Вы находитесь на странице: 1из 26

BAB I

PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang
Amputasi adalah pembedahan memotong dan mengangkat
tungkai dan lengan, amputasi yang disebabkan oleh kecelakaan (23%),
penyakit (74%) dan kelainan genital (3%). Amputasi merujuk pada
pengangkatan semua atau sebagian ekstremitas. Bila melakukan
amputasi, dokter bedah berupaya untuk menyelamatkan sebanyak
mungkin tungkai. Amputasi dapat terbuka (guillotine) atau tertutup.
Amputasi terbuka dilakukan untuk infeksi berat. Untuk emputasi
tertutup, dokter bedah menutup luka dengan flap kulit yang dibuat
dengan memotong tulang kira-kira dua inci lebih pendek dari pada kulit
dan otot.
Pada beberapa kasus, gips plester kaku diberikan pada puntung
diruang operasi. Prostetik tungkai sementara dengan telapak prostetik
kemudian disambungkan ke gips plester dan pasien diizinkan ambulasi
dengan beban berat badaan minimal dalam beberapa hari. Teurapik
fisik biasanya mulai mengajarkan tehnik-tehnik pemindahan dan
latihan kekuatan otot setelah aalat drainase luka diangkat. Ambulasi
berlanjut saat pasien belajar begaimana untuk menyeimbangkan
bataang parallel pada ruang terapi fisik.
Komplikasi pasca operasi utama dihubungkan dengan amputasi
adalah infeksi, hemoragi, kontraktor dan emboli lemak. Kejadian klinik
umum sering menjadi sumber ketidak nyamanan untuk kebanyakan
pasien adalah sensasi fantom limb. Amputasi ekstremitas bawah dapat
dibawah lutut atau diatas lutut.

B.

Tujuan Penulisan
1.

Tujuan Umum
Diharapkan

mahasiswa

mahasiswi

mampu

memahami

bagaaimana cara memberikan asuhan keperawatan pada pasien


amputasi.
2.

Tujuan Khusus
1

Mahasiswa mahasiswi mampu memahami konsep amputasi


Mahasiswa mahasiswi mampu melakukan pengkajian
Mahasiswi mampu melakukan diagnose
Mahasiswa mahasiswi mampu melakukan perencanaan.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Anatomi Fisiologi
Secara garis besar, tulang dibagi menjadi enam:
1.

Tulang panjang (long bone), misalnya


femur,

tibia,

humerus.

fibula,

Daerah

ulna,

batas

dan

disebut

diafisis dan daerah yang berdekatan


dengan

garis

epifisis

disebut

metafisis. Didaerah ini sangat sering


ditemukan

adanya

kelainan

atau

penyakit

karena

daerah

ini

merupakan daerah metabolik yang


aktif

dan

banyak

mengandung

pembuluh darah. Kerusakan atau kelainan perkembangan pada daerah


lempeng

epifisis akan meneybabkan kelainan

2. Tulang

pertumbuhan tulang.
pendek (short bone), misalnya tulang-

tulang
3. Tulang

karpal.
pipih (flat bone), misalnya tulang

parietal,
4. Tulang

iga,

skapula, dan pelvis.


tak beraturan (irregular bone),

misalnya
tulang vertebra.
5. Tulang
sesamoid, misalnya tulang patela.
6. Tulang sutura (sutural bone), ada diatap tengkorak.
Tulang terdiri atas daerah yang kompak pada bagian luar yang disebut
korteks dan bagian dalam (endosteum) yang bersifat spongiosa
berbentuk

trabekula

dan

diluarnya

dilapisi

oleh

periosteum.

Periosteum pada anak lebih tebal daripada orang dewasa, yang


memungkinkan

penyembuhan

tulang

dibandingkan orang dewasa.


2

pada

anak

lebih

cepat

Histologi tulang
Berdasarkan histologinya, pertumbuhan tulang terbagi dalam 2 jenis:
1. Tulang imatur (non-lamelar bone, woven bone, fiber bone),
terbentuk pada perkembangan embrional dan tidak terlihat lahi
pada usia 1 tahun. Tulang matur mengandung jaringan kolagen.
2. Tulang matur (mature bone-lamelar bone), ada dua jenis, yaitu
tulang kortikal (cortical bone, dense bone, compact bone) dan
tulang trabekular (cancellous bone, trabecular bone,spongiosa).
Fisiologi tulang
Tulang adalah suatau jaringan dinamis yang tersusun dari tiga jenis
sel: osteoblas, osteosit, dan osteoklas.
1. Osteoblas membangun tulang dengan membentuk kolagen tipe 1
dan proteoglikan sebagai matriks tulang atau jariingan osteoid
melalui suatu proses yang disebut osifikasi. Ketika sedang aktif
menghasilkan jaringan osteoid, osteoblas menyekresikan sejumlah
besar fosfatase alkali yang memegang peranan penting dalam
menegndapkan

kalsium

dan

fosfat

kedalam

matriks

tulang.

Sebagian dari fosfatase alkali didalam darah dapat menjadi indikator


yang baik tentang tingkat pembentukan tulang setelah mengalami
patah tulang atau pada kasus metastasis kanker ke tulang.
2. osteosit adalah sel tulang dewasa yang bertindak sebagai suatu
lintasan untuk pertukaran kimiawi melalui tulang yang padat
3. osteoklas adalah sel besar berinti banyak yang memungkinkan
mineral dan matrik tulang dapat diaosorpsi. Tidak dapat diabsorpsi.
Tidak seperti osteoblas dan osteosit , osteoklas mengikis tulang . sel
ini menghasilkan enzim proteolitik yang memecahkan matriks dan
beberapa asam yang melarutkan mineral tulang hingga kalsium dan
fosfat terlepas kedalam aliran darah .
Dalam keadaan normal, tulang mengalami pembentukan dan
absorpsi pada suatu tingkat yang konstan , kecuali pada masa
pertumbuhan kanak-kanak yang lebih banyak terjadi pembentukan
3

dari pada absorpsi tulang. Proses ini penting untuk fungsi normal
tulang. Keadaan ini membuuat tulang dapat berespons terdapat
tekanan dan yang meningkatkan dan mencegah terjadi patah tulang .
Bentuk tulang dapat disesuaikan untuk menanggung kekuatan
mekanis

yang

semakin

meningkat

perubahan

tersebut

juga

membantu mempertahankan kekuatan tulang pada proses penuaan.


