Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENULIS
WIWIEK RETTI ANDRIANI
20151050054
Sarjana
Ilmu
Keperawatan
Universitas
Muhammadiyah
Yogyakarta.
2. Dr. Galuh Suryandari, M.Med.Ed, selaku dosen pembimbing (mentor)
yang telah meluangkan waktu dan memberikan banyak masukan demi
perbaikan tugas ini.
3. Rekan-rekan mahasiswa Pasca Sarjana Keperawatan Angkatan VI yang
telah memberikan masukan dan dukungan demi terselesaikannya tugaas
ini sesuai waktu yang ditentukan.
Penyusunan makalah ini telah melalui proses bimbingan dengan metor.
Namun penulis menyadari bahwa tugas ini masih banyak kekurangan, sehingga
saran dan masukan dari semua pihak penulis harapkan demi perbaikan tugas ini
dimasa mendatang. Demikian tugas ini penulis susun, semoga bermanfaat buat
pembaca.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
atau
kelompok-kelompok
manusia
dalam
rangka
untuk
penyelesaian
masalah
dan
pengambilan
keputusan
kognitif
yang
melibatkan
rangkaian
ide
yang saling
terkait
masalah
yang
dihadapi.
Diantara
teori-teori
untuk
tersebut
diantaranya : Gibbs Cycle, Johns Cycle, Driscroll Cycle, Atkins & Murphy
Cycle.
BAB 2
PEMBAHASAN
A. Tipe Tipe Kepemimpinan
Keberhasilan
seorang
pemimpin
dalam
menjalankan
oleh pemimpin yang bersangkutan pada suatu saat. Kartini Kartono (1983),
menjelaskan bahwa tipe kepemimpinan terbagi atas:
1. Tipe Kharismatik, tipe ini mempunyai daya tarik dan pembawaan yang
luar biasa, sehingga mereka mempunyai pengikut yang jumlahnya besar.
Kesetiaan dan kepatuhan pengikutnya timbul dari kepercayaan terhadap
pemimpin itu. Pemimpin dianggap mempunyai kemampuan yang
diperoleh dari kekuatan Yang Maha Kuasa.
2. Tipe Paternalistik, tipe Kepemimpinan dengan sifat-sifat antara lain: (a)
Menganggap bawahannya belum dewasa; (b) bersikap terlalu melindungi;
(c) Jarang memberi kesempatan bawahan untuk mengambil keputusan;
dan (d) Selalu bersikap maha tahu dan maha benar.
3. Tipe Otoriter, pemimpin tipe otoriter mempunyai sifat sebagai berikut: (a)
Pemimipin organisasi sebagai miliknnya; (b) Pemimpin bertindak sebagai
diktator; (c) Cara menggerakkan bawahan dengan paksaan dan
ancaman.
4. Tipe Militeristik, dalam tipe ini pemimpin mempunyai siafat sifat: (a)
menuntut
kedisiplinan
yang
keras
dan
kaku;
(b)
lebih
banyak
terdapat
koordinasi
pekerjaan
dari
semua
bawahan.
Perbedaan antara pemimpin dan manajer lebih dari pada isu semantik
untuk empat sebab berikut :
1. Perbedaan ini penting karena pemimpin dan manajer melaksanakan
suatu fungsi yang khas untuk merekrut dan memilih karyawan yang
memiliki tingkat kemampuan intelektual, pengalaman, dan pengetahuan
yang relevan dengan pekerjaan untuk melaksanakan pekerjaannya.
2. Perbedaan tersebut dapat berpengaruh terhadap efektivitas kelompok.
Kinerja kelompok kerja dapat ditingkatkan melalui penempatan karyawan
yang produktif oleh pemimpin dan manajer.
3. Perubahan organisasi ke arah sukses sangat tergantung pada
kepemimpinan yang efektif dalam suatu organisasi.
4. Perbedaan antara memimpin dan mengatur pada kepemimpinan intinya
adalah tidak dibatasi pada posisi atau peran seseorang. Setiap orang
dari tingkat bawah ke tingkat atas dalam suatu organisasi dapat menjadi
pemimpin.
