Вы находитесь на странице: 1из 24

Demensia adalah sindroma klinis yang meliputi hilangnya fungsi intelektual dan memori

yang sedemikian berat sehingga menyebabkan disfungsi hidup sehari -hari. Demensia
merupakan keadaan ketika seseorang mengalami penurunan daya ingat dan daya pikir lain yang
secara nyata mengganggu aktivitas kehidupan sehari hari (Arif muttaqin, 2008).
Demensia merupakan sindroma yang ditandai oleh berbagai gangguan fungsi kognitif tanpa
gangguan kesadaran. Fungsi kognitif yang dapat dipengaruhi pada demensia adalah inteligensia
umum, belajar dan ingatan, bahasa, memecahkan masalah, orientasi, persepsi, perhatian,
konsentrasi, pertimbangan dan kemampuan social (Aru w. Sudoyo, 2009).

E. PATOFISIOLOGI
Pada awalnya penyakit ini merusak sel saraf-saraf pada bagian otak yang mengatur
memori, khususnya pada hipotelamus dan struktur yang berhubungan dengannya. Saat sel-sel
saraf hipotelamus berhenti berfungsi sebagaimana mestinya, terjadi kegagalan daya ingat jangka
pendek, dilanjutkan dengan kegagalan kemampuan orang untuk melakukan perbuatan udah dan
tugas-tugas biasa. Penyakit ini juga mengenai korteks serebri, khususnya daerah yang
bertanggung jawab terhadap bahasa dan pemikiran. Hilangya kemampuan berbahasa, menurukan
kemampuan seseorang untuk membuat keputusan, dan timbul perubahan kepribadian. Emosi
yang meledak-ledak dan gangguan perilaku, seperti berjalan tampa tujuan dan agitasi mulai
timbul, dan lambat laun semakin sering seiring jalannya penyakit ( Sylvia, 2005)
Akhirnya banyak daerah yang terlibat, bagian atrofi dan pada pasien ini biasanya tidak
mampu berinteraksi dengan orang lain, dan sangat bergantung pada orang lain untuk melakukan
tugas pribadi yang paling mendasar, seperti makan, minum, BAK BAB. Secara makroskopik,
perubahan otak penyakit ini melibatkan kerusakan berat neuron korteks dan hipotelamus, serta
penimbunan amoloid dalam pembuluh darah intrakranial. Secara mikroskopik, terdapat
perubahan marfologis dan biokimia pada neuron-neuron. Perubahan marfologis terdiri dari dua
ciri khas lesi yang pada akhirnya berkembang menjadi degenerasi soma, akson dan dendrit
neuron ( Wiwik, 2005).
Satu tanda lesi adalah kekusutan neurofibrilaris, yaitu struktur intraselular yang berisi
serat kusut, melintir, yang sebagian besar terdiri dari protein. Dalam sistem saraf pusat , protein
ini sebagian besar telah dipelajari sebagai penghambat pembentuk struktural yang berkait dalam

menstabikan mikrotubulus dan merupakan komponen penting dari sitoskleton sel neuronal
(Muttaqin, 2008).

E. WOC
Terjadi plek senilis
Hilangnya serat saraf kolinergik di korteks serebrum
Kekusutan neurolibrilar yang difusi
Degenerasi neuron kolinergik
Penurunan metabolisme dan aliran darah di korteks parietalis superior
Perubahan kemampuan merawat diri sendiri
Asetilkolin menurun pada otak
Kelainan neurotransmiter
Penurunan sel neuron kolinergik yang berproyeksi ke hipotelamus dan amigdala
Kehilangan kemampuan menyelesaikan masalah: perubahan mengawasi keadaan yang kompleks dan berpikir
abstrak: emosi labil, pelupa, apatis
MK : perubahan proses pikir
Mk : defisit perawatan diri (makan, minum, berpakaian, dan higiene)
Tingkah laku aneh, dan Mempunyai dorongan melakukan kekerasan
MK : resiko cedera
Faktor resiko : yang berpengaruh : adanya keluarga dengan sindrom down, fertilasi yang kurang, dan defisiensi
kalsium.
Faktor predisposisi: usia, genetik, radikal bebas, toksin amiloid, pengaruh logam alumunium, dan akibat infeksi
virus.
Degenerasi progresif korteks serebral

lobus pariental
Penurunan Orientasi spinal
Lobus temporal
Penurunan mengenal karateristik spesifik dari infut
sensori
Lobus frontal
Penurunan kemampuan motorik utama ( korteks premoton/ asosiasi motorik menurun )

( Arif muttaqin, 2008 )


