Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
, Galuh Fauzih,
Ratih Dian Permatasari, Faizatul Firdausi
2015
DAFTAR ISI
2.
Sintak .............................................................................................................................................. 3
3.
B.
3.
C.
D.
1.
2.
3.
4.
E.
Evaluasi ............................................................................................................................................. 34
1.
2.
3.
DAFTAR PUSTAKA
Firmalia Firdausi W. P., Hardina Fitri Amalia, Mariza Umamie S. J. K., Galuh Fauzih,
Ratih Dian Permatasari, Faizatul Firdausi
2015
Firmalia Firdausi W. P., Hardina Fitri Amalia, Mariza Umamie S. J. K., Galuh Fauzih,
Ratih Dian Permatasari, Faizatul Firdausi
2015
deklaratif sederhana yang telah diperoleh seseorang namun dapat atau tidak dapat
dipergunakan. Menghalalkan hukum atau rumus tertentu dalam bidang studi fisika,
kimia, matematika merupakan contoh pengetahuan deklaratif sederhana atau
informasi factual. Berbeda dengan informasi factual, pengetahuan yang lebih tinggi
tingkatannya memerlukan penggunaan pengetahuan dengan cara tertentu, misalnya
membandingkan dua rancangan penelitian, menilai hasil karya seni dan lain-lainnya.
Seringkali penggunaan pengetahuan procedural memerlukan penguasaan pengetahuan
prasyarat yang berupa pengetahuan deklaratif. Para guru selalu menghendaki agar
siswa-siswa memperoleh kedua macam pengetahuan tersebut, supaya mereka dapat
melakukan sesuatu kegiatan dan melakukan segala sesuatu dengan berhasil.
Model pengajaran langsung dirancang secara khusus untuk mengembangkan
belajar siswa tentang pengetahuan procedural dan pengetahuan deklaratif yang
terstuktur dengan baik dan dapat dipelajari selangkah demi selangkah. Tabel 1
menunjukkan untuk pencapaian pengetahuan deklaratif dasar dan pengetahuan
procedural dan membandingkan jens tujuan ini dengan tujuan-tujuan yang
mengembankan pembelajaran sosial dan berfikir tingkat tinggi.
TABEL 1
CONTOH TUJUAN-TUJUAN PENGAJARAN LANGSUNG DIBANDINGKAN
DENGAN TUJUAN-TUJUAN PEMBELAJARAN SOSIAL ATAU BERFIKIR
TINGGI
Perolehan
Perolehan
Keterampilan
Berfikir
Pengetahuan
Keterampilan
Sosial
Tinggi
Siswa akan dapat Siswa akan dapat Siswa akan dapat Siswa
mendaftar
aturan
aturan- memberi
umoan menunjukkan
permainan hoki
kerjasama
bermain hoki
Tingkat
akan
menyatakan suatu
sambil pendapat
tentang
terjadinya
pelanggaran dalam
hoki
Firmalia Firdausi W. P., Hardina Fitri Amalia, Mariza Umamie S. J. K., Galuh Fauzih,
Ratih Dian Permatasari, Faizatul Firdausi
2015
TABEL 2
SINTAKS MODEL PENGAJARAN LANGSUNG
Firmalia Firdausi W. P., Hardina Fitri Amalia, Mariza Umamie S. J. K., Galuh Fauzih,
Ratih Dian Permatasari, Faizatul Firdausi
FASE
2015
PERAN GURU
1. Menyampaikan
tujuan
mempersiapkan siswa
mempersiapkan
siswa
untuk belajar.
2. Mendemonstrasikan
pengetahuan Guru
atau keterampilan
mendemonstrasikan
3. Membimbing pelatihan
4. Mengecek
pemahaman
melakukan
tugas
dengan
baik,
kesempatan
melakukan
dengan
pelatihan
perhatian
penerapan
kepada
lanjutan,
khusus
pada
situasi
lebih
Firmalia Firdausi W. P., Hardina Fitri Amalia, Mariza Umamie S. J. K., Galuh Fauzih,
Ratih Dian Permatasari, Faizatul Firdausi
2015
bahwa lingkungan berorientasi pada tugas dan memberi harapan tinggi agar siswa
mencapai hasil belajar dengan baik.
B. Latar Belakang Teoritik dan Empirik
Pengembangan model pengajaran langsung dilandasi oleh latar belakang teoretik dan
empirik tertentu, yaitu di antaranya ide-ide dari bidang sistem analisis, teori pemodelan
sosial dan perilaku, serta hasil penelitian tentang keefektifan guru dalam melaksanakan
fungsinya. Secara historis, beberapa aspek dari model pembelajaran langsung berasal dari
prosedur pelatihan dalam industri dan kemiliteran.
1. Analisis Sistem
Analisis sistem berasal dari bidang pengetahuan dan telah mempengaruhi pola
berfikir dalam bermacam penelitian dan pengembangan, termasuk dalam bidang
Biologi, teori organisasi, teori sosial dan proses belajar yang pada dasarnya
mempelajari hubungan yang terdapat pada komponen-komponen yang saling
bergantung dan merupakan satu kesatuan. Contohnya yaitu hubungan antara
komponen biotik dan abiotik dalam membentuk keseimbangan ekosistem.