Tabel 2.1 Perbedaan Pemimpin dan Manajer
Pemimpin
Manajer
Inovasi
Membangun
Mengilhami/memberi inspirasi
Memiliki pandangan jangka panjang
Mengelola
Memelihara
Mengendalikan
Memiliki pandangan jangka pendek
Bertanya tentang bagaimana dan
Bertanya tentang apa dan mengapa
kapan
Yang mengawali suatu kegiatan
Memprakarsai
Merubah status quo
Menerima status quo
Melakukan hal-hal yang benar
Berpikir tentang hal yang benar
Sumber : W. G. Bennis, On Becoming a Leader, 1989.
Kepastian,
kecerdasan,
kewaspadaan,
kemampuan
berbicara,
sedangkan
pandangan
modern
menimbulkan
gaya
Pandangan
kontingensi
menunjukkan
pendekatan
dalam
organisasi adanya antar hubungan dalam sub sistm yang terdiri daari
sub sistem maupun organisasi dengan lingkungannya. Kontingensi
berpandangan bahwa azas-azas organisasi bersifat universal. Apabila
dikaitkan dengan kepemimpinan maka dapat dikatakan bahwa tiap-tiap
organisasi adalah unik dan tiap situsi harus dihadapi dengan gaya
kepemimpinan tersendiri.
4. Pendekatan Terpadu
Paul Kenneth H. Blanchard (1977), memadukan berbagai teori
kedalam
pendekatan
kepemimpinan
situasional
dengan
maksud
bawahan
dengan
pendekatan
kepemimpinan
situasional.
b. Perpaduan teori motivasi 2 faktor teori tingkat kematangan bawahan,
dengan pendekatan situasional.
c. Perpaduan antar 4 sistem manajemen, teori tingkat kematangan
bawahan dengan pendekatan situasional
d. Perpaduan antara teori x dan y, teori tingkat kematangan bawahan
dengan kematangan situasional
e. Perpaduan antara pola perilaku A dan B, tori tingkat kematangan
bawahan dengan pendekatan kepemimpinan situasional
10
f.
j.
kepemimpinan situasional.
m. Perpaduan antara teori proses pertumbuhan organisasi, teori tingkat
kematangan
bawahan
dengan
pendekatan
kepemimpinan
situasional.
n. Perpaduan antara teori siklus perubahan, teori tingkat kematangan
bawahan dengan pendekatan kepemimpinan situasional.
o. Perpaduan antara teori modivikasi perilaku, teori tingkat kematangan
bawahan dengan pendekatan kepemimpinan situasional
p. Perpaduan antara teori Force field analysis, teori
kematangan
bawahan
dengan
pendekatan
tingkat
kepemimpinan
situasional.
F. Pengambilan Keputusan (Decision Making)
Pengambilan keputusan adalah proses yang disengaja dalam
membuat pilihan diantara satu atau beberapa alternative dengan tujuan
mencapai sesuatu yang diinginkan. Keputusan muncul sebagai respon
terhadap masalah atau peluang. Masalah (problem) adalah penyimpangan
dari situasi yang ada saat ini dengan situasi yang diinginkan. Itu adalah
kesenjangan (gap) antara apa yang terjadi dengan apa yang seharusnya.
Beberapa aspek kinerja tidak memuaskan.
Peluang (opportunities) terjadi ketika manajer melihat potensi prestasi
yang menyediakan kesempatan untuk menciptakan prestasi organisasional
melebihi sasaran
yang telah
ditetapkan saat
ini.
Peluang
adalah
penyimpangan antara harapan yang ada saat ini dan pengenalan terhadap
situasi yang secara potensial lebih baik. Para manajer melihat kemungkinan
meningkatkan kinerja melebihi level saat ini. Dengan kata lain pengambil
11
penting
mengenai
pemecahan
masalah
adalah
keputusan
dipertimbangkan,
pemberian
bobot
yang
mengimplementasikan
solusi,
tergantung
faktor
situasi
untuk
memfasilitasi implementasinya.
6. Tahap Enam, dalam model keputusan adalah mengevaluasi kesenjangan
yang terdekat antara apa yang terjadi dengan apa yang seharusnya
terjadi. Secara ideal, informasi tersebut seharusnya datang dari
perbandingan (benchmarking) yang sistematik, sehingga umpan balik
yang dihasilkan lebih obyektif dan mudah diobservasi.