Matrik organik yang sudah tua berdegenerasi sehingga membuat
tulang relatif menjadi lemah dan rapuh . pembentukan tulang yang
baru memerlukan matriks matriks organik baru sehingga memberi
tambahan kekuatan pada tulang.
Struktur tulang berubah sangat lambat terutama setelah periode
pertumbuhan tulang berakhir . setelah fase ini perubahan tulang lebih
banyak terjadi dalam bentuk perubahan mikroskopik akibat aktifitas
fisiologik tulang sebagai suatu organ biokimia utama tulang .
Komposisi tulang terdiri atas substansi organic 33% dan substansi
inorganic 67%
1. Substansi organic terdiri atas sel- sel tulang serta substansi
organic intraseluler atau matrik kolagen dan merupakan bagian
terbesar dari matriks( 90%) , sedangkan sisanya adalah asam
hialuronat dan kondroitin asam sulfat
2. Substansi inorganic terutama terdiri atas kalsium dan fosfat dan
sisanya adalah magnesium , natrium, hidroksil, karbonat, dan
fluoride . enzim tulang adalah fosfatase alkali yang diproduksi
oleh osteoblas yang kemungkinan besar mempunyai peranan
yang penting dalam produksi organic matriks sebelum terjadi
klarifikasi.
B. Anatomi Sendi
Sendi adalah tempat pertemuan dua tulang atau lebih .tulangtulang ini dipadukan dengan berbagai cara , misalnya dengan kapsul
sendi, pita fibrosa ,ligament, tendon, fasia, atau otot . ada 3 tipe sendi
sebagai berikut .
4

1. Sendi fibrosa (sinartrodial)merupakan sendi yang tidak dapat


bergerak. Sendi fibrosa tidak memiliki lapisan tulang rawan . tulang
yang satu dengan tulang yang lainnya dihubungkan oleh jaringan
penyambung fibrosa. Salah satu contohnya adalah satura pada
tulang-tulang tengkorak contoh yang kedua disebut sindesmosis
yang terdiri dari suatu membrane interoseus atau suatu ligament
diantara tulang . serat- serat ini memungkinkan sedikit gerakan ,
tetapi bukan gerakan sejati. Perlekatan tulang libia dan fibula bagian
distal adalah contoh tipe sendi fibrosa ini
2. Sendi kartilaginosa (amfiartrodial), merupakn sendi yang dapat
sedikit bergerak. Sendi kartilaginosa adalah sendi yang tulang
ujung-ujung

tulangnya

dibungkus

oleh

tulang

rawan hialin

disongkong oleh ligament dan hanya sedikit bergerak.


3. Sendi synovial (diartrodial), merupakan sendi yang dapat digerakan
dengan bebas . sendi ini mempunyai rongga sendi dan permukaan
sendi dilapisi tulang rawan hialin.
Kapsul sendi terdiri dari selaput penutup fibrosa padat , suatu
lapisan dalam yang terbentuk dari jaringan penyambung berpembuluh
darah banyak, serta sinovium yang terbentuk suatu kantong yang
melapisi seluruh sendi dan membungkus tenton-tendon yang melintasi
sendi . sinovium tidak meluas melampauipermukaan sendi, tetapi
terlibat sehingga memungkinkan gerakan sendi secar penuh . lapisanlapisan bursa diseluruh persendian membentuk sinovium periostium
tidak melewati kapsul sendi.
Sinovium menghasilkan cairan yang sangat kental yang membasahi
permukaan sendi . cairan synovial normalnya bening , tidak membeku,
dan tidak berwarna .jumlah yang ditemukan pada tiap-tiap sendi relatif
kecil (1-3 ml). hitung sel darah putih pada cairan ini normalnya kurang
dari 200 sel/ml dan terutam adalah sel-sel mononuclear. Asam
hialuronidase adalah senyawa yang bertanggung jawab atas viskositas
cairan synovial juga bertindak sebagai sumber nutrisi bagi tulang
rawan sendi . kartilogo hialin.

C. Definisi
Amputasi berasal dari kata amputare yang kurang lebih
diartikan pancung. Amputasi dapat diartikan sebagai ekstremitas.
Tindakan ini merupakan tindakan yang dilakukan dalam kondisi pilihan
terakhir manakala masalah organ yang terjadi pada ekstremitas
sudah tidak mungkin dapat diperbaiki dengan menggunakan

teknik

lain atau manakala kondisi organ dapat membahayakan keselamatan


tubuh klien secara utuh atau merusak organ tubuh lain seperti dapat
menimbulkan komplikasi infeksi.
Kegiatan amputasi merupakn tindakan yang melibatkan
beerapa sistemm tubuh seperti; sistem integumen, sistem persyarafan
, sistem musculoskeletal dan sistem cardiovaskuler . lebih lanjut ia
dapat menimbulkan masalah psikologis bagi klien atau

keluarga

berupa penurunan citra diri dan penurunan produktifitas ( Engram,


Barbara,2004).
D. Jenis Amputasi
Berdasarkan pelaksanaan amputasi, dibedakan menjadi:
1. Amputasi selektif/ terencana
Amputasi jenis ini dilakukan pada penyakit yang terdiagnosis dan
mendapat penanganan yang baik serta terpantau secara terusmenerus . amputasi diklakukan sebagai salah satu tindakan
alternative terakhir.
2. Amputasi akibat trauma
Merupakan amputasi yang terjadi sebagai akibat trauma dan tidak
terencanakan kegiatan tim kesehatan adalah memperbaiki kondisi
lokasi amputasi serta memperbaiki kondisi umum klien
3. Amputasi darurat
Kegiatan amputasi dilakukan secara darurat oleh tim kesehatan.
Biasannya merupakan tindakan yang memerlukan kerja yang cepat
seperti pada trauma dengan patah tulang multiple dan kerusakan/
kehilangan kulit yang luas.
E. Etiologi
Penyakit vaskuler perifer progresif (sering terjadi sebagai gejala sisa
diabetes mellitus), gangren, trauma (cedera remuk, kecelakaam), atau
tumor ganas. Penyakit vaskuler perifer merupakan penyebab tertinggi
6

