ISBN : 979 - 8105- 18-4
c
PERAIRAN MALUKU
DAN
SEKITARNYA
Volume 6
Balai Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Laut
Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi
Lembaga IImu Pengetahuan Indonesia
Ambon, 1994Perairan Maluku dan sekitarnya, Vol 6 (1994) 57-66
STUDI BUDIDAYA KARAGINOFIT Kappaphycus striatum (Schmitz) Doty
(RHODOPHYTA, SOLIERIACEAE) DIPERAIRAN TUAL, MALUKU TENGGARA
‘Agus M. Hatta dan Kresno Yulianto
Balitbang Sumberdaya Laut, P30 - LIPI
BPPSDL, P30-LIPI, Ambon 97233
ABSTRACT: FIELD CULTURE STUDY ON CARRAGEENOPHYTE OF Kappaphycus striatum
(Schmitz) Doty (RHODOPHYTA, SOLIERIACEAE) IN TUAL WATERS, SOUTHEAST
MALUKU, Culture study on carrageenophyte of Kappaphycus striatum was done during two
Periods of June-July "92 (period 1) and July-August '92 (period ID). Macroalgae culture was
Conducted by planting the algac on the bamboo rafts, using seedling collected from the nearby
waters of Difur Bay. The initial weight of scedlings planted on both periods ranged from 70 to 98
gram, The average of Relative Daily Growth Rate (RDGR) in all rafis on the period 1 was
4.01-6.10 % and on the period II was 3.65-4.75 % ANOVA test on the average of RDGR of both
Periods was not significant, which indicated that variation of RDGR was not influenced by the
difference of culture period, but by intrinsic character of the plant itself. The economical culturing
periods for K. striatum ranged between 37 and 44 days. The biomass at the harvesting was between
408 and 1,223 gram. It could be concluded that K. siriatum from Tual Waters has a good growth
Tate and suitable for commercial marine culture
ABSTRAK : Penelitian budidaya Kappaphycus siriatum telah dilaksanakan selama periode Juni-
Juli (D dan Juli-Agustus "92 (11), Budidaya dilaksanakan dengan menerapkan sistem penanaman
pada rakit terapung. Bibit yang dipakai berasal dari perairan setempat dengan berat awal antara 70-
98 gram, Rala-rata Kecepatan Pertumbuhan Relatif harian (KPR) makroalge di setiap rakit pada
Periode I antara 4,01-6,10 % dan pada periode II antara 3,65-4,75 % Uji statistik ANOVA
menunjukkan rata-rata KPR ke dua periode tersebul tidak berbeda nyata, hal ini menunjukkan
bahwa variasi KPR tidak dipengaruhi oleh perbedaan periode budidaya tetapi oleh sifat bibit itu
sendiri. Umur ckonomis budidaya bagi karaginofit ini antara 37-44 hari dengan rata-rata berat
biomassa rumpun makroalge di rakit saat panen antara 408-1.223 gram. Disimpulkan bibit K.