H. Gaya Pengambilan Keputusan (Decision Style)
Dalam mengambil keputusan, manajer menggunakan cara-cara yang
tidak sama. Setiap manajer mempunyai gaya pengambilan keputusan yang
tidak sama. Gaya pengambilan keputusan (decision style) merujuk pada
perbedaan
memandang
antara
pengambil
masalah
dan
keputusan
membuat
menyangkut
keputusan.
cara
mereka
Penelitian
berhasil
13
relevan.
Jelaskan
dengan
detail
pengalaman
yang
akan
yang orang lain lakukan, dalam konteks apa pengalaman tersebut terjadi.,
apa yang terjadi, apa peranan Anda dalam pengalaman ini dan apa
peranan orang lain yang ada disitu, apa hasil dari pengalaman itu.
2. Perasaan (feelings) dan Pikiran apa yang Anda pikirkan dan rasakan?
Pada langkah ini gambarkan apa yang Anda pikirkan dan rasakan
sebelum, selama, dan setelah situasi terjadi dan gambarkan juga apa
reaksi Anda dalam situasi itu. Identifikasi dan telaah reaksi, perasaan dan
pikiran yang muncul dan Anda rasakan saat kejadian. Cobalah untuk jujur
mengenai apa yang Anda rasakan dan pikirkan meskipun hal ini mungkin
tidak masalah. Beberapa pertanyaan berikut dapat membant ANda
menjelaskan perasaan dan pikiran yang terlibat dalam pengalaman yang
direfleksikan :
a. Bagaimana perasaan saya saat kejadian tersebut dimulai
b. Apa yang terpikir oleh saya saat ituBagaimana kejadian itu
mempengaruhi perasaan saya? Apabila ada perasaan tertentu yang
muncul selama kejadian berlangsung, apa yang menyebabkannya.
Mengapa demikian?
c. Bagaimana orang-orang lain yang terlibat di dalamnya mempengaruhi
perasaan saya?
d. Bagaimana perasaan saya mempengaruhi tindakan dan pikiran saya
pada pengalaman tersebut
e. Apa yang saya rasakan tentang hal yang ditimbulkan dari kejadian
itu?
f.
15
Pada langkah ini berikan penilaian positif dan negatif Anda pada
situasi yang terjadi. Beri gambaran tentang apa yang berjalan dengan
baik, apa pula yang tidak berjalan dengan baik, dan bagaimana situasi
berakhir. Fokuskan pada satu atau dua peristiwa yang paling penting dan
relevan yang dapat mewakili keadaan.
Cobalah untuk mengevaluasi atau membuat penilaian tentang apa yang
telah terjadi. Pertimbangkan hal apa yang baik dan yang buruk dari
pengalaman tersebut. Hal apa yang berjalan dengan baik dan tidak
berjalan dengan baik dalam pengalaman Anda itu? Apa yang membuat
Anda berpikir demikian.
4. Analisis (analysis) apa yang menyebabkan situasi itu?
Langkah ini bersifat analitis. Jelaskan mengapa ada yang berjalan
dengan baik dan ada yang tidak berjalan dengan baik dan apa akibatnya.
Jelaskan juga kontribusi Anda dalam situasi itu dan mengapa seperti itu.
Pada langkah ini Anda dapat pula membandingkan situasi dengan teori
yang ada.
Dalam bagian ini, Anda diharapkan untuk benar-benar menelaah
dan
memahami
faktor-faktor
yang
berpengaruh
dalam
untuk
menguraikan
kejadian/pengalaman
yang
Anda
16
17
Perbedaan tahap ini dengan tahap evaluasi dalah pada tahap ini
Anda telah melihat kejadian ini dari berbagai sudut pandang dan
seharusnya telah memiliki banyak informasi untuk mendukung penilaian
Anda. Pada tahap ini pula, Anda sudah memiliki wawasan mengenai
kontribusi tindakan/perilaku Anda dan orang lain terhadap akibat yang
ditimbulkan dari suatu kejadian.
