Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Program Studi Magister Perencanaan Wilayah dan Kota, Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan
(SAPPK), ITB.
Kelompok Keahlian Sistem Infrastruktur Wilayah dan Kota, Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan
(SAPPK), ITB.
Abstrak
Penggunaan kendaraan pribadi di Kota Bandung rata-rata meningkat sebesar 8,34% selama kurun
waktu tahun 2008-2010 serta peningkatan jumlah penduduk rata-rata sebesar 1,36% sejak tahun
2002-2013. Hal tersebut dapat menyebabkan adanya peningkatan kendaraan pribadi. Selain itu,
untuk mewujudkan konsep sistem transportasi yang berkelanjutan, maka sebaiknya diarahkan untuk
penggunaan kendaraan umum. Salah satu moda transportasi umum yang akan dikembangkan di
Kota Bandung adalah monorel dengan menetapkan beberapa ruas jalan yang akan dijadikan rute
monorel. Oleh karena itu, perlu dilakukan kajian yang secara teknis dapat menggambarkan kondisi
ruas jalan saat sebelum dan setelah terdapat rencana pengembangan monorel. Fokus penelitian ini
adalah pada analisa kinerja jaringan jalan wilayah studi dan pengukuran emisi gas buang kendaraan,
yang akan dibandingkan pada saat kondisi eksisting dan kondisi mendatang saat monorel telah
diterapkan. Tujuan lainnya dari penelitian ini adalah melakukan komparasi terhadap perhitungan
hasil emisi gas buang kendaraan dari hasil uji primer maupun hasil perhitungan menggunakan model
Zhongan. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa pada kondisi eksisting dari 11 ruas jalan
yang termasuk wilayah studi, terdapat 8 ruas jalan yang memiliki kelas kinerja jalan di bawah B.
Sementara itu, setelah dilakukan penerapan skenario, maka hanya terdapat 5 ruas jalan yang
memiliki kelas kinerja jaringan jalan di bawah B. Sementara itu, hasil pengukuran pada kondisi
eksisting menunjukkan bahwa pada dasarnya tingkat emisi gas buang untuk unsur CO, NO2, dan
SO2 di wilayah studi tidak melebihi standar baku mutu yang berlaku.
Kata-kunci: kinerja jaringan jalan, emisi gas buang kendaraan, monorel, kota Bandung
Pengantar
Kota Bandung sebagai Ibukota Propinsi Jawa
Barat, memiliki peningkatan jumlah penduduk
rata-rata 1,36% dari tahun 2002-2013 yang
diyakini dapat mempengaruhi tingkat kepadatan
lalu lintas. Hal tersebut didukung pula dengan
adanya peningkatan jumlah kendaraan pribadi
(sepeda motor, mobil penumpang dan barang,
jeep dan sejenisnya, bus besar-kecil non umum)
sejak tahun 2008-2010 yang mencapai 8,34%
sehingga diyakini dapat mempengaruhi kondisi
lalu lintas. Terdapat rencana pengembangan
monorel sebagai salah satu moda transportasi di
Kota
Bandung
yang
bermaksud
untuk
menghubungkan setiap lokasi-lokasi kegiatan,
sehingga memerlukan studi terkait tingkat
permintaan maupun dampak yang akan
ditimbulkan dari rencana
pengembangan
monorel tersebut. Transportasi Kota Bandung
sudah mengalami perubahan yang sangat
signifikan dibandingkan dengan 5-10 tahun yang
lalu.
Besarnya
jumlah
pembangunan
infrastruktur jalan mengubah pola pergerakan di
dalam Kota Bandung. Sebagai contoh adalah
jembatan Pasupati yang berkontribusi terhadap
perubahan pola perjalanan di kawasan Bandung
Utara, dimana pergerakan barat-timur di daerah
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota B SAPPK V4N2 | 373
3.
1.
V
C
Kapasitas jalan
C=C_o xFC_w xFC_SP xFC_SF xFC_CS
Dimana:
C
: Kapasitas Aktual (smp/jam)
Co
: Kapasitas Dasar (smp/jam)
FCw
: Faktor penyesuaian lebar jalur lalu
lintas
FCSP
: Faktor penyesuaian median atau
pemisah arah
FCSF
: Faktor penyesuaian hambatan
samping
FCCS
: Faktor penyesuaian hambatan
samping
2.