F. MANIFESTASI KLINIS
Menurut ( Silvia, 2006 )Secara umum tanda dan gejala demensia adalah sebagai berikut:
1. Menurunnya daya ingat yang terus terjadi. Pada penderita demensia, lupa menjadi bagian
keseharian yang tidak bisa lepas.
2. Gangguan orientasi waktu dan tempat, misalnya: lupa hari, minggu, bulan, tahun, tempat
penderita demensia berada
3. Penurunan dan ketidakmampuan menyusun kata menjadi kalimat yang benar, menggunakan kata
yang tidak tepat untuk sebuah kondisi, mengulang kata atau cerita yang sama berkali-kali
4. Ekspresi yang berlebihan, misalnya menangis berlebihan saat melihat sebuah drama televisi,
marah besar pada kesalahan kecil yang dilakukan orang lain, rasa takut dan gugup yang tak
beralasan. Penderita demensia kadang tidak mengerti mengapa perasaan-perasaan tersebut
muncul.
5. Adanya perubahan perilaku, seperti : acuh tak acuh, menarik diri dan gelisah.
F. PENATALAKSANAAN
Menurut : ( Silvia, 2006) penatalaksanaan di bagi menjadi 3 yaitu
1. Farmakoterapi
a) Untuk mengobati demensia alzheimer digunakan obat - obatan antikoliesterase seperti
Donepezil , Rivastigmine , Galantamine , Memantine
b) Dementia vaskuler membutuhkan obat -obatan anti platelet seperti Aspirin , Ticlopidine ,
Clopidogrel untuk melancarkan aliran darah ke otak sehingga memperbaiki gangguan kognitif.
c) Demensia karena stroke yang berturut-turut tidak dapat diobati, tetapi perkembangannya bisa
diperlambat atau bahkan dihentikan dengan mengobati tekanan darah tinggi atau kencing manis
yang berhubungan dengan stroke.
d) Jika hilangnya ingatan disebabakan oleh depresi, diberikan obat anti-depresi seperti Sertraline
dan Citalopram.
e) Untuk mengendalikan agitasi dan perilaku yang meledak-ledak, yang bisa menyertai demensia
stadium lanjut, sering digunakan obat anti-psikotik (misalnya Haloperidol , Quetiapine dan
Risperidone). Tetapi obat ini kurang efektif dan menimbulkan efek samping yang serius. Obat
anti-psikotik efektif diberikan kepada penderita yang mengalami halusinasi atau paranoid.

2. Dukungan atau Peran Keluarga


a. Mempertahankan lingkungan yang familiar akan membantu penderita tetap memiliki orientasi.
Kalender yang besar, cahaya yang terang, jam dinding dengan angka-angka yang besar atau radio
juga bisa membantu penderita tetap memiliki orientasi.
b. Menyembunyikan kunci mobil dan memasang detektor pada pintu bisa membantu mencegah
terjadinya kecelekaan pada penderita yang senang berjalan-jalan.
c. Menjalani kegiatan mandi, makan, tidur dan aktivitas lainnya secara rutin, bisa memberikan rasa
keteraturan kepada penderita.
d. Memarahi atau menghukum penderita tidak akan membantu, bahkan akan memperburuk
keadaan.
e. Meminta bantuan organisasi yang memberikan pelayanan sosial dan perawatan, akan sangat
membantu.
3. Terapi Simtomatik
Pada penderita penyakit demensia dapat diberikan terapi simtomatik, meliputi :
a) Diet
b) Latihan fisik yang sesuai
c)
Terapi rekreasional dan aktifitas
d) Penanganan terhadap masalah-masalah
G. KOMPLIKASI
Menurut silvia, (2006), komplikasi yang akan muncul adalah sebagai berikut :
1. Penyakit akut atau kronis, seperti gagal jantung kongestif, pneumonia, penyakit ginjal dan
hati,kanker dan stroke.
2. Faktor hormonal dan nutrisi, diabetes, ketidakseimbangan adrenal, atau tiroid, malnutrisi dan
dehidrasi.
3. Kerusakan sensorik yang berkaitan dengan kehilangan penglihatan dan pendengaran serta
deprivasi tidur.
4. Pengobatan, meliputi meminum berbagai obat, resep ( terutama kombinasi obat yang bersifat
antikolinergik).
5. Obat-obat yang mengganggu sistem kolinergik dan neurotransmitter asetikolin dapat
mempengaruhi memori, kemampuan belajar.
H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Menurut Arif muttaqin, (2008) :
1. Pemeriksaan laboratorium rutin
Pemeriksaan laboratorium hanya dilakukan begitu diagnosis klinis demensia ditegakkan untuk
membantu pencarian etiologi demensia khususnya pada demensia reversible, walaupun 50%
penyandang demensia adalah demensia Alzheimer dengan hasil laboratorium normal,
pemeriksaan laboratorium rutin sebaiknya dilakukan. Pemeriksaan laboratorium yang rutin