Ingat bahwa tujuan dari refleksi adalah untuk belajar dari
pengalaman. Tanpa analisis yang rinci dan kejujuran dalam melakukan
eksplorasi, seseorang tidak akan dapat melihat berbagai aspek yang
mempengaruhi
pertimbangannya
dan
hal
ini
menghambat
kita
18
Pada tahap ini, Anda harus memikirkan apa yang akan Anda
lakukan apabila menghadapi kejadian serpa di masa mendatang. Apakah
Anda akan melakukan hal yang berbeda, ataukah Anda akan melakukan
hal yang sama? Adakah Anda memerlukan nasihat atau masukan dari
pembimbing? Pada tahap ini, siklus refleksi secara tentative berakhir,
akan tetapi jika kejadian serta dialami kembali maka pembelajaran akan
kembali memasuki siklus refleksi berikutnya.
Berikut penerapan reflectice learning Gibbs cycle pada kasus yang
pernah dialami oleh penulis :
Tahapan
1. Description
2. Feelings
3. Evaluation
Penjelasan
Pelaporan data institusi ke PD Dikti, dimana dalam setiap
semester institusi wajib melaporkan kegiatan akademik ke
Dikti. Jika tidak melaporkan, maka akan mendapatkan
sanksi dari Dikti. Kondisinya saat itu institusi dalam proses
alih bina dari Kemenkes ke Kemendikbud untuk
penyelenggaraan pendidikan. Jika dalam waktu yang telah
ditentukan oleh Kemedikbud institusi tidak mampu
menyelesaikan, maka izin operasional institusi akan
dihentikan. Setiap institusi ada 2 petugas yang bertanggung
jawab terhadap pelaporan, yaitu 1 orang Operator yang
bertugas memasukkan data ke program PD Dikti, dan 1
orang Pelapor yang bertugas mengumpulkan laporan dari
masing-masing unit terkait data yang diperlukan untuk
dilaporkan, diantaranya : (1) Data Kemahasiswaan (dibawah
kendali Pembantu Direktur 3), (2) Data Akademik (dibawah
kendali Pembantu Direktur 1), (3) Data Dosen (dibawah
kendali Pembantu Direktur 2). Pelapor PD Dikti telah
membuat jadwal dan uraian data masing-masing bagian
yang harus dilaporkan. Saat waktu pelaporan yang
ditentukan banyak data yang belum diterima oleh Pelapor
PD Dikti sehingga operator tidak bisa memasukkan data ke
program. Padahal waktu pelaporan tinggal 3 hari.
Sebagai Pelapor perasaan saya waktu itu sangat kecewa,
marah, takut namun bingung mau mengungkapkan
perasaan pada siap. Yang paling mendominasi saat itu
adalah marah karena tanggung jawab besar menyangkut
kelangsungan izin operasional institusi. Jika data yang harus
dilaporkan tidak segera dimasukkan dalam PD Dikti.
Apa yang terjadi pada saat itu sangat tidak bagus untuk
administrasi sebuah institusi. Disadari ataupun tidak, hal
tersebut merupakan gambaran bahwa kedisplinan dalam
administrasi harus menjadi hal prioritas dan kebiasaan atau
budaya organisasi. Hal yang baik dari kejadian saat itu
semua unit terkait menyadari bahwa harus segera
menyelesaikan data yang diperlukan untuk pelaporan.
Sedangkan keburukannya, data yang diperlukan belum
19
5. Conclusion
20
6. Action plan
Planning
L.
Organizing
M.
O.
P.
Direktur
Q.
S.
T.
Pembantu Direktur 1
U.
W.
X.
Pembantu Direktur 2
Y.
AA.
AB.
Pembantu Direktur 3
AC.
AE.
AF.
BAAK
AG.
AI.
AJ.Penyelesaian Masalah dengan Teori Kepemimpinan
AK.
Alat-alat Pengambilan Keputusan
1. Analisis Diagram Pareto (Pareto Analysis)
AL.
Analisis Pareto merupakan teknik yang sederhana, yang
membantu kita dalam memilih perubahan tindakan yang akan kita ambil
secara efektif. Prinsip Pareto yang dikembangkan pada masa ekonomi
klasik dipakai sebagai landasan teknik ini, yaitu; dengan melakukan
tindakan sebesar 25% dari keseluruhan tugas, maka kita dapat
menghasilkan 75% keuntungan dari melaksanakan seluruh tugas.
