Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Nama Materi
: Hidrolisa Pati
Kelompok
: 13 Selasa Siang
1. Anindita Indriana
NIM
: 21030114120002
2. Eunice Elizabeth
NIM
: 21030114130118
3. Hibatullah Arif Y.
NIM
: 21030114130152
Anggota
Semarang,
Maret 2016
Asisten Pembimbing
Ihdina Sulistyanigtiyas
INTISARI
2
Pati dan juga produk turunannya merupakan bahan yang multiguna dan banyak
digunakan pada berbagai industri antara lain pada minuman, makanan yang diproses,
kertas, makanan ternak, farmasi dan bahan kimia serta industri nonpangan seperti tekstil,
detergent, kemasan dan sebagainya. Dalam industri makanan pembentuk gel dan
encapsulating agent. Dalam industri kertas digunakan sebagai zat aadtive seperti wet-end
untuk surface size dan coating binder, bahan perekat, dan glass fiber sizing. Tujuan dari
percobaan hidrolisa pati yaitu mempelajari pengaruh suhu terhadap reaksi hidrolisa pati
dan menghitung konstanta kecepatan reaksi dan menganalisa pengaruh suhu terhadap
konstanta kecepatan reaksi.
Hidrolisa merupakan reaksi pengikatan gugus hidroksil (-OH) oleh suatu senyawa.
Gugus OH dapat diperoleh dari senyawa air. Hidrolisis pati terjadi antara suatu reaktan
pati dengan reaktan air. Reaksi ini adalah orde satu, karena reaktan air yang dibuat
berlebih, sehingga perubahan reaktan dapat diabaikan. Reaksi hidrolisis pati dapat
dilakukan menggunakan katalisator H+ yang dapat diambil dari asam. Variabel-variabel
yang berpengaruh terhadap reaksi hidrolisa yaitu katalisator, suhu dan tekanan,
pengadukan, perbandingan zat pereaksi.
Pati yang kami gunakan pada percobaan ini yaitu tepung tapioka dengan
variabel katalis HCl dan H 2SO4. Langkah awal yang kami lakukan yaitu menghitung
densitas pati, HCl, dan H2SO4, membuat glukosa standar, dan menghitung kebutuhan
gram pati. Kemudian melakukan standarisasi larutan gula standart. Setelah itu
penentuan kadar pati awal dan hidrolisa pati.
Pada percobaan kami, konversi hidrolisa pati pada varabel katalis H2SO4 lebih
besar daripada katalis HCl karena H2SO4 lebih reaktif. Karena reaksi yang berjalan
lambat, maka konversi berjalan kecil. Nilai konstanta kecepatan reaksi katalis H2SO4
yaitu 0.0945/menit dan HCl 0.0762/menit. Secara teori, percobaan kami sesuai dengan
teori, yang mana semakin tinggi konversi, semakin tinggi pula konctanta kecepatan
reaksi. Salah satu reaksi reduksi oksidasi dalam proses adalah pembentukan endapan
Cu2O.
Saran untuk percobaan hidrolisa pati adalah usahakan suhu operasi dijaga
konstan 70oC usahakan motor pengaduk di gunakan secara terus menerus supaya pati
dapat terdispersi dengan baik, dan usahakan titrasi dilakukan diatas kompor dalam
keadaan mendidih.
PRAKATA
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat-Nya kami
dapat menyelesaikan Laporan Praktikum Proses Kimia berjudul Absorpsi CO2 dengan
NaOH dengan baik dan tepat waktu.
Adapun tujuan dari penulisan laporan ini adalah sebagai syarat untuk menyelesaikan
Praktikum Proses Kimia.Selain itu pembuatan Laporan Praktikum Proses Kimia ini adalah
sebagai bukti hasil dari percobaan-percobaan yang dilakukan saat praktikumdan melengkapi
tugas dari Praktikum Proses Kimia.Penulisan laporan ini didasarkan pada hasil percobaan
yang dilakukan selama praktikum serta literatur-literatur yang ada baik dari buku maupun
sumber lainnya.