Di dalam bidang pengajaran dan pembelajaran, analisis sistem menekankan
bagaimana pengorganisasian pengetahuan dan keterampilan, dan bagaimana
menguraikan secara sistematik keterampilan kompleks dan ide-ide menjadi
komponen-komponen sehingga dapat diajarkan secara berurutan. Gagne dan Leslie
Briggs (1998) mengemukakan pandangan mereka tentang analisis sistem dalam
bidang pendidikan, yaitu:
Pengajaran yang dirancang secara sistematis akan berpengaruh besar terhadap
perkembangan individu. Beberapa pakar pendidikan mengemukakan, bahwa
pendidikan akan menjadi paling baik jika dirancang hanya untuk memberikan
kesempatan kepada siswa memperoleh lingkungan belajar yang menunjang dan
berkembang sesuai dengan kemampuan dan aktifitasnya sendiri, tanpa adanya
paksaan apapun. Kita menganggap hal tersebut merupakan pandangan yang keliru.
Pembelajaran yang tidak diarahkan, menurut mereka, mungkin sekali membawa
perkembangan banyak individu oleh karena satu dan hal lain menjadi tidak kompeten
5
Firmalia Firdausi W. P., Hardina Fitri Amalia, Mariza Umamie S. J. K., Galuh Fauzih,
Ratih Dian Permatasari, Faizatul Firdausi
2015
dalam mencapai kepuasan pribadi dari kehidupan masyarakat seakarang atau yang
akan datang.
2. Teori Pemodelan Tingkah Laku
Teori belajar yang paling banyak memberikan sumbangan pada model pengajaran
langsung adalah teori belajar sosial. Teori belajar sosial disebut juga belajar melalui
observasi atau dalam buku Arends disebut teori pemodelan tingkah laku.
Diawali oleh John Dolard dan Neal Miller pada tahun 1930-an dan 1940-an, teori
pemodelan tingkah laku mencoba menggunakan mekanisme observasi dan penguatan
dari pengamatan konsekuensi-konsekuensi dari perilaku orang lain (vicarous
reinforcement) untuk menjelaskan pemrolehan bermacam tingkah laku sosial seperti
agresi dan kerja sama. Kemudian, Albert Bandura dan koleganya, penganut yang
paling tersohor terhadap teori ini, mulai memperluas teori dengan memasukkan
perkembangan keterampilan akademik dan konsep seperti keterampilan akademik dan
konsep-konsep yang diajarkan dengan model pengajaran langsung
Pemodelan merupakan salah satu dari tujuh komponen utama pendekatan
pengajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) atau CTL (Depdiknas,
2002: 16). Dalam sebuah pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu, ada
model yang dapat ditiru. Guru dapat menjadi model yang baik bagi siswanya. Guru
menjelaskan
atau
mendemonstrasikan
pengetahuan/keterampilan
dan
siswa
mengamati dengan seksama. Guru bukanlah satu-satunya model, siswa dan orang lain
juga dapat menjadi model bagi teman-temannya.
Teori pemodelan menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran perilaku dan
penekanannya pada proses mental dan internal. Interaksi antara penguatan eksternal
dan proses kognitif internal untuk menjelaskan bagaimana seseorang belajar dari
orang lain. Menurut Bandura dalam Arends (1997: 64) bahwa sebagian besar manusia
belajar melalui pengamatan secara selektif dan mengingat perilaku orang lain.
Bandura (1977) menulis:
Belajar akan sangat menghabiskan waktu dan tenaga, dan bahkan
berbahaya jika manusia harus menggantungkan diri sepenuhnya pada hasil
kegiatannya sendiri. untungnya, sebagian besar tingkah laku manusia
6
Firmalia Firdausi W. P., Hardina Fitri Amalia, Mariza Umamie S. J. K., Galuh Fauzih,
Ratih Dian Permatasari, Faizatul Firdausi
2015
itu
dengan
pengalaman-pengalaman
sebelumnya,
yang
Firmalia Firdausi W. P., Hardina Fitri Amalia, Mariza Umamie S. J. K., Galuh Fauzih,
Ratih Dian Permatasari, Faizatul Firdausi
2015
3) Produksi
Memberikan
kesempatan
kepada
siswa
untuk
melatih
Firmalia Firdausi W. P., Hardina Fitri Amalia, Mariza Umamie S. J. K., Galuh Fauzih,
Ratih Dian Permatasari, Faizatul Firdausi
2015
tidak
mungkin
mengidentifikasi
tiga
untuk
melakukan
tanpa
penguatan.Bandura
bentuk
penguatan
yang
dapat
mendorong
Matematika
dan
membaca.
Meskipun
hasil
penelitian
ini
dapat
mengungkapkan banyak hal, namun ada dua hal yang sangat menonjol yaitu alokasi
waktu dan penggunaan tugas yang memakai model pengajaran langsung lebih
9
Firmalia Firdausi W. P., Hardina Fitri Amalia, Mariza Umamie S. J. K., Galuh Fauzih,
Ratih Dian Permatasari, Faizatul Firdausi
2015
berhasil dan memperoleh tingkat keterlibatan tinggi daripada metode informal dan
berpusat pada siswa.
Beberapa penelitian yang dilakukan oleh Stallings tersebut menunjukkan bahwa guru
yang memiliki kelas dengan organisasi yang baik di mana pengalaman pembelajaran
yang terstruktur paling sering teramat, menghasilkan rasio keterlibatan siswa yang
lebih tinggi (time-task-ratios) dan hasil belajar yang lebih tinggi daripada guru yang
menggunakan pendekatan yang kurang formal dan kurang terstruktur.