amputasi

estremitas

bawah

(Smeltzer,

2002),

footner

(1992)

mengemukakan alasan diperlukannya amputasi terjadi pada penyakit


vaskular

perifer,

trauma,

neoplasma

malignan

(misalnya

steosarkoma), infeksi (misalnya infeksi akut, gangren, infeksi kronik,


osteomilitis), deformitas, dan paralisis. Secara umum penyebab
amputasi menurut Doenges (2000) adalah kecelakaan, penyakit, dan
gangguan kongenital.
Berdasarkan

pendapat

diatas,

dapat

disimpulkan

penyebab

amputasi adalah penyakit vaskuler perifer, infeksi, trauma, deformitas,


yumor ganas, dan paralisis.
F. Patofisiologi
Terjadinya amputasi (kehilangan bagian tubuh) pada seseorang
disebabkan karena berbagai factor antara lain penyakit vascular
perifer yaitu penyakit pada pembuluh darah/trauma disebabkan
karena kecelakaan, tumor ganas seperti osteosarkoma (tumor tulang)
serta conginetal (bawaan sejak lahir). Amputasi sendiri bisa diartikan
sebagai

diskontuitas

jaringan

tulang

dan

otot

yang

dapat

mengakibatkan terputusnya pembuluh darah bagian tubuh, dimana


pada terputunya pembuluh darah dan syaraf serta kehilangan bagian
tubuh, dimana pada terputusnya pembuluh darah dan syaraf ini akan
menimbulkan rasa nyeri yang sering kali berdampak pada resiko
terjadinya infeksi pada luka yang ada dan gangguan mobilitas fisik
yang dapat menimbulkan resiko kontraktur flesi pinggul. Selain
disebabkan oleh nyeri, gangguan mobilitas fisik juga bisa disebabakan
oleh kehilangannya bagian tubuh terutama pada bagian ekstremitas
bawah. Kehilangan bagian tubuh juga dapat menimbulkan stress
emosional dikarenakan gangguan psikologis yang disebabkan oleh
adanya

perubahan

dari

struktur

tubuh

yang

berdampak

pada

timbulnya gangguan citra diri dan penurunan intake oral. Pada


penurunan intake oral ini biasanya pemenuhan nutrisi (kurang dari
kebutuhan tubuh dan akan menjadi kelemahan fisik serta resiko
penyembuhan luka yang lambat).

G. Faktor Yang Memengaruhi


Klien yang memerlukan amputasi biasanya usia muda dan lansia.
Amputasi yang terjadi pada usia muda biasanya akibat trauma
ekstremitas berat, sedangkan pada lansia biasanya karena penyakit
vaskuler perifer. Usia muda dapat melalui prose penyembuhan dengan
cepat, dan segera berpartisipasi dalam program rehabilitasi. Namun,
klien memerlukan banyak dukungan psikologis untuk menerima stres
akibat hospitalisasi, rehabilitasi jangka panjang, dan penyesuaian gaya
hidup yang berubah. Klien juga memerlukan waktu untuk mengatasi
perasaan kehilangan yang permanen. Reaksi klien susah diduga dan
dapat berubah reaksi marah, depresi, berduka disfungsional, isolasi
sosial dan bermusuhan.
Pada lansia dengan penyakit vaskuler perifer sering diiringi dengan
masalah kesehatan lain, seperti diabetes mellitus dan arteriosklerosis.
Amputasi yang sudah lama dapat menghilangkan klien dari nyeri,
disabilitas, dan ketergantungan. Berbeda dengan orang muda, lansia
sudah

siap

mengatasi

perasaannya

dan

siap

menerima

amputasi.rehabilitas psikologik dan fisiologik dimulai sebelumamputasi


dilaksanakan. Namun, kemajuan rehabilitasi mungkin terlambat akibat
kelainan kardiovaskular, respirasi atau neurologik yang diderita oleh
lansia.
H. Tingkat / Batas Amputasi
Batas amputasi ditentukan oleh luas dan jenis penyakit. Batas
amputasi pada cedera ditentukan oleh peredaran darah yang adekuat.
Batas amputasi pada cedera ditentukan oleh peredaran darah yang
adekuat. Batas amputasi pada tumor maligna ditentukan oleh daerah
bebas tumor dan bebas resiko kekambuhan lokal. Sedangkan pada
penyakit

pembuluh

ekstremitas

dan

darah

daya

ditentukan

sembuh

(Sjamsuhidajat, 2005).

luka

oleh
sisa

vaskularisasi
tungkai

sisa

(puntung).

Mengutip pendapat smeltzer (2002), tempat amputasi ditentukan


berdasarkan dua faktor, yaitu peredaran darah pada bagian itu dan
kegunaan fungsional, misalnya sesuai kebutuhan prostesis. Amputasi
dilakukan pada titik paling distal yang masih dapat mencapai
penyembuhan.
Batas/tingkat amputasi ekstremitas bawah yang lazim dipakai, yang
disebut batas amputasi. Sedang untuk ekstremitas atas tidak dipakai
batas amputasi tertentu, tetapi dianjurkan sedistal mungkin. Menurut
Smeltzer (2002), amputasi ekstremitas atas dilakukan pada atas siku
(AS) dan bawah siku (BS). Sedangkan amputasi ekstremitas bawah
dilakukan pada atas lutut, disartikulasi lutut, bawah lutut dan syme.
Lima tingkatan amputasi yang sering digunakan pada ekstremitas
bawah menurut Doenges (2000) adalah telapak dan pergelangan kaki,
bawah lutut, disartikulasi dan atas lutut, disartikulasi lutut panggul,
dan hemipelviktomi dan amputasi translumbar. Tipe amputasi ada dua
yaitu, terbuka (provisional) yang memerlukan teknik aseptik ketat dan
revisi lanjut, serta tertutup atau flap.
I. Komplikasi
perdarahan, infeksi, dan kerusakan kulit merupakan komplikasi
amputasi. Perdarahan dapat terjadi akibat pemotongan pembuluh
darah besar dan dapat menjadi masif. Infeksi dapat terjadi pada
semua pembedahan, dengan peredaran darah yang buruk atau
adanya

kontaminasi serta dapat terjadi

kerusakan kulit akibat

penyembuhan luka yang burukdan iritasi penggunaan prostesis.