dikerjakan antara lain: pemeriksaan darah lengkap, urinalisis, elektrolit serum, kalsium darah,
ureum, fungsi hati, hormone tiroid, kadar asam folat.
2. Imaging
Computed Tomography (CT) scan dan MRI (Magnetic Resonance Imaging) telah menjadi
pemeriksaan rutin dalam pemeriksaan demensia walaupun hasilnya masih dipertanyakan.
3. Pemeriksaan EEG
Electroencephalogram (EEG) tidak memberikan gambaran spesifik dan pada sebagian besar
EEG adalah normal. Pada Alzheimer stadium lanjut dapat memberi gambaran perlambatan difus
dan kompleks periodik.
4. Pemeriksaan cairan otak
Fungsi lumbal diindikasikan bila klinis dijumpai awitan demensia akut, penyandang dengan
imunosupresan, dijumpai rangsangan meningen dan panas, demensia presentasi atipikal,
hidrosefalus normotensif, tes sifilis (+), penyengatan meningeal pada CT scan.
5. Pemeriksaan genetika
Apolipoprotein E (APOE) adalah suatu protein pengangkut lipid polimorfik yang memiliki 3
allel yaitu epsilon 2, epsilon 3, dan epsilon 4. setiap allel mengkode bentuk APOE yang berbeda.
Meningkatnya frekuensi epsilon 4 diantara penyandang demensia Alzheimer tipe awitan lambat
atau tipe sporadik menyebabkan pemakaian genotif APOE epsilon 4 sebagai penanda semakin
meningkat.
6. Pemeriksaan neuropsikologis
Pemeriksaan neuropsikologis meliputi pemeriksaan status mental, aktivitas sehari-hari /
fungsional dan aspek kognitif lainnya. (Asosiasi Alzheimer Indonesia,2003) Pemeriksaan
neuropsikologis penting untuk sebagai penambahan pemeriksaan demensia, terutama
pemeriksaan untuk fungsi kognitif, minimal yang mencakup atensi, memori, bahasa, konstruksi
visuospatial, kalkulasi dan problem solving. Pemeriksaan neuropsikologi sangat berguna
terutama pada kasus yang sangat ringan untuk membedakan proses ketuaan atau proses depresi.
Sebaiknya syarat pemeriksaan neuropsikologis memenuhi syarat sebagai berikut:
a. Mampu menyaring secara cepat suatu populasi
b. Mampu mengukur progresifitas penyakit yang telah diindentifikaskan demensia.
7. Sebagai suatu esesmen awal pemeriksaan Status Mental Mini (MMSE) adalah test yang paling
banyak dipakai, tetapi sensitif untuk mendeteksi gangguan memori ringan.
PEMERIKSAAN STATUS MENTAL MINI (MMSE)
No

Tes
ORIENTASI

Nilai

1.

Sekarang (tahun), (musim), (bulan), ( tanggal), hari apa?

2.

Kita berada dimana (Negara, propinsi, kota, rumah sakit, lantai


kamar)

REGISTRASI
3.

Sebutkan 3 buah nama benda (apel, meja, atau koin), setiap benda
1 detik, pasien disuruh mengulangi ketiga nama benda tadi. Nilai
1 untuk setiap nama benda yang benar. Ulangi sampai pasien
dapat menyebutkan dengan benar dan catat jumlah pengulangan
ATENSI DAN KAKULASI

4.

Kurangi 100 dengan 7. Nilai 1 tiap jawaban yang benar. Hentikan


setelah 5 jawaban. Atau disuruh mengeja tebalik kata WAHYU
(nilai di berikan huruf yang benar sebelum kesalahan: minsalnya
uyahw 2 nilai
MENGINGAT KEMBALI (RECALL)

5.

Pasien di suruh menyebutkan kembali 3 benda diatas

BAHASA
6.

Pasien di suruh menyebut nama benda yang di tunjukkan (pensil,


buku)

7.

Pasien di suruh mengulang kata-kata namun, tanpa, bila

8.

Pasien di suruh melakukan perintah ambil kertas itu dengan


tangan anda, lipatlah menjadi dua dan letaklah dilantai

9.

Pasien di suruh melakukan perintah pejamkanlah mata anda

10. Pasien disuruh menulis dengan spontan

11.

Pasien disuruh menggambarkan bentuk dibawah ini

TOTAL

30

Skor

Nilai 24 30 = Normal
Nilai 17 23 = Sedang
Nilai 0 15 = Berat

J.

PENCENGAHAN DAN PERAWATAN DEMENSIA


Hal yang dapat kita lakukan untuk menurunkan resiko terjadinya demensia diantaranya adalah
menjaga

ketajaman

daya

ingat

dan

senantiasa

mengoptimalkan fungsi otak, seperti :


1. Mencegah masuknya zat-zat yang dapat merusak sel-sel otak seperti alkohol dan zat adiktif yang
berlebihan.
2. Membaca buku yang merangsang otak untuk berpikir hendaknya dilakukan setiap hari.
3.
Melakukan kegiatan yang dapat membuat mental kita sehat dan
4.

aktif

Kegiatan rohani & memperdalam ilmu agama.


Tetap berinteraksi dengan lingkungan, berkumpul dengan teman yang memiliki persamaan

minat atau hobby.


5. Mengurangi stress

dalam

pekerjaan

dan

berusaha

untuk

tetap

relaks

dalam

kehidupan sehari-hari dapat membuat otak kita tetap sehat.