10
Firmalia Firdausi W. P., Hardina Fitri Amalia, Mariza Umamie S. J. K., Galuh Fauzih,
Ratih Dian Permatasari, Faizatul Firdausi
2015
1) Perilaku siswa. Apa yang akan dilakukan siswa atau jenis-jenis perilaku
siswa yang diharapkan guru untuk dilakukan sebagai bukti bahwa tujuan itu
telah tercapai.
2) Situasi pengetesan. Di bawah kondisi tertentu perilaku itu akan teramati atau
diharapkan terjadi.
3) Kriteria kinerja. Ditetapkan standar atau tingkat kinerja yang dapat diterima.
Tabel Contoh Tujuan Perilaku Menggunakan Format Mager
Bagian-bagian tujuan
Contoh
Perilaku Siswa
Situasi pengetahuan
(yang
belum
saling
berpasangan)
Kriteria kinerja
11
Firmalia Firdausi W. P., Hardina Fitri Amalia, Mariza Umamie S. J. K., Galuh Fauzih,
Ratih Dian Permatasari, Faizatul Firdausi
2015
Menurut Mager tujuan yang baik perlu berorientasi pada siswa dan spesifik,
mengandung uraian yang jelas tentang situasi penilaian (kondisi evaluasi), dan
mengandung
tingkat
ketercapaian
kinerja
yang
diharapkan
(kriteria
keberhasilan).
Perbedaan pokok antara penulisan tujuan pembelajaran yang berbentuk
keterampilan dan tujuan pembelajaran yang lebih kompleks ialah, bahwa tujuan
pembelajaran yang berupa keterampilan pada umumnya merupakan tingkah laku
yang dapat diamati dengan mudah, dan dapat dirumuskan dengan jelas, serta
dievaluasi dengan akurat.
b. Memilih isi
Kebanyakan guru pemula meskipun telah beberapa tahun mengajar, tidak
dapat diharapkan akan menguasai sepenuhnya materi pelajaran yang diajarkan.
Bagi mereka yang masih dalam proses menguasai sepenuhnya materi ajar,
disarankan agar dalam memilih materi ajar mengacu pada GBPP kurikulum yang
berlaku, dan buku ajar tertentu.
Ada beberapa prinsip seperti berikut ini yang dapat membantu dalam
memilih isi untuk pelajaran tertentu:
1) Ekonomi.
Hasil pengamatan menunjukkan, bahwa kebanyakan presentasi dan
demonstrasi yang dilakukan oleh guru, mengandung terlalu banyak
informasi yang sebagian besar tidak relevan. Karena uraian yang
berkepanjangan dan tidak relevan tersebut, maka siswa sukar memahami
ide-ide dan keterampilan pokok yang harus dipelajari.
Jerome Bruner (1962) mengatakan bahwa dalam menjelaskan dan
melakukan demonstrasi, guru perlu mempertimbangkan factor ekonomi.
Artinya guru perlu benar-benar mempertimbangkan berapa banyak
informasi yang akan diberikan dalam kurun waktu tertentu.
2) Power
Bruner juga memberikan bagaimana prinsip power seharusnya
diterapkan dalam memilih materi pelajaran. Power aka nada, apabila
12
Firmalia Firdausi W. P., Hardina Fitri Amalia, Mariza Umamie S. J. K., Galuh Fauzih,
Ratih Dian Permatasari, Faizatul Firdausi
2015
informasi pokok dari bidang studi tertentu dipilih dan dipresentasikan secara
langsung dan dengan cara yang logis. Melalui pengorganisasian yang logis
itulah, siswa akan dapat mempelajari hubungan antara fakta dan konsepkonsep kunci yang menjadi isi suatu pokok bahasan.
Untuk mencapai prinsip ekonomi dan power tidak bergantung pada cara
penampilan guru dalam mengajar, tetapi lebih ditentukan oleh perencanaan
yang baik. Suatu presentasi atau demonstrasi yang direncanakan dengan
baik dan dilakukan secara monoton dapat memberikan hasil belajar yang
lebih baik daripada presentasi yang dinamis dan menyenangkan tetapi tidak
diorganisasikan dengan baik.
c. Melakukan analisis tugas
Analisis tugas ialah alat yang digunakan oleh guru untuk mengidentifikasi
dengan presisi yang tinggi hakekat yang setepatnya dari suatu keterampilan atau
butir pengetahuan yang terstruktur dengan baik, yang akan diajarkan oleh guru.
Beberapa orang berpendapat bahwa analisis tugas merupakan kegiatan yang
sukar dan rumit, meskipun sebenarnya merupakan proses yang sederhana dan
mudah, terutama bagi guru yang benar-benar menguasai bidang studi yang akan
diajarkan.
Ide pokok yang melatarbelakangi analisis tugas ialah, bahwa pengertian
dan keterampilan yang kompleks tidak dapat dipelajari semuanya dalam satu
waktu tertentu. Untuk mengembangkan pemahaman yang mudah dan pada
akhirnya penguasaan, keterampilan, dan pengertian kompleks itu lebih dahulu
harus dibagi menjadi komponen bagian, sehingga dapat diajarkan berurutan
dengan logis dan tahap demi tahap.
Analisis tugas membantu guru menentukan dengan tepat apa yang perlu
dilakukan oleh siswa untuk melaksanakan keterampilan yang akan dipelajarinya.
Analisis tugas tersebut dilakukan melalui tahap-tahap sebagai berikut:
Tahap 1 : Mintalah penjelasan kepada orang yang menguasai dan dapat
melakukan keterampilan itu, atau amati pada saat ia melakukan keterampilan
tersebut.