Menurut Pusdiknakes (1995), komplikasi yang dapat terjadi pada
amputasi

adalah

infeksi,

nyeri

phantom

(phantom

limp-pain),

neuroma, dan fleksi kontraktur.


Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa komplikasi
yang dapat terjad pada amputasi adalah perdarahan, infeksi, nyeri
phantom, neuroma, kerusakan kulit, dan infeksi kontraktur.

J. Penatalaksanaan
Tujuan utama pembedahan adalah mencapai penyembuhan luka
amputasi, menghasilkan sisa tungkai (puntung) yang tidak nyeri tekan
dengan kulit yang untuk penggunaan prostesia. Lansia mungkin
mengalami keterlambatan penyembuhan, karena nutrisi yang buruk
dan

masalah

kesehatan

lain.

Percepatan

penyembuhan

dapat

dilakukan dengan penanganan yang lembut terhadap sisa tungkai,


pengontrolan edema, sisa tungkai dengan balutan kompres lunak atau
rigid, dan menggunakan teknik aseptik dalam perawatan luka untuk
menghindari infeksi.
1. Balutan Rigid Tertutup
Digunakan untuk mendapatkan kompresi yang merata, menyangga
jaringan lunak dan mengontrol nyeri, serta mencegah kontraktur.
Segera

setelah

pembedahan

balutan

gips

rigid

dipasang

dan

dilengkapi tempat memasang ekstensi prostesissementara (pylon) dan


kaki buatan. Pasang kaus kaki steril pada sisi steril, dan bantalan
dipasang pada daerah peka tekanan. Sisa tungkai (puntung) kemudian
dibalut dengan gips elastis yang ketika mengeras akan memberikan
tekanan yang merata. Gips diganti sekitar 10-14hari. Bila terjadi
peningkatan suhu tubuh, nyeri berat atau gips mulai longgar harus
segera diganti.
2. Balutan Lunak
Balutan lunak dengan atau tanpa kompresi dapat digunakan bila
diperlukan inpeksi berkala berkala ssa tungkai (puntung) sesuai
kebutuhan.

Bidai

imobilisasi

dapat

dibalutkan

pada

balutan.

Hematoma puntung dikontrol dengan alat drainase luka untuk


meminimalkan infeksi.
3. Amputasi Bertahap
Amputasi bertahap dilakukan bila ada gangren atau infeksi.
Pertama-tama dilakukan amputasi guillotine untuk mengangkat semua
10

jaringan nekrosis dan sepsis. Luka didebridemen dan dibiarkan


mengering. Sepsis ditangani dengan antibiotik. Dalam beberapa hari,
bila infeksi telah terkontrol dan klien telah stabil, dilakukan amputasi
definitif dengan penutupan luka.
4. Prostesis
Prostesis

sementara

kadang

diberikan

pada

hari

pertama

pascabedah, sehingga latihan segera dapat dimulai. Keuntungan


menggunakan

prostesis

sementara

adalah

membiasakan

klien

menggunakan prostesis sedini mungkin. Kadang prostesis darurat baru


diberikan setelah satu minggu luka menyembuh tanpa penyulit. Pada
amputasi karena penyakit pembuluh darah, prostesis sementara
diberikan setelah empat minggu.
Prostesis bertujuan untuk mengganti bagian ekstremitas yang
hilang. Artinya defek sistem muskuloskeletal harus diatasi, termasuk
defek faal. Pada ekstremitas bawah, tujuan prostesis ini sebagian
besar dapat dicapai. Sebaiknya untuk ekstremitas atas, tujuan itu sulit
dicapai, bahkan dengan tangan mioelektrik canggih yang bekerja atas
sinyal mioelektrik dari otot biseps dan triseps.
K. Pemeriksaan Diagnostik
1. Foto rontgen: mengidentifikasi abnormalitas tulang.
2. CT scan: mengidentifikasi lesi neoplastik, osteomielitis, pembentukan
hematoma.
3. Angiografi

dan

pemeriksaan

aliran:

mengevaluasi

perubahan

sirkulasi/perfusi jaringan dan membantu memperkirakan potensi


penyembuhan jaringan setelah amputasi.
4. Ultasound Doppler, Flowmetri Doppler: dilakukan untuk mengkaji dan
mengukur aliran darah.
5. Tekanan O2 transkutaneus: memberi peta pada area perfusi paling
besar dan paling kecil dalam keterlibatan ekstremitas.
6. Termografi: mengukur perbedaan suhu pada tungkai iskemik didua
sisi, dari jaringan kutaneus ke tengah tulang. Perbedaan yang rendah
antara dua pembacaan, akin besar untuk sembuh.

11

7. Plestimografi: mengukur TD segmental bawah terhadap ekstremitas


bawah mengevaluasi aliran darah anterial.
8. LED: peningkatan mengidentifikasikan respons inflamasi.
9. Kultur luka: mengidentifikasi adanya infeksi dan

organisme

penyebab.
10.
Biopsi: mengonfirmasi diagnosa massa benigna/maligna.
11.
Hitung darah lengkap/diferensial: peninggian dan pergeseran
ke kiri diduga proses infeksi.