Analisis Pareto merupakan sebuah teknik pengambilan keputusan yang
bertujuan untuk menemukan perubahan yang akan memberikan manfaat
terbesar bagi pengambil keputusan. Teknik ini berguna dalam kondisi
terdapatnya sejumlah alternatif solusi dan tindakan yang memungkinkan
yang dapat dipilih.
21
Actuating
AM.
berikut:
a. Membuat daftar masalah yang dihadapi, atau pilihan yang tersedia
b. Kelompokkan pilihan dimana pilihan tersebut merupakan bagian atau
segi-segi dari masalah serupa yang lebih besar
c. Tetapkan nilai atau skor terhadap tiap kelompokkan
d. Fokuskan perhatian terhadap kelompok dengan skor tertinggi
e. Kemudian berikan skor atas setiap kelompokkan atau item. Metode
pemberian
skor
tergantung
dari
jenis
masalah
yang
ingin
melalui
peningkatan
pelayanan,
maka
kita
dapat
sederhana
yang
22
nilai yang berbeda untuk setiap pilihan. Bila tidak ada nilai yang
dianggap baik untuk satu faktor tertentu, maka alternatif pilihan dapat
diberi nilai 0.
e. Kemudian kalikan setiap nilai atau skor yang kita berikan dengan nilai
kepentingan relatif yang kita tetapkan. Langkah ini memberikan total
f.
antara
0-3.
Angka
skor
tersebut
merupakan
bentuk
kelebihan-kekurangan,
dan
sebagainya.
sebagai berikut:
a. Gambar tabel dengan judul setiap kolom: plus, minus, dan implikasi
b. Di kolom plus, tulis seluruh konsekuensi positif dari suatu pilihan.
c. Di kolom minus tulis seluruh konsekuensi negatif dari suatu pilihan
d. Di kolom implikasi tuliskan seluruh implikasi beserta hasil yang
memungkinkan dari pilihan yang diambil, baik positif maupun negatif .
Tentukan nilai untuk setiap konsekuensi yang telah ditetapkan. Dalam
hal ini. penilaian dilakukan secara subyektif.
e. Totalkan seluruh nilai. Hasil total positif menunjukkan bahwa pilihan
sebaiknya diambil, sedang nilai negatif sebaliknya.
24
BA.
yang baik dalam menilai pandangan pro, kontra, dan implikasi dari
sebuah keputusan/ pilihan. Jika kita memiliki sejumlah tindakan yang
akan djambil, PMI merupakan teknik yang baik untuk menilai kembali
apakah pilihan yang diambil merupakan pilihan yang tepat atau tidak
untuk diambil. Jika ternyata dari hasil perhitungan PMI kita belum
mendapatkan pandangan yang meyakinkan akan pilihan yang telah
ditetapkan, maka kita dapat tentukan skor yang menunjukkan tingkat
kepentingan relatif dari setiap faktor plus-minus dan implikasi.
BB.
Dalam hal ini penentuan dari faktor PMI seperti tabel di
atas beserta skornya, perlu mendapat perhatian yang besar. Artinya
pengambil keputusan harus benar-benar mencari faktor PMI dengan baik
dan menentukan skornya sesuai dengan tingkat preferensi yang mereka
miliki. Sehingga total skor yang muncul akan menunjukkan apakah pilihan
atau keputusan yang diambil harus dilaksanakan atau tidak.
BC.
5. Analisis Kekuatan Lapangan (Force Field Analysis)
BD.
Teknik ini dipakai untuk melihat seluruh kekuatan yang
mendukung dan menghambat sebuah keputusan. Teknik ini dapat
dikatakan sebagai metode khusus untuk menimbang pandangan pro dan
kontra atas sebuah pilihan. Dengan melakukan analisis terhadap
sejumlah faktor kekuatan, maka kita dapat memperkuat kekuatan yang
mendukung sebuah keputusan, dan mengurangi pengaruh dari kekuatan
yang menghalangi terbentuknya keputusan yang baik.
BE.
Adapun langkah-langkah untuk melaksanakan teknik
analisis ini adalah:
a. Daftar seluruh kekuatan yang mendukung di satu kolom, dan
kekuatan lain yang menghalangi di kolom lainnya.
b. Tentukan skor untuk setiap kekuatan, dari 1 (lemah) sampai 5 (kuat).
c. Gambar diagram yang menunjukkan seluruh kekuatan, baik
mendukung maupun menghalangi keputusan beserta skornya.
