Вы находитесь на странице: 1из 40

Firmalia Firdausi W. P., Hardina Fitri Amalia, Mariza Umamie S. J. K.

, Galuh Fauzih,
Ratih Dian Permatasari, Faizatul Firdausi

2015

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ................................................................................................................................................... i


A.

Gambaran Umum Model Pengajaran Langsung.................................................................................. 1


1.

Tujuan Pembelajaran dan Hasil Belajar Siswa ................................................................................. 1

2.

Sintak .............................................................................................................................................. 3

3.

Lingkungan Belajar dan Sistem Pengelolaan ................................................................................... 4

B.

Latar Belakang Teoritik dan Empirik.................................................................................................... 5


1. Analisis Sistem .................................................................................................................................... 5
2.

Teori Pemodelan Tingkah Laku ....................................................................................................... 6

3.

Penelitian Tentang Keefektifan Guru .............................................................................................. 9

C.

Melaksanakan Pengajaran Langsung ................................................................................................ 10


1. Tugas-tugas Perencanaan ................................................................................................................. 10
2.

D.

Tugas-tugas Interaktif ................................................................................................................... 16


Lingkungan Belajar dan Pengelolaan Tugas ...................................................................................... 28

1.

Menangani Siswa yang Suka Berbicara ......................................................................................... 29

2.

Mengatur Tempo Pembelajaran ................................................................................................... 29

3.

Menangani Penyimpangan Tingkah Laku ...................................................................................... 30

4.

Mengatur Partisipasi ..................................................................................................................... 33

E.

Evaluasi ............................................................................................................................................. 34
1.

Definisi Evaluasi ............................................................................................................................ 34

2.

Prinsip-prinsip Evaluasai ............................................................................................................... 35

3.

Evaluasi Pembelajaran Langsung .................................................................................................. 36

DAFTAR PUSTAKA

Firmalia Firdausi W. P., Hardina Fitri Amalia, Mariza Umamie S. J. K., Galuh Fauzih,
Ratih Dian Permatasari, Faizatul Firdausi

2015

A. Gambaran Umum Model Pengajaran Langsung


Pembelajaran merupakan keindahan dalam proses pendidikan. Dalam prosesnya
diperlukan model, pendekatan, strategi dan teknik yang tepat. Keterampilan, baik kognitif
maupun fisik, dan juga informasi yang lain, merupakan landasan untuk pembangunan
hasil belajar yang lebih kompleks. Pembahasan kali ini akan menfokuskan pada model
pembelajaran langsung.
Pendekatan mengajar yang dapat membantu siswa mempelajari keterampilan dasar
dan memperoleh informasi yang dapat diajarkan selangkah demi selangkah disebut
sebagai model pengajaran langsung. Istilah lain yang juga sering dipergunakan ialah
pengjaran aktif (Good & Grows, 1985), Mastery Teaching (Hunter, 1982), dan Explisit
Instruction(Rosenshine &Stevens, 1986).
Model pembelajaran langsung memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
1. Tujuan Pembelajaran dan Hasil Belajar Siswa
Para akar teori belajar pada umumnya membedakan dua macam pengetahuan,
yakni pengetahuan deklaratif dan pengetahuan procedural (Max &Winne, 1994; Ryle,
1949; Gagne, 1977; Gagne, 1985).
Pengetahuan deklaratif (dapat diunhkapkan dengan kata-kata) adalah pengetahuan
tentang sesuatu, sedangkan pengetahuan procedural adalah pengetahuan tentang
bagaimana melakukan sesuatu. Suatu contoh tentang pengetahuan deklaratif ialah
bahwa Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia merupakan Lembaga
Tertinggi , dan para anggotanya ditetapkan untuk jabatan selama lima tahun. Dapat
dikatakan pula bahwa Departemen dipimpin oleh seorang Menteri yang didampingi
oleh seorang Sekertaris Jenderal, dan beberapa orang Direktur Jenderal. Pengetahuan
prosedural yang berkaitan dengan pengetahun deklaratif tersebut di atas merupakan
bagaimana cara pemilihan dan penetapan anggota MPR, Menteri, Sekretaris Jenderal,
Direktur Jenderal, dan lain sebagainnya.
Banyak taksonomi, atau sistem klasifikasi yang sekarang ada dan dapat
dipergunakan untuk mengkategorikan pengetahuan berdasarkan tingkat kerumitan
berfikir.. Pada tingkat yang paling bawah ialah informasi factual, yaitu pengetahuan
1

Firmalia Firdausi W. P., Hardina Fitri Amalia, Mariza Umamie S. J. K., Galuh Fauzih,
Ratih Dian Permatasari, Faizatul Firdausi

2015

deklaratif sederhana yang telah diperoleh seseorang namun dapat atau tidak dapat
dipergunakan. Menghalalkan hukum atau rumus tertentu dalam bidang studi fisika,
kimia, matematika merupakan contoh pengetahuan deklaratif sederhana atau
informasi factual. Berbeda dengan informasi factual, pengetahuan yang lebih tinggi
tingkatannya memerlukan penggunaan pengetahuan dengan cara tertentu, misalnya
membandingkan dua rancangan penelitian, menilai hasil karya seni dan lain-lainnya.
Seringkali penggunaan pengetahuan procedural memerlukan penguasaan pengetahuan
prasyarat yang berupa pengetahuan deklaratif. Para guru selalu menghendaki agar
siswa-siswa memperoleh kedua macam pengetahuan tersebut, supaya mereka dapat
melakukan sesuatu kegiatan dan melakukan segala sesuatu dengan berhasil.
Model pengajaran langsung dirancang secara khusus untuk mengembangkan
belajar siswa tentang pengetahuan procedural dan pengetahuan deklaratif yang
terstuktur dengan baik dan dapat dipelajari selangkah demi selangkah. Tabel 1
menunjukkan untuk pencapaian pengetahuan deklaratif dasar dan pengetahuan
procedural dan membandingkan jens tujuan ini dengan tujuan-tujuan yang
mengembankan pembelajaran sosial dan berfikir tingkat tinggi.
TABEL 1
CONTOH TUJUAN-TUJUAN PENGAJARAN LANGSUNG DIBANDINGKAN
DENGAN TUJUAN-TUJUAN PEMBELAJARAN SOSIAL ATAU BERFIKIR
TINGGI
Perolehan

Perolehan

Keterampilan

Berfikir

Pengetahuan

Keterampilan

Sosial

Tinggi

Siswa akan dapat Siswa akan dapat Siswa akan dapat Siswa
mendaftar
aturan

aturan- memberi

umoan menunjukkan

dasar sambil bergerak

permainan hoki

kerjasama
bermain hoki

Tingkat

akan

menyatakan suatu

sambil pendapat

tentang

terjadinya
pelanggaran dalam
hoki

Firmalia Firdausi W. P., Hardina Fitri Amalia, Mariza Umamie S. J. K., Galuh Fauzih,
Ratih Dian Permatasari, Faizatul Firdausi

2015

Perbedaan-perbedaan dapat diamatipada berbagai macam jenis tujuan yang


tertulis pada tabel 1, sebagai missal, macam tujuan pertama mengharapkan siswa
dapat mengidentifikasi aturan-aturan permainan hoki. Ini merupakan pengetahuan
deklaratif penting siswa yang berminat ikut dalam permaianan ini. Namun demikian,
dapat mengidentifikasi aturan-aturan itu tidak berarti bahwa siswa itu dapat
melakukan setiap keterampilan yang berkaitan dengan hoki, seperti mengumpan
sambil bergerak, isi tujuan pengetahuan procedural yang terdapat pada kolom 2.
Lebih dari itu, mengetahu aturan-aturan itu atau menguasai keterampilan hoki tertentu
tidak akan dengan sendirinya menjadkan seorang anggota tim yang baik atau
memberikan pertimbangan kritis pada cara olah raga itu dilakukan, yaitu maksud dari
tujuan-tujuan yang terdapat pada kolom 3 atau 4. Pengajaran langsung merupakan
suatu pendekatan pengajaran yang cocok apabila guru menginginkan siswa-siswa
belajar pengetahuan deklaratif atu keterampilan tertentu seperti yang terdapat ppada
kolom 1 dan 2. Model lain diperlukan untuk mengembangkan keterampilan sosial dan
berfikir tingkat tinggi yang terdapat pada kolom 3 dan 4 itu.
2. Sintak
Lima fase penting dalam model pembelajaran langsung. Guru mengawali
pelajaran dengan penjelasan tentang tujuan dan latar belakang pembelajaran, serta
mempersiapkan siswa untuk menerima penjelasan guru.
Fase persiapan dan motivasi ini kemudian diikuti oleh presentasi materi ajar ynag
diajarkan atau demonstrasi tentang keterampilan tertentu. Pelajaran itu termasuk juga
pemberian kesempatan kepada siswa untuk melakukan pelatihan dan pemberian
umpan balik terhadap keberhasilan siswa. Pada fase pelatihan dan pemberian umpan
balik tersebut, guru perlu selalu mencoba memberikan keepatan kepada siswa untuk
menerapkan pengetahuan atau keterampilan yang dipelajari ke dalam situasi
kehidupan nyata.

TABEL 2
SINTAKS MODEL PENGAJARAN LANGSUNG

Firmalia Firdausi W. P., Hardina Fitri Amalia, Mariza Umamie S. J. K., Galuh Fauzih,
Ratih Dian Permatasari, Faizatul Firdausi
FASE

2015

PERAN GURU

1. Menyampaikan

tujuan

dan Guru menjelaskan TPK, informasi

mempersiapkan siswa

latar belakang pelajaran, pentingnya


pelajaran,

mempersiapkan

siswa

untuk belajar.
2. Mendemonstrasikan

pengetahuan Guru

atau keterampilan

mendemonstrasikan

keterampilan dengan benar, atau


menyajikan .

3. Membimbing pelatihan

Guru merencanakan dan memberi


bimbingan platihan awal.

4. Mengecek

pemahaman

dan Mencek apakah siswa telah berhasil

memberikan umpan balik

melakukan

tugas

dengan

baik,

meberi umpan balik.