13
Firmalia Firdausi W. P., Hardina Fitri Amalia, Mariza Umamie S. J. K., Galuh Fauzih,
Ratih Dian Permatasari, Faizatul Firdausi
2015
14
Firmalia Firdausi W. P., Hardina Fitri Amalia, Mariza Umamie S. J. K., Galuh Fauzih,
Ratih Dian Permatasari, Faizatul Firdausi
2015
15
Firmalia Firdausi W. P., Hardina Fitri Amalia, Mariza Umamie S. J. K., Galuh Fauzih,
Ratih Dian Permatasari, Faizatul Firdausi
2015
Terkadang ada anggapan yang salah, bahwa guru perlu melakukan analisis
tugas untuk setiap keterampilan yang akan diajarkan. Meskipun prosesnya tidak
sulit, analisis tugas menyita waktu yang banyak.
Guru yang berhasil, memang berpegang pada prinsip analisis tugas, yaitu
bahwa banyak keterampilan yang terdiri atas sejumlah sub-keterampilan, dan
siswa tidak akan dapat melaksanakan keterampilan tersebut secara utuh jika
masing-masing sub-keterampilannya belum dikuasai dengan baik.
d. Merencanakan waktu dan ruang
Pada suatu pelajaran pengajaran langsung, merencanakan dan mengelola
waktu merupakan kegiatan yang sangat penting. Ada dua hal yang perlu
diperhatikan oleh guru yaitu memastikan bahwa waktu yang disediakan sepadan
dengan bakat dan kemampuan siswa dan juga memotivasi siswa agar mereka
tetap melakukan tugas-tugasnya dengan perhatian yang optimal. Mengenal
dengan baik siswa-siswa yang akan diajar, sangat bermanfaat untuk menentukan
alokasi waktu pembelajaran.
Banyak guru, khususnya guru-guru yang belum berpengalaman, menaksir
terlalu rendah waktu yang diperlukan agar dapat mengajar dengan berhasil,
akibatnya tidak mengalokasikan waktu yang cukup. Merencanakan dan
mengelola ruang untuk pengajaran langsung juga sama pentingnya.
2. Tugas-tugas Interaktif
Bahkan guru-guru yang berpengalaman pun masih harus belajar menyesuaikan
pelaksanaan model pengajaran langsung mereka dengan berbagai macam situasi,
karena kebanyakan pelajaran model pengajaran langsung memiliki lima fase atau
langkah penting. Pelajaran tersebut mulai dengan guru memberikan rasional untuk
pelaran tersebut, memotivasi siswa dan mempersiapkan siswa untuk belajar. Fase
persiapan dan motivasi ini kemudian diikuti dengan presentasi materi yang akan
diajarkan atau demonstrasi suatu keterampilan tertentu. Pelajaran tersebut kemudian
menyediakan kesempatan latihan terbimbingpada siswa dan umpan balik guru atas
16
Firmalia Firdausi W. P., Hardina Fitri Amalia, Mariza Umamie S. J. K., Galuh Fauzih,
Ratih Dian Permatasari, Faizatul Firdausi
2015
kemajuan siswa. Dalam fase latihan umpan balik tersebut, guru seharusnya selalu
memberikan kesempatan kepada siswa untuk mentransfer pengetahuan yang sedang
diajarkan tersebut ke situasi-situasi kehidupan nyata. Pelajaran-pelajaran model
pengajaran langsung selalu diakhiri dengan latihan lanjutan dan transfer keterampilan
tersebut.
a.
1) Menjelaskan Tujuan
Para siswa perlu mengetahui dengan jelas, mengapa mereka
berpartisipasi dalam suatu pelajaran tertentu, dan mereka perlu mengetahui
apa yang harus dapat mereka lakukan setelah selesai berperanserta dalam
pelajaran itu. Guru yang baik akan mengkomunikasikan tujuan tersebut
kepada siswa-siswanya melalui rangkuman rencana pembelajaran dengan
cara menuliskannya di papan tulis, atau menempelkan informasi tertulis
pada papan bulletin, yang berisi tahap-tahap dan isinya, serta alokasi waktu
yang disediakan untuk setiap tahap. Dengan demikian siswa dapat melihat
keseluruhan alur tahap pelajaran dan hubungan antar tahap-tahap pelajaran
itu.Gambar tujuan dan gambaran umum pelajaran hari ini tentang cara
memfokuskan mikroskop memberikan suatu contoh gambaran umum suatu
pelajaran.
Membuat siswa sadar tentang apa yang akan mereka pelajari
membantu mereka membuat hubungan antara suatu pelajaran tertentu dan
relevansinya terhadap kehidupan mereka sendiri, memotivasi mereka untuk
berusaha lebih keras. Kesadaran itu juga membantu siswa menarik bekal
ajar dari memori jangka panjang ke memori kerja, tempat bekal ajar ini
17
Firmalia Firdausi W. P., Hardina Fitri Amalia, Mariza Umamie S. J. K., Galuh Fauzih,
Ratih Dian Permatasari, Faizatul Firdausi
2015
Gambar Tujuan dan gambaran umum pelajaran hari ini tentang cara memfokuskan mikroskop.
2) Menyiapkan Siswa
Kegiatan ini bertujuan untuk menarik perhatian siswa, memusatkan
perhatian siswa pada pokok pembicaraan, dan mengingatkan kembali pada
hasil belajar yang telah dimilikinya., yang relevan dengan pokok
pembicaraan yang akan dipelajari. Tujuan ini dapat dicapai dengan cara
mengulang pokok-pokok pembelajaran yang lalu, atau memberikan
sejumlah pertanyaan kepada siswa.