ASUHAN KEPERAWATAN
KLIEN AMPUTASI

A. Pengkajian
1. Identitas
12

Footner (1992), mengemukakan 60% amputasi dilakukan pada klien


dengan usia diatas 60 tahun dan umumnya akibat iskemia
(kematian jaringan) atau akibat penyakit vascular perifer progresif
(sering sebagai gejala sisa diabetes militus), gangren. Akan tetapi,
amputasi mungkin saja dilakukan pada setiap orang dengan kondisi
yang

memerlukan

tindakan

amputasi

segera.

klien

yang

memerlukan amputasi biasanya muda dengan trauma ekstremitas


berat atau manula dengan penyakit vaskuler perifer.
2. Keluhan Utama
Pada klien dengan pasca bedah amputasi biasanya mengalami
nyeri,

selain

itu

spasme

otot

yang

dapat

menambah

ketidaknyamanan selama masa pemulihan.


3. Riwayat Penyakit Dahulu
Perawat memfokuskan pada riwayat penyakit terdahulu yang
mungkin dapat mempengaruhi resiko pembedahan seperti adanya
penyakit diabetes mellitus, penyakit jantung, penyakit ginjal dan
penyakit paru. Perawat juga mengkaji riwayat penggunaan rokok
dan obat-obatan.
4. Riwayat Penyakit Sekarang
Amputasi dilakukan pada klien dengan kondisi mengalami iskemia
(kematian jaringan) atau akibat penyakit vascular perifer progresif
(sering sebagai gejala sisa diabetes militus), gangren, trauma,
(cedera,remuk dan luka bakar) dan tumor gamas. Dari semua
penyebab tadi penyakit vascular parifer merupakan penyebab yang
tertinggi amputasi pada ekstremitas bawah.
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien dengan amputasi yang disebabkan karena penyakit vaskuler
perifer umumnya memiliki riwayat kesehatan keluarga dengan
penyakit yang serupa (misalnya, diabetes mellitus).

6. Pemeriksaan Fisik
a. Sistem respirasi
- Penurunan kapasitas paru. Pada klien immobilisasi dalam posisi
baring terlentang, maka kontraksi otot intercosta relatif kecil,

13

diafragma otot perut dalam rangka mencapai inspirasi


-

maksimal dan ekspirasi paksa.


Perubahan perfusi setempat. Dalam posisi tidur terlentang,
pada sirkulasi pulmonal terjadi perbedaan rasio ventilasi
dengan

perfusi

setempat,

jika

secara

mendadak

m a k a a k a n t e r j a d i p e n i n g k a t a n metabolisme (karena
-

latihan atau infeksi) terjadi hipoksia.


Mekanisme batuk tidak efektif. Akibat immobilisasi terjadi
penurunan kerja siliaris saluran pernafasan sehingga
sekresi mukus cenderung menumpuk dan menjadi lebih kental

dan mengganggu gerakan siliaris normal.


b. Sistem Kardiovaskuler
- Peningkatan denyut nadi. Terjadi sebagai manifestasi klinik
pengaruh faktor metabolik, endokrin dan mekanisme pada
keadaan yang menghasilkan adrenergik sering dijumpai
-

pada pasien dengan immobilisasi.


Penurunan cardiac reserve. Dibawah pengaruh adrenergik
denyut jantung meningkat, hal ini mengakibatkan waktu

pengisian diastolik memendek dan penurunan isi sekuncup.


Orthostatik Hipotensi. Pada keadaan immobilisasi terjadi
perubahan sirkulasi perifer, dimana anterior dan v e n u l a
tungkai

b e r ko n t r a k s i

tidak

lebih panjang dari pada

a d e ku a t ,

vasodilatasi

vasokontriksi sehingga darah

banyak berkumpul di ekstremitas bawah, volume darah yang


bersirkulasi menurun, jumlah darah ke ventrikel saat diastolik
tidak cukup untuk memenuhi perfusi ke otak dan tekanan
darah menurun, akibatnya klien merasakan pusing pada
saat bangun tidur serta dapat juga merasakan pingsan.

c. Sistem Persarafan
- Atropi otot. Karena adanya penurunan stabilitas dari anggota
gerak dan adanya penurunan fungsi persarafan. Hal ini
menyebabkan terjadinya atropi dan paralisis otot.
14

Kontraktur sendi. Kombinasi dari adanya atropi dan penurunan

kekuatan otot serta adanya keterbatasan gerak.


d. Sistem Pencernaan.
- Anoreksia. A k i b a t p e n u r u n a n d a r i s e k re s i
p e n c e rn a a n
pencernaan

dan

dan

mempengaruhi

mempengaruhi

ke l e n j a r

s e k re s i

perubahan

kelenjar

sekresi

serta

penurunan kebutuhan kalori yang menyebabkan menurunnya


-

nafsu makan.
Konstipasi. Meningkatnya jumlah adrenergik akan menghambat
pristaltik usus dan spincter anus menjadi kontriksi sehingga
reabsorbsi cairan meningkat dalam colon, menjadikan

faeces lebih keras dan orang sulit buang air besar.


e. Sistem perkemihan
- Dalam kondisi tidur terlentang, renal pelvis ureter dan kandung
kencing berada dalam keadaan sejajar, sehingga aliran urine
harus melawan gaya gravitasi, pelvis renal banyak menahan
urine sehingga dapat menyebabkan :- Akumulasi endapan urine
di

renal

pelvis

akan

mudah

membentuk

batu

ginjal.

Tertahannya urine pada ginjal akan menyebabkan berkembang


biaknya kuman.
f. Sistem integument
- Tirah baring yang lama, maka tubuh bagian bawah seperti
punggung

dan

bokong

akan

tertekan

sehingga

akan

menyebabkan penurunan suplai darah dan nutrisi ke jaringan.


Jika hal ini dibiarkan akan terjadi ischemia, hyperemis dan akan
normal kembali jika tekanan dihilangkan dan kulit dimasase
untuk meningkatkan suplai darah.

B. Diagnosa keperawatan
1. Ansietas berhubungan

dengan

kurang

pengetahuan

tentang

kegiatan perioperatif.
2. Nyeri akut berhubungan dengan cedera fisik/jaringan dan trauma
saraf.
15

3. Gangguan citra tubuh, penampilan peran berhubungan dengan


kehilangan bagian tubuh.
4. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kehilangan tungkai,
ketidaknyamanan, gangguan perseptual.
5. Risiko tinggi infeksi berhubungan

dengan

ketidakadekuatan

pertahanan primer (kulit robek, jaringan traumatik).