5. Memberikan

kesempatan

untuk Guru mempersiapkan kesempatan

pelatihan lanjutan dan penerapan

melakukan
dengan

pelatihan

perhatian

penerapan

kepada

lanjutan,

khusus

pada

situasi

lebih

kompleks dan kehidupan sehari-hari

3. Lingkungan Belajar dan Sistem Pengelolaan


Pengajaran langsung memerlukan perencanaan dan pelaksanaan yang sangat hatihati di pihak guru. Agar efektif, pengajaran langsung mensyaratkan tiap detil
keterampilan atau isi didefinisikan secara saksama dan demostrasi dan jadwal
pelatihan derencanakan dan dilaksanakan secara saksama.
Meskipun tujuan pembelajaran dapat direncanakan bersama oleh guru dan siswa,
model ini terumu berpusat pada guru. Sistem pengelolaan pembelajaran yang
dilakukan oleh guru harus menjamin terjadinya keterlibatan siswa, teruma melalui
memperhatikan, mendengarkan dan resitasi (Tanya jawab) yang terencana. Ini tidak
berarti bahwa pmbelajaran bersifat otoriter, dingin, dan tanpa humor. Ini berarti

Firmalia Firdausi W. P., Hardina Fitri Amalia, Mariza Umamie S. J. K., Galuh Fauzih,
Ratih Dian Permatasari, Faizatul Firdausi

2015

bahwa lingkungan berorientasi pada tugas dan memberi harapan tinggi agar siswa
mencapai hasil belajar dengan baik.
B. Latar Belakang Teoritik dan Empirik
Pengembangan model pengajaran langsung dilandasi oleh latar belakang teoretik dan
empirik tertentu, yaitu di antaranya ide-ide dari bidang sistem analisis, teori pemodelan
sosial dan perilaku, serta hasil penelitian tentang keefektifan guru dalam melaksanakan
fungsinya. Secara historis, beberapa aspek dari model pembelajaran langsung berasal dari
prosedur pelatihan dalam industri dan kemiliteran.
1. Analisis Sistem
Analisis sistem berasal dari bidang pengetahuan dan telah mempengaruhi pola
berfikir dalam bermacam penelitian dan pengembangan, termasuk dalam bidang
Biologi, teori organisasi, teori sosial dan proses belajar yang pada dasarnya
mempelajari hubungan yang terdapat pada komponen-komponen yang saling
bergantung dan merupakan satu kesatuan. Contohnya yaitu hubungan antara
komponen biotik dan abiotik dalam membentuk keseimbangan ekosistem.
Di dalam bidang pengajaran dan pembelajaran, analisis sistem menekankan
bagaimana pengorganisasian pengetahuan dan keterampilan, dan bagaimana
menguraikan secara sistematik keterampilan kompleks dan ide-ide menjadi
komponen-komponen sehingga dapat diajarkan secara berurutan. Gagne dan Leslie
Briggs (1998) mengemukakan pandangan mereka tentang analisis sistem dalam
bidang pendidikan, yaitu:
Pengajaran yang dirancang secara sistematis akan berpengaruh besar terhadap
perkembangan individu. Beberapa pakar pendidikan mengemukakan, bahwa
pendidikan akan menjadi paling baik jika dirancang hanya untuk memberikan
kesempatan kepada siswa memperoleh lingkungan belajar yang menunjang dan
berkembang sesuai dengan kemampuan dan aktifitasnya sendiri, tanpa adanya
paksaan apapun. Kita menganggap hal tersebut merupakan pandangan yang keliru.
Pembelajaran yang tidak diarahkan, menurut mereka, mungkin sekali membawa
perkembangan banyak individu oleh karena satu dan hal lain menjadi tidak kompeten
5

Firmalia Firdausi W. P., Hardina Fitri Amalia, Mariza Umamie S. J. K., Galuh Fauzih,
Ratih Dian Permatasari, Faizatul Firdausi

2015

dalam mencapai kepuasan pribadi dari kehidupan masyarakat seakarang atau yang
akan datang.
2. Teori Pemodelan Tingkah Laku
Teori belajar yang paling banyak memberikan sumbangan pada model pengajaran
langsung adalah teori belajar sosial. Teori belajar sosial disebut juga belajar melalui
observasi atau dalam buku Arends disebut teori pemodelan tingkah laku.
Diawali oleh John Dolard dan Neal Miller pada tahun 1930-an dan 1940-an, teori
pemodelan tingkah laku mencoba menggunakan mekanisme observasi dan penguatan
dari pengamatan konsekuensi-konsekuensi dari perilaku orang lain (vicarous
reinforcement) untuk menjelaskan pemrolehan bermacam tingkah laku sosial seperti
agresi dan kerja sama. Kemudian, Albert Bandura dan koleganya, penganut yang
paling tersohor terhadap teori ini, mulai memperluas teori dengan memasukkan
perkembangan keterampilan akademik dan konsep seperti keterampilan akademik dan
konsep-konsep yang diajarkan dengan model pengajaran langsung
Pemodelan merupakan salah satu dari tujuh komponen utama pendekatan
pengajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) atau CTL (Depdiknas,
2002: 16). Dalam sebuah pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu, ada
model yang dapat ditiru. Guru dapat menjadi model yang baik bagi siswanya. Guru
menjelaskan

atau

mendemonstrasikan

pengetahuan/keterampilan

dan

siswa

mengamati dengan seksama. Guru bukanlah satu-satunya model, siswa dan orang lain
juga dapat menjadi model bagi teman-temannya.
Teori pemodelan menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran perilaku dan
penekanannya pada proses mental dan internal. Interaksi antara penguatan eksternal
dan proses kognitif internal untuk menjelaskan bagaimana seseorang belajar dari
orang lain. Menurut Bandura dalam Arends (1997: 64) bahwa sebagian besar manusia
belajar melalui pengamatan secara selektif dan mengingat perilaku orang lain.
Bandura (1977) menulis:
Belajar akan sangat menghabiskan waktu dan tenaga, dan bahkan
berbahaya jika manusia harus menggantungkan diri sepenuhnya pada hasil
kegiatannya sendiri. untungnya, sebagian besar tingkah laku manusia
6

Firmalia Firdausi W. P., Hardina Fitri Amalia, Mariza Umamie S. J. K., Galuh Fauzih,
Ratih Dian Permatasari, Faizatul Firdausi

2015

dipelajari secara observasi terhadap perilaku orang lain seseorang


membentuk pengertian bagaimana melakukan tingkah laku baru, dan pada
kesempatan berikutnya informasi yang telah dikodekan tersebut berfungsi
sebagai suatu pemnadu untuk tindakan. Karena manusia dapat belajar dari
contoh (model), tidak-tidaknya dalam bentuk yang mendekati sebelum
melakukan kegiatan(tindakan) tertentu, sehingga mereka terhindar dari
kesalahan yang tidak perlu (h.22).
Lebih lanjut Bandura (dalam Nur 1998: 4) mengatakan bahwa ada empat elemen
penting yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran melalui pengamatan. Keempat
elemen itu adalah atensi, retensi, produksi dan motivasi untuk mengulangi perilaku
yang dipelajari itu. Keempat tahap tersebut secara rinci dijelaskan sebagai berikut:
1) Atensi
Menurut penelitian Bandura, pengamat akan dapat memperhatikan
tingkah laku dengan baik apabila tingkah laku tersebut jelas dan tidak
terlampau kompleks. Dalam pengajaran, guru harus menjamin agar siswa
memberikan atensi kepada bagian penting dari pelajaran dengan
melakukan presentasi yang jelas dan menggarisbawahi hal-hal penting.
Dalam mendemonstrasikan suatu keterampilan yang kompleks, guru dapat
meminta siswa untuk memperhatikan demonstrasi tersebut.
2) Retensi
Bandura juga mengemukakan bahwa retensi suatu perilaku yang
teramati dapat dimantapkan jika pengamat dapat menghubungkan
observasi

itu

dengan

pengalaman-pengalaman

sebelumnya,

yang

bermakna baginya dan terlibat dalam pengulangan kognitif atas kegiatan


itu. Untuk maksud tersebut, guru yang melaksanakan pengajaran langsung
dapat melakukan hal-hal berikut:

Untuk mengkaitkan keterampilan baru dengan pengetahuan awal


siswa, guru dapat meminta siswa membandingkan keterampilan
baru yang didemonstrasikan dengan sesuatu yang telah diketahui,
dan dapat dilakukannya.
7

Firmalia Firdausi W. P., Hardina Fitri Amalia, Mariza Umamie S. J. K., Galuh Fauzih,
Ratih Dian Permatasari, Faizatul Firdausi

2015

Untuk memastikan terjadinya retensi jangka panjang, guru dapat


menyediakan periode pelatihan yang memungkinkan siswa
mengulang keterampilan baru secara bergiliran, baik secara fisik
maupun mental. Mereka misalnya dapat, memfisualisasikan sendiri
tahap-tahap yang telah didemonstrasikan dalam mempersiapkan
mikroskop sebelum benar-benar melakukannya.

3) Produksi
Memberikan

kesempatan

kepada

siswa

untuk

melatih

keterampilan-keterampilan baru, merupakan hal yang sangat penting.


Meskipun demikian Bandura menemukan bahwa pengaturan waktu dan
jenis umpan balik yang diberikan oleh guru merupakan faktor penentu
terhadap keberhasilan pelatihan.
Terutama pada awal pembelajaran, umpan balik perlu diberikan
sesegera mungkin, positif dan korektif. Salah satu cara yang dapat
dilakukan oleh guru yang menggunakan model pengajaran langsung ialah
melalui pemodelan korektif yang mencakup kegiatan berikut:

Untuk memastikan sikap positif terhadap keterampilan baru, guru


seyogyanya memberi pujian segera pada aspek-aspek keterampilan
yang dilakukan siswa dengan benar, lalu mengidentifikasi sub
keterampilan yang masih sulit dilakukan siswa.

Untuk memperbaiki sub keterampilan yang salah, pertama kali


guru perlu memodelkan kinerja yang benar, kemudian meminta
siswa mengulanginya sampai benar-benar menguasai.

