penyakitpenyakit emboli. Penurunan visus berupa serangan-serangan berulang dapat
disebabkan oleh penyakit-penyakit spasme pembuluh atau emboli yang
berjalan.3 Visus berkisar antara menghitung jari dan persepsi cahaya pada
90% mata pada saat pemeriksaan awal.1
3. Penyumbatan arteri retina sentral akan menyebabkan keluhan penglihatan
mata tiba-tiba gelap tanpa terlihatnya kelainan pada mata luar.3
4. Reaksi pupil menjadi lemah dengan pupil anisokoria.3 Defek pupil aferen
dapat muncul dalam beberapa detik setelah sumbatan arteri retina, yang
mendahului timbulnya kelainan fundus selama satu jam.1
5. Pada pemeriksaan fundoskopi akan terlihat seluruh retina berwarna pucat
akibat edema dan gangguan nutrisi retina.3
6. Terdapat bentuk gambaran sosis pada arteri retina akibat pengisian arteri
yang tidak merata. Sesudah beberapa jam retina akan tampak pucat, keruh
keabu-abuan yang disebabkan edema lapisan dalam retina dan lapisan sel
ganglion. Pada keadaan ini akan terlihat gambaran merah cheri atau cherry
red spot pada makula lutea, yang dapat dilihat secara oftalmoskopis. 1,3 Hal
ini disebabkan karena tidak adanya lapisan ganglion di makula, sehingga
makula mempertahankan warna aslinya. Cherry adalah pigmen koroid dan
epitel pigmen retina yang dilihat melalui retina foveola yang sangat tipis dan
berkontras dengan retina perifoveola yang lebih tebal dan translusen. 3 Lama
kelamaan papil menjadi pucat dan batasnya kabur.
Duapuluh lima persen mata dengan sumbatan arteri retina sentralis
memiliki arteri-arteri silioretina yang tidak mengenai makula dan dapat
mempertahankan sebagian ketajaman penglihatan sentral. Secara klinis,
kekeruhan retina menghilang dalam 4-6 minggu, meninggalkan sebuah
diskus optikus pucat sebagai temuan okular utama. 1
2.8 Diagnosis
Pada awalnya fundus dapat tampak normal. Jika obstruksi terjadi setinggi
retina sentral dan bukan pada cabang arteri retina, defek pupil aferen hampir
semuanya terjadi dalam hitungan detik setelah oklusi. Jika obstruksi awal tidak
20
21
penglihatan di bidang visual sentral (oklusi arteri sentral), atau sebagian dari
bidang visual perifer (oklusi cabang arteri).
Biasanya hanya sekitar 10% dari individu yang memiliki oklusi pembuluh
darah retina mendapat manfaat yang signifikan dari pengobatan, bahkan ketika
diberikan segera. Pengobatan yang tertunda dianggap tidak efektif, meskipun ada
kasus yang terjadi pemulihan spontan bahkan setelah beberapa hari kehilangan
penglihatan.
Individu juga berada pada risiko terjadinya glaukoma di mata yang terkena
karena pertumbuhan berlebih dari pembuluh darah baru di retina atau iris. Jika
tekanan darah tinggi (hipertensi) atau peningkatan tekanan mata (glaukoma) tidak
terkontrol, individu terus berada pada risiko komplikasi oklusi vena retina seperti
ablasio retina atau gangguan terkait lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
23
1.
Vaugan daniel, Taylor asbury, Paul riordan-eva; Alih bahasa Jan Tamboyang,
Ilyas S, Maliangkay, Taim, Raman, Simartama, Widodo, Ilmu urai faal mata.
Dalam: Ilmu penyakit mata. Edisi 2. Jakarta: Sagung seto; 2005. Hal 8-9
3.
Ilyas, Sidarta. Ilmu Penyakit Mata, edisi keempat. Jakarta: Balai Penerbit
5.
6.
7.
Yanoff & Dukker. Ophthalmology 3rd ed. Retina areterial and vein occlusion.
(diakses
April
2016).
Diunduh
dari
URL:
http://emedicine.medscape.com/article/799119-overview
10. Sudoyo,dkk. Ilmu Ajar Penyakit Dalam. Jakarta:Interna Publishing:2009
11. Matoba Y Alice, et al. Retina vessel occlusions (online). San Fransisco.
American Academy of Ophtalmology; 2011 (diakses 2 April 2016). Diunduh dari
URL :http://harvardatoz.demo.staywellsolutionsonline.com/71,AZ_d0394
12. American Academy of Ophtalmology. Retina and Vitreus Section 12. San
Francisco, 2008.
13. James, Bruce. Lecture Notes : Oftalmologi, edisi kesembilan. Jakarta :
Erlangga, 2005. hal 138-139.
14. Wagner, Peter., Lang, Gerhard K. 2006. Lacrimal System. In: Gerhard K.
Lang. A Pocket Textbook Atlas. Ed.2. Thieme Stuttgart. New York. Pp 49-51.
15. Sihota, Ramanjit., Tandon, Radhika, 2007. Diseases of the Conjunctiva. In:
Sihota, Ramanjit and Tandon, Radhika, eds. Parsons Diseases of the Eye
20th ed. Elsevier. India. Pp 155-6.
24
25