C. Intervensi Rasional
1. Diagnosa keperawatan : Ansietas berhubungan dengan kurang
pengetahuan tentang kegiatan perioperatif.
Tindakan
1. Memberikan
secara

bantuan
fisik

psikologis,

dan

memberikan

dukungan moral.
2. Menerangkan
prosedur
operasi

dengan

sebaik-

baiknya.
3. Mengatur waktu khusus
dengan

klien

berdiskusi

untuk
tentang

kecemasan klien.
4. Beri kesempatan kepada
klien

untuk

mengungkapkan
ansietasnya.
5. Berikan
privasi
dengan

Rasional
1. Secara
meningkatkan

rasa

aman

dan

meningkatkan

rasa

saling percaya.
2. Meningkatkan
/memperbaiki
pengetahuan/

persepsi

klien.
3. Meningkatkan

rasa

aman

orang

terdekatnya.

dan

memungkinkan
melakukan
secara

klien

psikologis

klien

komunikasi

lebih

terbuka

dan lebih akurat.


4. Dapat
menghilangkan
ketegangan

terhadap

kekhawatiran

yang

tidak diekspresikan.
5. Memberi waktu untuk
mengekspresikan
perasaan,
menghilangkan ansietas
dan perilaku adaptasi.

16

2. Diagnosa keperawatan : nyeri ( akut ) berhubungan dengan cedera


fisik / jaringan dan trauma saraf.
Tindakan

Rasional
1. Membantu

Mandiri

dalam

1. Catat lokasi, frekuensi dan

valuasi kebutuhan dan

intensitas nyeri ( skala 0-10)

keevektifan interverensi.

.amati

Perubahan

perubahan

karakteristik

nyeri,

missal

kebas,kesumutan.
2. Tinggikan bagian yang sakit
dengan

meninggikan

tempat

tidur

atau

menggunakan bantal/guling
sebagai penyangga.
3. Tinggikan
kenyamanan
klien(

misal

sesering

rubah

mungkin,

punggung

posisi
pijatan

).dorong

penggunaan

teknik

menejemen stress ( misal


napas dalam, visualisasi)
4. Berikan pijatan lembut pada
sisa

tungkai

( puntung)sesuai toleransi
bila balutan telah dilepas
5. Amati keluhan nyeri yang
tidak

hilang

dengan

analgesic
Kalaborasi
6. Beriakan

dapat

mengidentifikasikan
terjadinya

komplikasi ,

misal nekrosis/infeksi
2. Mengurangi
terbentuknya
dengan
aliran

edema

peningkatan
balik

mengurangi

vena

kelelahan

otot dan tekanan pada


kulit /jaringan
3. Mengfokuskan
kembali

perhatian

,peningkatan
kemampuan koping, dan
dapat

menurunkan

terjadinya nyeri
4. Meningkatkan
sirkulasi,

mengurangi

ketegangan otot
5. Dapat
mengidentifikasikan
sindrom kompartemen ,

obat

indikasi,

sesuai
misal

analgesic,relaksan otot
7. Berikan pemanasan local
sesuai indikasi

khususnya
traumatic.
6. Mengurangi

nyeri

/spasme otot
7. Mungkin diperlukan
untuk

17

cedera

meningkatkan

relaksasi otot, sirkulasi,


dan

membantu

memperbaiki edema

3. Diagnosa keperawatan : gangguan citra tubuh, penampilan peran


berhubungan dengan kehilangan bagian tubuh .
Tindakan

Rasional
1. Klien

Mandiri
1. Kaji

pertimbangkan

persiapan

klien

pandangannya

dan

terhadap

amputasi.
2. Dorong

perasaan
dan

kehilangan

bagian tubuh
3. Beri penguatan

informasi

pascaoperasi termasuk tipe/


amputasi

tipe

protease , harapan setelah


operasi

termasuk

control

nyeri dan rehabilitasi


4. Kaji
sistem
pendukung
( support system) dukungan
orang lain yang ada untuk
klien
5. Diskusikan

persepsi

klien

tentang

diridan

hubungannya

dengan

perubahan dan bagaimana


klien melihat dirinya dalam
pola/

sebagai
hidup

amputasi
rekonstruksi

akan

menerima

peran

cepat.

Klien

dengan

amputasi

ketakutan,

lokasi

memandang

diri yang baru dengan


klien

mengekspresikan
negatif,

yang

fungsi

yang

traumatic

mempertimbangkan
amputasi

sebagai

kegagalan
pada

dan

resiko

tinggi

gangguan konsep diri


2. Ekspresikan
perasaan
klien

membantu

mulai

menerima

kenyataan dan realitas


hidup tanpa tungkai
3. Memberikan
kesempatan

untuk

menanyakan

dan

mengasimilasi infromasi
dan

mulai

menerima

perubahan
diri

dan

dapat

gambaran
fungsi,

yang

membantu

penyembuhan
18

berada

biasanya
6. Dorong
partisipasi

4. Dukungan
klien

dalam aktifitas sehari-hari .


berikan kesempatan untuk
memandang / merawat sisa

yang

cukup dari orang yang


terdekat

dan

teman

dapat membantu proses

tungkai( puntung ) , dan

rehabilitasi
5. Membantu

menunjukan tanda

mengartikan

masalah

sehubungan

dengan

penyembuhan .
7. Dorong
/

positif
beriakan

kunjungan oleh orang yang


telah

diamputasi

khususnya

yang

telah

berhasil dalam rehabilitasi


8. Berikan lingkungan yang
terbuka pada klien untuk
masalah tentang seksualitas
9. Perhatikan perilaku menarik
,

membicarakan

negative

dari

menyangkal

hal
diri,

atau

terus

menerus melihat perubahan

pemecahan
Sebagai

masalah.

contoh

takut

kehilangan kemandirian ,
kemampuan

bekerja,

kemandirian

dan

perasaan harga diri


meskipun
sisa

penyatuan

tungkai

mendengar

dan

pernyataan

klien dalam penerimaan


7. Teman senasib yang

Kalaborasi
Diskusikan

tersediannya
sumber,

membantu

positif dapat membantu

nyata ( amputasi )
10.

dan

dan sebagainya
6. Meningkatkan

mengidentifikasikan

diri

pola hidup sebelumnya

misal

psikiatrik/seksual

berbagai
konseling
,

terapi

kejujuran

telah

mengalami

yang

sama

sebagai

hal

bertindak

model

peran

dan dapat memberikan


keabsahan pernyataan ,
juga

harapan

pemulihan

untuk

dan masa

depan normal
8. Meningkatkan
pernyataan
19

keyakinan

/nilai

tentang

subjek

positif

dan

mengidentifikasikan
kesalahan konsep/ mitos
yang

dapat

mempengaruhi penilaian
situasi
9. Mengidentifikasi
tahap

berduka

kebutuhan

/
untuk

intervensi
10. Membantu

adaptasi

lanjut yang optimal dan


rehabilitasi.