4) Motivasi dan penguatan


Teori kognitif sosial membedakan antara perolehan dan kinerja.
Siswa dapat memperoleh suatu keterampilan atau perilaku melalui
motivasi atau intensif untuk melaksanakannya. Jika siswa mengantisipasi
akan memperoleh penguatan pada saat meniru tindakan-tindakan suatu
model, siswa lebih dapat termotivasi untuk menaruh perhatian mengingat
dan memproduksi perilaku itu. Di samping itu, penguatan penting dalam
8

Firmalia Firdausi W. P., Hardina Fitri Amalia, Mariza Umamie S. J. K., Galuh Fauzih,
Ratih Dian Permatasari, Faizatul Firdausi

2015

mempertahankan pembelajaran. Seseorang yang mencoba suatu perilaku


baru

tidak

mungkin

mengidentifikasi

tiga

untuk

melakukan

tanpa

penguatan.Bandura

bentuk

penguatan

yang

dapat

mendorong

pembelajaran melalui pengamatan. Pertama, pengamat memproduksi


perilaku model dan menerima penguatan langsung. Kedua, penguatan
tidak mesti langsung, seperti penguatan yang berwujud vicarious
reinforcement. Ketiga, pengendalian penguatan yang datang dari dalam
diri sendiri atau self-reinforcement. Jenis penguatan ini penting bagi siswa
dan guru. Guru menginginkan siswanya berkembang bukan karena
terdorong oleh pujian eksternal tetapi karena siswa itu menghargai dan
menikmati tumbuhnya kompetensi mereka.
3. Penelitian Tentang Keefektifan Guru
Landasan penelitian dari model pengajaran langsung dan berbagai komponennya
berasal dari berbagai bidang. Meskipun demikian, data penunjang empirik yang
paling jelas terhadap model pengajaran langsung berasal dari penelitian tentang
Keefektifan guru yang dilakukan pada tahun 1970-an dan 1980-an.
Penelitian Stallings dan Kaskowitz (1974) menunjukkan pentingnya waktu yang
dialokasikan pada tugas (time on task). Penelitian ini juga menyumbang dukungan
empirik penggunaan pengajaran langsung. Penelitian ini dilakukan di kelas satu dan
tiga, pada proyek "Project Follow Through Classroom". Pada proyek ini, para peneliti
melakukan pengamatan terhadap beberapa pendekatan yang digunakan oleh guru.
Beberapa guru menggunakan metode yang sangat terstruktur dan formal, sedangkan
guru yang lain menggunakan metode yang lebih informal, yang berkaitan dengan
gerakan sekolah terbuka pada saat itu.
Stallings dan koleganya ingin mengungkapkan program manakah yang paling
bagus untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Penampilan guru pada 166 kelas
diamati, sedangkan siswanya diuji untuk mengetahui peningkatan hasil belajar dalam
bidang

Matematika

dan

membaca.

Meskipun

hasil

penelitian

ini

dapat

mengungkapkan banyak hal, namun ada dua hal yang sangat menonjol yaitu alokasi
waktu dan penggunaan tugas yang memakai model pengajaran langsung lebih
9

Firmalia Firdausi W. P., Hardina Fitri Amalia, Mariza Umamie S. J. K., Galuh Fauzih,
Ratih Dian Permatasari, Faizatul Firdausi

2015

berhasil dan memperoleh tingkat keterlibatan tinggi daripada metode informal dan
berpusat pada siswa.
Beberapa penelitian yang dilakukan oleh Stallings tersebut menunjukkan bahwa guru
yang memiliki kelas dengan organisasi yang baik di mana pengalaman pembelajaran
yang terstruktur paling sering teramat, menghasilkan rasio keterlibatan siswa yang
lebih tinggi (time-task-ratios) dan hasil belajar yang lebih tinggi daripada guru yang
menggunakan pendekatan yang kurang formal dan kurang terstruktur.

C. Melaksanakan Pengajaran Langsung


1. Tugas-tugas Perencanaan
Pembelajaran langsung dapat diterapkan di bidang studi apapun, namun model ini
paling sesuai untuk mata pelajaran yang berorientasi pada penampilan atau kinerja
seperti menulis, membaca, matematika, musik, dan pendidikan jasmani. Di samping
itu, pembelajaran langsung juga cocok untuk mengajarkan komponen-komponen
keterampilan dari mata pelajaran yang lebih berorientasi pada informasi seperti
sejarah dan sains. Pembelajaran langsung kurang cocok untuk mengajarkan
keterampilan sosial atau kreativitas, proses berfikir tinggi, dan konsep-konsep
abstrak. Metode ini juga tidak cocok untuk mengajarkan sikap atau pemahaman
masalah-masalah masyarakat yang penting. Bagaimana merumuskan tujuan
pembelajaran untuk model pembelajaran langsung akan diuraikan sebagai berikut:
a. Merumuskan tujuan
Untuk merumuskan tujuan pembelajaran pada pembelajaran langsung dapat
digunakan model Mager. Meger mengemukakan bahwa agar tujuan pengajaran
itu bermakna, tujuan tersebut harus secara jelas mengkomunikasikan tujuan
pembelajaran khusus yang harus sangat spesifik.
Tujuan yang ditulis dalam format Mager dikenal sebagai tujuan perilaku dan
terdiri dari tiga bagian:

10

Firmalia Firdausi W. P., Hardina Fitri Amalia, Mariza Umamie S. J. K., Galuh Fauzih,
Ratih Dian Permatasari, Faizatul Firdausi

2015

1) Perilaku siswa. Apa yang akan dilakukan siswa atau jenis-jenis perilaku
siswa yang diharapkan guru untuk dilakukan sebagai bukti bahwa tujuan itu
telah tercapai.
2) Situasi pengetesan. Di bawah kondisi tertentu perilaku itu akan teramati atau
diharapkan terjadi.
3) Kriteria kinerja. Ditetapkan standar atau tingkat kinerja yang dapat diterima.
Tabel Contoh Tujuan Perilaku Menggunakan Format Mager
Bagian-bagian tujuan

Contoh

Perilaku Siswa

Mengidentifikasi sifat segiempat

Situasi pengetahuan

Diberikan sifat-sifat segiempat dan


segiempat

(yang

belum

saling

berpasangan)
Kriteria kinerja

Memasangkan dengan tepat (benar,


tidak kurang dan tidak lebih) paling
sedikit 5 jenis segiempat

11

Firmalia Firdausi W. P., Hardina Fitri Amalia, Mariza Umamie S. J. K., Galuh Fauzih,
Ratih Dian Permatasari, Faizatul Firdausi

2015

Menurut Mager tujuan yang baik perlu berorientasi pada siswa dan spesifik,
mengandung uraian yang jelas tentang situasi penilaian (kondisi evaluasi), dan
mengandung

tingkat

ketercapaian

kinerja

yang

diharapkan

(kriteria

keberhasilan).
Perbedaan pokok antara penulisan tujuan pembelajaran yang berbentuk
keterampilan dan tujuan pembelajaran yang lebih kompleks ialah, bahwa tujuan
pembelajaran yang berupa keterampilan pada umumnya merupakan tingkah laku
yang dapat diamati dengan mudah, dan dapat dirumuskan dengan jelas, serta
dievaluasi dengan akurat.
b. Memilih isi
Kebanyakan guru pemula meskipun telah beberapa tahun mengajar, tidak
dapat diharapkan akan menguasai sepenuhnya materi pelajaran yang diajarkan.
Bagi mereka yang masih dalam proses menguasai sepenuhnya materi ajar,
disarankan agar dalam memilih materi ajar mengacu pada GBPP kurikulum yang
berlaku, dan buku ajar tertentu.
Ada beberapa prinsip seperti berikut ini yang dapat membantu dalam
memilih isi untuk pelajaran tertentu:
1) Ekonomi.
Hasil pengamatan menunjukkan, bahwa kebanyakan presentasi dan
demonstrasi yang dilakukan oleh guru, mengandung terlalu banyak
informasi yang sebagian besar tidak relevan. Karena uraian yang
berkepanjangan dan tidak relevan tersebut, maka siswa sukar memahami
ide-ide dan keterampilan pokok yang harus dipelajari.
Jerome Bruner (1962) mengatakan bahwa dalam menjelaskan dan
melakukan demonstrasi, guru perlu mempertimbangkan factor ekonomi.
Artinya guru perlu benar-benar mempertimbangkan berapa banyak
informasi yang akan diberikan dalam kurun waktu tertentu.
2) Power
Bruner juga memberikan bagaimana prinsip power seharusnya
diterapkan dalam memilih materi pelajaran. Power aka nada, apabila
12

Firmalia Firdausi W. P., Hardina Fitri Amalia, Mariza Umamie S. J. K., Galuh Fauzih,
Ratih Dian Permatasari, Faizatul Firdausi

2015

informasi pokok dari bidang studi tertentu dipilih dan dipresentasikan secara
langsung dan dengan cara yang logis. Melalui pengorganisasian yang logis
itulah, siswa akan dapat mempelajari hubungan antara fakta dan konsepkonsep kunci yang menjadi isi suatu pokok bahasan.
Untuk mencapai prinsip ekonomi dan power tidak bergantung pada cara
penampilan guru dalam mengajar, tetapi lebih ditentukan oleh perencanaan
yang baik. Suatu presentasi atau demonstrasi yang direncanakan dengan
baik dan dilakukan secara monoton dapat memberikan hasil belajar yang
lebih baik daripada presentasi yang dinamis dan menyenangkan tetapi tidak
diorganisasikan dengan baik.
c. Melakukan analisis tugas
Analisis tugas ialah alat yang digunakan oleh guru untuk mengidentifikasi
dengan presisi yang tinggi hakekat yang setepatnya dari suatu keterampilan atau
butir pengetahuan yang terstruktur dengan baik, yang akan diajarkan oleh guru.
Beberapa orang berpendapat bahwa analisis tugas merupakan kegiatan yang
sukar dan rumit, meskipun sebenarnya merupakan proses yang sederhana dan
mudah, terutama bagi guru yang benar-benar menguasai bidang studi yang akan
diajarkan.
Ide pokok yang melatarbelakangi analisis tugas ialah, bahwa pengertian
dan keterampilan yang kompleks tidak dapat dipelajari semuanya dalam satu
waktu tertentu. Untuk mengembangkan pemahaman yang mudah dan pada
akhirnya penguasaan, keterampilan, dan pengertian kompleks itu lebih dahulu
harus dibagi menjadi komponen bagian, sehingga dapat diajarkan berurutan
dengan logis dan tahap demi tahap.
Analisis tugas membantu guru menentukan dengan tepat apa yang perlu
dilakukan oleh siswa untuk melaksanakan keterampilan yang akan dipelajarinya.
Analisis tugas tersebut dilakukan melalui tahap-tahap sebagai berikut:
Tahap 1 : Mintalah penjelasan kepada orang yang menguasai dan dapat
melakukan keterampilan itu, atau amati pada saat ia melakukan keterampilan
tersebut.
13

Firmalia Firdausi W. P., Hardina Fitri Amalia, Mariza Umamie S. J. K., Galuh Fauzih,
Ratih Dian Permatasari, Faizatul Firdausi

2015

Tahap 2 : Bagi-bagi keterampilan itu menjadi keterampilan-keterampilan bagian.


Tahap 3 : Susunlah keterampilan bagian tersebut dengan urutan yang logis,
sehingga beberapa keterampilan bagian merupakan prasyarat bagi keterampilan
bagian yang lain.
Tahap 4 : Buatlah rancangan strategi untuk mengajarkan setiap keterampilan
bagian itu, dan kemudian mempersatukan.
Gambar berikut menunjukkan suatu analisis tugas yang dilakukan untuk suatu
tujuan keterampilan dalam matematika tentang bagaimana pengurangan bilangan
bulat.

