Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
mengetahui
persentase
tingkat
kemurnian
benih
terhadap
2. Tujuan Praktikum
Tujuan dari dilaksanakan praktikum acara I Pengujian Berat 1000
Benih dan Kemurnian Benih antara lain:
a. Mengetahui kualitas benih ditinjau dari berat 1000 benih.
b. Mengetahui kualitas benih ditinjau dari tingkat kemurnian benih.
B. Tinjauan Pustaka
Benih
merupakan
permulaan,
ia
merupakan
inti
dari
diatas 90%, kecepatan tumbuh tinggi, benih sehat, murni dan tidak cacat serta
memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap kondisi agroklimat setempat
(Amir 2014).
Pengujian bobot 1000 butir merupakan salah satu parameter untuk
menentukan kualitas benih suatu varietas. Jika dua kelompok benih dengan
jumlah yang sama, yakni 1000 butir, namun salah satu kelompok benih lebih
berat, ini berarti bahwa ukuran dari salah satu kelompok benih lebih besar dari
kelompok lainnya. Artinya benih yang lebih besar tersebut jauh lebih
berkualitas dibanding benih varietas lainnya (Adhytya et al. 2014)
Pengujian benih merupakan analisis beberapa parameter fisik dan
kualitas fisiologi benih. Pengujian benih dilakukan berdasarkan sampel yang
telah dipilih secara acak. Pengujian kemurnian benih dilakukan dengan
memisahkan tiga komponen, yaitu benih murni, benih tanaman lain, dan
kotoran benih. Setelah itu, hitung persentase dari ketiga komponen benih
tersebut (Dadan dan Ceng 2012).
C. Metodologi Praktikum
1. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum acara I Pengujian Berat 1000 Benih dan Kemurnian
Benih dilaksanakan pada hari Kamis, tanggal 22 Oktober 2015 pukul
14.00-16.00 WIB di Laboratorium Ekologi dan Manajemen Produksi
Tanaman Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Alat dan Bahan
a. Alat:
1) Timbangan
2) Cawan Petri
3) Kalkulator
b. Bahan :
1) Benih tomat (Solanum lycopersicum L.)
2) Benih semangka kuning (Citrullus sp.)
3. Cara Kerja
a. Pengujian berat 1000 benih
1) Menimbang 100 benih kemudian dikalikan 10 dan membuat 3 kali
ulangan.
2) Menghitung rata-rata berat 1000 benih dan standart deviasinya.
3) Menentukan berat 1000 benih maksimum dan minimumnya.
10,2
0,14
3,4
0,05
Sumber: Laporan Sementara
Tabel 2.1 Pengujian Kemurnian Benih Semangka Kuning (Citrullus sp.)
Kelompok
Berat Benih
Berat Benih
Persentase
Murni
Tanaman Lain
Benda Mati
gr
%
gr
%
gr
%
3
1,55
77,5
0,35
17,5
0,1
5
5
1,35
67,5
0,44
22
0,2
10
1
1,25
62,5
0,67
33,5
0,08
4
6
1,31
65,5
0,54
27
0,13
6,5
5,46 272,8
2
100
0,51
15,5
1,365
68,2
0,5
25 0,1275 6,375
Sumber: Laporan Sementar
SD
((y - y) 2
n 1
SD
0,14
3 -1
SD
0,07
SD = 0,26
Berat maksimal benih tomat = +SD
= 3,4+0,26
= 3,66 gr
Berat minimal benih tomat
= -SD
= 3,4-0,26
= 3,14 gr
berat benih murni
Persentase benih murni
x100%
2
Persentase benih murni
1,31
x100% 65,5%
2
0,54
x100% 27%
2
0,13
x100% 6,5%
2
2. Pembahasan
Menurut UU Nomor 29 Tahun 2000 benih adalah tanaman dan atau
bagiannya
yang
digunakan
untuk
memperbanyak
dan
atau
DAFTAR PUSTAKA
Cahya DA, Respatijarti, Soetopo L. 2014. Pengaruh tingkat kemasakan benih
terhadap pertumbuhan dan produksi cabai rawit (Capsicum frutescent L.)
varietas comexio. Jurnal Produksi Tanaman 2(4): 339-346.