striatum dani perairan Tual yang diambil pada bulan penelitian mempunyai kualitas pertumbuhan
yang baik dan memenuhi syarat untuk dipakai pada usaha budidaya
PENDAHULUAN
Kappaphyeus striatum, K. alvarezii dan Eucheuma denticulatum adalah karaginofit yang
sudah banyak dibudidayakan di perairan Nusantara, Dati ke tiga jenis karaginofit tersebut hanya K
alvarezit yang pada awalnya didatangkan dari Filipina, sedangkan dua jenis lainnya bersifat endemik
di perairan Indonesia. Di berbagai sentra budidaya makroalge seperti P. Bangka, P. Bali - Lombok,
Sulawesi Selatan dan Tenggara jenis karaginofit yang ditanam adalah K. alvarezii (Husain, 1991)
Sedangkan karaginofit alami di berbagai tempat terutama di sentra produksi makroalge di Maluku
dan perairan Irian Jaya lebih banyak didominasi oleh K. siriatum disamping jenis & denticulatum
Sentra produk alami karaginofit di Maluku adalah Pulau-pulau Buru, Taliabu dan Seram bagian
utara (untuk Maluku Tengah), Kepulauan Kei, Kepulauan Aru dan P. Tanimbar bagian selatan
37Hatta & Yulianto
(untuk Maluku Tenggara) (Anonimous, 1991), Untuk Irian Jaya perairan yang produkuf
‘menghasilkan karaginofit alami adalah Biak dan Sorong. Informasi tehnis dan perhitungan
ekonomis untuk kegiatan budidaya makroalge di Indonesia saat ini telah cukup banyak tersedia,
diantaranya dengan munculnya beberapa publikasi oleh Winarno (1990), Anonimous (1991), Aslan
(1991) dan Anonimous (1992). Sementara informasi biologis tentang makroalge ekonomi penting
diberikan oleh Soegiarto ef al (1978) serta Kadi dan Atmadja (1988), Kepentingan dan potensi
Indonesia sebagai salah satu produsen makroalge di kawasan Asia Tenggara tampak jelas sekali
scbagaimana dilaporkan olch Asian Development Bank (1983). Oleh sebab itu sangatlah wajar bila
intensitas budidaya makroalge di perairan Indonesia semakin meningkat, sebagaimana terbukti
dengan semakin bertambah banyaknya lokasi_ budidaya
Untuk lebih mendayagunakan potensi makroalge di perairan Indonesia yang salah satunya
adalah K. striatum, maka dilaksanakanlah penclitian budidaya karaginofit ini, Penelitian ini juga
bertujuan untuk mengevaluasi kualitas bibit yang tersedia di Pulau Kei Kecil, terutama menyangkut
kecepatan tumbuhnya
BAHAN DAN METODE
Kappaphycus striatum (Schmitz) Doty, diperolch dengan mengambil sediaan alami di Teluk
Difur yang terletak tidak jauh dari lokasi penelitian budidaya (Gambar 1). Makroalge ini diambil
dengan “snorkeling” pada kedalaman 2-3 meter, kemmudian diselcksi untuk digunakan sebagai bibit
dalam percobaan, Sebagai dasar seleksi bibit digunakan kriteria berikut : thali alge berwarna cerah
kehijauan atau kemerahan; thali segar dan kaku; thali schat, tidak ada tanda-tanda luka, penyakit
atau parasit yang tampak; thali tidak menunjukan tanda-tanda reproduksi baik adanya sistokarp
maupan bintik-bintik spora, thali tidak terlalu tebal dan banyak mempunyai cabang atau tunas-tunas
cabang. Bakal bibit tidak diaklimatisasi, cukup dibersihkan dari kotoran, epifit dan biota penempel
lainnya sebelum dipakai, Bibit yang dipilih adalah bagian dari ujung-ujung rumpun dengan berat
antara 70 - 98 gram, Budidaya dilakukan dengan mengikatkan bibit pada rakit bambu yang sudah
dikenal umum, Lokasi yang dipilih mempunyai fluktuasi kedalaman antara 0,8 - 3 meter pada saat
surut terendah dan pasang tertinggi. Lokasi budidaya scbagian besar mempunyai dasar pasir, sedikit
terdapat Jamun dan karang. Rakit berukuran panjang tiga meter dan lebar dua meter, Jumlah rakit
keseluruhan 15 unit, tetapi selama percobaan periode I (Juni-Juli '92) hanya 10 unit rakit yang
diobservasi, sedang selama periode II berikutnya (Juli-Agustus 92) semua rakit diobservasi. Rakit
disusun dalam beberapa deretan. Setiap deret terdiri atas 3 unit yang dirangkai memanjang dengan
Jangkar-jangkar pada kedua ujung deret. Pada sisi lebar rakit terdapat empat lajur tali wtama (ris) ke
arah panjang rakit, pada setiap lajur tali dipasang delapan simpul pengait bibit sehingga jumlah
simpul semuanya ada 32 ttik. Setiap rumpun diikat dengan tli cafia sepanjang sckitar 20 cm
Setiap rumpun yang diobservasi diberi nomor, Parameter pertumbuhan yang diamati adalah
perubahan pertambahan berat biomassa makroalge, yaitu dikerjakan dengan melakukan
penimbangan setiap rumpun secara tcratur. Selang waktu penimbangan adalah 6-8 hari. Timbangan
yang dipakai adalah Triple Beam OHAUS yang mempunyai ketepatan 0,1 gram. Dari hasil data
penimbangan kemudian dibitung Kecepatan Pertumbuhan Relatif Harian (KPR) dengan
‘menggunakan persamaan
KPR Harian = {{La (WavWi)}(n-i)} x 100 % ;
dimana : i = hari budidaya ke i; n= hari budidaya ke n, (i < a); Wi dan Wn = berat rumpun
makroalge yang masing-masing ditimbang pada hari ke i dan ke n (dalam gram)
358Studi budidaya karaginofit
Figure 1. Map of Kei Kecil Islands showing the culture site of Kappaphycus striatum,
L: Location of Bamboo rafts. B : Difur Bay, the location where seedling of K. striatum used in this
59Hatta & Yulianto
study were collected.