( Silvia, 2006).
K. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
Menurut Maryam, (2012):
1. Pengkajian
a) Identitas
Indentias klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku bangsa/latar belakang kebudayaan,
status sipil, pendidikan, pekerjaan dan alamat.
b) Keluhan utama
Keluhan utama atau sebab utama yang menyebbkan klien datang berobat (menurut klien dan
atau keluarga). Gejala utama adalah kesadaran menurun.
c) Pemeriksaan fisik
Kesadaran yang menurun dan sesudahnya terdapat amnesia. Tensi menurun, takikardia,
d)
1)
2)
a.

febris, BB menurun karena nafsu makan yang menurun dan tidak mau makan.
Psikososial
Genogram.
Konsep diri.
Ganbaran diri, tressor yang menyebabkan berubahnya gambaran diri karena proses patologik

penyakit.
b. Identitas, bervariasi sesuai dengan tingkat perkembangan individu.
c. Peran, transisi peran dapat dari sehat ke sakit, ketidak sesuaian antara satu peran dengan peran
yang lain dan peran yang ragu diman aindividu tidak tahun dengan jelas perannya, serta peran
berlebihan sementara tidak mempunyai kemmapuan dan sumber yang cukup.
d. Ideal diri, keinginann yang tidak sesuai dengan kenyataan dan kemampuan yang ada.
e. Harga diri, tidakmampuan dalam mencapai tujuan sehingga klien merasa harga dirinya rendah
karena kegagalannya.
3). Hubungan sosial

Berbagai faktor di masyarakat yang membuat seseorang disingkirkan atau kesepian, yang
selanjutnya tidak dapat diatasi sehingga timbul akibat berat seperti delusi dan halusinasi. Konsep
diri dibentuk oleh pola hubungan sosial khususnya dengan orang yang penting dalam kehidupan
individu. Jika hubungan ini tidak sehat

maka individu dalam kekosongan internal.

Perkembangan hubungan sosial yang tidak adeguat menyebabkan kegagalan individu untuk
belajar mempertahankan komunikasi dengan orang lain, akibatnya klien cenderung memisahkan
diri dari orang lain dan hanya terlibat dengan pikirannya sendiri yang tidak memerlukan kontrol
orang lain. Keadaa ini menimbulkan kesepian, isolasi sosial, hubungan dangkal dan tergantung.
4). Spiritual
Keyakina klien terhadapa agama dan keyakinannya masih kuat. Tetapi tidak atau kurang
mampu dalam melaksanakan ibadahnya sesuai dengan agama dan kepercayaannya.
5). Status mental
a. Penampila klien tidak rapi dan tidak mampu utnuk merawat dirinya sendiri.
b. Pembicaraan keras, cepat dan inkoheren.
c. Aktivitas motorik, Perubahan motorik dapat dinmanifestasikan adanya peningkatan kegiatan
motorik, gelisah, impulsif, manerisme, otomatis, steriotipi.
d. Alam perasaan : Klien nampak ketakutan dan putus asa.
e. Afek dan emosi.
Perubahan afek terjadi karena klien berusaha membuat jarak dengan perasaan tertentu karena
jika langsung mengalami perasaa tersebut dapat menimbulkan ansietas. Keadaan ini
menimbulkan perubahan afek yang digunakan klien untuk melindungi dirinya, karena afek yang
telah berubahn memampukan kien mengingkari dampak emosional yang menyakitkan dari
lingkungan eksternal. Respon emosional klien mungkin tampak bizar dan tidak sesuai karena
datang dari kerangka pikir yang telah berubah. Perubahan afek adalah tumpul, datar, tidak sesuai,
berlebihan dan ambivalen
f. Interaksi selama wawancara
Sikap klien terhadap pemeriksa kurang kooperatif, kontak mata kurang.
g. Persepsi
Persepsi melibatkan proses berpikir dan pemahaman emosional terhadap suatu obyek. Perubahan
persepsi dapat terjadi pada panca indera yaitu penglihatan, pendengaran, perabaan, penciuman
dan pengecapan. Perubahan persepsi dapat ringan, sedang dan berat atau berkepanjangan.
Perubahan persepsi yang paling sering ditemukan adalah halusinasi.
6). Proses berpikin

Klien yang terganggu pikirannya sukar berperilaku kohern, tindakannya cenderung


berdasarkan penilaian pribadi klien terhadap realitas yang tidak sesuai dengan penilaian yang
umum diterima.
Penilaian realitas secara pribadi oleh klien merupakan penilaian subyektif yang dikaitkan
dengan orang, benda atau kejadian yang tidak logis.(Pemikiran autistik). Klien tidak menelaah
ulang kebenaran realitas. Pemikiran autistik dasar perubahan proses pikir yang dapat
dimanifestasikan dengan pemikian primitif, hilangnya asosiasi, pemikiran magis, delusi
(waham), perubahan linguistik (memperlihatkan gangguan pola pikir abstrak sehingga tampak
klien regresi dan pola pikir yang sempit misalnya ekholali, clang asosiasi dan neologisme.
7). Tingkat kesadaran
Kesadaran yang menurun, bingung. Disorientasi waktu, tempat dan orang
8). Memori
a. Gangguan daya ingat jangka panjang: Tidak dapat mengingat kejadian yang terjadi lebih dari
satu bulan.
b. Gangguan daya ingat jangka pendek: Tidak dapat mengingat kejadian yang terjadi dalam minggu
terakhir.
c. Gangguan daya ingat sekarang: Tidak dapat mingingat kejadian yang baru saja terjadi.
9). Tingkat konsentrasi
Klien tidak mampu berkonsentrasi
10). Kemampuan penilaian
Gangguan berat dalam penilaian atau keputusan.
11). Kebutuhan klien sehari-hari
a. Tidur, klien sukar tidur karena cemas, gelisah, berbaring atau duduk dan gelisah . Kadangkadang terbangun tengah malam dan sukar tidur kemabali. Tidurnya mungkin terganggu
sepanjang malam, sehingga tidak merasa segar di pagi hari.
b. Selera makan, klien tidak mempunyai selera makan atau makannya hanya sedikit, karea putus
asa, merasa tidak berharga, aktivitas terbatas sehingga bisa terjadi penurunan berat badan.
c. Eliminasi
Klien mungkin tergnaggu buang air kecilnya, kadang-kdang lebih sering dari biasanya,
karena sukar tidur dan stres. Kadang-kadang dapat terjadi konstipasi, akibat terganggu pola
makan.
d. Mekanisme koping