Dengan ini, kami juga menyampaikan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Purwanto, DEA. sebagai Penanggung jawab Laboratorium Proses
Kimia.
2. Bapak Dr. Siswo Sumardiono, ST, MT sebagai dosen pengampu materi Hidrolisis Pati.
3. Asisten Laboratorium Proses Kimia.
4. Teman-teman Dedikatif yang membantu dalam penyusunan laporan ini.
Laporan ini merupakan tulisan yang dibuat berdasarkan percobaan yang telah
dilakukan.Tentu ada kelemahan dalam teknik pelaksanaan maupun dalam tata penulisan
laporan ini.Maka kritik dan saran dari pembaca sangat kami harapkan dalam untuk
peningkatan mutu dari laporan serupa di masa mendatang.Akhir kata, selamat membaca dan
terimakasih.
Penyusun
DAFTAR ISI
INTISARI.................................................................................................................................ii
PRAKATA...............................................................................................................................iii
DAFTAR ISI............................................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR................................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................................................1
1.2 Tujuan Percobaan............................................................................................................2
1.3 Manfaat Percobaan..........................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...............................................................................................3
2.1 Pengertian Pati................................................................................................................3
2.2 Hidrolisa Pati...................................................................................................................3
2.3 Modifikasi Pati................................................................................................................5
2.4 Tepung Tapioka...............................................................................................................5
2.5 Variabel yang Berpengaruh.............................................................................................7
BAB III METODOLOGI PERCOBAAN................................................................................9
3.1. Bahan dan Alat yang digunakan.....................................................................................9
3.2. Gambar Alat Utama.......................................................................................................9
3.3. Prosedur Percobaan......................................................................................................10
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................................13
4.1 Hasil dan Pembahasan Pengaruh Variabel Jenis Katalis Terhadap Konversi Pati........13
4.2 Hasil dan Pembahasan Pengaruh Variabel Jenis Katalis Terhadap Kecepatan Reaksi
Hidrolisa Pati.......................................................................................................................14
4.3 Mekanisme Reaksi Hidrolisis Pati dengan Asam.........................................................15
BAB V PENUTUP.................................................................................................................17
5.1 Kesimpulan...................................................................................................................17
5.2 Saran..............................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................18
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
BAB I
PENDAHULUAN
seperti seperti padi, jagung, ketela pohon, umbi-umbian, aren dan sebagainya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
diabaikan. Reaksi hidrolisis pati dapat dilakukan menggunakan katalisator H + yang dapat
diambil dari asam. Reaksi yang terjadi pada hidrolisis pati adalah sebagai berikut :
(C6H10O5)x + H2O
xC6H12O6
-rA = k. Cpati. Cair ...(1)
karena volume air cukup besar, maka dapat dianggap konsentrasi air selama perubahan
reaksi sama dengan k, dengan besarnya k :
k = k. Cair ...(2)
sehingga persamaan 1 dapat ditulis sebagai berikut -rA = k. C pati dari persamaan
kecepatan reaksi ini, reaksi hidroisis merupakan reaksi orde satu. Jika harga rA = - dCA/dt
maka persamaan 2 menjadi :
dCa
=k ' Ca (3)
dt
dCa
=k ' dt
Ca
...(4)
Apabila CA = CA0 (1-XA) dan diselesaikan dengan integral dan batas kondisi t1, CA0 dan
t2 : CA akan diperoleh persamaan :
Apabila CA = CA0 (1-XA) dan diselesaikan dengan integral dan batas kondisi t1, CA0 dan
t2 : CA akan diperoleh persamaan :
Ca
Cao
ln
Ca
=k (t 2t 1 ) . ..(6)
Cao
ln
1
=k ' ( t 2t 1 ) . ..(7)
1XA
t2
dCa
=k dt . ..(5)
Ca
t1
1
dan x=t 2
1 XA
Prosedur yang digunakan untuk hidrolisis pati singkong, yaitu: hidrolisis asam,
hidrolisis asam-enzim dan hidrolisis enzim-enzim. Pengaruh suhu, konsentrasi pati awal,
konsentrasi asam dan waktu pada hidrolisis asam memiliki peran penting dalam proses
hidrolisis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam hidrolisis asam kondisi operasi
optimum lokal adalah: 15% konsentrasi pati ubi kayu, 0.5M HCl, pada 70 oC dan waktu
operasi 10 jam, maka konsentrasi gula yang dihasilkan 32,5 g / l dan dekstrosa ekuivalen
(DE) 22. Jika menggunakan 30% konsentrasi awal pati singkong dan total waktu operasi
yang efektif dari 50 jam, menghasilkan konsentrasi gula 72 g/l dan DE dari 24,8 (Salomon,
2006).