Menyiapkan siswa pada awal pembelajaran merupakan suatu
kegiatan yang sangat penting, sebab pada saat siswa masuk ke dalam kelas
dan guru mengawali pembelajaran, seribu satu macam pikiran terbawa
serta ke dalam kelas. Pikiran-pikiran itu perlu dihilangkan dari benak
siswa, dan diupayakan agar siswa dapat berkonsentrasi penuh pada pokok
pembicaraan. Kegiatan ini, di samping menyiapkan siswa, juga memotivasi
siswa berperanserta penuh pada proses pembelajaran. Setiap guru
mempunyai cara tersendiri utnuk menyiapkan dan memotivasi siswa. Yang
jelas, guru yang berhasil tidak pernah melupakan dan meninggalkan
kegiatan ini.
18
Firmalia Firdausi W. P., Hardina Fitri Amalia, Mariza Umamie S. J. K., Galuh Fauzih,
Ratih Dian Permatasari, Faizatul Firdausi
2015
penelitian
secara
konsisten
menunjukkan
bahwa
presentasi
dicapai
melalui
perencanaan
dan
pengorganisasian seperti yang telah dijelaskan di atas. Mempraktekan saransaran yang diberikan oleh Rosenshine dan Stevens {1986) yang ditunjukkan
pada gambar aspek-aspek dari presentasi yang jelas akan membantu anda
dalam belajar bagaimana mencapai kejelasan.
19
Firmalia Firdausi W. P., Hardina Fitri Amalia, Mariza Umamie S. J. K., Galuh Fauzih,
Ratih Dian Permatasari, Faizatul Firdausi
2015
2) Melakukan Demonstrasi
Pengajaran langsung berpegaqng teguh pada asumsi, bahwa sebagian
besar yang dipelajari (hasil belajar) berasal dari mengamati orang lain.
Tingkah laku orang lain, baik yang buruk maupun yang baik, merupakan
acuan tingkah laku siswa. Jelaslah bahwa belajar dengan cara meniru
tingkah laku orang lain dapat menghemat waktu, menghindarkan siswa dari
20
Firmalia Firdausi W. P., Hardina Fitri Amalia, Mariza Umamie S. J. K., Galuh Fauzih,
Ratih Dian Permatasari, Faizatul Firdausi
2015
belajar melalui trial and error. Tetapi perlu diingat bahwa belajar melalui
pemodelan dapat mengakibatkan terbentuknya tingkah laku yang kurang
sesuai atau tidak benar.
b) Berlatih
Sungguh amat sulit mendemonstrasikan sesuatu dengan akurasi
yang sempurna. Semakin sulit dan rumit suatu informasi atau
keterampilan, semakin sulit mendemonstrasikannya. Agar dapat
mendemonstrasikan sesuatu dengan benar diperlukan latihan yang
insentif, dan memperhatikan aspek-aspek penting dari keterampilan
atau konsep yang didemonstrasikan.
c. Menyediakan Latihan Terbimbing
Ada ungkapan yang menyatakan bahw: Latihan membuat sesuatu menjadi
sempurna. Sayang sekali pernyataan menunjukkan bahwa hal tersebut tidak
selalu benar. Kita mengetahui bahwa ada orang yang setiap hari mengemudikan
mobil namun tetap menjadi seorang pengemudi yang tidak baik. Sayangnya, hal
serupa pun teramati pada guru tertentu. Ada guru yang telah mengajar selama
bertahun-tahun namun penampilannya tidak lebih baik dari penampilan
pertamanyadi depan kelas. Seringkali dijumpai, bahwa tugas atau latihan yang
diberikan oleh seorang guru kepada siswa-siswanya tidak benar-benar
21
Firmalia Firdausi W. P., Hardina Fitri Amalia, Mariza Umamie S. J. K., Galuh Fauzih,
Ratih Dian Permatasari, Faizatul Firdausi
2015
Firmalia Firdausi W. P., Hardina Fitri Amalia, Mariza Umamie S. J. K., Galuh Fauzih,
Ratih Dian Permatasari, Faizatul Firdausi
2015
Firmalia Firdausi W. P., Hardina Fitri Amalia, Mariza Umamie S. J. K., Galuh Fauzih,
Ratih Dian Permatasari, Faizatul Firdausi
2015
Pedoman 1
Pedoman 2
Pedoman 3
Firmalia Firdausi W. P., Hardina Fitri Amalia, Mariza Umamie S. J. K., Galuh Fauzih,
Ratih Dian Permatasari, Faizatul Firdausi
2015
Pedoman 4
Jaga
umpan
balik
sesuai
dengan
tingkat
perkembangan siswa.
Upan balik harus diberikan secara hati-jati agar
berguna.kadang-kadang siswa diberi umpan balik yang
terlampau banyak atau umpan balik yang terlalu rumit
bagi siswa untuk menanganinya.
Pedoman 5
b.
c.
2015
Firmalia Firdausi W. P., Hardina Fitri Amalia, Mariza Umamie S. J. K., Galuh Fauzih,
Ratih Dian Permatasari, Faizatul Firdausi
Pedoman 6
Apabila
memberikan
tunjukkan
umpan
bagaimana
balik
negative,
melakukannya
dengan
benar.
Mengetahui bahwa sesuatu telah dilakukan salah, tidak
membantu siswa dapat melakukannya dengan benar.