14

Firmalia Firdausi W. P., Hardina Fitri Amalia, Mariza Umamie S. J. K., Galuh Fauzih,
Ratih Dian Permatasari, Faizatul Firdausi

2015

15

Firmalia Firdausi W. P., Hardina Fitri Amalia, Mariza Umamie S. J. K., Galuh Fauzih,
Ratih Dian Permatasari, Faizatul Firdausi

2015

Terkadang ada anggapan yang salah, bahwa guru perlu melakukan analisis
tugas untuk setiap keterampilan yang akan diajarkan. Meskipun prosesnya tidak
sulit, analisis tugas menyita waktu yang banyak.
Guru yang berhasil, memang berpegang pada prinsip analisis tugas, yaitu
bahwa banyak keterampilan yang terdiri atas sejumlah sub-keterampilan, dan
siswa tidak akan dapat melaksanakan keterampilan tersebut secara utuh jika
masing-masing sub-keterampilannya belum dikuasai dengan baik.
d. Merencanakan waktu dan ruang
Pada suatu pelajaran pengajaran langsung, merencanakan dan mengelola
waktu merupakan kegiatan yang sangat penting. Ada dua hal yang perlu
diperhatikan oleh guru yaitu memastikan bahwa waktu yang disediakan sepadan
dengan bakat dan kemampuan siswa dan juga memotivasi siswa agar mereka
tetap melakukan tugas-tugasnya dengan perhatian yang optimal. Mengenal
dengan baik siswa-siswa yang akan diajar, sangat bermanfaat untuk menentukan
alokasi waktu pembelajaran.
Banyak guru, khususnya guru-guru yang belum berpengalaman, menaksir
terlalu rendah waktu yang diperlukan agar dapat mengajar dengan berhasil,
akibatnya tidak mengalokasikan waktu yang cukup. Merencanakan dan
mengelola ruang untuk pengajaran langsung juga sama pentingnya.
2. Tugas-tugas Interaktif
Bahkan guru-guru yang berpengalaman pun masih harus belajar menyesuaikan
pelaksanaan model pengajaran langsung mereka dengan berbagai macam situasi,
karena kebanyakan pelajaran model pengajaran langsung memiliki lima fase atau
langkah penting. Pelajaran tersebut mulai dengan guru memberikan rasional untuk
pelaran tersebut, memotivasi siswa dan mempersiapkan siswa untuk belajar. Fase
persiapan dan motivasi ini kemudian diikuti dengan presentasi materi yang akan
diajarkan atau demonstrasi suatu keterampilan tertentu. Pelajaran tersebut kemudian
menyediakan kesempatan latihan terbimbingpada siswa dan umpan balik guru atas
16

Firmalia Firdausi W. P., Hardina Fitri Amalia, Mariza Umamie S. J. K., Galuh Fauzih,
Ratih Dian Permatasari, Faizatul Firdausi

2015

kemajuan siswa. Dalam fase latihan umpan balik tersebut, guru seharusnya selalu
memberikan kesempatan kepada siswa untuk mentransfer pengetahuan yang sedang
diajarkan tersebut ke situasi-situasi kehidupan nyata. Pelajaran-pelajaran model
pengajaran langsung selalu diakhiri dengan latihan lanjutan dan transfer keterampilan
tersebut.
a.

Menyampaikan Tujuan dann Menyiapkan Siswa


Terlepas dari model pengajaran yang digunakan, guru yang baik selalu
mengawali pelajarannya dengan menjelaskan tujuan pembelajaran serta
menyiapkan siswa. Tujuan langkah awal ini adalah untuk menarik dan
memusatkan perhatian siswa serta memotivasi mereka untuk berperanserta dalam
pelajaran itu.

1) Menjelaskan Tujuan
Para siswa perlu mengetahui dengan jelas, mengapa mereka
berpartisipasi dalam suatu pelajaran tertentu, dan mereka perlu mengetahui
apa yang harus dapat mereka lakukan setelah selesai berperanserta dalam
pelajaran itu. Guru yang baik akan mengkomunikasikan tujuan tersebut
kepada siswa-siswanya melalui rangkuman rencana pembelajaran dengan
cara menuliskannya di papan tulis, atau menempelkan informasi tertulis
pada papan bulletin, yang berisi tahap-tahap dan isinya, serta alokasi waktu
yang disediakan untuk setiap tahap. Dengan demikian siswa dapat melihat
keseluruhan alur tahap pelajaran dan hubungan antar tahap-tahap pelajaran
itu.Gambar tujuan dan gambaran umum pelajaran hari ini tentang cara
memfokuskan mikroskop memberikan suatu contoh gambaran umum suatu
pelajaran.
Membuat siswa sadar tentang apa yang akan mereka pelajari
membantu mereka membuat hubungan antara suatu pelajaran tertentu dan
relevansinya terhadap kehidupan mereka sendiri, memotivasi mereka untuk
berusaha lebih keras. Kesadaran itu juga membantu siswa menarik bekal
ajar dari memori jangka panjang ke memori kerja, tempat bekal ajar ini
17

Firmalia Firdausi W. P., Hardina Fitri Amalia, Mariza Umamie S. J. K., Galuh Fauzih,
Ratih Dian Permatasari, Faizatul Firdausi

2015

dipadukan dengan informasi yang diperoleh dari demonstrasi atau


presentasi.

Tujuan : Tujuan pelajaran hari ini ialah mempelajari bagaimana memfokuskan


lensa
mikroskop, sehingga kamu dapat melakukan pengamatan dengan akurat
sel-sel tumbuhan.
Agenda :
5 menit Pendahuluan, reviu, tujuan
5 menit Rasional
10 menit Demonstrasi bagaimana mengatur lensa mikroskop, Tanya jawab
20 menit Latihan dengan mikroskopmu
10 menit rangkuman dan tugas untuk besok pagi

Gambar Tujuan dan gambaran umum pelajaran hari ini tentang cara memfokuskan mikroskop.

2) Menyiapkan Siswa
Kegiatan ini bertujuan untuk menarik perhatian siswa, memusatkan
perhatian siswa pada pokok pembicaraan, dan mengingatkan kembali pada
hasil belajar yang telah dimilikinya., yang relevan dengan pokok
pembicaraan yang akan dipelajari. Tujuan ini dapat dicapai dengan cara
mengulang pokok-pokok pembelajaran yang lalu, atau memberikan
sejumlah pertanyaan kepada siswa.
Menyiapkan siswa pada awal pembelajaran merupakan suatu
kegiatan yang sangat penting, sebab pada saat siswa masuk ke dalam kelas
dan guru mengawali pembelajaran, seribu satu macam pikiran terbawa
serta ke dalam kelas. Pikiran-pikiran itu perlu dihilangkan dari benak
siswa, dan diupayakan agar siswa dapat berkonsentrasi penuh pada pokok
pembicaraan. Kegiatan ini, di samping menyiapkan siswa, juga memotivasi
siswa berperanserta penuh pada proses pembelajaran. Setiap guru
mempunyai cara tersendiri utnuk menyiapkan dan memotivasi siswa. Yang
jelas, guru yang berhasil tidak pernah melupakan dan meninggalkan
kegiatan ini.
18

Firmalia Firdausi W. P., Hardina Fitri Amalia, Mariza Umamie S. J. K., Galuh Fauzih,
Ratih Dian Permatasari, Faizatul Firdausi

2015

Sebagai rangkuman, memberikan rasioonal dan garis besar suatu


pelajaran merupakan kegiatan yang amat penting, terutama untuk pelajaran
yang berorientasi pada keterampilan, pelajaran keterampilan seperti itu
pada dasarnya memfokuskan pada keterampilan-keterampilan terpisah dan
siswa dapat tidak mempersepsi sebagai hal penting padahal pelajaran itu
memerlukan motivasi dan komitmen yang cukup di pihak siswa untuk
berlatih. Memahami mengapa keterampilan tertentu perlu diajarkan, pada
iumumnya dapat memotivasi siswa dan melibatkan siswa lebih bsik
dsripada sekedar pernyataan umum seperti Ini baik bagi kamu., Kamu
akan membutuhkan ini untuk mendapatkan pekerjaan., atau Ini
disyaratkan di dalam panduan kurikulum.
b. Presentasi dan Demonstrasi
Fase kedua pengajaran langsung ialah melakukan presentasi atau
demonstrasi materi pembelajarna. Kunci untuk berhasil ialah mempresentasikan
informasi sejelas mungkin dan mngikuti langkah-langkah demonstrasi efektif.
1) Mencapai Kejelasan
Hasil-hasil

penelitian

secara

konsisten

menunjukkan

bahwa

kemampuan guru untuk memberikan informasi yang jelas dan spesifik


kepada siswa, mempunyai dampak yang positif terhadap proses belajar
siswa. Sementara itu, para peneliti dan pengamat terhadap guru pemula dan
belum berpengalaman menemukan banyak penjelasan yang kabur dan
membingungkan. Hal ini pada umumnya terjadi pada saat guru tidak
menguasai sepenuhnya isi pokok bahasan yang diajarkannya, dan tidak
menguasai teknik komunikasi yang baik.
Kejelasan

presentasi

dicapai

melalui

perencanaan

dan

pengorganisasian seperti yang telah dijelaskan di atas. Mempraktekan saransaran yang diberikan oleh Rosenshine dan Stevens {1986) yang ditunjukkan
pada gambar aspek-aspek dari presentasi yang jelas akan membantu anda
dalam belajar bagaimana mencapai kejelasan.

19

Firmalia Firdausi W. P., Hardina Fitri Amalia, Mariza Umamie S. J. K., Galuh Fauzih,
Ratih Dian Permatasari, Faizatul Firdausi

2015

1. Kejelasan tujuan dan poin-poin utama


a. Nyatakan TPU dan TPK dari presentasi
b. Memfokuskan pada satu ide (titik, arahan) pada satu waktu
tertentu
c. Hindari penyimpangan dari pokok pembicaraan.
2. Presentasi selangkah demi selangkah
a. Presentasi bahan dalam langkah-langkah kecil.
b. Organisasikan dan presentasikan bahan sedemikian rupa
sehingga satu poin dikuasai sebelum poin berikutnya
diberikan.
c. Berikan arahan selangkah demi selangkah apabila
memungkinkan.
d. Presentasikan suatu kerangka atau outline apabila bahannya
kompleks.
3. Prosedur spesifik dan kongkrit
a. Berikan contoh keterampilan atau proses (apabila sesuai).
b. Berikan penjelasan rinci dan berulang-ulang untuk poin-poin
yang sulit.
c. Berikan siswa contoh-contoh kongkrit dan beragam.
4. Pengecekan untuk pemahaman siswa
a. Pastikan bahwa siswa memahami satu poin sebelum
melanjutkan ke poin berikutnya.
b. Ajukan pertanyaan kepada siswa untuk memonitor
pemahaman mereka tentang apa yang telah dipresentasikan.
c. Mintalah siswa untuk mengikhtisarkan poin-poin utama
dalam Bahasa mereka sendiri.
d. Ajar ulang bagian-bagian presentasi yang siswa mengalami

Gambar. Aspek-aspek dari presentasi yang jelas.