2.3 Modifikasi Pati
Pati asli pada umumnya memiliki struktur granular, tidak larut air, dan dalam bentuk
ini digunakan hanya dalam beberapa aplikasi spesifik yang terbatas. Modifikasi adalah pati
yang gugus hidroksinya telah mengalami perubahan. Pati memiliki sifat tidak dapat
digunakan secara langsung dan oleh karena itu harus dimodifikasi secara kimia atau fisik
untuk meningkatkan sifat positif dan mengurangi sifat yang tidak diinginkan. Pati biasanya
digunakn untuk produk makanan, bahan perekat dan glass fiber sizing. Selain itu juga
ditambahkan dalam plastik unutk mempercepat proses degradasi. Modifikasi secra kimia
umunya meliputi esterifikasi, etherifikasi, hidrolisis, oksidasi dan cross-linking (Chiu &
Solarek, 2009). Pati yang telah termodifikasiakan mengalami perubahan sifat yang dapat
disesuaikan untuk keperluan-keperluan tertentu. Akan tetapi sama seperti pati alami, pati
termodifikasi bersifat tidak larut dalam air dingin (Koswara, 2009).
2.4 Tepung Tapioka
Singkong merupakan salah satu varietas umbi-umbian yang tidak asing bagi
penduduk Indonesia, hal ini dikarenakan keberadaannya dapat disejajarkan dengan beras dan
jagung yang merupakan bahan pokok sebagian besar masyarakat Indonesia. Disamping itu,
singkong juga dapat diolah menjadi tepung tapioka atau pati, yang nantinya dapat
dimanfaatkan pada berbagai industri pangan dan industri kimia lainnya. Namun, pati asli
5
memiliki keterbatasan yang mengurangi sifat fungsional mereka. Oleh karena itu, pati yang
dimodifikasi untuk meningkatkan kinerja mereka dalam aplikasi yang berbeda. Pati dapat
dimodifikasi oleh enzim, kimia dan metode fisik. Granula pati berpori terbentuk oleh
hidrolisis parsial pati menggunakan amilase pada suhu di bawah titik gelatinisasi. Dua
amilase yang umum digunakan adalah -amylase dan glukoamilase. Selain itu, asam
mineral yang umum digunakan adalah klorida (HCl) dan sulfat (H 2SO4) Asam juga
diterapkan untuk menghidrolisis pati pada suhu gelatinisasi lebih rendah (Tongta, 2014). Pati
alami (belum dimodifikasi) mempunyai beberapa kekurangan pada karakteristiknya yaitu
membutuhkan waktu yang lama dalam pemasakan (sehingga membutuhkan energi tinggi),
pasta yang terbentuk keras dan tidak bening, selain itu sifatnya terlalu lengket dan tidak
tahan perlakuan dengan asam. Dengan berbagai kekurangan tadi, maka dikembangkan
berbagai modifikasi terhadap tepung tapioka yang diharapkan dapat memenuhi kebutuhan
pasar (industri) baik dalam skala nasional maupun internasional (ekspor). Berbagai proses
kimia yang dapat diterapkan pada modifikasi pati diantaranya oksidasi, hidrolisa, crosslinking atau cross bonding dan subtitusi. Manihot utillisima mempunyai kemampuan untuk
membentuk gel melalui proses pemanasan (90oC atau lebih) sebagai akibat pecahnya
struktur amilosa dan amilopektin. Dengan terbentuknya gel ini, ketela mampu menjebak
udara dan air bebas. Pemecahan ikatan amilosa dan amolopektin akan menyebabkan
terjadinya perubahan lebih lanjut seperti peningkatan molekul air sehingga terjadi
penggelembungan molekul, pelelehan kristal, dan terjadi peningkatan viskositas (Halley,
2014).