Apabila klien merasa tridak berhasil, kegagalan maka ia akan menetralisir, mengingkari atau
meniadakannya dengan mengembangkan berbagai pola koping mekanisme. Ketidak mampuan
mengatasi secara konstruktif merupakan faktor penyebab primer terbentuknya pola tiungkah laku
patologis. Koping mekanisme yang digunakan seseorang dalam keadaan delerium adalah
mengurangi kontak mata, memakai kata-kata yang cepat dan keras (ngomel-ngomel) dan
menutup diri.
BAB III
TINJAUAN KASUS
KASUS PEMICU DEMENSIA
Tn. B usia 79 tahun, tinggal di panti werdha budi luhur sejak 2 tahun yang lalu, keluarga
minitipkan Tn. B di sebabkan karena keluarga sibuk dengan urusan masing-masing. Tn. B
dulunya bekerja di pabrik alumunium, Kondisi fisik Tn. B saat ini mengalami gangguan memori
dan orientasi. Selain itu klien tidak mampu melakukan devisit keperawatan diri secara mandiri
melainkan membutuhkan bantuan orang. Tn. B sering lupa jalan pulang apa bila sedang
berpergian, sulit mandi, berpakaian, dan toileting, Tn. B juga sering tersinggung dan mudah
marah. Sebelumnya klien pernah dibawa berobat ke PKM dan di diagnosa oleh dokter bahwa Tn.
B menderita demensia yang merupakan bagian normal dari preses penuaan.
Saat pengkajian di dapatkan bahwa TD : 140/80 MmHg, S : 37 0C, RR: 24 x/menit, N : 75
x/menit. Kuku klien tampak kotor, badan klien bau, penampilan kurang menarik, kulit kepala
kotor dan bau, mulut klien bau, gigi klien tampak tidak lengkap dan tampak adanya caries pada
gigi klien serta klien tampak binggung. Nafsu makan klien menurun, jumlah makan klien yang
masuk kurang satu porsi, klien sering makan makanan yang banyak mengandung protein,
mengandung karbonhidrat, dan yang mengandung kalsium untuk menjaga kesehatan klien serta
meningkatkan status nutrisi klien, fungsi mengunyah kurang baik. Jumlah minum klien 1000
cc/hari dengan air mineral. Perawat mengatakan kekuatan otot klien menurun sehingga klien
berjalan dengan lambat, klien tampak mengalami kaku sendi, klien tampak menggunakan
tongkat, klien tampak berjalan dengan hati- hati dan kekuatan otot klien 4 ( dapat gerak dan
dapat melawan hambatan yang ringan) dan pemeriksaan lab. Didapatkan hasil Hb : 9 gr/dl,
leukosit : 12000 mm3, trombosit 340.000/mm3, dan pemeriksaan MMSE : Klien mengalami
demensia berat yaitu 11 dengan rentang normal 0-15 berat.

I.

Pengkajian
Nama Panti

: Wredha budi luhur

Ruang/ Kamar

: Melati

Tanggal Masuk

: 18 januari 2013

Tanggal Pengkajian

: 19 januari 2013

A. Identitas Klien
Nama Lansia

: Tn. B

Umur
: 79 tahun
Jenis kelamin
: Laki- laki
Status merital
: Menikah
Agama
: Islam
Suku/Bangsa
: Melayu
Bahasa yang digunakan
: Daerah
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
: Wiraswasta
Alamat asal
: Thehok Jambi
B. Alasan masuk PSTW
Keluarga klien minitipkan Tn. B di sebabkan karena keluaga sibuk dengan urusan masingmasing.
Keluhan utama saat pengkajian
Keluarga klien mengatakan bahwa Tn. B mengalami gangguan memori dan orientasi.
C. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat kesehatan saat ini
Keluarga klien mengatakan bahwa Tn. B mengalami gangguan memori dan orientasi, dan
Tn. B juga sering lupa jalan pulang apa bila sedang berpergian, sulit mandi, berpakaian, dan
toileting, Tn. B juga sering tersinggung dan mudah marah.