Dede JS, Nurhasybi. 2008. Pengembangan standar pengujian kadar air dan
perkecambahan benih beberapa jenis tanaman hutan untuk menunjang
program penanaman hutan di daerah. Jurnal Prosiding Balai Penelitian
Teknologi Perbenihan Bogor.
Hamzah A. 2014. 9 Jurus sukses bertanam pepaya california. Jakarta: Agromedia
Pustaka.
Kamus Besar Bahasa Indonesia 2015. Deskripsi benih murni.
http://kbbi.web.id/benih. Diakses 5 November 2015.
URL:
substansi
yang
memiliki
sifat
mudah
11
2. Tujuan Praktikum
Tujuan dari dilaksanakan praktikum acara II Pengujian Kadar Air
Benih antara lain:
a. Mengetahui kadar air benih dengan metode dasar
b. Menguji kadar air benih dengan metode praktis
B. Tinjauan Pustaka
Kadar air merupakan faktor yang paling mempengaruhi kemunduran
benih. Kemunduran benih meningkat sejalan dengan meningkatnya kadar air
benih. Beberapa faktor yang mempengaruhi daya kecambah benih kedelai
selama penyimpanan adalah mutu dan daya kecambah sebelum disimpan,
kadar air benih, kelembapan ruangan penyimpanan, suhu tempat penyimpanan,
hama dan penyakit di tempat penyimpanan dan lama penyimpanan
(Samuel et al. 2012).
Kadar air benih ialah berat air yang dikandung dalam benih yang
hilang karena pemanasan sesuai dengan aturan yang ditetapkan, dinyatakan
dalam prosentase terhadap berat awal contoh benih. Penetapan Kadar Air
adalah banyaknya kandungan air dalam benih yang diukur berdasarkan
hilangnya kandungan air tersebut dan dinyatakan dalam prosentase (%)
terhadap berat asal contoh benih. Tujuan penetapan kadar air diantaranya untuk
untuk mengetahui kadar air benih sebelum disimpan dan untuk menetapkan
kadar air yang tepat selama penyimpanan dalam rangka mempertahankan
viabilitas benih tersebut (Dewi 2013).
Tidak semua benih yang diperoleh habis ditanam dalam satu periode
penanaman, untuk itu perlu dilakukan penyimpanan benih dengan baik agar
dapat tahan lama dan kualitasnya tidak menurun. Faktor yang paling penting
diperhatikan saat penyimpanan adalah benih harus dalam kondisi kering
dengan kadar air kurang dari 14%. Kadar tersebut juga merupakan kadar yang
optimal dalam proses perkecambahan (Purwono dan Rudi 2008).
Waktu panen diusahakan benih yang dipanen merupakan benih yang
telah masak fisiologis, dengan kadar air rendah, atau jika pada waktu panen
kadar air masih tinggi, maka benih tersebut harus segera dikeringkan terlebih
dahulu sebelum akhirnya disimpan. Kadar air yang tinggi pada waktu panen
dapat mempengaruhi daya simpan benih, karena benih ini mudah mengalami
12
Sehingga
apabila
ruangan
tempat
akibatnya
kadar
air
benih
meningkat
13
w2 - w3
x100%
w2 - w1
2) Metode Praktis
a. Menyiapkan seed moisture tester.
b. Mengoperasikan alat sesuai dengan petunjuk yang ada.
c. Menghitung kadar air benih dengan ulangan 3 kali.
D. Hasil dan Pembahasan
1. Hasil Pengamatan
Tabel 2.1 Pengujian Kadar Air Benih Pepaya (Carica papaya) dengan
Metode Dasar
Ulangan W1
W2
W3
W2-W3
W2-W1
Kadar Air (%)
1
3,86 4,16 4,13
0,03
0,30
10,00
2
3,89 4,20 4,15
0,05
0,31
16,30
3
3,92 4,19 4,15
0,04
0,27
14,81
Ulangan 1
Ulangan 1
Ulangan 1
W2 - W3
x100%
W2 W1
0,03
x100% 10%
0,3
0,05
S
x100% 16,3%
0,31
0,04
S
x100% 14,81%
0,27
Tabel 2.2. Pengujian Kadar Air Benih Pepaya (Carica papaya) dengan
Metode Praktis
Ulangan
Kadar Air (%)
1
28,9
2
28,9
3
28,9
14
4
5
28,9
28,9
144,5
28,9
15
balance
moisture
tester.
