Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
GAMBARAN UMUM
2.1 Rencana kegiatan
Sejumlah kesalahan dan kegagalan diakui sebagai penyebab jatuhnya
Nokia dari panggung tertinggi pasar teknologi telekomunikasi global. Kegagalan
membaca perubahan kebutuhan konsumen adalah salah satunya. Mantan Chief
Executive Officer (CEO) Nokia, Jorma Ollila, mengungkapkan sederet kesalahan
dan kegagalan Nokia itu dalam buku otobiografi yang jika diterjemahkan berjudul
Sukses yang Mustahil.
Perusahaan yang bermarkas di Helsinki, Finlandia, itu, menurut Ollila,
telah gagal sejak 2001 untuk mempertahankan peran sebagai inovator utama
telepon seluler. Dikutip dari AP, Ollila menggambar dalam otobiografinya bahwa
beberapa produk keluaran Nokia adalah produk gagal. Kegagalan membaca
konsumen, sebut dia, misalnya soal tren telepon seluler model buka tutup
(clamshell) dan layar sentuh (touch screen). Lewat buku otobiografi ini, Ollila
menegaskan bahwa Nokia adalah peringatan menyakitkan tentang ketertinggalan
teknologi perangkat lunak dan jawaban atas tantangan teknologi lainnya. Menjual
Nokia pada "lawan bebuyutan" Microsoft merupakan kejadian dramatis dan
berani. Nokia berdiri pada 1865 di Finlandia, meski bukan bermula dari bidang
teknologi informasi, apalagi teknologi seluler. Sampai akhir 2012, perusahaan ini
telah memiliki 100.000 tenaga kerja di 120 negara. Produk Nokia menembus
pasar 150 negara. Penurunan kinerja penjualan Nokia mulai terjadi pada 2001.
Pasar mereka pelan-pelan terus tergerus produk telepon pintar, dimulai oleh
BlackBerry, iPhone, dan Samsung.
Kegagalan Nokia dalam menyaingi Samsung dan Apple di bisnis ponsel
nampaknya diakui oleh mantan petingginya, Jorma Ollila. Sang eks CEO dan
chairman ini pun membocorkan secara terang-terangan mengenai apa sebab
raksasa ponsel era 90-an tersebut kehilangan gigi. Seperti yang dilansir ZDNet
(18/10), keterangan ini ditulis Ollila dalam sebuah memoar berbahasa Finlandia
setebal 450 halaman. Dalam tulisan yang dipublikasikan, Ollila menyebutkan
bahwa kesalahan Nokia dulu adalah tidak memahami apa yang diinginkan
penggunanya dan peta persaingan dengan kompetitor dari Asia. Nokia tidak
mengetahui bahwa masyarakat mulai gandrung dengan ponsel model layar sentuh
dan lipat. Nokia lebih memilih mengeluarkan ponsel berbentuk bar dengan tombol
fisik konvensionalnya dengan alasan lebih terjangkau pembeli.
Dari
permasalahan
diatas
maka
direncanakan
kegiatan
untuk