Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
De f c i t
Hyperacti
v it y
Disorder
MITHA FA
RAMITA
0301119
1
ADHD
Merupakan suatu gangguan perilaku yang
ditandai
dengan
kesulitan
memusatkan
perhatian, perilaku yang impulsif, dan aktivitas
berlebihan yang tidak sesuai dengan umurnya.
EPIDEMIOLOGI
Diagnostic and Statistical Manual of Mental
Disorder (DSM) IV menyebutkan prevalensi
kejadian ADHD pada anak usia sekolah sekitar
3%-5%. Di Indonesia prevalensi anak ADHD
sekitar 5%.
Anak laki-laki memiliki insidensi yang lebih
tinggi dibandingkan dengan anak perempuan,
dengan rasio 3:1 sampai 5:1.
ETIOLOGI
Faktor genetik
75% dari variasi gejala ADHD di dalam populasi adalah karena faktor
genetik. 1/3 dari orang tua yg mengalami ADHD, maka anaknya
berisiko ADHD sebesar 60 %. Pada anak kembar, jika salah satu
mengalami ADHD, maka saudaranya 70-80 % berisiko mengalami
ADHD.
Terdapat mutasi gen pengkode neurotransmiter dan reseptor dopamin
(D2 dan D4). Pada sistem gen lain diduga adanya penyimpangan
katekolamin serta metabolisme serotonin
Faktor neurobiologi
KLASIFIKASI
Menurut American Psychiatric Association,
sesuai dengan DSM-IV, ADHD dibedakan
menjadi 3 subtipe, yaitu:
ADHD dengan ciri-ciri paling dominan adalah
inatentif (tipe predominan inatentif)
ADHD dengan ciri-ciri paling dominan adalah
impulsif dan hiperaktif (tipe predominan
hiperaktif-impulsif)
ADHD dengan ketiga ciri-ciri, yaitu inatentif,
impulsive dan hiperaktif (tipe kombinasi)
1. Gangguan pemusatan
perhatian (inatensi)
a. Sering gagal dalam memberikan
perhatian pada hal yang detail dan
tidak teliti dalam mengerjakan
tugas sekolah, pekerjaan atau
aktivitas lainnya
b. Sering mengalami kesulitan
dalam mempertahankan perhatian
terhadap tugas atau aktivitas
bermain
c. Sering tidak tampak
mendengarkan apabila berbicara
langsung
d. Sering tidak mengikuti instruksi
dan gagal menyelesaikan tugas
sekolah, pekerjaan, atau kewajiban
di tempat kerja (bukan karena
perilaku menentang atau tidak
dapat mengikuti instruksi)
e. Sering mengalami kesulitan
dalam menyusun tugas dan
aktivitas
f. Sering menghindari, membenci
atau enggan untuk terlibat dalam
tugas yang memiliki usaha mental
yang lama ( seperti tugas disekolah
dan pekerjaan rumah)
g. Sering menghilangkan atau
ketinggalan hal-hal yang perlu
untuk tugas atau aktivitas
(misalnya tugas sekolah, pensil,
buku ataupun peralatan)
2. Hiperaktivitas impulsivitas
a. Sering gelisah dengan tangan
dan kaki atau sering menggeliatgeliat di tempat duduk
b. Sering meninggalkan tempat
duduk dikelas atau di dalam situasi
yang diharapkan anak tetap duduk
c. Sering berlari-lari atau memanjat
secara berlebihan dalam situasi
yang tidak tepat (pada remaja
mungkin terbatas pada perasaan
subyektif kegelisahan)
d. Sering mengalami kesulitan
bermain atau terlibat dalam
aktivitas waktu luang secara
tenang
e. Sering siap-siap pergi atau
seakan-akan didorong oleh
sebuah gerakan
f. Sering berbicara berlebihan
Impusivitas
g. Sering menjawab pertanyaan
tanpa berfkir lebih dahulu sebelum
pertanyaan selesai
h. Sering sulit menunggu gilirannya
Sering menyela atau
mengganggu orang lain (misalnya
memotong masuk ke percakapan
atau permainan)
PENEGAKAN DIAGNOSIS
ANAMNESIS
Informasi terperinci mengenai tingkah laku anak di tingkah
laku anak di sekolah dan di rumah
frekuensi, beratnya dan konteks masalah dengan
perhatian, impulsivitas, dan hiperaktivitas
Labilitas emosional dan keterampilan organisasi yang
buruk serta pencapaian akademik
Riwayat perinatal sebaiknya diulas untuk melihat adanya
masalah yang berkaitan dengan defsit perhatian,
misalanya konsumsi alkohol atau obat-obatan maternal
selama kehamilan
Riwayat keluarga dan riwayat sosial dapat mengidentifkasi
faktor genetik atau lingkungan yang memberikan kontribusi
PEMERIKSAAN FISIK
Observasi umum dapat menunjukkan adanya gangguan
mood, kesedihan atau ansietas
Pemeriksaan fsik harus meliputi penglihatan dan skrining
pendengaran,
karena
defsit
sensoris
dapat
mengakibatkan kurangnya perhatian dan hiperaktivitas
PEMERIKSAAN PENUNJANG
MRI
Untuk mengetahui ukuran tiap lobus secara spesifk padan
adhd lebih kecil
PET (positron emission tomography)
Didapatkan penurunan aliran darah dan metabolisme di
bebrapa bagian otak termasuk lobus prefrontal dan ganglia
basal
CPT (continous performance test)
Untuk memeriksa atensi dan kewaspadaan
PENATALAKSANAAN
NON FARMAKOLOGIS
Terapi Psikososial
CBT (cognitive behavioral treatment)
Pelatihan mengontrol diri, mengontrol emosi, dan
penguatan diri.
Pelatihan orang tua, konsultasi, dan guru
Dengan program contingecy management meng- gunakan
pendekatan penghargaan dan hukuman pada anak
Remedial edukasi
Interaksi perindividu dengan seorang terapis khusus
dalam sebuah kelas
FARMAKOLOGIS
Psikostimulan
terapi
lini pertama untuk mengatasi gejala inti
ADHD/gangguan hiperkinetik
methylphenidate hydrochloride (MPH) usia 6 th/lebih.
dexamfetamine sulphate (DEX) usia 3 th/lebih.
Efek samping : nyeri kepala, nyeri lambung, mual,
insomnia, nafsu makan berkurang
Anti depressan
Kelompok obat ini lebih berpengaruh pada gejala
behavioralnya daripada terhadap gejala kognitifnya.
Obatnya:
Imipramine,
desipramine,
amitriptyline,
Nortriptyline, clomipramine
Pemantauan efek obat perlu dilakukan pada penggunaan
antidepressan terutama golongan trisiklik
Agonis alpha-2 adrenergik
Kloninin, Obat ini dapat mengurangi gejala ADHD dan
terdapat penurunan yang besar saat dikombinasikan
dengan methylphenidate
PROGNOSIS
Gejala yang ada pada 50% kasus dapat bertahan
sampai dewasa, sedangkan 50% kasus lainnya
menunjukan perbaikan gejala pada masa pubertas.
Prognosis lebih baik bila didapatkan:
fungsi intelektual yang tinggi,
dukungan yang kuat dari keluarga, temen-teman
yang baik,
diterima di kelompoknya dan diasuh oleh
gurunya serta tidak mempunyai satu atau lebih
komorbid gangguan psikiatri.
DAFTAR PUSTAKA
Kaplan HI, Sadock BJ, Grebb JA. Gangguan
TERIMA KASIH