Metode
oven
perhitungan.
Sementara
metode
otomatis
16
DAFTAR PUSTAKA
Kuswanto H. 2003. Teknologi pemrosesan, pengemasan, dan penyimpanan benih.
Yogyakarta : Kanisius.
Purwono dan Hartono R. 2008. Bertanam jagung unggul. Jakarta: Penerbit
Swadaya.
Rahmitasari D. 2013. Analisis kadar air benih. Surabaya: Balai Besar Perbenihan
dan Proteksi Tanaman Perkebunan.
Samuel, Purnamaningsih SL, dan Kendarini N. 2012. Pengaruh kadar air terhadap
penurunan mutu fisiologis benih kedelai (Glycine max L.) varietas gepak
kuning selama dalam penyimpanan. Jurnal Agronomi 2(12) : 123-136.
Lesilolo MK, Patty J dan Tetty N. 2012. Penggunaan desikan abu dan lama
simpan terhadap kualitas benih jagung (Zea mays) pada penyimpanan ruang
terbuka. Jurnal Agrologia 1(1): 51-59.
I.
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Benih memiliki peranan penting dalam produksi pertanian. Benih
merupakan faktor awal yang menentukan berhasil tidaknya budidaya
pertanian yang dilakukan. Benih dengan kualitas baik akan mendatangkan
hasil yang baik bagi budidaya pertanian. Namun sebaliknya benih dengan
kualitas yang buruk mampu mengakibatkan kegagalan hasil pada budidaya
pertanian. Maka, benih harus selalu dijaga kualitasnya sejak dari proses
produksi oleh produsen benih, hingga kemudian dipasarkan dan sampai di
tangan petani untuk proses penanaman.
Pengujian benih menjadi sangat penting untuk menjaga kualitas
benih dan hal itu harus dilakukan terhadap benih baik ditingkat produsen
benih, pedagang benih maupun pada tingkat petani. Salah satu contoh
pengujian benih adalah uji viabilitas benih atau uji perkecambahan benih.
Uji viabilitas benih dapat dilakukan dengan mengukur gejala-gejala
metabolisme ataupun dengan mengamati dan membandingkan unsur-unsur
tumbuh tertentu.
Daya kecambah biji erat hubungannya dengan pemasakan biji,
sering dibayangkan bahwa perkecambahan biji adalah suatu peristiwa atau
proses pada biji yang terjadi sesudah panen atau biji berkecambah setelah
biji tersebut masak. Akan tetapi, biji bisa berkecambah jauh sebelum
tercapai kemasakan fisiologis atau sebelum tercapai berat kering
maksimum. Daya kecambah akan meningkat dengan bertambah tuanya biji
dan mencapai daya perkecambahan maksimal tetapi sesudah itu akan
menurun dengan kecapatan yang sesuai dengan keadaan lapangan.
Uji perkecambahan bagi bermanfaat untuk menentukan kualitas
suatu benih. Disini dapat menekan biaya akibat kegagalan perkecambahan.
Selain itu kualitas benih yang dihasilkan akan sesuai dengan keinginan
sehingga tercapai efisiensi dan efektifitas dalam budidaya.
18
19
2. Tujuan Praktikum
Tujuan dari dilaksanakan praktikum acara III Pengujian Daya
Kecambah Benih antara lain:
a. Mengetahui daya kecambah benih
b. Mengetahui kecepatan kecambah benih
B. Tinjauan Pustaka
Kemunduran benih selama penyimpanan lebih cepat
berlangsung dengan kehilangan vigor benih yang cepat yang
menyebabkan penurunan perkecambahan benih. Benih yang
mempunyai vigor rendah menyebabkan pemunculan bibit di
lapangan rendah, terutama dalam kondisi tanah yang kurang
ideal. Sehingga benih yang akan ditanam harus disimpan
dalam lingkungan yang menguntungkan (suhu rendah), agar
kualitas
benih
masih
tinggi
sampai
akhir
penyimpanan
(Setyastuti 2004).
