Вы находитесь на странице: 1из 14

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNIK PENGUJIAN MUTU HASIL PERIKANAN


UJI DUO TRIO

Disusun oleh :
Matius Masada
13/345945/PN/13132
Golongan A

LABORATORIUM TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN


DEPARTEMEN PERIKANAN
FAKUTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2016

I.

PENDAHULUAN

A. Tinjauan Pustaka
Uji duo trio merupakan uji yang digunakan untuk mendeteksi adanya
perbedaan yang kecil antara dua contoh (uji pembeda). Uji ini relatif lebih mudah
karena adanya contoh baku dalam pengujian. Biasanya Uji Duo-trio digunakan
untuk mengetahui ada atau tidaknya tingkat perbedaan antara sampel yang
disajikan serta secara luas uji duo trio digunakan untuk melihat perlakuan baru
terhadap mutu produk ataupun menilai keseragaman mutu bahan (Kartika, 1987).
Uji duo trio termasuk dalam kelompok pengujian pembedaan (difference test).
Pengujian pembedaan digunakan untuk menilai pengaruh macammacam
perlakuan modifikasi proses atau bahan dalam pengolahan pangan bagi industri,
atau untuk mengetahui adanya perbedaan atau persamaan antara duo produk dari
komoditi yang sama. Uji duo trio bertujuan untuk mencari perbedaan yang terkecil.
Setiap panelis disajikan tiga contoh (dua contoh dari produk yang sama dan satu
contoh dari produk yang berbeda) (Soekarto, 1985).
Uji duo trio juga digunakan untuk melihat secara statistik adanya perbedaan
contoh dan sensitifity test, yang mengukur kemampuan panelis untuk mendeteksi
suatu sifat sensori. Uji pembedaan terdiri dari uji perbandingan pasangan, dimana
para panelis diminta untuk menyatakan apakah ada perbedaan antara dua sampel
yang disajikan. Uji duo trio terdapat tiga jenis sampel (dua sampel sama dan satu
sampel berbeda) disajikan dan para panelis diminta untuk memilih contoh yang
sama dengan standar (kontrol) (Setyaningsih, 2010).
Prinsip pengujian duo trio yaitu pembedaan berdasarkan sensitivitas panelis
dalam membedakan antara dua sampel yang tingkat perbedaannya sangat kecil,
dapat dilakukan dengan cara setiap panelis disajikan tiga contoh sampel produk
berbeda (dua contoh dari produk yang sama dan satu contoh dari produk yang
berbeda) oleh penyaji. Dalam uji ini dari awal sudah ditentukan pembanding yang
dibandingkan dengan kedua sampel lainnya. Dalam penyajiannya, contoh
ketiganya disajikan bersamaan lalu panelis diminta untuk memilih diantara 2
contoh lain yang beda dengan pembanding (Hastuti, 1987).
Uji duo-trio di dalam industri perikanan dapat digunakan sebagai reformulasi
suatu produk baru ataupun digunakan sebagai pengembangan produk sehingga
dapat diketahui ada atau tidaknya perbedaan antara produk lama dan baru, selain
itu dapat menemukan produk baru. Selain pengembangan produk uji duo trio juga
digunakan sebagai seleksi panelis terlatih dengan disediakan beberapa seri
pengujian untuk panelis yang akan di seleksi, namun para panelis akan dianggap

benar atau yang akan menjadi panelis terlatih bila benar lebih dari 75% dari seluruh
seri pengujian yang dilakukan (Soekarto, 1985).

B. Tujuan
1. Mengetahui dan memahami metode SPC atau pengedalian mutu statistik.
2. Mengetahui apakah produk yang diuji masih berada dalam kendali statistik
atau tidak.
C. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Hari, tanggal: Senin, 14 Maret 2016
Waktu
: 15.30-17.00
Tempat
: Laboratorium Teknologi Hasil Perikanan UGM

II.