Saat pengkajian di dapatkan bahwa TD : 140/80 MmHg, S : 37 0C, RR: 24 x/menit, N : 75


x/menit. Kuku klien tampak kotor, badan klien bau, penampilan kurang menarik, kulit kepala
kotor dan bau, mulut klien bau, gigi klien tampak tidak lengkap dan tampak adanya caries pada
gigi klien serta klien tampak binggung. Nafsu makan klien menurun, jumlah makan klien yang
masuk kurang satu porsi, klien sering makan makanan yang banyak mengandung protein,
mengandung karbonhidrat, dan yang mengandung kalsium untuk menjaga kesehatan klien serta
meningkatkan status nutrisi klien, fungsi mengunyah kurang baik. Jumlah minum klien 1000
cc/hari dengan air mineral. Perawat mengatakan kekuatan otot klien menurun sehingga klien
berjalan dengan lambat, klien tampak mengalami kaku sendi, klien tampak menggunakan
tongkat, klien tampak berjalan dengan hati- hati
2. Riwayat kesehatan masa lalu
Keluarnga klien mengatakan dulunya klien pernah bekerja di pabrik alumunium. Klien
tidak pernah di rawat di RS, tidak pernah dioperasi, tidak pernah alergi obat, makan, dan klien
juga tidak mempenyai kebiasaan merokok, alkohol dan juga obat- obatan.
3. Riwayat kesehatan keluarga
Susunan anggota keluarga
Genogram : ( 3 generasi)

: Pasien
: tinggal serumah
: Laki-laki
:perempuan
: meninggal
Keluarga klien mengatakan bahwa anggota keluarga klen tidak pernah menderita penyakit
yang sama separti klien dan juga tidak pernah menderita penyakit penyakit lainnya.

D. Kebiasaan sehari-hari
1. Nutrisi cairan / makanan
Nafsu makan klien menurun, jumlah makan klien 3x sehari, jumlah makan klien klien yang
masuk kurang satu porsi, klien sering makan makanan yang banyak mengandung protein,
mengandung karbonhidrat, dan yang mengandung kalsium untuk menjaga kesehatan klien serta
meningkat status nutrisi klien. Jumlah minum klien 1000 cc / hari dengan air mineral.
2. Eliminasi
Frekuensi BAB 1 x 24 jam, warna feses kuning, bau khas. Frekuensi BAK 2 x 24 jam, volume
urine 400cc, warna kuning, bau urine khas.
3. Aktivitas latihan
Klien makan, mandi, berpakaian, kerapian, buang air besar, buang air kecil, di bantu orang/
perawat.
4. Tidur istirahat
Klien tampak ada tidur siang kurang lebih 30 menit, tidur malam klien kurang lebih 5 jam.
E. Data psikologi
Klien ikhlas menerima keadaanya, walaupun suasana hatinya sedih, klien tampak sering
tersinggung dan mudah marah. Konsep diiri klien tampak menurun karena faktor usia dan
merupakan proses penuaan. Orientasi klien kurang baik karena konsentrasi yang menurun
sehingga klien mengalami penurunan daya ingat dengan nilai 11 (berat) menyebabkan klien sulit
melakukan aktifitas dan devisit keperawatan diri. Memori klien pendek karena klien sering kali
lupa jalan pulang bila sedang berpergian, sulit untuk mandi, berpakaian, dan toileting.
Bahas klien kurang jelas dan bahasa yang digunakan klien kurang dipahami oleh orang
lain. klien mnegalami gangguan memori jangka pendek dikernakan klien Tidak dapat mengingat
kejadian yang terjadi dalam minggu terakhir, bahkan klien sering lupa jalan saat perpergian, sulit
bandi, berpakaian, dan toileting.
F. Data sosial
Hubungan klien dengan keluarga / kerabat kurang baik, hubungan klien dengan penghuni lain
kurang baik, hubungan dengan petugas kurang baik dan adat istiadat yang dianut klien yaitu
melayu. Dikarenakan klien mengalami gangguan memori dan orentasi sehingga klien kurang
berintraksi sosial dengan baik.
G. Data spritual

klien menganut agama islam, klien tampak sering sholat dan sering berdoa.
H. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan sakit
klien tampak sakit berat karena klien mengalami gangguan memori dan orientasi. Selain itu klien
tidak mampu melakukan devisit keperawan diri secara mandiri melainkan membutuhkan bantuan
orang.
2. Tanda- tanda vital
Kesadaran klien komposmentis, klien masih dalam kesadaran penuh. Tekanan darah 140/80
mmhg, nadi 75 x / menit, suhu 37oC menggunakan axila, RR : 24x/menit, pola pernapasan klien
tampak teratur.
3. Kepala
Bentuk kepala simetris, warna rambut memutih/ beruban, keadaan rambut rontok, kulit kepala
kotor dan bau.
4. Mata/ penglihatan
Ketajaman penglihatan klien kabur, sclera putih dan jernih, ukuran isocor, warna gelap, reaksi
terhadap cahaya miosis. Refleks pupil sama besar, dan bereaksi terhadap cahaya, konjungtiva
anemis, lapang pandang kurang jelas, penglihatan klien terasa kabur apabila tidak menggunakan
kacamata.
5. Hidung/penciuman
Bentuk simetris, struktur bagian dalam merah muda, fungsi penciuman klien kurang baik.
6. Telinga/ pendengaran
Warna kulit luar telinga bagian luar sawo matang, tidak terdapat lesi, kulit telinga berkurang
elastisitasnya. fungsi pendengaran kurang baik, tidak ada nyeri, tidak menggunakan alat bantu
pendengaran.
7. Mulut/pengecap
Bibir berwarna pucat, simetris, kelembaban baik, mukosa mulut merah muda baik, gigi kurang
bersih, ada caries, gigi tidak lengkap, kaadaan gusi kurang baik, tidak ada peradangan. Fungsi
mengunyah kurang baik, fungsi pengecap tidak begitu baik, fungsi bicara kurang jelas, bau
mulut, refleks menelan juga kurang baik.
8. Leher
Saat diraba tidak terdapat pembengkakan kelenjar getah bening, kelenjar tryroid dan sub
mandibulalis baik, kaku kuduk dan sulit menelan tidak ada.
9. Dada/pernapasan
I : bentuk dada simetris, kwalitas nafas cepat, klien tidak ada batuk dan tidak
bantu pernapasan
P : tidak terdapat tonjolan, tactile fremitus seimbang kiri dan kanan