Berdasarkan KPR maka bisa disusun pola pertumbuhan rumpun makroalge di setiap rakit
Pemanenan dilakukan bila kecepatan pertumbuhan per rumpun menunjukkan penurunan yang
cukup jelas dan tidak mungkin bertambah lagi atau tanaman telah berumur lebih dari 40 han.
Diperkirakan waktu pemanenan akan berlangsung pada minggu ke $ atau 6.
‘Untuk mencegah dan mengurangi gangguan ikan-ikan herbivor pemakan makroalge maka
dipasang jaring tipe gill net berukuran mata jaring dua inci di sekitar rakit. Agar penyerapan nutrien
oleh thalli tetap berlangsung baik maka setiap hari semua rumpun pada rakit dibersihkan dari segala
bentuk Kotoran, Penggantian rumpun yang rusak atau hilang hanya dilakukan sekali pada saat
minggu pertama. Bila kerusakan atau kehilangan rumpun terjadi pada minggu ke dua atau
seterusnya maka rumpun tersebut dikosongkan, Parameter lingkungan bersifat sebagai data
pelengkap dan diukur secara berkala yang mehiputi suhu dan salinitas air laut serta kecepatan arus
Pengukuran ini bisa dikerjakan pada waktu pagi, siang atau sore pada saat pembersihan rumpun.
HASIL
Pola pertumbuhan X. striatum sclama dua kali periode pengamatan menunjukan perbedaan
sebagaimana tampak pada Gambar 2, Selama periode Juni-Juli karaginofit cenderung mempunyai
pola pertumbuhan yang stabil, scbaliknya selama periode Juli-Agustus pola pertumbuhan berubah
menurun tajam. Dani data yang tersaji pada Tabel 1 dan 2 bisa dibaca perbedaan kuantitatif karakter
fase eksponensial dan fase paska-cksponensial pada ke dua periode, Sclama periode 1 Juni-Jult)
sebagian besar rumpun (80 % rakit) mencapai puncak pertumbuhan (fase eksponensial) pada minggu
pertama dan sisanya (pada 20 % rakit) pada minggu ke empat. Selama periode II Juli-Agustus)
pencapaian fase eksponensial ini tersebar pada minggu pertama (40 % rakit), minggu ke dua (50 %
rakit) dan minggu ke tiga (10 % rakit). Adapun kisaran angka yang dicapai pada fase puncak
pertumbuhan ini adalah 5,05 - 7,63 % selama periode | dan 5,62 - 7,54 % sclama periode II. Secara
kuantitatif kisaran kedua prosentase tersebut hampir sepadan
Respon Pertumbuhan fase paska eksponensial pada setiap rakit selama dua periode juga
menunjukan perbedaan yang menarik, Meskipun memperlihatkan penurunan KPR setelah fase
eksponensial, tetapi ada sebagian rakit yang mengalami "percepatan pertumbuhan sekunder*
sehingga timbul puncak pertumbuhan kedua, Kejadian tersebut selama periode 1 bisa diamati pada
60 % rakit, sebaliknya selama periode II kejadian ini hanya terdapat pada 20 % raki (Tabel 1 dan 2)
Bila “percepatan sckunder” ini berlangsung pada minggu menjclang berakhimya budidaya maka
kejadian ini akan menaikkan jumlah biomassa dan tentunya akan sangat menguntungkan,
sebagaimana diperlihatkan pada rakit JJ-02 dan JJ-06 (Tabel 1)
Rata-rata kecepatan pertumbuhan relatif harian makroalge di setiap rakit selama periode 1
adalah antara 4,01 - 6,10 % per hari dan ini ternyata lebih tinggi dibandingkan dengan hasil dari
periode II yang berkisar antara 3,60 - 4,75 % per hari, Tetapi pada Tabel 3 tampak bahwa uji
ANOVA kedua rata-rata KPR. tidak menunjukkan perbedaan nyata, Hal ini menunjukkan budidaya
tidak dipengaruhi oleh perbedaan periode, tetapi disebabkan olch kondisi tanaman itu sendiri.