METODE PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan


1. Sampel kerupuk ikan
2. Jangka sorong

3. Laptop
4. Lembar pengisian Control Chart

B. Cara Kerja
1 Menyiapkan sampel kerupuk ikan komersil.
2 Pengambilan sampel 10 buah kerupuk dan diukur ketebalan masing-masing
3

kerupuk dengan 10 kali ulangan.


Data ketebalan kerupuk dimasukkan ke dalam tabel pengisian control chart
dengan microsoft excel.

Dihitung jumlah, rata-rata ( X ), range (R), rata-rata dari rata-rata ( X ,

dan rata-rata dari range ( R ).

Menghitung UCL, LCL, dan CL untuk

control chart dan R control

chart.
6

Mentransformasikan nilai UCL, LCL, dan CL dari


control chart ke dalam bentuk control chart.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
III.

A. Hasil
17. Terlampir
18.
B. Pembahasan

HASIL DAN PEMBAHASAN

control chart dan R

19.

Statistical Process Control adalah pengendalian mutu produk selama

masih ada dalam proses. Dalam mengadakan pengendalian mutu tersebut dapat
digambarkan batas atas (upper control limit) dan batas bawah (lower control limit)
beserta garis tengahnya (center line). Pengendalian mutu proses statistik meliputi
pengendalian mutu proses untuk data variable dan pengendalian mutu proses untuk
data atribut, (Ariani, 1999).
20.
Menurut Grant (1991), peta kendali atribut control chart adalah peta
kendali untuk ketidaksesuain (kecacatan) barang dimana besarnya subgroup sama.
Penentuan batas-batas kendali dalam control chart adalah sebagai berikut:
21.
UCL = c - 3 c
22.

CL = c

23.

LCL = c

24.

Keterangan:
25.

27.

-3

= proporsi cacat per subgroup


c

=c/N

c = jumlah cacat

per subgroup
26.
N = banyaknya pengamatan / jumlah subgroup
R chart adalah kependekan dari Range chart digunakan untuk

mengukur beda nilai terendah dan tertinggi sampel produk yang diobservasi, dan
memberi gambaran mengenai variabilitas proses. Sedangkan X Chart atau Mean
Chart digunakan untuk memvisualisasikan fluktuasi rata-rata sampel dan rata-rata
dari rata-rata sampel kemudian akan menunjukkan bagaimana penyimpangan ratarata sampel dari rata-ratanya. Penyimpangan ini akan memberi gambaran bagaimana
konsistensi proses. Semakin dekat rata-rata sampel ke nilai rata-ratanya maka proses
cenderung stabil, sebaliknya maka proses cenderung tidak stabil (Feigenbaum,
1992).
28.

Sampel yang digunakan dalam pelaksanaan praktikum SPC adalah

kerupuk ikan. Kerupuk ikan adalah produk makanan kering yang berasal dari udang
atau ikan yang dicampur dengan tepung tapioka atau tepung terigu. Dalam
pelaksanaan praktikum, parameter yang diamati pada sampel kerupuk adalah
ketebalan.
29.

Pelaksanaan praktikum SPC ini dimulai dengan mengukur ketebalan

dengan jangka sorong dari 10 sampel kerupuk yang diambil secara acak, kemudian
hasil dimasukkan dalam tabel. Pengukuran ketebalan dilakukan sebanyak 10 kali
ulangan sehingga didapatkan 100 data ketebalan kerupuk dari sampel yang

disediakan. Cara melakukan pengukuran ketebalan dengan jangka sorong yakni


dengan membuka rahang geser jangka sorong kearah kanan untuk memasukkan
kerupuk yang akan diukur. Kemudian geser lagi rahang ke arah kiri dengan rapat
agar mendapatkan hasil yang maksimal. Terdapat dua angka nol pada jangka sorong
di bawah. Yang pertama pada skala atas (ujung kiri), yang kedua di baris bawahnya
agak ke tengah. Kemudian perhatikan garis pertama sebelum angka nol yang di
bawah. Angka dicatat. Setelah itu perhatikan garis yang berhimpit antara skala atas
dan skala bawah, cari garis yang menyambung dengan lurus garis atas dan bawahnya
kemudian angka yang didapat dijumlahkan dengan angka yang sebelumnya tadi.
Setelah diperoleh seluruh data, kemudian dicari nilai rerata atau
rerata dari rerata atau

X , dan rerata dari range atau

tersebut yakni sebagai berikut:


30.