Derajat Kejenuhan
Kinerja jaringan
pelayanan jalan
jalan
atau
tingkat
:
:
Model Zhongan
Nox
SO2
14
0.29
Mobil Penumpang
32.4
2.3
0.11
Angkutan Kota
43.1
2.1
0.029
11
11.9
0.93
8.4
17.7
0.82
Bis
Truk
0.008
b.
Pasti
Rata-rata
17.625
18.75
18.1875
16.25
18.25
17.25
14.625
21.125
17.875
Mungkin
Juanda
Jalan
Dipatiukur
Jalan Merdeka
Jalan Braga
Jalan
Lembong
Jalan Veteran
Jalan Sunda
Jalan Gatot
Subroto
Jalan Pelajar
Pejuang
Jalan Buah
Batu
Jalan Terusan
Buah Batu
Sumber: Hasil Analisa 2015
Tabel 6 Analisa Kinerja Jaringan Jalan Berdasarkan
Hasil Estimasi Penerapan Skenario Monorel
Kelas Kinerja Jaringan Jalan
Pada Kondisi Eksisting
Ruas Jalan
A
B
C
D
E
F
Jalan Ir. H.
Juanda
Jalan
Dipatiukur
Jalan Merdeka
Jalan Braga
Jalan Lembong
Jalan Veteran
Jalan Sunda
Jalan Gatot
Subroto
Jalan Pelajar
Pejuang
Jalan Buah
Batu
Jalan Terusan
Buah Batu
Jalan Merdeka
Jalan Merdeka merupakan ruas jalan dengan 4
lajur 1 jalur/arah (4/1) dimana guna lahan di
sekitarnya berupa guna lahan perdagangan dan
jasa, pendidikan dasar skala kota hingga
nasional. Berdasarkan perhitungan kinerja
jaringan jalan di ruas Jalan Merdeka, diketahui
nilai kinerja jaringan jalan yang paling rendah
adalah C, baik pada weekday (16.00-17.00,
17.00-18.00) maupun weekend (18.00-19.00,
19.00-20.00).
Selain guna lahan di Ruas Jalan Merdeka yang
memang
didominasi
oleh
guna
lahan
perdagangan dan jasa (pusat perbelanjaan
Bandung Indah Plaza) dan pendidikan, yang
menjadi salah satu faktor penarik untuk ruas
jalan ini, penyebab lainnya adalah karena ruas
Jalan Merdeka merupakan ruas jalan yang
cukup besar dilalui oleh pekerja yang berlokasi
di kawasan Dago serta merupakan ruas jalan
yang dilalui bis Damri yang berangkat dari Jalan
Dipati Ukur menuju Terminal Leuwi Panjang.
Setelah dilakukan skenario penerapan monorel,
maka kinerja jaringan Jalan Merdeka meningkat
dengan nilai yang paling rendah adalah B. Hal
ini membuktikan bahwa dari hasil estimasi
terhadap dampak kinerja jaringan jalan
membuktikan bahwa skenario pengadaan
monorel di Kota Bandung dapat menurunkan
volume lalu lintas.
Jalan Braga
Jalan Braga merupakan ruas jalan dengan 4
lajur 1 jalur/arah (4/1) dimana guna lahan di
sekitarnya berupa guna lahan perdagangan dan
jasa, pendidikan dasar skala kota hingga
nasional. Berdasarkan perhitungan kinerja
jaringan jalan di ruas Jalan Braga, diketahui nilai
kinerja jaringan jalan yang paling rendah adalah
C, baik pada pagi dan sore hari pada hari kerja
(weekday).
Besarnya volume lalu lintas ini disebabkan oleh
penggunaan lahan ruas Jalan Braga yang
termasuk wilayah penelitian didominasi oleh
kegiatan perdagangan serta jasa perbankan
yang merupakan kantor. Oleh karena itu, jam
378 | Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota B SAPPK V4N2
Kesimpulan