Tepung tapioka merupakan sumber potensial dari glukosa. Tepung tapioka
dihidrolisis parsial dalam asam klorida pada suhu kamar untuk berbagai panjang waktu.
Kristalinitas pati meningkat sementara kandungan amilosa yang menurun dengan
bertambahnya waktu reaksi. Selama hidrolisis terjadi perubahan morfologi dan reaksi asam
(Varavinit, 2007). Dalam suatu percobaan, didapatkan data bahwa tingkat pelarutan pulp
singkong meningkat dengan meningkatnya suhu pemanasan dan mencapai maksimum
(92,54%) pada 220 C, sedangkan tepung tapioka mencapai hampir 100% pada 140 C.
Yield glukosa tertinggi dari pulp singkong dan tepung tapioka dalam suatu percobaan adalah
28,59 dan 58,76% bahan kering, masing-masing. Variasi waktu pra-pemanasan pada 230 C
tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap hasil glukosa dari pulp singkong.
Namun, hasil glukosa dari tepung tapioka menurun karena meningkatkan waktu pemanasan
(Hermiati, 2011).
6
olakan.
4. Perbandingan zat pereaksi
Jika salah satu zat pereaksi dibuat berlebihan jumlahnya maka keseimbanga n
dapat bergeser kearah kanan dengan baik. Oleh karena itu, suspensi pati yang kadarnya
rendah memberi hasil yang lebih baik dibandingkan dengan yang kadarnya tinggi. Bila
kadar suspensi pati diturunkan dari 40% menjadi 20% atau 1% maka konversi akan
bertambah dari 80% menjadi 87 atau 99 %. Pada permukaan, kadar suspensi pati yang
tinggi sehingga molekul-molekul zat pereaksi akan sulit bergerak. Untuk menghasilkan
glukosa biasanya dipergunakan suspensi pati sekitar 20%
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
5. Indikator MB
2. Tepung gandum
6. Fehling A
3. NaOH
7. Fehling B
4. HCl/H2SO4
8. Aquades
3.1.2 Alat
1. Gelas ukur
2. Termometer
3. Erlenmeyer
4. Statif dan klem
5. Buret
6. Labu leher tiga
7. Labu takar
m2m 1
V
Hidrolisa pati
X p 0=
( FM ) N glukosa
Dimana
500
100
0.9
volume basis
5
W
N = 0,002 gr/ml
W = berat pati
V HCl/ H
SO =
4
kadar HCl =
X p W pati
W HCl / H SO +W air +W pati
2
Dimana :
Wpati = pati x Vpati
WHCl = HCl x VHCl
Wair = air x (Vlarutan -Vpati- VHCl )
Prosedur titrasi
5 ml fehling A + 5 ml fehling B + 5 ml glukosa standar
(jika ada hasil hidrolisa, prosedur diatas ditambah 5 ml sampel hasil hidrolisa)
2 menit kemudian dititrasi dengan glukosa standar, catat volume titran (titrasi
dijalankan maks 1menit)
Catatan : titrasi dilakukan di atas kompor dalam keadaan mendidih
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil dan Pembahasan Pengaruh Variabel Jenis Katalis Terhadap Konversi Pati
1.2
1
0.8
XA
0.6
H2SO4
0.4
HCl
0.2
0
0
10
15
20
25
Waktu (menit)
Gambar 4.1 Hubungan Waktu Vs Konversi Pati dengan Variabel Jenis Katalis
Berdasarkan gambar 4.1 dapat diketahui bahwa nilai konversi dari katalis H2SO4 lebih
besar dibandingkan katalis HCl dimana konversi pati dengan menggunakan katalis HCl
relatif mengalami penurunan, sedangkan dengan katalias H2SO4 mengalami kenaikan. Hal ini
dikarenakan pada hidrolisa pati dapar meningkat dengan adanya penambahan katalis yang
mengandung senyawa anorganik seperti Cloride atau SO4 dimana ion SO4 lebih efektif karena
akan lebih mengaktifkan ion H+ yang bereaksi (Hermiati et al, 2011).