BF.
Analisis ini merupakan teknik yang berguna untuk melihat
sejumlah kekuatan, dan bila memungkinkan seluruh kekuatan, yang
mendukung maupun menghalangi suatu tujuan atau rencana yang akan
diputuskan. Teknik ini membantu kita dalam menimbang tingkat
kepentingan setiap faktor kekuatan, dan kemudian memberikan input bagi
kita tentang implementasi dari rencana (apakah rencana harus terus
dilanjutkan atau tidak). Pada dasarnya, teknik ini memberikan gambaran
yang membantu kita dalam mengidentifikasikan sejumlah perubahan
25
nilai
perkiraan
manfaat
dari
suatu
tindakan.
dan
analisis
untuk
menentukan
keputusan.
Langkah
awal
untuk
menggunakan teknik ini adaiah menentukan biaya apa saja yang akan
muncul, dan berapa nilai seluruh biaya. Langkah selanjutnya adalah
menentukan sejumlah manfaat ekonomi yang dihasilkan dari suatu
tindakan. Penentuan nilai biaya dan manfaat harus dilakukan dengan
tepat agar tidak terjadi penilaian yang terlalu besar atas keduanya.
Karena penilaian yang terlalu besar justru menghasilkan bias keputusan.
BJ.
Analisis ini dapat dilakukan hanya dengan menggunakan
biaya
danmanfaat
memutuskan
keuangan
saja.
Namun
demikian,
kita
dapat
Jika faktor ini turut dihitung, maka kesulitan penentuan nilai sebenarnya
(real value) akan muncul. Sehingga kita tidak dapat menghindari proses
penentuan nilai biaya dan manfaat secara subyektif.
BK.
BL. Sejumlah teknik yang diperlihatkan merupakan bagian dari begitu
banyak teknik pengambilan keputusan. Teknik pengambilan keputusan lain
yang sering digunakan ialah analisis pohon keputusan (decision trees).
Teknik tersebut merupakan salah satu teknik yang populer oleh nilai
kesederhanaan dan kebermanfaatannya yang tinggi. Kemudian terdapat
teknik causal-effect (hubungan sebab-akibat) yang lebih dikenal sebagai
fishbone diagram atau ishikawa diagram. Teknik ini memperlihatkan relasi
antar sejumlah variabel yang memberikan gambaran tentang suatu masalah
26
merupakan
teknik-teknik
yang
membantu
kita
dalam
27
CA.
CB.
DAFTAR PUSTAKA
CC.
CD. Sally Bowman, James Duncan dan Charlie Weir. (2000). Decision-Making
autonomy in multinational corporation subsidiaries operating in
Scotland. Jurnal : European Business Review, Vol 12. No. 3 tahun 2000.
CE.
CF. Baron, Robert, and Jerald Greenberg. (1997) Organizational Behavior,
6th Edition, Prentice Hall, New Jersey.
CG.
CH. Bowman. Sally, James Duncan, Charlie Weir. (2000). Decision-Making
Autonomy in Multinational Corporation Subsidiaries Operating in
Scotland. European Business Review. Vol 12 No. 3. PP 129-136.
CI.
CJ. Gibbs, G. (1988). Learning by Doing: A Guide to Teaching and Learning
Methods. London: Further Education Unit.
CK.
CL.
CM.
CN.
CO.
CP.
CQ.
CR.
CS.
CT.
CU.
CV.
CW.
CX.
CY.
CZ.
DA.
DB.
DC.
DD.
DE.
DF.
DG.
DH.
DI.
DJ.
DK.
DL.
DM.
DN.
DO.
BAB 1 : Satu teori reflektif learning yang dipilih, yang akan digunakan
untuk membahas kasus beserta uraian disetiap tahapannya
Uraian kasus yang pernah dialami
BAB 2 : Pembahasan
Deskripsi kegiatan yang dilakukan disetiap tahapan teori reflektif learning
dari masalah yang dialami
Membuat POA apabila masalah tersebut terulang kembali, dengan
menggunakan pendekatan tipe dan gaya kepemimpinan masing-masing
serta mengintegrasikan dalam nilai Islam
DP.
28
DQ.
DR.
DS.
BAB 3
Kesimpulan dan
29