X
X =
n

31.

X =

32.

R= XmaxXmin

33.

X , R atau range,

R
. Cara mendapatkan nilai

X
N ( keseluruhan)

Dari hasil pengukuran ketebalan kerupuk kelompok 2 golongan B

didapatkan perhitungan sebagai berikut:


1. X control chart
34.
35.

CL

1 UCL =

= 0,19

A
1
X +
3

+1
(0,308 0,08)
3

36.

= 0,19

37.

= 0,19
A

2
X + 2 R
3

38.

2 UCL =

39.

= 0,19

40.

= 0,20

+2
(0,308 0,08)
3

41.

A
3
X +
3

3 UCL =

+3
(0,308 0,08)
3

42.

= 0,19

43.

= 0,21
A

1
X 2 R
3

44.

1 LCL =

1
(0,308 0,08)
3

45.

= 0,19

46.

= 0,18
A

2
X 2 R
3

47.

2 LCL =

2
(0,308 0,08)
= 0,19 3

48.
49.
50.

3 LCL =

= 0,18
A

3
X 2 R
3
3
(0,308 0,08)
= 0,19 3

51.
52.
53.
2. R control chart
54.
55.

56.
57.
58.

59.
60.
61.

CL
UCL =

= 0,16

R
= 0,08

D
R

= 0,08 1,777
= 0,15

LCL = R D

= 0,08 0,223
= 0,02
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut kemudian dibuat grafik

untuk melihat apakah sampel kerupuk yang telah dihitung ketebalannya masih
berada dalam kendali atau tidak.
62.

63.
64.
65.
66.

X Control Chart
X bar

0.25

CL x

0.20

3 UCL x

0.15

3 LCL x

Ketebalan Kerupuk 0.10

2 UCL x

0.05

1 UCL x

0.00

1LCL x

2 LCL x

9 10

Ulangan

67.
68.
69.
70.
71.
72.
73.
74.
Grafik 1. X Control Chart

75.

Berdasarkan Grafik 1, didapatkan bahwa seluruh sampel kerupuk yang

diukur kelompok 2 golongan B masih berada dalam kendali UCL dan LCL. Hal
tersebut karena dari grafik tidak terdapat data yang melebihi UCL maupun LCL.
UCL menunjukkan titik kontrol produk pada batas tertinggi dan LCL menunjukkan
titik kontrol produk pada batas terendah. Data pengukuran kerupuk berada pada

kisaran 3 UCL dan 1 LCL. Hal ini mengindikasikan bahwa sampel kerupuk memiliki
kisaran tebal yang seragam (masih dalam kendali statistik) dan disebut juga dengan
process in control.
76.

R Control Chart
0.20

0.15
Ketebalan Kerupuk

UCL r

0.10

LCL r

0.05

CL r

0.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Ulangan

77. Grafik 2. R Control Chart

78.
79.

Berdasarkan Grafik 2, didapatkan bahwa proses sudah tidak terkontrol

(out process) atau ketebalan kerupuk kelompok 2 golongan B tidak sesuai standar
perusahaan. Hal ini dikarenakan karena data range sudah melebihi UCL walaupun
tidak melewati batas LCL. Maka kerupuk ikan yang diukur tidak memiliki
keseragaman ketebalan walaupun hanya sedikit perbedaannya (tidak terlalu
signifikan).

80.

Grafik 3. X Control Chart Golongan B

X Control Chart
0.30
0.25
0.20

Ketebalan Krupuk

0.15
0.10
0.05
0.00

Ulangan
X BAR

CL

3 UCLx

2 LCLx

1 UCLx

1 LCLx

3 LCLx

2 UCLx

Berdasarkan Grafik 3 yaitu grafik data gabungan kelompok golongan B, didapatkan


bahwa tidak ada sampel yang melebihi batas 3 UCL maupun 3 LCL. Hal ini
menunjukkan bahwa proses pada pembuatan kerupuk ikan yang diukur oleh
golongan B masih berada dibawah kendali (in process). Dapat disimpulkan bahwa
ketebalan kerupuk yang diukur memiliki keseragaman.