4. Diagnosa keperawatan : kerusakan mobilitas fisik berhubungan


dengan

kehilangan

tungkai,

ketidaknyamanan,

gangguan

perseptual.
Tindakan
1. Berikan perawatan puntung

Rasional
1. Memberikan

kesempatan

secara teratur, misal inpeksi

untuk

area,

penyembuhan

bersihkan

keringkan,
kembali

dan

dan

tutup

puntung

dengan

balutan elastis
2. Segera tinggikan gips, bila
gips berubah posisi.
3. Bantu
latihan
rentang
gerak, khususnya area yang
sakit

dan

mulai

sedini
20

mengevaluasi

komplikasi.
puntung
edema

dan
Penutupan
mengontrol

dan

membantu

pembentukan puntung
2. Edema
terjadi
dengan
cepat

dan

rehabilitas

dapat terhambat.
3. Mencegah
kontraktur,

mungkin pascaoperasi.
4. Dorong
latihan
aktif/isometrik untuk paha
atas dan lengan.
5. Berikan
gulungan

pada

paha sesuai indikasi.


6. Anjurkan
klien

untuk

berbaring posisi tengkurap


sesuai toleransi sedikitnya
dua

kai

bantal

sehari

dibawah

dengan
abdomen

dan puntung ekstremitas.


7. Waspada tekanan bantal
dibawah
terhadap

ekstremitas
puntung

menggantung
dependen

untuk
secara

disamping

tempat tidur atau kursi.


8. Tunjukkan/bantu
ambulasi
dan

penggunaan

mobilitas,

contohnya

alat
kruk

atau walker.
9. Bantu dengan ambulasi
10.
Bantu
klien
melanjutkan
preoperasi

latihan

otot
sesuai

kemampuan, misal berdiri


pada telapak, berdiri pada

perubahan

yang

dapat

terjadi

dengan

cepat

dan

dapat

memperlambat
penggunaan protese
4. Meningkatkan
kekuatan
otot

untuk

membantu

pemindahan

atau

ambulasi
5. Mencegah rotasi eksternal
putung tungkai
6. Menguatkan

otot

ekstensor dan mencegah


kontraktut

fleksi

pada

panggul
7. Penggunaan bantal dapat
menyebabkan
fleksi

kontraktur

permanen

panggul

dan

dependen

pada
posisi

puntung

mengganggu aliran vena


dan dapat meningkatkan
pembentukan edema.
8. Membantu perawatan diri
dan

kemandirian

klien.

Teknik
pemindahan/ambulasi
yang

ibu jari

bentuk

dapat

mencegah

cedera abrasi.
9. Menurunkan risiko cedera.
Ambulasi

setelah

amputasi tungkai bawah


bergantung

pada

waktu

pemasangan protese.
10.
Membantu
21

Kolaborasi
11.

meningkatkan
Rujuk

ke

tim

rasa

rehabilitasi, misal ahli terapi

busa.

keseimbangan

kekuatan

fisik/fisioterapi.
12.
Berikan tempat tidur

perbaikan
dan

kompensasi

bagian tubuh.
11.

Memberikan bentuk

latihan/program
untuk

aktivitas
memenuhi

kebutuhan dan kekuatan


individu

serta

mengidentifikasi mobilitas
fungsional,

membantu

meningkatkan
kemandirian.
12.
Menurunkan
tekanan

pada

kulit/jaringan yang dapat


mengganggu
risiko

sirkulasi,

iskemia/kerusakan

jaringan.

5. Diagnosa keperawatan: resiko tinggi infeksi berhubungan dengan


ketidakadekuatan

pertahanan

primer

(kulit

robek,

jaringan

traumatik).
Tindakan

Rasional

Mandiri
1. Pertahankan
antiseptik

bila

teknik
mengganti

balutan/merawat luka

1. Meminimalkan
kesempatan
bakteri

22

introduksi

2. Inpeksi balutan dan luka,


perhatikan
drainase.
3. Pertahankan

2. Deteksi

karakteristik

infeksi

secara rutin.
4. Tutup
balutan

dan

bila

lebih

dengan
klien

pencucian

indikasi.
6. Awasi tanda vital.

waktu

serius

Pratt

(misal

membantu

membuang

drainase,

meningkatkan

dengan
ada

tepat

osteomielitis).
3. Hemovac, drain Jackson

penyembuhan

sabun ringan dan air setelah


bila

untuk

dan mencegah komplikasi

bila terjadi inkontenensia.


5. Buka
puntung
terhadap

pembalutan

memberikan

intervensi

menggunakan pispot atau

udara,

trjadinya

kesempatan
potensi

pengosongan alat drainase

plastik

dini

4.

luka

dan

mengurangi risiko infeksi.


Mencegah kontaminasi

pada amputasi tungkai.