2) Melakukan Demonstrasi
Pengajaran langsung berpegaqng teguh pada asumsi, bahwa sebagian
besar yang dipelajari (hasil belajar) berasal dari mengamati orang lain.
Tingkah laku orang lain, baik yang buruk maupun yang baik, merupakan
acuan tingkah laku siswa. Jelaslah bahwa belajar dengan cara meniru
tingkah laku orang lain dapat menghemat waktu, menghindarkan siswa dari
20

Firmalia Firdausi W. P., Hardina Fitri Amalia, Mariza Umamie S. J. K., Galuh Fauzih,
Ratih Dian Permatasari, Faizatul Firdausi

2015

belajar melalui trial and error. Tetapi perlu diingat bahwa belajar melalui
pemodelan dapat mengakibatkan terbentuknya tingkah laku yang kurang
sesuai atau tidak benar.

a) Mencapai Pemahaman dan Penguasaan


Untuk menjamin agar siswa akan mengamati tingkah laku yang
benar dan bukan sebaliknya, guru perlu benar-benar memprhatikan apa
yang terjadi pada setia tahap demonstrasi. Ini berarti, bahwa jika guru
menghendaki agar siswa-siswanya dapat melakukan sesuatu yang
benar, guru perlu berupaya agar segala sesuatu yang didemondtrasikan
juga benar. Banyak contoh yang menunjukkan, bahwa anakanak/siswa bertingkah laku yang tidak benar karena mencontoh
tingkah laku orang lain yang tidak benar.

b) Berlatih
Sungguh amat sulit mendemonstrasikan sesuatu dengan akurasi
yang sempurna. Semakin sulit dan rumit suatu informasi atau
keterampilan, semakin sulit mendemonstrasikannya. Agar dapat
mendemonstrasikan sesuatu dengan benar diperlukan latihan yang
insentif, dan memperhatikan aspek-aspek penting dari keterampilan
atau konsep yang didemonstrasikan.
c. Menyediakan Latihan Terbimbing
Ada ungkapan yang menyatakan bahw: Latihan membuat sesuatu menjadi
sempurna. Sayang sekali pernyataan menunjukkan bahwa hal tersebut tidak
selalu benar. Kita mengetahui bahwa ada orang yang setiap hari mengemudikan
mobil namun tetap menjadi seorang pengemudi yang tidak baik. Sayangnya, hal
serupa pun teramati pada guru tertentu. Ada guru yang telah mengajar selama
bertahun-tahun namun penampilannya tidak lebih baik dari penampilan
pertamanyadi depan kelas. Seringkali dijumpai, bahwa tugas atau latihan yang
diberikan oleh seorang guru kepada siswa-siswanya tidak benar-benar
21

Firmalia Firdausi W. P., Hardina Fitri Amalia, Mariza Umamie S. J. K., Galuh Fauzih,
Ratih Dian Permatasari, Faizatul Firdausi

2015

mencerminkan tugas dan pelatihan yang diperlukan, tidak membantu siswa


menguasai konsep dan keterampilan yang penting.
Salah satu tahap penting dalam pengajaran langsung ialah cara guru
mempersiapkan dan melaksanakan pelatihan terbimbing. Untungmya pada saat
ini banyak hasil penelitian yang tersedia bagi guru untuk mengembangkan
pelatihan yang efektif. Misalnya keterlibatan siswa secara aktif dalam pelatihan
dapat meningkatkan retensi, membuat belajar berlangsung dengan lancar, dan
memungkinkan siswa menerapkan konsep atau keterampilan pada situasi yang
baru atau yang penih tekanan, prinsip-prinsip berikut ini dapat digunakan sebagai
acuan bagi guru dalam menerapkan dan melakukau pelatihan.
1) Tugasi siswa melakukan latihan singkat dan bermakna
Dalam banyak hal, khususnya dengan keterampilan baru, penting
meminta siswa melakukan keterampilan yang diingainkan itu selama
periode waktu yang singkat, dan jika keterampilannya kompleks, pada awal
pelatihan tugas tersebut perlu disederhanakan. Meskipun demikian, tugas
singkat dan sederhana tersebut jangan sampai mengganggu keutuhan
keterampilan yang dipelajari.

2) Berikan pelatihan sampai benar-benar menguasai konsep/keterampilan yang


dipelajari
Untuk keterampilan yang merupakan prasyarat penting untuk
keterampilan berikutnya, pelatihan perlu dilakukan agar keterampilan
tersebut benar-benar dikuasai olah siswa. Hal tersebut ditandai oleh
kemampuan siswa untuk melakukan keterampilan itu secara otomastis.
Hanya melalui belajar-lebih (over leraning) dan tuntas sempurna suatu
keterampilan dapat digunakan secara efektif di dalam situasi baru atau di
bawah tekanan atau beban. Kemampuan untuk melakukan suatu
keterampilan atau gabungan keterampilan secara otomastis inilah yang
membedakan antara pakar dan pemula dalam segala bidang. Sementara itu,
guru harus berhati-hati, karena upaya untuk menghasilkan belajar-lebih
22

Firmalia Firdausi W. P., Hardina Fitri Amalia, Mariza Umamie S. J. K., Galuh Fauzih,
Ratih Dian Permatasari, Faizatul Firdausi

2015

dapat menjadi monoton dan mengurangi motivasi siswa mempelajari


keterampilan tersebut.

3) Hati-hati terhadap kelebihan dan kelemahan latihan berkelanjutan (massed


practice) dan latihan terdistribusi (distributed practice)
Untuk keterampilan yang baru pertama kali dipelajari oleh siswa
disarankan digunakan pelatihan berkelanjutan dengan memperhatikan
kenyataan bahwa pelatihan yang dilakukan terus menerus dalam waktu yang
lama dapat menimbulkan kejenuhan dan kelelahan pada siswa. Pelatihan
terdistribusi ( dibagi dalam segmen-segmen) sangat efektif untuk
mementapkan keterampilan yang pernah dipelajari oleh siswa, dengan
catatan bahwa tenggang waktu antara pelatihan yang satu dengan pelatihan
yang berikutnya tidak terlampau lama, agar siswa tidak lupa dan
memulainya lagi dari awal.

4) Perhatikan tahap-tahap awal pelatihan


Tahap-tahap awal pelatihan amat penting, sebabmungkin terjadi siswa
melakukan keterampilan yang kurang tepat atau bahkan salah tanpa
disadarinya. Di samping itu pada awal pelatihan ini pada umumnya siswa
ingin mengetahui keberhasilannya.

d. Mengecek Pemahaman dan Memberikan Umpan Balik


Ini adalah fase dari pelajaran pengajaran langsung yang mirip dengan apa
ya ng kadang-kadang disebut resitasi. Fase yang ditandai dengan pertanyaanpertanyaan yang yang dilontarkan guru kepada siswa dan siswa memberikan
jawaban yang menurut pendapat mereka benar. Guru itu kemudian merespon
jawaban siswa tersebut. Kegiatan ini merupakan aspek penting dalam pengajaran
langsung, karena tanpa mengetahui hasilnya, latihan tidak banyak manfaatnya
bagi siswa. Dalam kenyataan, tugas paling penting bagi guru dalam
mengguanakan model pengajaran langsung adalah memberi siswa umpan balik
23

Firmalia Firdausi W. P., Hardina Fitri Amalia, Mariza Umamie S. J. K., Galuh Fauzih,
Ratih Dian Permatasari, Faizatul Firdausi

2015

bermakna dan pengetahuan tentang hasil latihannya.gu ru dapat mengunakan


berbagai cara untuk memberikan umpan balik kepada siswa, sebagai missal
umpan balik secara lisan, tes, dan komentar tertulis.tanpa umpan balik secara
spesifik, siswa tak munkin dapat memperbaiki kekurangan atau kesalahannya,
dan tidak dapat mencapai tingkat penguasaan keterampilan yang mantap.
Menjadi tanda Tanya besar bagi guru ialah bagaimana cara memberikan
umpan balik yang efektif kepada siswa yang jumlahnya banyak. Berikut ini
diberikan beberapa pedoman yang patut dipertimbangkan.

Pedoman 1

Berikan umpan balik sesegera mungkin secara


latihan
Hal ini tidak berarti umpan balik perlu diberikan
kepada siswa dengan seketika, namun umpan balik
seharusnya diberikan

cukup segera setelah latihan

sehingga siswa dapat mengingat dengan jelas kinerja


mereka sendiri.
Ini berarti bahwa guru yang memberikan komentar
tertulis pada pekerjaan siswa seharusnya segera
mengembalikan pekerjaan itu. Ini berarti bahwa tes
untuk mengukur hasil belajar matematika atau kinerja
lain seharusnya segera dikoreksi dan kesalahankesalahan didiskusikan dengan siswa.

Pedoman 2

Upayakan agar umpan balik jelas dan spesifik


Pada umunya, umpan balik seharusnya sespesifik
mungkin agar paling dapat membantu siswa.

Pedoman 3

Konsentrasi pada tingkah laku, dan bukan pada


maksud
24

Firmalia Firdausi W. P., Hardina Fitri Amalia, Mariza Umamie S. J. K., Galuh Fauzih,
Ratih Dian Permatasari, Faizatul Firdausi

2015

Umpan balik akan dangat bermanfaat bagi siswa,


apabila ditujukan langsung pada tingkah laku bukan
pada maksud yang tersirat dalam tingkah laku tersebut.

Pedoman 4

Jaga

umpan

balik

sesuai

dengan

tingkat

perkembangan siswa.
Upan balik harus diberikan secara hati-jati agar
berguna.kadang-kadang siswa diberi umpan balik yang
terlampau banyak atau umpan balik yang terlalu rumit
bagi siswa untuk menanganinya.

Pedoman 5

Berikan pujian dan umpan balik pada kinerja yang


benar.
Tentunya setiap siswa lebih menyukai umpan balik
yang positif yang negative. Pada umumnya pujian
akan diterima, sedangkan umpan balik negative
mungkin ditolak. Oleh sebab itu, guru perlu selalu
berupaya memberikan pujian atau umpan balik yang
positif khususnya pada saat siswa sedang belajar
konsep dan keterampilan baru. Tentu saja jika guru
mengamati adanya kinerja yang tidak atau kurang
benar harus dilakukan perbaikan, Saran Hunter (1982)
berikut ini perlu dipertimbangkan oleh guru yang
berupaya memperbaiki kinerja siswa.
a.