Biji atau benih yang dinyatakan berkecambah apabila telah
mengeluarkan unsur-unsur utama dari lembaga, yaitu akar dan tunas. Suatu biji
tumbuhan dapat berkecambah jika syarat-syarat kecambah terpenuhi. Syarat
kecambha benih diantaranya embrio biji yang masih hidup, biji tidak dalam
keadaan dorman serta faktor lingkungan menguntungkan untuk pekecambahan
(Sutopo 2004).
Kecambah abnormal adalah kecambah yang tidak memperlihatkan
potensi untuk berkembang menjadi kecambah normal. Ciri-ciri kecambah
abnormal diantaranya kecambah rusak tanpa kotiledon, embrio pecah, dan akar
primer pendek, bentuk kecambah cacat, perkembangan bagian-bagian penting
lemah dan kurang seimbang. Plumula terputar, hipokotil, epikotil, kotiledon
membengkok, akar pendek, kecambah kerdil, kecambah tidak membentuk
klorofil, kecambah lunak (Elam et al. 2000).
20
dapat
dilakukan
di laboratorium
maupun
di rumah
21
22
1
2,8
3,3
2
Normal
2
3,0
3,3
2
Normal
100%
100%
3
2,0
2,5
2
Normal
4
1,7
3,7
2
Normal
(Amaranthu
s sp. )
5
0,8
0,8
0
Normal
1
5,3
5,4
2
Normal
Benih
2
6,0
5,6
2
Normal
Melon
80%
60%
3
4,5
2,5
2
Normal
(Cucumis
Abnormal
4
0
0
0
melo L.)
Abormal
5
0
0
0
Sumber: Laporan sementara
Tabel 3.2 Pengamatan Uji Daya dan Kecepatan Berkecambah Benih Antar
Kertas
Jenis
Panjang Tinggi Jumlah
Sampel KK DK
Kondisi
Benih
Akar
Tanaman Daun
1
2,8
3,3
2
Normal
Benih
2
3,0
3,3
2
Normal
Bayam
100% 100%
3
2,0
2,5
2
Normal
Merah
4
1,7
3,7
2
Normal
(Amaranthu
s sp. )
5
0,8
0,8
0
Normal
1
5,3
5,4
2
Normal
Benih
2
6,0
5,6
2
Normal
Melon
80%
60%
3
4,5
2,5
2
Normal
(Cucumis
Abnormal
4
0
0
0
melo L.)
Abormal
5
0
0
0
Sumber: Laporan Sementara
Benih
Bayam
Merah
Tabel 3.3 Pengamatan Uji Daya dan Kecepatan Berkecambah Benih Pada
Pasir
Jenis
Panjang Tinggi Jumlah
Sampel KK DK
Kondisi
Benih
Akar
Tanaman Daun
1
2,8
3,3
2
Normal
Benih
2
3,0
3,3
2
Normal
Bayam
100% 100%
3
2,0
2,5
2
Normal
Merah
4
1,7
3,7
2
Normal
(Amaranthu
s sp. )
5
0,8
0,8
0
Normal
80%
60%
Benih
1
5,3
5,4
2
Normal
Melon
2
6,0
5,6
2
Normal
(Cucumis
3
4,5
2,5
2
Normal
Abnormal
melo L.)
4
0
0
0
23
Abormal
5
0
0
0
Sumber: Laporan Sementara
Tabel 3.4 Pengamatan Uji Daya dan Kecepatan Berkecambah Benih Dalam
Pasir
Jenis
Panjang Tinggi Jumlah
Sampel KK DK
Kondisi
Benih
Akar
Tanaman Daun
1
2,8
3,3
2
Normal
Benih
2
3,0
3,3
2
Normal
Bayam
100%
100%
3
2,0
2,5
2
Normal
Merah
4
1,7
3,7
2
Normal
(Amaranthu
s sp. )
5
0,8
0,8
0
Normal
1
5,3
5,4
2
Normal
Benih
2
6,0
5,6
2
Normal
Melon
80%
60%
3
4,5
2,5
2
Normal
(Cucumis
Abnormal
4
0
0
0
melo L.)