5. Mempertahankan
kebersihan,
meminimalkan
kontaminasi

kulit

dan

meningkatkan
penyembuhan kulit yang
lunak/kulit rapuh.
6. Peningkatan suhu

Kolaborasi
7. Kultur luka/drainase dengan

takikardi

tepat.
8. Berikan

menunjukkan
antibiotik

sesuai

dan
dapat

terjadinya

sepsis.

indikasi.
7. Mengidentifikasi

adanya

infeksi/organisme khusus.
8. Antibiotik spektrum luas
dapat

digunakan

profiaksis

atau

secara
terapi

antibiotik

mungkin

disesuaikan

terhadap

organisme penyebab.
23

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
24

Asuhan

keperawatan

pada

klien

yang

mengalami

amputasi

merupakan bentuk asuhan kompleks yang melibatkan aspek biologis,


spiritual dan sosial dalam proporsi yang cukup besar ke seluruh aspek
tersebut perlu benar-benar diperhatikan sebaik-baiknya.
Tindakan amputasi merupakan bentuk operasi dengan resiko yang
cukup besar bagi klien sehingga asuhan keperawatan perioperatif
harus benar-benar adekuat untuk memcapai tingkat homeostatis
maksimal

tubuh.

Manajemen

keperawatan

harus

benar-benar

ditegagkkan untuk membantu klien mencapai tingkat optimal dalam


menghadapi perubahan fisik dan psikologis akibat amputasi.(anas)
B. Saran
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang
menjadi pokok pembahasan dalam makalah kami, tentunya masih
banyak

kekurangan

dan

kelemahannya,

karena

terbatasnya

pengetahuan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul


makalah ini. Kami banyak berharap para pembaca memberikan kritik
dan saran yang membangun kami demi kesempurnaannya makalah
kami.

DAFTAR PUSTAKA

25

Paduta. 2012, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: salemba


medika
Muttaqin,arif. 2008. Buku Ajar Keperawatan Klien Gangguan Sistem
Muskuloskeletal. Jakarta:EGC
Wahid ,abd.2013. Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Sistem
Muskuloskeletal. Jakarta: Sagung Seto

26

Вам также может понравиться

  • LP Dermatitis
    LP Dermatitis
    Документ30 страниц
    LP Dermatitis
    Qurun EzaGlovers Slalutersenyum
    57% (14)
  • Apgar Keluarga Dengan Lansia
    Apgar Keluarga Dengan Lansia
    Документ1 страница
    Apgar Keluarga Dengan Lansia
    Qurun EzaGlovers Slalutersenyum
    Оценок пока нет
  • 12 1 Sistem Pembiayaan Kesehatan
    12 1 Sistem Pembiayaan Kesehatan
    Документ12 страниц
    12 1 Sistem Pembiayaan Kesehatan
    Qurun EzaGlovers Slalutersenyum
    Оценок пока нет
  • BAB I-IV Fixx
    BAB I-IV Fixx
    Документ24 страницы
    BAB I-IV Fixx
    Qurun EzaGlovers Slalutersenyum
    Оценок пока нет
  • Analisa Data
    Analisa Data
    Документ9 страниц
    Analisa Data
    Qurun EzaGlovers Slalutersenyum
    Оценок пока нет
  • Upload
    Upload
    Документ6 страниц
    Upload
    Qurun EzaGlovers Slalutersenyum
    Оценок пока нет
  • Penggunaan+Komputer Kesehatan
    Penggunaan+Komputer Kesehatan
    Документ29 страниц
    Penggunaan+Komputer Kesehatan
    Qurun EzaGlovers Slalutersenyum
    Оценок пока нет
  • Pengkajian Pada Lansia
    Pengkajian Pada Lansia
    Документ22 страницы
    Pengkajian Pada Lansia
    Qurun EzaGlovers Slalutersenyum
    Оценок пока нет
  • Klinik Holistik Elif Medika
    Klinik Holistik Elif Medika
    Документ6 страниц
    Klinik Holistik Elif Medika
    Qurun EzaGlovers Slalutersenyum
    Оценок пока нет
  • BPJS 1
    BPJS 1
    Документ3 страницы
    BPJS 1
    Qurun EzaGlovers Slalutersenyum
    Оценок пока нет
  • BPJS 1
    BPJS 1
    Документ3 страницы
    BPJS 1
    Qurun EzaGlovers Slalutersenyum
    Оценок пока нет
  • Komponen DP
    Komponen DP
    Документ3 страницы
    Komponen DP
    Qurun EzaGlovers Slalutersenyum
    Оценок пока нет
  • Anfis Muskuluskeletal
    Anfis Muskuluskeletal
    Документ20 страниц
    Anfis Muskuluskeletal
    Qurun EzaGlovers Slalutersenyum
    Оценок пока нет
  • Pertemuan 1 Pengantar Teknologi Telekomunikasi
    Pertemuan 1 Pengantar Teknologi Telekomunikasi
    Документ12 страниц
    Pertemuan 1 Pengantar Teknologi Telekomunikasi
    Qurun EzaGlovers Slalutersenyum
    Оценок пока нет
  • Pengaruh Teknologi Informasi Materi 3
    Pengaruh Teknologi Informasi Materi 3
    Документ18 страниц
    Pengaruh Teknologi Informasi Materi 3
    Qurun EzaGlovers Slalutersenyum
    Оценок пока нет
  • Laporan Kelompok 2
    Laporan Kelompok 2
    Документ20 страниц
    Laporan Kelompok 2
    Qurun EzaGlovers Slalutersenyum
    Оценок пока нет
  • HargaDiriRendah
    HargaDiriRendah
    Документ68 страниц
    HargaDiriRendah
    Qurun EzaGlovers Slalutersenyum
    Оценок пока нет
  • Ganjil I - Pemeriksaan Tanda Vital PDF
    Ganjil I - Pemeriksaan Tanda Vital PDF
    Документ9 страниц
    Ganjil I - Pemeriksaan Tanda Vital PDF
    Prazz Apriliand
    100% (1)
  • Anfis Muskuluskeletal
    Anfis Muskuluskeletal
    Документ20 страниц
    Anfis Muskuluskeletal
    Qurun EzaGlovers Slalutersenyum
    Оценок пока нет
  • MAKALAH Sistem Perkemihan Kelompok 2
    MAKALAH Sistem Perkemihan Kelompok 2
    Документ5 страниц
    MAKALAH Sistem Perkemihan Kelompok 2
    Qurun EzaGlovers Slalutersenyum
    Оценок пока нет