Umpan balik negative harus selalu disertai dengan
demonstrasi oleh guru, bagaimana melakukannya
dengan benar.
Pedoman 7
akan
menjadi
penghambat
bagi
Pedoman 8
sendiri,
dan
bagaimana
menilai
Firmalia Firdausi W. P., Hardina Fitri Amalia, Mariza Umamie S. J. K., Galuh Fauzih,
Ratih Dian Permatasari, Faizatul Firdausi
2015
dan
membandingkannya
sendiri.
Guru
dapat
denga
hasil
menekankan
27
Firmalia Firdausi W. P., Hardina Fitri Amalia, Mariza Umamie S. J. K., Galuh Fauzih,
Ratih Dian Permatasari, Faizatul Firdausi
2015
Firmalia Firdausi W. P., Hardina Fitri Amalia, Mariza Umamie S. J. K., Galuh Fauzih,
Ratih Dian Permatasari, Faizatul Firdausi
2015
termasuk alat pandang-dengar yang sesuai. Di samping itu, keberhasilan model ini juga
bergantung tingkat motivasi siswa yang memadai untuk mengamati kegiatan yang
dilakukan oleh guru dan mendengar segala sesuatu yang dikatakannya. Tidak pada
tempatnya, bila pada saat guru melakukan presentasi atau demonstrasi, siswa
mempertajam pensilnya, berbicara dengan teman di sampingnya, atau mengerjakan
tugas-tugas yang lain. Pada hakekatnya, pengajaran langsung memerlukan kaidah-kaidah
yang mengatur bagaimana siswa berbicara, prosedur untuk menjamin tempo
pembelajaran yang baik, strategi-strategi khusus untuk mengatur giliran keterlibatan
siswa dan untuk menanggulangi tingkah laku yang menyimpang.
1. Menangani Siswa yang Suka Berbicara
Siswa yang suka berbicara pada saat yang kurang tepat, dan mengemukakan
pertanyaan yang dapat memperlambat tempo pembelajaran, merupakan masalah yang
sangat memerlukan perhatian guru selama berlangsungnya pembelajaran langsung.
Masalah ini tingkatan kegawatannya berbeda-beda, dari berbicara dengan suara yang
keras, yang dapat menganggu guru di kelas sebelah sampai dengan siswa yang
berbicara
dengan
siswa
di
dekatnya,
pada
saat
guru
menjelaskan atau
Firmalia Firdausi W. P., Hardina Fitri Amalia, Mariza Umamie S. J. K., Galuh Fauzih,
Ratih Dian Permatasari, Faizatul Firdausi
2015
bahwa dengan menanyakan tentang isi dan prosedur, siswa tidak hanya mengubah
macam tugas yang diberikan kepada mereka, namun juga dapat memperlambat tempo
kegiatan belajar mengajar. Hal tersebut kadang-kadang dilakukan siswa untuk
menunda tugas, atau hanya untuk menghabiskan waktu.
Di samping siswa, gurupun dapat mengganggu kelancaran kegiatan belajarmengajar. Misalnya, seorang guru bertanya kepada siswanya, sebelum siswa
menjawabnya, guru sekonyong-konyong memutuskan untuk menjelaskan atau
mendemonstrasikan suatu hal yang lain lagi. Contoh lain adalah apabila siswa telah
memulai melakukan suatu kegiatan, tidak lama kemudian harus dihentikan dan
memulai lagi kegiatan yang baru. Sebelum siswa menyelesaikan tugas baru tersebut,
guru minta kepada siswa agar melanjutkan pekerjaannya yang pertama.
Guru dapat memperlambat tempo pembelajaran melalui proses yang disebut
fragmentasi dan berbicara berkepanjangan. Berbicara berkepanjangan terjadi jika
guru tetap terus menguraikan sesuatu meskipun uraiannya telah cukup jelas bagi
siswa. Fragmentasi terjadi jika guru membagi kegiatan menjadi satuan-satuan yang
terlalu kecil. Memperlambat momentum akan mengganggu kelancaran pembelajaran
dan memberikan kesempatan kepada siswa yang tidak berperan serta pada proses
belajar mengajar, mengganggu kelancaran pembelajaran.
Kelancaran dan momentum pembelajaran dapat berbeda antara kelas yang satu
dengan kelas yang lain. Penjelasan yang berkepanjangan mungkin tidak pada
tempatnya di satu kelas, namun diperlukan untuk kelas lain.
3. Menangani Penyimpangan Tingkah Laku
Pembelajaran langsung terutama diterapkan pada kelompok besar siswa. Dalam
situasi yang sedemikian ini, selalu terbuka kesempatan bagi siswa-siswa tertentu
terlibat secara aktif dalam proses belajar-mengajar, da nada pula beberapa siswa yang
bukan hanya tidak terlibat dalam pembelajaran, tetapi mungkin juga melakukan halhal yang menyimpang. Daripada berupaya mencari penyebab penyimpangan tingkah
laku siswa, suatu tugas yang sulit dan memerlukan waktu serta belum tentu berhasil,
guru dianjurkan memusatkan perhatiannya pada penyimpangan tingkah lakunya
sendiri dan mencari cara untuk mengubahnya, sekurang-kurangnya pada saat siswa
30
Firmalia Firdausi W. P., Hardina Fitri Amalia, Mariza Umamie S. J. K., Galuh Fauzih,
Ratih Dian Permatasari, Faizatul Firdausi
2015
yang bertingkah laku menyimpang tersebut masih berada di dalam kelas. Pendekatan
ini menekankan perlunya guru dapat mengenali dengan tepat penyimpangantingkah
laku siswa dan segera melakukan intervensi yang tepat. Konsep-konsep yang
dikemukakan
oleh
Kounin
tentang
kemampuan
guru
dalam
with-it-ness,
31
Firmalia Firdausi W. P., Hardina Fitri Amalia, Mariza Umamie S. J. K., Galuh Fauzih,
Ratih Dian Permatasari, Faizatul Firdausi
2015
: Hentikan itu!