Abormal
5
0
0
0
Sumber: Laporan Sementara
24
2. Pembahasan
Kecepatan dan daya kecambah merupakan uji untuk mengetahui
keadaan viabilitas suatu benih. Kecepatan kecambah merupakan jumlah
prosentase benih yang berkecambah terhadap keseluruhan benih yang
25
jumlah
prosentase
benih
yang
berkecambah
terhadap
Proses
perkecambahan
ini
bisa
berupa
suatu
dari
26
pengujian tidak keras, tidak segar, dan tidak berkecambah. Benih mati dapat
dilihat dari keadaan benih yang telah membusuk, warna benih terlihat agak
27
28
Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum acara III Pengujian Daya
Kecambah Benih adalah sebagai berikut:
a. Daya kecambah dihitung pada hari ke 4 sedangkan kecepatan kecambah
pada hari ke 7
b. Proses perkecambahan diawali dari metabolisme pada biji yang
menumbuhkan plumula dan radikula
c. Benih normal memiliki DK dan KK tinggi, benih abnormal sedikit
terdapat cacat pada perkecambahan, benih mati ialah benih yang tidak
dapat tumbuh
d. Metode perkecambahan yang paling baik adalah pada kertas
e. DK dan KK berbanding lurus terhadap viabilitas benih
f. Viabilitas dapat digambarkan melalui pengukuran KK sedangkan vigor
dapat digambarkan melalui pengukuran DK.
g. Faktor kegagalan perkecambahan diantaranya adanya gangguan hama
maupun penyakit, kurangnya energi yang tersedia, serta faktor
lingkungan yang ekstrem.
2. Saran
Saran terhadap praktikum acara III Pengujian Daya Kecambah
Benih adalah handaknya Coass mengingatkan praktikan saat pengamatan
maupun perhitungan diluar jadwal praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Elam M, Land S dan Bonner F. 2000. Tree seed technology training course:
instructors manual. New Orleans: United State Departmen of Agriculture.
Hapsari 2015. Proses terjadinya perkecambahan. URL: http://www.astalog.com/
3695/proses-terjadinya-perkecambahan.htm. Diakses 26 November 2015.
Hari H dan Nisa R. 2007. Memperbanyak tanaman hias favorit. Jakarta : Penebar
Swadaya.
Kartasapoetra AG. 2003. Teknologi benih. Jakarta: Rineka Cipta
Naning Y, Yetti H, dan Tati R. 2009. Pemilihan metoda dan media uji
perkecambahan benih tisuk (Hibiscus sp.). Jurnal Agronomi 9 (1) : 43-47.
Purwono. 2005. Kacang hijau. Jakarta : Penebar Swadaya.
Setyastuti. 2004. Kajian suhu ruang simpan terhadap kualitas benih kedelai hitam
dan kedelai kuning. Jurnal Ilmu Pertanian 11 (1) : 22-31.
Sutopo L. 2004. Teknologi benih. Jakarta: Rajawali.
Udin S N, Rasam, dan Astanto. 2010. Uji kinerja mekanik dan fungsional alat
penguji daya berkecambah (apdb) untuk pengujian benih. Jurnal
Standardisasi 12 (2) : 128-133.
I.
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Benih sangat menentukan hasil suatu budidaya petanian. Untuk
dapat menjaga kualiatas beih dapat dilakukan berbagai pengujian,
diantaranya uji vigor benih. Vigor adalah sejumlah sifat-sifat benih yang
mengidikasikan pertumbuhan dan perkembangan kecambah yang cepat dan
seragam pada cakupan kondisi lapang yang luas. Cakupan vigor benih
meliputi aspek-aspek fisiologis selama proses perkecambahan dan
perkembangan kecambah. Kebanyakan petani belum mengetahui manfaat
vigor benih yang diantaranya dapat menekan kegagalan budidaya.
Ditambah manfaat lain dengan adanya efektifitas dan efisiensi dalam
penyemaian benih untuk menghasilkan bibit yang maksimal.
Praktikum uji vigor yang dilakukan adalah deep soil test yaitu
dengan menanam benih pada kedalamaan berbeda dan red brick test yaitu
menanam benih pada media batu bata. Apabila benih mampu tumbuh dan
berkecambah dengan baik pada media dan kedalam tersebut, maka dapat
dinyatakan bahwa kemampuan vigor benih tinggi. Pada praktek di
lapangan, vigor benih menentukan tingkat keserempakan tumbuh tanaman.