Ion H+ pada katalis asam akan menyerang pada komponen amilosa yang terdapat pada
pati. Hal ini karena amilosa merupakan rantai lurus molekul D-glucopyranose dimana
molekul tersebut dihubungkan oleh ikatan 1-4 glukosida. Ikatan 1-4 glukosida inilah yang
akan diserang oleh ion H+. Sedangkan pada amilopektin lebih dominan oleh ikatan 1-6
glukosida. Selain itu, Bagian dalam heliks amilosa mengandung atom hydrogen. Itu
sebabnya, interior dari amilosa memiliki sifat hidrophobik sehingga dapat menjebak senyawa
asam, asam lemak dari gliserida, alkohol dan iodine (Ayoola et al., 2013).
4.2 Hasil dan Pembahasan Pengaruh Variabel Jenis Katalis Terhadap Kecepatan Reaksi
Hidrolisa Pati
3.5
3
2.5
2
-ln(1-XA) 1.5
H2SO4
1
Linear (H2SO4)
HCl
Linear (HCl)
0.5
0
0
10
15
20
25
Waktu ( menit)
Gambar 4.2 Pengaruh Waktu Terhadap Vs -ln(1-XA) dengan Variabel Jenis Katalis HCl dan
Katalis H2SO4
Pada praktikum ini digunakan katalis asam jenis HCl 0,2 N dan H2SO4 0,2 N dengan
membentuk grafik hubungan waktu Vs -ln(1-XA) dapat diperoleh data persamaan regresi
liner dan slope nya. Dari gambar 4.2 dan 4.3 dapat dilihat bahwa nilai kecepatan reaksi
dengan menggunakan katalis HCl adalah -0,0762 hal ini dikarenakan nilai konversi pati yang
relatif menurun seiring bertambahnya waktu hidrolisa, sementara pada katalis H2SO4
diperoleh kecepatan reaksi sebesar 0,0945/menit. Hai ini menunjukan bahwa pada hidrolisa
pati dengan sampel tepung tapioka lebih baik menggunakan katalisa H2SO4 dibandingkan
katalis HCl.
Katalis asam pada proses hidrolisa pati akan menurunkan energi aktivasi, Energi
aktivasi reaksi merupakan banyaknya energi minimum yang dibutuhkan oleh reaksi agar
suatu reaksi dapat berlangsung, jadi semakin kecil energi aktivasi, kecepatanreaksi yang
berlangsung akan semakin cepat (Levenspiel, 1970)
. Hal ini di buktikan dengan hukum Arhenius yang menyatakan bahwa :
k =A x e
Ea
)
RT
fraksi polimer rantai lurus tersebut menjadi lebih rendah, serta peluang untuk terjadinya
retrogasi semakin besar. Komponen karbohidrat berantai lurus yang pendek sukar
membentuk senyawa yang kaku. Perlakuan pati dengan asam disamping menurunkan
kekentalan, juga menurunkan kekuatan gel. Penggunaan thin boiling starch pada produk
pangan antara lain dalam kembang gula, pastiles, dan jeli (Shandu, 2007).