Perbaiki kinerja siswa yang salah dengan memberikan


pertanyaan sedemikian rupa sehingga respon itu akan
merupakan jawaban yang benar.

b.

Beri siswa petunjuk, pengarahan atau pancingan.

c.

Pegang prinsip bahwa siswa bertanggung jawab


terhadap hasil belajarnya.
25

2015

Firmalia Firdausi W. P., Hardina Fitri Amalia, Mariza Umamie S. J. K., Galuh Fauzih,
Ratih Dian Permatasari, Faizatul Firdausi

Pedoman 6

Apabila

memberikan

tunjukkan

umpan

bagaimana

balik

negative,

melakukannya

dengan

benar.
Mengetahui bahwa sesuatu telah dilakukan salah, tidak
membantu siswa dapat melakukannya dengan benar.
Umpan balik negative harus selalu disertai dengan
demonstrasi oleh guru, bagaimana melakukannya
dengan benar.

Pedoman 7

Bantulah siswa memusatkan perhatiannya pada


proses dan bukan pada hasil.
Seringkali siswa pemula lebih memusatkan pada hasil
yang dapat diukur. Saya dapat menyelesaikan tugas
ini dalam waktu satu jam, misalnya. Meruoakan
tanggungjawab guru agar siswa dapat memusatkan
perhatiannya pada proses atau teknik yang melandasi
kinerja tertentu. Siswa perlu disadarkan, bahwa teknik
yang salah dapat saja memberikan hasil, tetapi hasil
tesebut

akan

menjadi

penghambat

bagi

perkembangannya lebih lanjut.

Pedoman 8

Ajari siswa cara memberi umpan balik kepada


dirinya

sendiri,

dan

bagaimana

menilai

keberhasilan kinerjanya sendiri.


Belajar bagaimana menilai keberhasilan kinerjanya
sendiri dan memberikan umpan balik kepada dirinya
sendiri merupakan hal penting yang perlu dipelajari
oleh siswa. Untuk hal ini, banyak cara yang dapat
dilakukan guru untuk membantu siswa guru dapat
26

Firmalia Firdausi W. P., Hardina Fitri Amalia, Mariza Umamie S. J. K., Galuh Fauzih,
Ratih Dian Permatasari, Faizatul Firdausi

2015

menjelaskan kriteria yang digunakan oleh para pakar


dalam menilai kinerja. Guru dapat memberikan
kesempatan kepada siswa untuk menilai kinerja teman
sebayanya
kinerjanya

dan

membandingkannya

sendiri.

Guru

dapat

denga

hasil

menekankan

pentingnya pemonitoran-diridan penetapan tujuan dan


tidak menjadi puas hanya dengan umpan balik positif
dari guru.

e. Memberikan Kesempatan Latihan Mandiri


Kebanyakan latihan mandiri yang diberikan kepada siswa sebagai fase
akhir pelajaran pengajaran langsung adalah pekerjaan rumah. Pekerjaan rumah,
atau berlatih secara mandiri, merupakan kesempatan bagi siswa untuk
menerapkan keterampilan baru yang diperolehnya secara mandiri dan pendeknya
dipandang sebagai kelanjutan dari latihan dan bukan kelanjutan guru. Pekerjaan
rumah dan latihan mandiri juga dapat digunakan sebagai suatu cara untuk
memperpanjang waktu belajar.
Berikut ini diberikan tiga panduan umum untuk latihan-latihan mandiri
yang diberikan sebagai pekerjaan rumah.

1) Tugas rumah yang diberikan bukan merupakan kelanjutan dari proses


pembelajaran, tetapi merupakan kelanjutan pelatihan atau pembelajaran
untuk berikutnya.
2) Guru seyogyanya menginformasikan kepada orangtua siswa , tentang
keterlibatan mereka yang diharapkan. Apakah orangtua perlu bantuan
putra-putrinya untuk menjwab pertanyaan-pertanyaan yang sulit, atau
hanya menyediakan lingkungan yang kondusif yang memungkinkan
mereka dapat menyelesaikan sendiri tugas-tugas rumahnya? Apakah
orantua siswa dianjurkan mencek tugas rumah siswa?

27

Firmalia Firdausi W. P., Hardina Fitri Amalia, Mariza Umamie S. J. K., Galuh Fauzih,
Ratih Dian Permatasari, Faizatul Firdausi

2015

3) Guru seharusnya memberikan umpan balik tentang pekerjaan rumah


tersebut.banyak guru yang hanya mencek untuk menentukan apakah siswa
telah mengerjakan tugas rumah, tanpa menelaahnya lebih lanjut dan
memberikan umpan balik. Hal ini sama dengan mengatakan bahwa tidak
menjadi masalah bagaimana suatu tugas itu dikerjakan sepanjang tugas itu
dikerjakan. Cepat atau lambat siswa akan mengetahui bahwa tugas itu
hanya sekedar menuliskan sesuatu diatas kertas.

D. Lingkungan Belajar dan Pengelolaan Tugas


Hasil-hasil penelitian pada tahun 1970-an dan 1980-an dapat diterapkan sebagai
petunjuk pengelolaan kelas untuk semua model pembelajaran. Hal tersebut meliputi
upaya guru untuk menarik perhatian siswa, kerjasama siswa, cara dan sarana untuk
memotivasi siswa, cara guru menciptakan dan mengajarkan aturan-aturan dan prosedur
yang jelas, dan langkah-langkah yang diambil oleh guru pada awal tahun pelajaran,
sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung dengan lancar di kemudian hari.
Meskipun aspek-aspek umum pengelolaan kelas ini amat penting, penting pula
difahami oleh guru bahwa pengelolaan tingkah laku siswa sangat bervariasi, bergantung
pada pendekatan pembelajaran yang digunakan oleh guru, tujuan pembelajaran, dan
tugas-tugas pembelajaran yang sesuai dengan pendekatan tersebut. Sesuatu yang
dianggap di luar kontrol pada suatu pembelajaran mungkin merupakan hal yang baik
dalam situasi pembelajaran yang lain. Misalnya, pada saat guru menjelaskan suatu
konsep kepada kelas dalam pengajaran langsung, tidaklah pada tempatnya apabila siswa
berbicara dengan siswa lain. Pembicaraan antar siswa sangat dianjurkan pada
pembelajaran yang menggunakan diskusi kelompok kecil.
Pada kegiatan belajar mengajar yang bercirikan pengajaran langsung, pada
umumnya guru merencanakan kegiatan belajar mengajar secara terstruktur dan ketat.
Pada awal pembelajaran, guru merupakan pemberi informasi dan pendemonstrasi yang
aktif, dan mengharapkan siswa menjadi pendengar yang aktif dan baik. Keberhasilan
penggunaan model pengajaran langsung memerlukan lingkungan yang baik untuk
presentasi dan demonstrasi : ruangan yang tenang dengan penerangan yang cukup,
28

Firmalia Firdausi W. P., Hardina Fitri Amalia, Mariza Umamie S. J. K., Galuh Fauzih,
Ratih Dian Permatasari, Faizatul Firdausi

2015

termasuk alat pandang-dengar yang sesuai. Di samping itu, keberhasilan model ini juga
bergantung tingkat motivasi siswa yang memadai untuk mengamati kegiatan yang
dilakukan oleh guru dan mendengar segala sesuatu yang dikatakannya. Tidak pada
tempatnya, bila pada saat guru melakukan presentasi atau demonstrasi, siswa
mempertajam pensilnya, berbicara dengan teman di sampingnya, atau mengerjakan
tugas-tugas yang lain. Pada hakekatnya, pengajaran langsung memerlukan kaidah-kaidah
yang mengatur bagaimana siswa berbicara, prosedur untuk menjamin tempo
pembelajaran yang baik, strategi-strategi khusus untuk mengatur giliran keterlibatan
siswa dan untuk menanggulangi tingkah laku yang menyimpang.
1. Menangani Siswa yang Suka Berbicara
Siswa yang suka berbicara pada saat yang kurang tepat, dan mengemukakan
pertanyaan yang dapat memperlambat tempo pembelajaran, merupakan masalah yang
sangat memerlukan perhatian guru selama berlangsungnya pembelajaran langsung.
Masalah ini tingkatan kegawatannya berbeda-beda, dari berbicara dengan suara yang
keras, yang dapat menganggu guru di kelas sebelah sampai dengan siswa yang
berbicara

dengan

siswa

di

dekatnya,

pada

saat

guru

menjelaskan atau

mendemonstrasikan hal-hal yang penting.


Untuk menangani dan mencegah terjadinya masalah tersebut, guru perlu
mempunyai aturan tentang larangan berbicara di dalam kelas dan menerapkannya
secara konsisten. Selama berlangsungnya latihan atau resitasi, kepada siswa harus
diajarkan mendengarkan pendapat siswa yang lain, dan menunggu giliran apabila
berperan serta dalam resitasi atau diskusi.
2. Mengatur Tempo Pembelajaran
Pelajaran pengajaran langsung akan terganggu apabila momentum yang sesuai
tidak dipertahankan, dan tahap-tahap pembelajaran semakin lamban jalannya.
Penelitian Doyle dan Carter (1984) menunjukkan bagaimana siswa kadang-kadang
dengan sengaja menganggu jalannya proses pembelajaran. Dalam penelitian ini,
peneliti menemukan bahwa para siswa mempunyai pengaruh yang besar terhadap
pemberian tugas yang diberikan kepada mereka. Doyle dan Carter juga menemukan
29

Firmalia Firdausi W. P., Hardina Fitri Amalia, Mariza Umamie S. J. K., Galuh Fauzih,
Ratih Dian Permatasari, Faizatul Firdausi