Pengujian benih sangatlah penting untuk dilakukan, terujinya benih
berarti terhindarnya petani dari berbagai kerugian yang dapat timbul dari
pelaksanaan usahataninya. Pengujian vigor benih merupakan salah satu
cara untuk menentukan kualitas dan mutu benih. Vigor benih sendiri dapat
diartikan sebagai kemampuan benih untuk tumbuh normal pada kondisi
lingkungan sub optimal. Uji vigor merupakan parameter viabilitas absolute
yang tolak ukurnya bermacam-macam. Tolak ukur mengindikasikan benih
yang cepat tumbuh lebih mampu menghadapi kondisi lapang yang sub
optimal dan yang digunakan adalah persentase kecambah normal. Sehingga
diharapkan pengujian vigor dapat menekan biaya akibat kegagalan
pertumbuhan bibit dan efisiensi waktu.
30
31
2. Tujuan Praktikum
Tujuan dari dilaksanakan praktikum acara IV Uji Vigor Benih adalah
untuk menguji vigor benih.
B. Tinjauan Pustaka
Secara umum vigor diartikan sebagai kemampuan benih untuk tumbuh
normal pada keadaan lingkungan yang sub optimal. Vigor dipisahkan antara
vigor genetik dan vigor fisiologi. Vigor genetik adalah vigor benih dari galur
genetik yang berbeda-beda, sedang vigor fisiologi adalah vigor yang dapat
dibedakan dalam galur genetik yang sama. Vigor fisiologi dapat dilihat antara
lain dari indikasi tumbuh akar dari plumula atau koleptilnya, ketahanan
terhadap serangan penyakit dan warna kotiledon dalam efeknya terhadap
Tetrazolium Test. Informasi tentang daya kecambah benih yang ditentukan di
laboratorium adalah pada kondisi yang optimum. Padahal kondisi lapang yang
sebenarnya jarang didapati berada pada keadaan yang optimum. Keadaan sub
optimum yang tidak menguntungkan di lapangan dapat menambah segi
kelemahan benih dan mengakibatkan turunnya persentase perkecambahan serta
lemahnya pertumbuhan selanjutnya. Secara ideal semua benih harus memiliki
kekuatan tumbuh yang tinggi, sehingga bila ditanam pada kondisi lapangan
yang beraneka ragamakan tetap tumbuh sehat dan kuat serta berproduksi tinggi
dengan kualitas baik (Bagod 2006).
Vigor benih dicerminkan oleh dua informasi tentang viabilitas, masing
masing kekuatan tumbuh dan daya simpan benih. Tanaman dengan tingkat
vigor yang tinggi mungkin dapat dilihat dari performansi fenotipis kecambah
atau bibitnya, yang selanjutnya mungkin dapat berfungsi sebagai landasan
pokok untuk ketahannya terhadap berbagai unsur musibah yang menimpa.
Vigor benih untuk kekuatan tumbuh dalam suasana kering dapat merupakan
landasan bagi kemampuannya tanaman tersebut untuk tumbuh bersaing dengan
tumbuhan pengganggu ataupun tanaman lainnya dalam pola tanam multipa.
Vigor benih secara spontan merupakan landasan bagi kemampuan tanaman
mengabsorpsi sarana produksi secara maksimal sebelum panen (Sutopo 2004).
32
agar
tanaman
dapat
tumbuh
seragam
dan
agar
dapat
berkecambah
serta
tumbuh.
Vigor
33
Tabel 4.1 Pengamatan Vigor Benih Kacang Hijau (Vigna radiata) pada
perlakuan Red brick test.