Pertambahan biomassa rampun alge selama dua periode tampak hampir serupa (Tabel 4 dan
5), kecuali pada rakit JJ-O1 dan JJ-02 (Tabel 4) yang menunjukkan pertambahan biomassa yang luar
biasa cepat. Kejadian seperti pada ke dua rakit tersebut ternyata tidak terulang pada periode Il, hal
ini menunjukan bahwa sifat tumbuh cepat bersifat spontan, Melihat pertambahan biomassa setelah
minggu ke 5 semakin kecil, maka pada minggu ke 6 pengamatan budidaya pada sebagian besar rakit
diakhiri, Oleh karenanya perkiraan umur efisien budidaya K. striatum adalah antara 37- 44 hari.
Untuk memperlihatkan perbedaan karakter kondisi perairan pada ke dua periode budidaya,
60Studi budidaya karaginofit
(i pouad) isndny-Aing wy ‘(1 pouad) Aing-aung : ¢¢
“spousad pms aip auunp umyoras ‘y Jo woned ypwor8 ayy “7 ounFiy
422M
fu
bee
€ z
aL
9
8
<
=
a
o
D
61Hatta & Yulianto
op pimpuns its
oipin sosoywuaind ut 304m
TON sty Test @ibar Geos weders Toass
(x0) ov» - - (eyorere (aL'0) LLY dive (90) 90€
Geer CIOOT COLE GLI GrIses lorDoes (9970) 069
Godier COrDert CeeDict OFDISr Gonders (ODESy — (RO) E59
CeDssy (LEO 9ST Codore (YO) rE (960) F's DZS (590) P99
(eoeer Usd L91 G90)69T (ERO ZIP (iB) PO's (rs O)069 ——(6L'0) 60'S
(ExOs9E (REO9O (e9OISTZ (S9OD1OE (LEO) IVS COIs = GLEE 60-VE
Coodior CESDorz CoDaLT (overe pace GID tee 80° Vr
(odor Crore] WoDedz (ZeI)90r doee o-ve
CEXDOF FDO (EoOstE USO Tr Lo ove
GETDILL (ROSE CZodere (or D9Ts Jove (or res so-ve
(260) 06 woe COrDErs dees (rDev O° VE
ssDere OOrDErE Joe’ Geuses 6s sou “we
(eDoer USDILE [LOOT BEDE OIDsrs ED809 sso ove
Dery CLE EDT GEOrTr (ross (CxO PSL (eo ury love
TA yan) NTS RT, PRUE POM PUT SqUIRN PR
Ti Pou g) Comyn wo AT Yow Ul VDI YO Us) aH PURO OA UA EL
ORr GrDEr Cees Urher conor Gs
(£01) 96 Dser (sO (YDOSE LES e (or
(evo ess (ee) ow eos (ooeTs — (RED IPS (xz
Covrr (LOY (OOe80S (ERI LErY Ge
GLdesy (KLDere (DsEE (D167 ar
C6Dory BLDS8T (SEE Coerrr — (Lo
GsDErE BEDisy CDErZ — (e9DOEY (on D 90's vo-mt
UoDeer - GsDose GeDser GeDdere (es DzIy (89 to-mt
(oNoreg Oris GrDdess (sonses (80) 199. (se zo- ft
Gros Usdarr GeDsrs (a91) 195 GrDie9 0 lo-st
aN ah MHS omy ome RN PUT qaNN VU
(Tr poued) ZeAiMy-Suny vo yes yoo tn
TansoRiis YO GAYA WROID
EMEC IOWA T AL
62Studi budidaya karaginofit
Table 3. ANOVA test on Relative Daily Growth Rate (RDGR) between period | and I]
Source of variance dt SSMS Fealculated
Between period 1239239 9.56 Not significant
Within period 235,76 (0.35
F 0.05(1;23) = 9.63
Table 4. Mean_biomass increment of. striatum on June-July '92 (Period 1)
Rafi number Initial weight End weight Duration of culture
(gram) (gram) (days)
W-01 84.78 (7.98) 1223.1 (324.0) 44
I-02 79.97 (9.39) 11673 (193.2) “4
-03 82.53 (6.82) 408.7 (155.1) 37
W-04 84.66. (7.95) 407.6 (83.0) 37