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1 . Pada variabel katalis H2SO4 menghasilkan konversi hidrolisa pati lebih besar dari
katalis HCl karena H2SO4 lebih reakstif disbanding HCl.
2. Nilai konstanta kecepatan reaksi pada katalis HCl yaitu 0,0762/menit dan pada
katalis H2SO4 yaitu 0,0945/menit. Nilai konstanta kecepatan reaksi pada katalis
H2SO4 lebih tinggi dari pada HCl
3. Hasil yang didapatkan antara teori dan praktek sama, yaitu semakin besar konversi,
semakin besar pula konstanta kecepatan reaksinya.
4. Salah satu reaksi reduksi-oksidasi adalah pada pembentukan Cu2O sebagai endapan
merah bata
5.2 Saran
1. Usahakan menjaga suhu secara konstan pada suhu 70 oC.
2. Usahakan kecepatan pengadukan konstan untuk menjaga disperse pati yang
terbentuk
3. Usahakan melakukan titrasi pada kondisi mendidih diatas kompor.
4. Gunakan sarung tangan dan masker untuk proteksi diri.
DAFTAR PUSTAKA
Ayoola, et al. 2013. Optimum Hydrolysis Conditions Of Cassava Starch For Glucose
Production. International Journal of Advanced Research in IT and Engineering ISSN:
2278-6244 Vol. 2 | No. 1
Chiu, C.-w., & Solarek, D. 2009. Modification of starch. Starch: Chemistry and Technology,
Third Edition ISBN: 978-0-12-746275-2.
Collares, Renata M, et al. 2012. Optimization of Enzymatic Hydrolysis of Cassava to Obtain
Fermentable Sugars. J Zhejiang Univ Sci B.
Dona, A. C., Pages, G., & Kuchel, P. W. 2010. Digestion of Starch:In Vivo and In Vitro
Kinetic Models used to Characterise. Carbohydrate Polymers 80 (2010) 599617.
Doue, Ginette., et al. 2014. Enzymatic and Acid Conversion of New Starches from Improved
Orphan Crops: Prospects for Renewable Materials uses in Food and Non-Food
Industries. Journal List Springplus 2014 ; 3:489
Halley, P and L. Averous. 2014. Starch Polymers: From Genetic Engineering to Green
Applications. Elsevier
Hermiati, et al.2011. Hydrolysis Of Carbohydrates In Cassava Pulp And Tapioca Flour
Under Microwave Irradiation. Indo. J. Chem., 2011,11(3),238-245
Khumaida, et al. 2015. Cassava (Manihot esculenta Crantz.) Improvement through Gamma
Irradiation. Department of Agronomy and Horticulture, Faculty of Agriculture, Bogor
Agricultural University (IPB).
Koswara, S. 2009. Teknologi Modifikasi Pati. ebookpangan.com.
Levenspiel. O., Chemical Reaction Engineering 2nd ed, Mc. Graw Hill Book Kogakusha
Ltd, Tokyo, 1970
Lewicka, Kamila., et al. 2015. Chemical Modifications of Starch: Microwave Effect.
International Journal of Polymer Science Volume 2015, Article ID 867697, 10 pages
Oladebeye, et al. 2009. Physicochemical Properties of Starches of Sweet Potato
(Ipomeabatata) and Red Cocoyam (Colocasiaesculenta) Cormels. Pakistan Journal of
Nutrition 8 (4): 313-315, 2009. ISSN 1680-5194.
Salomon, et al. 2006. Effects of Processing Conditions on Hydrolysis of Cassava Starch. Ifr
Journal of Science Vol. 8 (2) 2006: pp. 115-126.