Kedalaman Ulangan
KK
DK
Tinggi
Panjang Kriteria
(cm)
tanaman akar
34
1
2
40%
3
1
7
2
80%
3
Sumber: Laporan Sementara
3
60%
100%
11,5
8,0
7,0
13,0
12 ,5
11,5
8,0
9,0
5,5
4,5
5,5
6,5
Analisis Data:
Kecepatan Kecambah:
KK
Daya Kecambah:
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
35
DK
a. Kecepatan Kecambah
Perlakuan Deep soil test
4
5
5
Kedalaman 7 cm: KK x100% 100%
5
b. Daya Kecambah
Perlakuan Deep soil test
5
5
5
Kedalaman 7 cm: DK x100% 100%
5
2. Pembahasan
Menurut Bagod (2006) vigor diartikan sebagai kemampuan benih
untuk tumbuh normal pada keadaan lingkungan yang sub optimal. Vigor
dipisahkan antara vigor genetik dan vigor fisiologi. Vigor genetik adalah
vigor benih dari galur genetik yang berbeda-beda, sedang vigor fisiologi
adalah vigor yang dapat dibedakan dalam galur genetik yang sama. Vigor
fisiologi dapat dilihat antara lain dari indikasi tumbuh akar dari plumula
atau koleptilnya, ketahanan terhadap serangan penyakit dan warna
kotiledon dalam efeknya terhadap Tetrazolium Test. Maka Uji vigor
merupakan serangkaian pengujian yang dilakukan untuk mengetahui
kemampuan benih untuk tumbuh normal pada keadaan sub optimal.
Uji vigor dengan red brick test yakni metode dengan menggunakan
pecahan batu bata merah yang kemudian ditanami benih agar berkecambah.
Penggunaan batu bata merah diharapkan untuk menguji ketahanan benih
pada kekeringan. Vigor benih untuk kekuatan tumbuh dalam suasana kering
36
37
terhadap
perkecambahan benih.
2. Saran
Saran untuk praktikum acara IV Uji Vigor Benih hendaknya Coass
mengingatkan hari pengamatan dan perawatan tanaman agar praktikan
tidak lupa dan tabel pengamatan dapat lengkap sehingga peghitungan dapat
lebih akurat.
DAFTAR PUSTAKA
Bagod. 2006. Biologi: sains kehidupan. Surabaya: Yudhistira.
Kartasapoetra AG 2003. Teknologi benih. Jakarta: Rineka Cipta
Pratama H W, Baskara M dan Guritno B. 2014. Pengaruh ukuran biji dan
kedalaman tanam terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman jagung manis
(Zea mays saccharata Sturt.). Jurnal Produksi Tanaman 2 (7) : 576-582.
Sutopo L. 2004. Teknologi benih. Jakarta: Rajawali.
I.
UJI TETRAZOLIUM
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Menjaga kualitas benih dapat dilakukan berbagai pengujian. Salah
satu metode yang digunakan untuk menduga kualitas benih adalah uji
tetrazolium. Uji tetrazolium bertujuan dalam mengaktifkan sel atau
jaringan benih dan membedakan antara sel atau jaringan yang hidup atau
mati. Uji tersebut sangat cepat dan tepat apabila diaplikasikan pada benih
yang yang mengalami dormansi dan mengalami pemasakan lanjutan.
Tetrazolium merupakan suatu cara pengujian terhadap viabilitas
benih secara cepat dan bersifat tidak langsung. Pengujian ini menggunakan
garam tetrazolium. Garam tetrazolium ini merupakan senyawa kimia yang
dapat direduksi secara enzymatic didalam jaringan benih yang masih
hidup. Reduksi senyawa ini akan merubah senyawa formazan yang
berwarna mwerah cerah.
Uji tetrazolium sangat perlu diketahui untuk mengefektifkan proses
persemaian benih, terutama pada benih-benih dorman. Selain itu, uji ini
juga memiliki tingkat ketelitian yang tinggi. Oleh karena itu, pada
praktikum teknologi benih ini akan dilakukan uji tetrazolium untuk
mengetahui apakah benih yang diamati merupakan benih hidup atau benih
mati. Meskipun uji tetrazolium belum tentu membuktikan bahwa viabilitas
tanaman itu baik, tetapi secara tidak langsung uji ini dapat mempermudah
untuk mengetahui kondisi benih.
Uji viabilitas dengan metode perkecambahan memerlukan waktu
yang lama untuk memperoleh hasil dan analisis datanya. Maka kelemahan
uji dengan proses perkecambahan tersebut dapat diatasi dengan uji
tetrazolium. Manfaat dari adanya uji tetrazolium dapat mengefisienkan dan
mengefektifkan waktu proses pengujian serta mengurangi jumlah benih
yang digunakan dalam proses pengujian sehingga biaya yang dikeluarkan
dapat ditekan.