J5-05 85.27 G44) $104 69.2) 37
JJ -06 B31D (5.64) 550.9 (148.6) 7
U-07 84.85 2744) 5321 (124.3) v7
J}-08 84.17 (5.76) 6447 (178.3) 7
I-09 8244 743) 517.0 (108.8) 0
I-10 8438 (S61) $124 (92.5) 37
Number in parentheses indicates standard deviation
Table 5. Mean of biomass increment of K. striatum on July-August '92 (Period 1).
Raft number Initial weight End weight Duration of culture
(gram) (gram) (days)
JT-O1 9212 (5.36) 659.0 (78.9) 42
I-02 92.06 4.33) 693.8 (170.3) 42
J5+03 92.72 (4.38) 680.8 (85.4) 42
JW 04 9518 3.51) 642.0 (877) 42
W-05 95.18 (3.52) 6055 (86.5) 40
W-06 92.53 (644) 661.5 (108.0) 39
JN-07 9344 (S11) 592.6 (76.1) 39
JS - 08 9248 (4.71) 5924 (79.4) 39
Jy +09 96.14 (1.98) $30. (26.1) 39
I-10 91.86 (6.91) S47. (93.5) 39
JA-1 93.63 4.01) 621.1 (120.5) 40
JA-12 93.28 (5.05) $47.6 (108.8) 40
JA+13 94.22 (4.48) 640.0 (110.7) 40
JA-14 53 (3.58) 3284 (42.0) 27
JA=15 92.03 (5.61) 465.5 (72.2) 33
Number in parentheses indicates standard deviation
budidaya, Parameter kondisi perairan masih berada dalam batas persyaratan pertumbuhan makroalge
opis. Fluktuasi parameter yang paling besar hanya terjadi pada kecepatan arus. Hal demikian
sangat umum terjadi di perairan yang berpulau-pulau, dimana arus pasang surut bisa dipercepat
berkat adanya selat dan kanal
63Hatta & Yuliamto
Pengaruh gangguan ikan ternyala tidak bisa sepenuhnya ditanggulangi meskipun telah
dipasang jaring di sekitar rakit-rakit budidaya, Hal ini disebabkan karena ukuran mata jaring (dua
inci) ternyata masih bisa ditembus olch ikan-ikan yang berukuran lebih kecil, disamping itu pada
saat pasang tinggi sebagian jaring terendam di bawah permukaan air laut sehingga terdapat celah~
celah dimana ikan yang berukuran agak besar bisa masuk dan memangsa makroalge. Meskipun
demikian tingkat gangguan ikan relatif kecil, Kecuali yang texjadi pada rakit JJ-06, 09 dan 10
(selama periode pertama) dan rakit JA-I4 (periode ke dua), Akibat gangguan ikan pada minggu ke
dua dan tiga ternyata bisa memacu pertumbuhan rumpun sehingga mencapai puncak KPR pada
minggu ke 4 (JJ-09 dan 10). Pada rakit-rakit yang lain, gangguan ikan terbatas hanya memangkas
tunas-tunas cabang berukuran kecil dan kehilangan biomassa akibat "foraging" relatif kecil. Respon
pertumbuhan thalli pada rampun cukup cepai, 4-5 hari setelah “foraging” pada bekas luka-luka
sudah mulai tumbuh tunas baru, Hal yang positip adalah (erbentuknya tunas jamak yang (erdiri dari
2-3 pucuk tunas baru pada bekas luka
Table 6. Some environmental parameters measured during the stud)
Parameter Month
June July August
Salinity (%o) 30-38 30-34 30-34
Temperature (°C 25-29 24-28 24 - 28
Current (1n/sec.) 0.03-0.35 0.05 -0.22 0.03 - 0.36
PEMBAHASAN
‘Anggota marga Kappaphycus adalah karaginofit yang telah banyak diteliti dan informasi