Keteguhan
Tingkat sejauh mana guru mengkomunikasikan Saya bersungguh-sungguh.
kekasaran
Tingkat sejauh mana guru menyatakan kemarahan
Peringatan yang tidak kasar : Kamu jangan melakukan hal itu lagi.
32
Firmalia Firdausi W. P., Hardina Fitri Amalia, Mariza Umamie S. J. K., Galuh Fauzih,
Ratih Dian Permatasari, Faizatul Firdausi
2015
4. Mengatur Partisipasi
Salah satu kritik yang sangat tajam terhadap pembelajaran langsung, ialah peran
guru yang sangat dominan dan sebagian besar siswa berperan agak pasif. Dalam
33
Firmalia Firdausi W. P., Hardina Fitri Amalia, Mariza Umamie S. J. K., Galuh Fauzih,
Ratih Dian Permatasari, Faizatul Firdausi
2015
banyak hal, kurangnya peran siswa dalam pengajaran langsung sebagian disebabkan
oleh cara guru memanfaatkan ruang. Susunan bangku dalam bentuk baris dan kolom
dapat mempengaruhi interaksi siswa. Kenyataan menunjukkan bahwa pada kegiatan
belajar mengajar tertentu terdapat sekelompok siswa mendominasi proses
pembelajaran. Guru berbicara dan bertanya kepada kelompok itu ; siswa itu
menjawab pertanyaan guru dan juga mengajukan pertanyaan kepada guru. Siswasiswa yang lain di dalam kelas, yang jumlahnya lebih banyak, tidak berperan serta
secara aktif dalam pembelajaran, dan cenderung ke luar dari proses pembelajaran dan
berbicara dengan teman-teman di dekatnya.
Hasil penelitian Adams dan Biddle (1970) menunjukkan, bahwa siswa-siswa yang
aktif terdapat pada daerah kelas tertentu yang disebut zona kegiatan.
Zona kegiatan ini terdiri atas siswa-siswa yang duduk di bangku tengah baris
pertama dan tengah-tengah barisan berikutnya. 64% pertanyaan guru ditunjukkan
pada siswa-siswa tersebut. Hal ini terjadi, terutama disebabkan oleh posisi guru yang
berada di depan dan tengah-tengah kelas. Tetapi para peneliti juga sangat ingin
mengetahui tentang kemungkinan penyebab yang lain. Misalnya, apakah siswa yang
memotivasinya tinggi memilih tempat duduk di zona kegiatan. Hasil penelitian
menunjukkan, bahwa factor yang sangat berpengaruh terhadap fenomena di zona
kegiatan ialah kontak mata guru. Guru dapat melakukan kontak mata dengan lebih
baik pada zona kegiatan, yang menyebabkan siswa menjadi lebih aktif berpartisipasi
dalam proses pembelajaran.
E. Evaluasi
1. Definisi Evaluasi
a. Evaluasi adalah suatu proses merencanakan, memperoleh, dan menyediakan
informasi yang sangat diperlukan untuk membuat alternatif-alternatif keputusan
(Mehrens & Lehmann, 1978:5).
b. Komite Studi Nasional tentang evaluasi (National Study Committee on
Evaluation) dari UCLA (Stark & Thomas, 1994: 12). Evaluasi merupakan suatu
proses atau kegiatan pemilihan, pengumpulan, analisis, dan penyajian informasi
34
Firmalia Firdausi W. P., Hardina Fitri Amalia, Mariza Umamie S. J. K., Galuh Fauzih,
Ratih Dian Permatasari, Faizatul Firdausi
2015
merupakan
mengumpulkan,
proses
yang
mendeskripsikan,
sistematis
dan
berkelanjutan
menginterpretasikan,
dan
untuk
menyajikan
informasi tentang suatu program untuk dapat digunakan sebagai dasar membuat
keputusan, menyusun kebijakan maupun menyusun program selanjutnya (S. Eko
Putro Widoyoko, 2012: 6).
Dari beberapa definisi diatas maka untuk lebih mudahnya disimpulkan bahwa,
evaluasi adalah keseluruhan proses yang sistematis dan berkelanjutan untuk
membuat keputusan program berdasarkan sajian informasi yang telah terkumpul.
Dengan demikian evaluasi tersebut merupakan proses yang sengaja direncanakan
untuk memperoleh informasi atau data yang kemudian dicoba membuat keputusan.
Dalam melakukan evaluasi, evaluator pada tahap awal harus menentukan fokus yang
akan dievaluasi dan desain yang akan digunakan.