39
40
2. Tujuan Praktikum
Tujuan dari dilaksanakan praktikum acara V Uji Tetrazolium adalah
untuk menguji viabilitas benih secara cepat dan tidak langsung.
B. Tinjauan Pustaka
Viabilitas adalah kemampuan benih berkecambah dan menghasilkan
kecambah normal dalam kondisi lingkungan yang optimum. Viabilitas
suboptimum (vigor) merupakan kemampuan benih untuk tumbuh menjadi
tanaman yang berproduksi normal dalam keadaan optimum atau mampu
disimpan dalam kondisi simpan yang suboptimum dan tahan simpan lama
dalam keadaan yang optimum. Uji Viabilitas Dapat melalui indikasi langsung
ataupun indikasi tidak langsung, yaitu Uji Daya Kecambah (%) uji viabilitas
langsung (menguji kinerja pertumbuhan atau perkecambahan benih) dan Uji
Secara Biokimia uji viabilitas tidak langsung (gejala kehidupan atau kapasitas
metabolisme). Contoh: Uji Tetrazolium, Uji FeCl3, Uji DHL (Daya Hantar
Listrik), dll (Sadjad 2004).
Vigor dipisahkan antara vigor genetik dan vigor fisiologi. Vigor
genetik adalah vigor benih dari galur genetik yang berbeda-beda sedang vigor
fisiologi adalah vigor yang dapat dibedakan dalam galur genetik yang
sama.Vigor fisiologi dapat dilihat antara lain dari indikasi tumbuh akar dari
plumula atau koleptilnya, ketahanan terhadap serangan penyakit dan warna
kotiledon dalam efeknya terhadap Tetrazolium Test (Kamil 2006).
Uji viabilitas benih atau daya hidup benih yang dicerminkan oleh dua
informasi masing-masing daya kecambah dan kekuatan tumbuh dapat
ditunjukan
melalui
gejala-gejala
metabolisme
benih
dan/atau
gejala
41
sel
hi bahan
ini akan
ikut serta
dalam
proses
reduksi
42
Kacang Tanah
(Arachis
hypogaea)
Indikasi
Warna
Merah
Muda
Merah
Muda
Keterangan
Benih
lemah
Benih
lemah
Tidak
Benih mati
berwarna
43
Melinjo
(Gnetum
gnemon)
Tidak
berwarna
Benih mati
Tidak
Benih mati
berwarna
Tidak
Benih mati
berwarna
Kacang Panjang
(Phaseolus
vulgaris)
1
Merah
Cerah
Benih
viabel
Merah
Cerah
Benih
viabel
44
Merah
Muda
Benih
lemah
45
adalah
kemampuan
benih
berkecambah
dan
46
berwarna hitam, terdiri atas kulit luar, plumula, radikula, kotiledon dab
endosperma.
Uji tetrazolium bersifat cepat dan tidak langsung karena tidak
memerlukan proses serta waktu yang lama untuk mendapatkan hasilnya.
Namun setelah didapatkan reaksinya masih perlu dianalisa terlebih dahulu
dalam pengujiannya apakah jaringan dalam benih masih hidup atau sudah
mati. Cara pengujian yang hanya memasukkan benih pada garam
tetrazolium tanpa perlakuan yang lain yang beberapa saat dapat diketahui
viabilitas benihnya dengan indikator warna yang ditunjukkan.
E. Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum acara V Uji Tetrazolium adalah
sebagai berikut:
a. Pengujian tetrazolium merupakan cara pengujian viabilitas benih
secara cepat dan bersifat tidak langsung yang menggunakan 2,3,5
Triphenyl Tetrazolium Kloride.
b. Viabilitas merupakan kemampuan
benih
berkecambah
dan
47
b. Praktikan
hendaknya
mengupas benih.
menjaga
kebersihan
laboratorium
setelah
DAFTAR PUSTAKA
Gine LO. 2006. Principle of seed science and technology. USA: Burgess
Publishing Co.
Kamil J. 2006. Dasar teknologi benih. Padang : Angkasa Raya.
Putri
M.
http://veganojustice.