2015

bahwa dengan menanyakan tentang isi dan prosedur, siswa tidak hanya mengubah
macam tugas yang diberikan kepada mereka, namun juga dapat memperlambat tempo
kegiatan belajar mengajar. Hal tersebut kadang-kadang dilakukan siswa untuk
menunda tugas, atau hanya untuk menghabiskan waktu.
Di samping siswa, gurupun dapat mengganggu kelancaran kegiatan belajarmengajar. Misalnya, seorang guru bertanya kepada siswanya, sebelum siswa
menjawabnya, guru sekonyong-konyong memutuskan untuk menjelaskan atau
mendemonstrasikan suatu hal yang lain lagi. Contoh lain adalah apabila siswa telah
memulai melakukan suatu kegiatan, tidak lama kemudian harus dihentikan dan
memulai lagi kegiatan yang baru. Sebelum siswa menyelesaikan tugas baru tersebut,
guru minta kepada siswa agar melanjutkan pekerjaannya yang pertama.
Guru dapat memperlambat tempo pembelajaran melalui proses yang disebut
fragmentasi dan berbicara berkepanjangan. Berbicara berkepanjangan terjadi jika
guru tetap terus menguraikan sesuatu meskipun uraiannya telah cukup jelas bagi
siswa. Fragmentasi terjadi jika guru membagi kegiatan menjadi satuan-satuan yang
terlalu kecil. Memperlambat momentum akan mengganggu kelancaran pembelajaran
dan memberikan kesempatan kepada siswa yang tidak berperan serta pada proses
belajar mengajar, mengganggu kelancaran pembelajaran.
Kelancaran dan momentum pembelajaran dapat berbeda antara kelas yang satu
dengan kelas yang lain. Penjelasan yang berkepanjangan mungkin tidak pada
tempatnya di satu kelas, namun diperlukan untuk kelas lain.
3. Menangani Penyimpangan Tingkah Laku
Pembelajaran langsung terutama diterapkan pada kelompok besar siswa. Dalam
situasi yang sedemikian ini, selalu terbuka kesempatan bagi siswa-siswa tertentu
terlibat secara aktif dalam proses belajar-mengajar, da nada pula beberapa siswa yang
bukan hanya tidak terlibat dalam pembelajaran, tetapi mungkin juga melakukan halhal yang menyimpang. Daripada berupaya mencari penyebab penyimpangan tingkah
laku siswa, suatu tugas yang sulit dan memerlukan waktu serta belum tentu berhasil,
guru dianjurkan memusatkan perhatiannya pada penyimpangan tingkah lakunya
sendiri dan mencari cara untuk mengubahnya, sekurang-kurangnya pada saat siswa
30

Firmalia Firdausi W. P., Hardina Fitri Amalia, Mariza Umamie S. J. K., Galuh Fauzih,
Ratih Dian Permatasari, Faizatul Firdausi

2015

yang bertingkah laku menyimpang tersebut masih berada di dalam kelas. Pendekatan
ini menekankan perlunya guru dapat mengenali dengan tepat penyimpangantingkah
laku siswa dan segera melakukan intervensi yang tepat. Konsep-konsep yang
dikemukakan

oleh

Kounin

tentang

kemampuan

guru

dalam

with-it-ness,

overlappingness, dan desist behavior, adalah strategi yang bermanfaat dalam


menangani penyimpangan tingkah laku siswa.
Keterampilan-keterampilan with-it-ness dan overlappingness sukar bagi guru
untuk menguasainya, sebab memerlukan kemampuan membaca situasi kelas dengan
cepat dan akurat, dan kemampuan untuk melakukan tugas-tugas mengajar yang
berbeda secara simultan. Sekali sudah dikuasai, kemampuan tersebut akan
melancarkan jalannya pembelajaran.
a. Being with it
Anda barangkali masih ingat, seorang guru pada masa sekolah Anda yang
seakan-akan mempunyai sepasang mata di bagian belakang kepalanya.
Keterampilan tersebut oleh Kounin (1970) disebut with-it-ness. Guru yang
with-it akan dapat mengenali dengan segera penyimpangan tingkah laku siswa,
dan hamper selalu tepat dalam mengidentifikasi siswa yang bertanggung jawab
terhadap penyimpangan tingkah laku tersebut. guru yang tidak memiliki
keterampilan ini, biasanya tidak dapat mengenali penyimpangan tingkah laku
siswa dengan segera, dan seringkali salah dalam menentukan siapa yang harus
bertanggung jawab.
b. Overlappingness
Overlappingness berarti kemampuan guru untuk melakukan lebih dari satu
kegiatan kelas dalam waktu yang bersamaan. Dalam kaitannya dengan
penyimpangan tingkah laku siswa, overlapping menunjukkan kemampuan guru
menangani penyimpangan tingkah laku siswa tanpa mengganggu jalannya
pembelajaran. Bergerak menuju kea rah siswa yang mengganggu jalannya
pembelajaran merupakan salah satu cara yang efektif. Meletakkan tangan di
pundak siswa yang sedang bercakap-cakap dengan siswa terdekatnya sambil

31

Firmalia Firdausi W. P., Hardina Fitri Amalia, Mariza Umamie S. J. K., Galuh Fauzih,
Ratih Dian Permatasari, Faizatul Firdausi

2015

meneruskan penjelasannya tentang sutau kegiatan adalah cara lain untuk


menghentikan penyimpangan tingkah laku siswa.
c. Perilaku yang harus Dihentikan
Di dalam kelas, seperti halnya di tatanan sosial yang lain, beberapa peserta
atau siswa dapat bertindak yang tidak sesuai dengan kaidah-kaidah yang berlaku.
Salah satu contoh tingkah laku yang tidak terpuji ini ialah mengendarai mobil di
jalan bebas hambatan dengan kecepatan yang melebihi kecepatan maksimal yang
ditentukan. Tingkah laku sedemikian ini, jika tidak segera ditangani dapat
menimbulkan masalah yang lebih besar lagi. Kounin menyebutkan sebagai desist
incident, yang berarti suatu pelanggaran yang cukup serius, sehingga jika tidak
dihentikan akan dapat menimbulkan masalah pengelolaan yang lebih luas lagi.
Respon guru terhadap desist behavior atau perilaku yang perlu dihentikan
dapat bermacam-macam. Kounin (1970) mengidentifikasi beberapa respon guru
terhadap desist behavior dan tiga diantaranya dicantumkan pada Gambar
Contoh-contoh perilaku desist guru berikut ini.
Kejelasan
Tingkat kekhususan guru dalam menyatakan sesuatu yang salah.

Peringatan yang tidak jelas

: Hentikan itu!

Peringatan yang jelas

: Jangan berbicara sendiri selagi saya menjelaskan


sesuatu!

Keteguhan
Tingkat sejauh mana guru mengkomunikasikan Saya bersungguh-sungguh.

Peringatan yang tidak tegas : Jangan melakukan hal itu!


Peringatan yang tegas

: Saya benar-benar tidak menyukai perbuatan itu!

kekasaran
Tingkat sejauh mana guru menyatakan kemarahan
Peringatan yang tidak kasar : Kamu jangan melakukan hal itu lagi.

Peringatan yang kasar

: Saya akan marah, jika Anda melakukan hal itu!

32

Firmalia Firdausi W. P., Hardina Fitri Amalia, Mariza Umamie S. J. K., Galuh Fauzih,
Ratih Dian Permatasari, Faizatul Firdausi

2015

Gambar Contoh-contoh perilaku desist guru.


Berdasarkan pada penelitian Kouvies dan karya mereka sendiri, Carolyn
Everton dan Edmund Emmer memberikan petunjuk untuk mengelola perilaku
yang menyimpang. Petunjuk itu diperlihatkan pada Gambar Petunjuk untuk

1. Nasehati siswa itu untuk segera menghentikan tingkah laku yang


menyimpang. Teruslah berkomunikasi dengan siswa itu sampai tingkah
laku yang menyimpang menjadi baik.
2. Lakukan kontak mata dengan siswa itu, sampai tingkah lakunya membaik.
Hal ini cocok apabila guru yakin bahwa siswa mengetahui apa respon
yang benar.
3. Jelaskan lagi atau ingatkan siswa itu tentang aturan atau prosedur yang
benar.
4. Tugasi siswa mengidentifikasi prosedur yang benar. Beri umpan balik jika
siswa tidak memahaminya.
5. Terapkan konsekuensi atau hukuman kepada mereka yang melanggarnya.
Pada umumnya konsekuensi terhadap pelanggaran suatu prosedur, ialah
pengulangan prosedur tersebut oleh siswa yang melanggarnya. Apabila
siswa memahami suatu prosedur tetapi tidak mau menaatinya, dengan
tujuan menarik perhatian atau alas an-alasan lain, siswa dapat diberi
hukuman ringan, misalnya menahan sementara hak-hak mereka.
6. Ubahlah aktifitas kelas, seringkali tingkah laku yang menyimpang terjadi
karena siswa terlampau lama dan bosan melakukan kegiatan tertentu.
Memberikan tugas tambahan yang bervariasi, mengarahkan diskusi, dan
mengubah kegiatan yang ada, dapat dilakukan oleh guru untuk membuat
siswa kembali aktif ke kegiatan belajar mengajar.

menangani perilaku menyimpang.


Gambar Petunjuk untuk menangani perilaku menyimpang

4. Mengatur Partisipasi
Salah satu kritik yang sangat tajam terhadap pembelajaran langsung, ialah peran
guru yang sangat dominan dan sebagian besar siswa berperan agak pasif. Dalam
33

Firmalia Firdausi W. P., Hardina Fitri Amalia, Mariza Umamie S. J. K., Galuh Fauzih,
Ratih Dian Permatasari, Faizatul Firdausi

2015

banyak hal, kurangnya peran siswa dalam pengajaran langsung sebagian disebabkan
oleh cara guru memanfaatkan ruang. Susunan bangku dalam bentuk baris dan kolom
dapat mempengaruhi interaksi siswa. Kenyataan menunjukkan bahwa pada kegiatan
belajar mengajar tertentu terdapat sekelompok siswa mendominasi proses
pembelajaran. Guru berbicara dan bertanya kepada kelompok itu ; siswa itu
menjawab pertanyaan guru dan juga mengajukan pertanyaan kepada guru. Siswasiswa yang lain di dalam kelas, yang jumlahnya lebih banyak, tidak berperan serta
secara aktif dalam pembelajaran, dan cenderung ke luar dari proses pembelajaran dan
berbicara dengan teman-teman di dekatnya.
Hasil penelitian Adams dan Biddle (1970) menunjukkan, bahwa siswa-siswa yang
aktif terdapat pada daerah kelas tertentu yang disebut zona kegiatan.
Zona kegiatan ini terdiri atas siswa-siswa yang duduk di bangku tengah baris
pertama dan tengah-tengah barisan berikutnya. 64% pertanyaan guru ditunjukkan
pada siswa-siswa tersebut. Hal ini terjadi, terutama disebabkan oleh posisi guru yang
berada di depan dan tengah-tengah kelas. Tetapi para peneliti juga sangat ingin
mengetahui tentang kemungkinan penyebab yang lain. Misalnya, apakah siswa yang
memotivasinya tinggi memilih tempat duduk di zona kegiatan. Hasil penelitian
menunjukkan, bahwa factor yang sangat berpengaruh terhadap fenomena di zona
kegiatan ialah kontak mata guru. Guru dapat melakukan kontak mata dengan lebih
baik pada zona kegiatan, yang menyebabkan siswa menjadi lebih aktif berpartisipasi
dalam proses pembelajaran.
E. Evaluasi
1. Definisi Evaluasi
a. Evaluasi adalah suatu proses merencanakan, memperoleh, dan menyediakan
informasi yang sangat diperlukan untuk membuat alternatif-alternatif keputusan
(Mehrens & Lehmann, 1978:5).
b. Komite Studi Nasional tentang evaluasi (National Study Committee on
Evaluation) dari UCLA (Stark & Thomas, 1994: 12). Evaluasi merupakan suatu
proses atau kegiatan pemilihan, pengumpulan, analisis, dan penyajian informasi
34