2. Prinsip-prinsip Evaluasai
Dalam Pelakasanaannya suatu Evaluasi dalam pendidikan akan dapat berjalan
dengan lancar dan terlaksana dengan baik apabila telah memenuhi beberapa Prinsip
dasar, yaitu sebagai berikut :
1. Prinsip Keseluruhan (Conprehensive)
Adalah pelaksanaan evaluasi hasil belajar yang dilaksanakan secara bulat, utuh
dan menyeluruh, dalam hal ini evaluasi di harapkan dapat mengungkap aspek
berfikir (cognetif domain) juga dapat mengungkap Aspek kejiawaan lainnya, dan
dengan
menggunakan
evaluasi
hasil
belajar
secara
menyeluruh
akan
diperoleh bahan keterangan dan informasi yang lengkap mengenai keadaan dan
perkembangan subyek didik yang sedang dijadikan sasaran Evaluasi.
35
Firmalia Firdausi W. P., Hardina Fitri Amalia, Mariza Umamie S. J. K., Galuh Fauzih,
Ratih Dian Permatasari, Faizatul Firdausi
2015
dapat
dimungkinkan
seorang
evaluator
dapat
mengetahui
perkembangan dari peserta didik, dan hal ini juga berguna bagi evaluator untuk
memberikan langkah-langkah dan kebijakan yang perlu diambil untuk langkah
yang akan datang, sehingga tujuan dari pembelajaran dapat tercapai.
3. Prinsip Obyektifitas (Objectivity)
Adalah Evaluasi hasil belajar yang terlepas dari factor-faktor yang bersifat
subyektif, dalam memberikan evaluasi, seorang evaluator harus memberikan
evaluasi dengan benar dan apa adanya (sesuai dengan kenyataan) dan tidak
memasukkan kepentingan apapun didalam pemberian evaluasi tersebut, sehingga
evaluasi yang dilakukan benar-benar murni dan tidak terkontaminasi oleh
kepentingan sepihak.
3. Evaluasi Pembelajaran Langsung
Asesmen dan Evaluasi sangat penting untuk mencocokan strategi-strategi
evaluasi dan pengetesan dengan tujuan pembelajaran tertentu dan maksud yang
terkandung di dalam suatu model pembelajaran tertentu. Karena model pengajaran
langsung paling cocok digunakan untuk mengajar keterampilan dan pengetahuan
yang dapat diajarkan dengan cara langkah-demi-langkah, evaluasi seharusnya
memfokuskan pada tes kinerja yang lebih mengukur perkembangan keterampilan
daripada tes tertulis pengetahuan deklaratif.
Sebagai missal, dapat mnegidentifikasi karakter-karakter papan ketik mesin
tulis, jelas hal ini tidak mengatakan banyak tentang kemampun seseorang mengetik.
Sementara itu tes mengetik yang diteteapkan batas waktunya akan mengukur
kemampuan mengetik seseorang. Tanya-jawab atau resitasi adalah langkah yang
benar pada model pengajaran yang dideskripsikan dalam buku tentang model-model
pembelajaran tetapi tidak mengatakan kepada kita apakah seorang guru dapat
36
Firmalia Firdausi W. P., Hardina Fitri Amalia, Mariza Umamie S. J. K., Galuh Fauzih,
Ratih Dian Permatasari, Faizatul Firdausi
2015
satuan
pembelajaran
mencakup
beraneka
tujuan
Soal
berbentuk
memasangkan,
benar-salah,
atau
37
Firmalia Firdausi W. P., Hardina Fitri Amalia, Mariza Umamie S. J. K., Galuh Fauzih,
Ratih Dian Permatasari, Faizatul Firdausi
2015
berfikir tinggi. Tes yang baik mencakup soal-soal yang paling sesuai
untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran tertentu.
d. Buatlah soal yang valid dan reliabel
Suatu tes dikatakan sahih (valid), apabila tes tersebut benar-benar
mengukur tujuan pembelajaran yang harus diukur. Misalnya, soal yang
cocok untuk mengukur hafalan tidak sahih untuk mengukur proses berfikir
tinggi. Suatu tes dikatakan reliable, jika dapat menghasilkan pengukuran
yang relative konstan apabila tes tersebut diberikan kepada kelompok
siswa yang sama tetapi waktu yang berbeda, dengan catatan tenggang
waktu antara pemberian tes pertama dengan tes kedua tidak terlampau
lama.
e. Manfaatkan hasil tes untuk perbaikan proses pembelajaran berikutnya.
Hasil tes dapat dimanfaatkan sebagai umpan balik untuk memperbaikai
aspek-aspek mengajar guru dan proses belajar siswa. Hal ini dilandasi pada
asumsi bahwa kegagalan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran
tertentu tidak hana disebabkan oleh faktor siswa, tetapi juga oleh guru.
Pada pembelajaran langsung kegiatan asesmen dan evaluasi dapat dilihat dari
keberhasilan selama KBM berlangsung yaitu, guru dapat mengecek pekerjaan siswa
setiap harinya dan memberikan umpan-balik korektif bila diperlukan kemudian siswa
dapat menyelesaikan kerja mandiri pada atau diatas tingkat kemahiran atau
keterampilan tertentu. Selain dilihat dari pelaksanaan KBM pada pembelajaran
langsung, asesmen dan evaluasi dapat dilihat dari ketuntasan guru dan siswa.
Ketuntasan guru dapat dilihat dari guru mengecek pekerjaan siswa pada akhir tiap
satuan pengajaran. Kemudian siswa mendemonstrasikan pengetahuan dan penerapan
konsep, serta keterampilan pada atau diatas suatu kemahiran tertentu yang mereka
miliki.
38
Firmalia Firdausi W. P., Hardina Fitri Amalia, Mariza Umamie S. J. K., Galuh Fauzih,
Ratih Dian Permatasari, Faizatul Firdausi
2015
DAFTAR PUSTAKA
39