tentang studi budidayanya tersedia cukup banyak. Hal tersebut disebabkan karena kelompok marga
ini merupakan penghasil kappa-karaginan dan distribusinya terbatas hanya di perairan tropis. Untuk
menunjukkan tingkat keberhasilan budidaya K. siriatum di Tual ini, maka hasil yang diperoleh bisa
dibandingkan dengan hasil budidaya karaginofit lainnya baik yang telah dikerjakan di perairan
Indonesia maupun di luar negeri sebagaimana (ercantum pada Tabel 7. Tampak pada Tabel 7 bahwa
hasil penelitian di Tual jauh lebih baik dibandingkan dengan hasil penclitian di dalam negeri
(Sorong dan Pulau Pari), Hal ini menunjukkan kemungkinan bahwa karakter karaginofit asal Tual,
Maluku Tenggara lebih baik dibandingkan karakter karaginofit asal Sorong dan P. Pari, Bila
dibandingkan dengan yang telah dikerjakan di luar negeri terlihat bahwa pertumbuhan karaginofit
asal Tual sangat kompetitif dibandingkan derigan karaginofit asal Hawaii dan Filipina,
Hasil biomassa setiap rumpun pada saat panen selama dua periode ternyata relatif besar dan
berkisar antara 409-1,223 gram, Biomassa tersebut dicapai selama 37-44 hari budidaya. Dalam
usaha budidaya jenis-jenis karaginofit yang telah dikerjakan di Indoncsia, maka umur budidaya X.
striatum di perairan Tual tersebut relatif lebih singkat, sementara Suryaningrum, ef ai. (1991)
‘menjelaskan bahwa £. cottonii (") memerlukan waktu produktif 8 minggu (56 hari). Lebih lanjut
hasil penelitian ini tidak jauh berbeda bila dibandingkan dengan biomassa hasil panen Huchewma
dan Kappaphycus di Filipina yang berkisar antara 750 - 850 gram dengan umur budidaya 45 hari
(uanich, 1988)
‘Dari penelitian budidaya ini timbul suatu alternatif untuk melipatkan produk biomassa pada
saat menjelang panen, yailu dengan memacu pertumbulan tunas baru lewat "foraging" baik buatan
maupun alamiah dengan bantuan ikan herbivor. Kejadian demikian tampak pada rakit JJ-09 dan 10
(pada periode 1) yang mengalami gangguan ikan pada minggu ke 2, Gangguan ini tampaknya
64Studi budidaya karaginofit
memacu pembentukan tunas-tunas thalli baru schingga_mengalami puncak KPR pada minggu ke 4
Selama “foraging” masih dalam batas toleransi maka hal ini akan berakibat positip, kejadian
demikian (elah dibuktikan oleh Zeller (1988) dimana "foraging" mampu menaikkan’ biomassa
komunitas makroalge. Oleh karena keberhasilan usaha budidaya karaginofit lebih mengacu kepada
hasil budidaya K. a/varezii, maka bisa disimpulkan bahwa hasil budidaya K striatum di Tual
berhasil memuaskan. Bibit yang dipakai dan diambil pada bulan Juni dan Juli memenuhi persyaratan
untuk keperluan usaha budidaya,
Table 7. Variation of relative daily growth rate (RDGR) of various carrageenophytes cultured in
some places.