menggunakan alat

P : perkusi dada resonan


A : suara napas vesiculer
10. Kardiovaskuler
I : bentuk jantung simetris.
P : Denyut nadi perifer teraba melemah, ictus kordis teraba.
P : Perkusi terdapat bunyi pekak
A : Bunyi jantung normal Lub Dub (tidak ada bunyi tambahan), biasanya S1 terdengar lebih keras
dari pada S2, namun nada S1 lebih rendah sedangkan S2 tinggi. Jarak antara bunyi lub dan dub
sekitar 1 detik / kurang.
11. Abdomen
I
: Tidak terdapat lesi, dan perut pasien tidak membuncit.
A
: Bising usus normal ( 10 x /menit )
P
: Tidak teraba masa.
P
: Perkusi terdengar : Tympani
12. Muskulo skeletal
Kekuatan otot klien 4 dan terdapat kaku sendi, gaya berjalan klien lambat.
4444 4444
4444 4444
Ket : dapat gerak dan dapat melawan hambatan yang ringan.
13. Keadaan neurologi
Penciuman pada klien terganggu N.1 (olfaktorius), penglihatan klien terganggu N. II (optikus),
refleks menelan klien terganggu N. V (trigeminus), dan pengecap klien terganggu N. XII
(hipoglosus) sedangkan untuk pendengaran klien masih normal N. VII (koklearis).
14. Integumen/kulit
Warna kulit telinga luar sawo matang, tekstur keriput, suhu kulit normal/ alamiah, keadaan kuku
klien tampak kotor.
15. Catatan khusus
Klien tidak mengerti tentang kondisinya, hubungan klien dengan keluarga kurang baik, orang
yang paling dekat dengan klien hanya perawat.
I.

1.
a)
b)
c)
2.

Informasi penunjang
Nama pasien
: Tn.B
Diagnosa medik
: Demensia
Tgl. Pengkajian
: 20 januari 2013
laboratorium
Hb : 9 gr/ dl (P : 13-18 gr dan W : 12-16 gr)
Leukosit : 11000 mm3 (4000 - 11000 / 5000 10000 mm3)
Trombosit : 340.000/ mm3 (150.000 450.000/mm3)
Pemeriksaan Status Mental Mini Exam (MMSE)
Nomor Identifikasi
Nama Responden

:
: Tn. B

Pendidikan

: Wiraswasta

Umur

: 79 Tahun

Tanggal

No

: 18 januari 2013

Tes

Nilai
Normal

Hasil
pemeriksaan

ORIENTASI
1.

Sekarang (tahun), (musim), (bulan), ( tanggal), hari apa?

2.

Kita berada dimana (Negara, propinsi, kota, rumah sakit, lantai


kamar)

REGISTRASI
3.

Sebutkan 3 buah nama benda (apel, meja, atau koin), setiap benda
1 detik, pasien disuruh mengulangi ketiga nama benda tadi. Nilai
1 untuk setiap nama benda yang benar. Ulangi sampai pasien
dapat menyebutkan dengan benar dan catat jumlah pengulangan
ATENSI DAN KAKULASI

4.

Kurangi 100 dengan 7. Nilai 1 tiap jawaban yang benar. Hentikan


setelah 5 jawaban. Atau disuruh mengeja tebalik kata WAHYU
(nilai di berikan huruf yang benar sebelum kesalahan: minsalnya
uyahw 2 nilai
MENGINGAT KEMBALI (RECALL)

5.

Pasien di suruh menyebutkan kembali 3 benda diatas

BAHASA
6.

Pasien di suruh menyebut nama benda yang di tunjukkan (pensil,


buku)

7.

Pasien di suruh mengulang kata-kata namun, tanpa, bila

8.

Pasien di suruh melakukan perintah ambil kertas itu dengan


tangan anda, lipatlah menjadi dua dan letaklah dilantai

9.

Pasien di suruh melakukan perintah pejamkanlah mata anda

10. Pasien disuruh menulis dengan spontan

11.

Pasien disuruh menggambarkan bentuk dibawah ini

TOTAL

30

11

Ket : Klien mengalami demensia berat yaitu 11 dengan rentang normal 0-15 berat.
3.
a.
b.
c.
d.
4.
a.
b.