Firmalia Firdausi W. P., Hardina Fitri Amalia, Mariza Umamie S. J. K., Galuh Fauzih,
Ratih Dian Permatasari, Faizatul Firdausi

2015

yang dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan serta penyusunan


program selanjutnya.
c. Evaluasi adalah proses membuat judgment untuk memutuskan tentang manfaat
pendekatan tertentu atau hasil pekerjaan siswa (Richard I. Arends, 2008: 217).
d. Evaluasi

merupakan

mengumpulkan,

proses

yang

mendeskripsikan,

sistematis

dan

berkelanjutan

menginterpretasikan,

dan

untuk

menyajikan

informasi tentang suatu program untuk dapat digunakan sebagai dasar membuat
keputusan, menyusun kebijakan maupun menyusun program selanjutnya (S. Eko
Putro Widoyoko, 2012: 6).
Dari beberapa definisi diatas maka untuk lebih mudahnya disimpulkan bahwa,
evaluasi adalah keseluruhan proses yang sistematis dan berkelanjutan untuk
membuat keputusan program berdasarkan sajian informasi yang telah terkumpul.
Dengan demikian evaluasi tersebut merupakan proses yang sengaja direncanakan
untuk memperoleh informasi atau data yang kemudian dicoba membuat keputusan.
Dalam melakukan evaluasi, evaluator pada tahap awal harus menentukan fokus yang
akan dievaluasi dan desain yang akan digunakan.

2. Prinsip-prinsip Evaluasai
Dalam Pelakasanaannya suatu Evaluasi dalam pendidikan akan dapat berjalan
dengan lancar dan terlaksana dengan baik apabila telah memenuhi beberapa Prinsip
dasar, yaitu sebagai berikut :
1. Prinsip Keseluruhan (Conprehensive)
Adalah pelaksanaan evaluasi hasil belajar yang dilaksanakan secara bulat, utuh
dan menyeluruh, dalam hal ini evaluasi di harapkan dapat mengungkap aspek
berfikir (cognetif domain) juga dapat mengungkap Aspek kejiawaan lainnya, dan
dengan

menggunakan

evaluasi

hasil

belajar

secara

menyeluruh

akan

diperoleh bahan keterangan dan informasi yang lengkap mengenai keadaan dan
perkembangan subyek didik yang sedang dijadikan sasaran Evaluasi.
35

Firmalia Firdausi W. P., Hardina Fitri Amalia, Mariza Umamie S. J. K., Galuh Fauzih,
Ratih Dian Permatasari, Faizatul Firdausi

2015

2. Prinsip Kesinambungan (contunuity)


Adalah Evaluasi hasil belajar yang dilaksanakan secara teratur dan sambung
menyambung dari waktu kewaktu, dengan perencanaan yang matang dan
terjadwal

dapat

dimungkinkan

seorang

evaluator

dapat

mengetahui

perkembangan dari peserta didik, dan hal ini juga berguna bagi evaluator untuk
memberikan langkah-langkah dan kebijakan yang perlu diambil untuk langkah
yang akan datang, sehingga tujuan dari pembelajaran dapat tercapai.
3. Prinsip Obyektifitas (Objectivity)
Adalah Evaluasi hasil belajar yang terlepas dari factor-faktor yang bersifat
subyektif, dalam memberikan evaluasi, seorang evaluator harus memberikan
evaluasi dengan benar dan apa adanya (sesuai dengan kenyataan) dan tidak
memasukkan kepentingan apapun didalam pemberian evaluasi tersebut, sehingga
evaluasi yang dilakukan benar-benar murni dan tidak terkontaminasi oleh
kepentingan sepihak.
3. Evaluasi Pembelajaran Langsung
Asesmen dan Evaluasi sangat penting untuk mencocokan strategi-strategi
evaluasi dan pengetesan dengan tujuan pembelajaran tertentu dan maksud yang
terkandung di dalam suatu model pembelajaran tertentu. Karena model pengajaran
langsung paling cocok digunakan untuk mengajar keterampilan dan pengetahuan
yang dapat diajarkan dengan cara langkah-demi-langkah, evaluasi seharusnya
memfokuskan pada tes kinerja yang lebih mengukur perkembangan keterampilan
daripada tes tertulis pengetahuan deklaratif.
Sebagai missal, dapat mnegidentifikasi karakter-karakter papan ketik mesin
tulis, jelas hal ini tidak mengatakan banyak tentang kemampun seseorang mengetik.
Sementara itu tes mengetik yang diteteapkan batas waktunya akan mengukur
kemampuan mengetik seseorang. Tanya-jawab atau resitasi adalah langkah yang
benar pada model pengajaran yang dideskripsikan dalam buku tentang model-model
pembelajaran tetapi tidak mengatakan kepada kita apakah seorang guru dapat

36

Firmalia Firdausi W. P., Hardina Fitri Amalia, Mariza Umamie S. J. K., Galuh Fauzih,
Ratih Dian Permatasari, Faizatul Firdausi

2015

menggunakan model tersebut didepan 30 siwa, hanya melalui sebuah demonstrasi


dikelas dapat diperagakan ketuntasan guru dalam keterampilan tersebut.
Tugas-tugas asesmen yang berkaitan dengan model pembelajaran langsung
memberi tekanan pada praktek dan pada pengembangan dan penggunaan
pengetahuan dasar yang sesuai dan tes kinerja yang dapat secara akurat mengukur
keterampilan sederhana dana kompleks serta memberikan umpan-balik pada siswa.
Evaluasi, Penilaian pada model pembelajaran langsung. Sistem penilaian
menurut Gronlund (1982) meliputi 5 prinsip dasar yang dapat dipergunakan guru
dalam merancang pembelajaran langsung dan sistem penilaiannya, yaitu :
a. Sesuai dengan tujuan pembelajaran
Keluhan yang sering dilontarkan oleh siswa ialah: Soal-soal tes tidak
sepenuhnya sesuai dengan pelajaran yang kita terima. Prinsip pertama
Gronlund adalah guru seharusnya mengkontruksi suatu tes sedemikian
rupa sehingga tes itu secara jelas mengukur tujuan pembelajaran yang
telah dikomunikasikan kepada siswa. Singkatnya, tes itu seharusnya cocok
dengan tujuan pembelajaran guru.
b. Mencakup semua tugas pembelajaran
Kebanyakan

satuan

pembelajaran

mencakup

beraneka

tujuan

pembelajaran, mulai dari pegetahuan factual sampai dengan proses


berfikir tinggi. Oleh karena itu, tes yang baik tidak hanya mengkur aspek
hafalan, tetapi juga mengukur ketercapaian proses berfikir tinggi dan
keterampilan yang kompleks.
c. Menggunakan soal tes yang sesuai
Seperti yang kita ketahui, tersedia bermacam-macam bentuk tes dan soal
yang dapat dimanfaatkan oleh guru untuk mengevaluasi hasil belajar
siswa.

Soal

berbentuk

memasangkan,

benar-salah,

atau

pengisian/melengkapi, ccok untuk mengukur hafalan. Bentuk soal lain,


seperti uraian bebas, sangat sesuai untuk mengukur ketercapaian proses

37

Firmalia Firdausi W. P., Hardina Fitri Amalia, Mariza Umamie S. J. K., Galuh Fauzih,
Ratih Dian Permatasari, Faizatul Firdausi

2015

berfikir tinggi. Tes yang baik mencakup soal-soal yang paling sesuai
untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran tertentu.
d. Buatlah soal yang valid dan reliabel
Suatu tes dikatakan sahih (valid), apabila tes tersebut benar-benar
mengukur tujuan pembelajaran yang harus diukur. Misalnya, soal yang
cocok untuk mengukur hafalan tidak sahih untuk mengukur proses berfikir
tinggi. Suatu tes dikatakan reliable, jika dapat menghasilkan pengukuran
yang relative konstan apabila tes tersebut diberikan kepada kelompok
siswa yang sama tetapi waktu yang berbeda, dengan catatan tenggang
waktu antara pemberian tes pertama dengan tes kedua tidak terlampau
lama.
e. Manfaatkan hasil tes untuk perbaikan proses pembelajaran berikutnya.
Hasil tes dapat dimanfaatkan sebagai umpan balik untuk memperbaikai
aspek-aspek mengajar guru dan proses belajar siswa. Hal ini dilandasi pada
asumsi bahwa kegagalan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran
tertentu tidak hana disebabkan oleh faktor siswa, tetapi juga oleh guru.

Pada pembelajaran langsung kegiatan asesmen dan evaluasi dapat dilihat dari
keberhasilan selama KBM berlangsung yaitu, guru dapat mengecek pekerjaan siswa
setiap harinya dan memberikan umpan-balik korektif bila diperlukan kemudian siswa
dapat menyelesaikan kerja mandiri pada atau diatas tingkat kemahiran atau
keterampilan tertentu. Selain dilihat dari pelaksanaan KBM pada pembelajaran
langsung, asesmen dan evaluasi dapat dilihat dari ketuntasan guru dan siswa.
Ketuntasan guru dapat dilihat dari guru mengecek pekerjaan siswa pada akhir tiap
satuan pengajaran. Kemudian siswa mendemonstrasikan pengetahuan dan penerapan
konsep, serta keterampilan pada atau diatas suatu kemahiran tertentu yang mereka
miliki.

38

Firmalia Firdausi W. P., Hardina Fitri Amalia, Mariza Umamie S. J. K., Galuh Fauzih,
Ratih Dian Permatasari, Faizatul Firdausi

2015

DAFTAR PUSTAKA

Arends, Richard. 2008. Learning to teach. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.


Arikunto, Suharsimi. 2013. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan.Jakarta: Bumi Aksara.
Kardi, Soeparman. 2000. Pengajaran Langsung. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya,
University Press.
Nur, Muhammad. 2008. Model Pengajaran Langsung. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya,
University Press.

39

Вам также может понравиться