Carrageenophytes RDGR(%) __ Country Sources
Kappaphyeus striatum 2,98-3,95 Hawaii Doty ef al., 1987
1,50-5,50 Philippines Doty et al., 1987
+ Native 1,66-1,79 Philippines Doty & Alvarez, 1981
= New strain 4,77-8,20 Philippines Doty & Alvarez, 1981
212 Sorong, Indonesia _—-Yulianto ef al., 1990
4,01-6,10 Tual, Indonesia Present study
Tual, Indonesia Present study
K. alvarezi . Hawaii Doty et al., 1987
05-5,20 Philippines Doty et al., 1987
Eucheuma edule 1,45-4,20 Pari Is., Indonesia Kadi & Atmadja, 1988
UCAPAN TERIMAKASIH
Penulis mengucapkan tcrimakasih kepada A, Mansur, Budi Irianto dan Mahmud Bugis
yang telah membantu pelaksanaan penelitian ini
DAFTAR PUSTAKA
Anonimous, 1991. Profil Provek Budidava Rumput Laut Badan Koordinasi Penanaman Modal
Propinsi Maluku. 25 hal
Anonimous, 1992, Budidaya, Pengolahan dan Pemasaran Rumput Laut. Penebar Swadaya, Jakarta
99 hal.
Asian Development Bank, 1983. The World Seaweeds industry and Trade. ADB/FAO second fish
market study, Vol, 6
Aslam, L.M., 1991. Budidaya Rumput Laut, Kanisius, Yogyakarta. 96 hal
Cheney, D.P., 1988, The genus Fuchewma J. Agardh in Florida and the Caribbean. In : ILA. Abbott
(ed.). Taxonomy of Economic Seaweeds, Vol. Il. California Sea Grant College Program,
209-219
Doty, M.S. 1988, Prodromous ad systematica Eucheumatoideorum . A tribe of commercial seaweeds
related to Evchewina (Solicriaccae, Gigartinales). In. A. Abbott (ed.). Taxonomy of
Economic Seaweeds, Vol. II, California Sea Grant College Program, 159-207
Doty, M.S, JF, Caddy and B. Santelices, 1987, Case Study of Seven Commercial Seaweed
Resources, FAO Fisheries Technical Paper, no. 281
Husain , HM.S. 1991. Prospek industri rumput laut Indonesia, Manuskrip.
Juanich, G.L., 1988, Manual on seaweed farming Echeuma sp ASEAN/SF/88/Manual no. 2
65Hatta & Yulianto
ASEAN/UNDP/FAO Regional Small-scale Coastal Fisheries Development Project, Manila,
Philippines.
Kadi, A dan W.S. Aumadja, 1988. Rumput Laut (Algae). Jenis, reproduksi, produksi, budidaya dan
pasca-panen. Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi, LIPI, Jakarta. 71 hal.
Soegiarto, A, Sulistijo, W.S, Atmadja, dan H. Mubarak, 1978, Rumput Laut (Algae). Manfaat,
potensi dan usaha budidayanya Lembaga Oseanologi Nasional - LIPI, Jakarta, 61 hal
Suryaningrum, T.D., S.T. Soekarto dan S. Putro, 1991, Kajian sifat-sifat mutu komoditi rumput laut
budidaya jenis Euchema cottonii dan E. spinosum. 1. Pengaruh perbedaan warna dan
‘umur panen terhadap mutu rumput laut. Jurnal Penel. Pasca Panen, no, 68:13-24.
Winarno, F.G., 1990. Teknologi Pengolahan Rumput Laut. Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.
‘Yulianto, K., A.W.A. Renyaan dan E, Gunawan, 1990, Percobaan budidaya algae di laut perairan
Pulau Arar Sorong, Irian Jaya, Dalam : O.K. Sumadhiharga, B. Hermanto & L.F. Wenno
(eds.). Evaluasi Potensi Sumberdaya Hayati Laut dan Percobaan Budidaya Rumput Laut di
Perairan Irian Jaya. Balitbang Sumberdaya Laut, P30 - LIPI, Ambon.
Zeller, D.C., 1988, Short-term effects of teritoriality of a wopical damselfish and experimental
exclusion of large fishes on invertebrates in algal turfs. Mar. ecol. prog. ser., 44:85-93,