81.

R Control Chart
0.25

Ketebalan Krupuk

0.20

0.15

CL R
UCL R

0.10

LCL R

0.05
0.00
Ulangan

82.
83.
84.
85.
86.
87.
88.
89.
90.
91.
92.
Grafik 4. R Control Chart Golongan B

93.

Berdasarkan Grafik 4 yaitu grafik data gabungan golongan B

menunjukkan bahwa ada beberapa sampel yang telah melebihi batas UCL. Hal ini
mengindikasikan bahwa sampel kerupuk ikan yang diukur ketebalannya mulai
bervariasi dan tidak sesuai dengan standar perusahaan karena nilai rangenya
melewati batas UCL. Meskipun demikian, tingkat variasi ketebalan tidak terlalu
besar.
IV.
A. Kesimpulan

PENUTUP

1. Statistical Process Control (SPC) adalah suatu metode yang bertujuan untuk
menyelidiki dengan cepat terjadinya sebab-sebab terduga atau pergeseran proses
sedemikian higga penyelidikan terhadap proses itu dan tindakan pembetulan
dapat dilakukan sebelum terlalu banyak unit yang tidak sesuai dengan standar
yang diproduksi.
2. Berdasarkan hasil analisis menggunakan X control chart dan R control chart
pada kelompok 2 golongan B maupun golongan B secara keseluruhan
disapatkan ketebalan kerupuk masih dalam keadaan standar walaupun beberapa
sampel telah melewati batas UCL. Tetapi keseluruhan memiliki keseragaman
dan masih dapat dikatakan proses masih terkendali (process in conrol).
94.
B. Saran
95.
Sebaiknya dalam pelaksanaan uji juga dilakukan penilaian parameter
lain misalnya diameter kerupuk sehingga hasilnya dapat dibandingkan.
96.
C. Daftar Pustaka
97. Ariani, D.W. 1999. Manajemen Kualitas. Erlangga. Jakarta.
98. Feigenbaum, A.V. 1992. Kendali Mutu Terpadu (terjemahan). Jilid I, Edisi
99.

Ketiga. Erlangga. Jakarta.


Grant, L., and Richard S. L. 1989. Pengendalian Mutu Statistik Jilid I

(terjemahan). Erlangga. Jakarta.


100. Irvan, Zulia, H., Rukmini. 2006. Pengendalian Mutu Produk dengan Metode
Statistik. UMSU. Medan.
101. Juran, J. M. 1962. Quality Control Handbook. Mc Graw-Hill. New York.
102. Syukron, A. 2013. Pengendalian Kualitas Statistik Atribut. FTI UM.
Yogyakarta.
103.
104.
105.
106.
107. Analisis Pangan.2011. Modul Penanganan Mutu Fisis (Organoleptik).
http://www.ebook.com/pdf/. Diakses pada tanggal 27 April 2014
108. Barasbanyu.2011.
Uji
Pembedaan,
Triangle
dan

Duo-trio.

http://www.scribd.com/doc/. Diakses pada tanggal 27 April 2014


109. Hastuti, P.1987. Pedoman Uji Inderawi Bahan Pangan. PAU Pangan dan Gizi.
Yogyakarta.
110. Kartika,B,dkk.1987. Pedoman Uji Inderawi Bahan Pangan. PAU Pangan dan
Gizi.
Yogyakarta.
111. Leo M. L. Nollet, et al.2012. Handbook of Meat, Poultry and Seafood
Quality, Second

Edition (Google Book).Wiley-Blackwell

112. Soekarto, Soewarno .T.1985. Penilaian Organoleptik untuk Industri Pangan

dan Hasil

Pertanian. Bhrata Karya Aksara. Jakarta

Вам также может понравиться