Obat obatan
Donezepil : 5 mg 3x/hari
Anti depresi : citalopram 3x 10-20 mg
Galantamine : 3x 3-5 mg
Diet makanan lunak yang kalori penuh serta gizi yang baik
Terapi simtomatik
Latihan kemampun kognitif, dan mengasah pola fikir
Terapi rekreasional dan aktifitas

A. ANALISA DATA
Nama pasien : Tn. B
Umur
NO

: 79 tahun
DATA

1. DS:
Petugas panti mengatakan klien sering
tersinggung dan mudah marah
Perawat mengatakan klien sering lupa
jalan pulang bila berpergian

PENYEBAB

MASALAH

perubahan
fisiologis
(degenerasi neuron
ireversibel)

Perubahan proses
pikir

Menurunya
kemampuan
merawat diri

defisit perawatan
diri

DO:
Klien tampak mengalami gangguan
memori dan orientasi
Klien tampak bingung
Pemeriksaan MMSE: nilai 11 (berat)
2. DS:
Petugas panti mengatakan klien sulit
mandi, berpakaian dan toileting

DO:
Kuku klien tampak kotor
Badan klien Bau

Penampilan kurang menarik


Kulit kepala kotor dan bau
Mulut klien bau dan Tampak adanya
caries

3. DS :
Petugas panti mengatakan nafsu makan
klien menurun

Asupan tidak
adekuat

Perubahan nutrisi,
kurang dari
kebutuhan tubuh

kesulitan
keseimbangan
dalam beraktifitas

Risiko cidera

DO :
Gigi klien tidak lengkap
Klien tampak hanya menghabiskan
setengah porsi makannya
Hb : 9 gr/dl
4. DS :
Petugas panti mengatakan kekuatan otot
klien menurun sehingga klien berjalan
dengan lambat

DO :
klien tampak sering mengalami kaku
sendi
klien tampak menggunkan tongkat
klien tampak berjalan dengan hati- hati
kekuatan otot klien
4444
4444
4444

4444

B. INTERVENSI
Nama pasien

: Tn. B

Umur

: 79 tahun

Diagnosa
Tujuan & KH
Keperawatan
1. Perubahan proses
Tujuan :
pikir b.d perubahan Setelah diberikan 1.
fisiologis
tindakan 3 x 24 jam
(degenerasi neuron
keperawatan
ireversibel) d.d
diharapkan klien 2.
DS:
mampu mengenali
perubahan dalam 3.
Perawat
berpikir dengan
mengatakan klien
KH:
4.
sering lupa jalan

Mampu
pulang bila
berpergian
memperlihatkan
DO:
kemampuan kognitif5.
untuk menjalani
Klien tmapak
6.
konsekuensi
mengalami
kejadian yang
gangguan memori
menegangkan
dan orientasi
terhadap emosi &
Klien tampak
pikiran tentang
bingung
7.
dirinya
Mampu
Pemeriksaan
mengembangkan
MMSE: 3 (berat)
8.
strategi untuk
mengatasi anggapan
diri yang negative.
1.

NO

2.

Defisit perawatan
diri b.d menurunnya
kemampuan
merawat diri d.d
DS:
Perawat
mengatakan klien
sulit mandi,
berpakaian dan
toileting
DO:
Kuku klien tampak
kotor

Tujuan :
Setelah dilakukan 1.
tindakan
keperawatan 3 x 24
jam diharapkan klien
dapat merawat
2.
dirinya sesuai
dengan
kemampuannya
dengan
3.
KH :
Mampu melakukan
aktivitas perawatan

Intervensi
Mandiri
Kembangkan lingkungan yg
1.
mendukung & hubungan klienperawat yg terapeutik.
Pertahankan lingkungan yg
2.
menyenangkan dan tenang.
Tatap wajah ketika berbicara dengan 3.
klien.
Panggil klien dengan namanya.
4.

Mengurangi kecem

Kebisingan merup
meningkatkan gan
Menimbulkan perh
gangguan perceptu
Nama adalah bentu
menimbulkan peng
klien.
Gunakan suara yang agak rendah dan5. Meningkatkan pem
berbicara dengan perlahan pada klien. keras menimbulkan
Gunakan kata-kata pendek, kalimat,
konfrontasi & resp
dan instruksi sederhana(tahap demi 6. Seiring perkemban
tahap).
komunikasi dlm ot
menghilangkan ke
penerimaan pesan
Ciptakan aktivitas sederhana,
keseluruhan.
bermanfaat, dan tidak bersifat
7. memotivasi klien d
kompetitif sesuai kemampuan klien.
kegunaannya & ke
Evaluasi pola tidur.
merangsang realita
Kolaborasi
Berikan obat sesuai indikasi

8. Kurang tidur dpt m


kemampuan kopin
Kolaborasi
1. Untuk mengurang

Mandiri :
Identifikasi kesulitan dalam
1.
berpakaian/ perawatan diri, seperti:
keterbatasan gerak fisik, apatis/
depresi.
Identifikasi kebutuhan kebersihan diri2.
& berikan bantuan sesuai kebutuhan
dg perawatan rambut /kuku/kulit,
bersihkan kaca mata, & gosok gigi.
Perhatikan adanya tanda-tanda
nonverbal yg fisiologis.
3.

Memahami penyeb
intervensi. Masalah
menyesuaikan atau
ahli lain.
Seiring perkemban
kebersihan dasar m

Kehilangan sensor
menyebabkan klien
perawatan diri dg c

Badan klien Bau


Penampilan kurang
menarik
Kulit kepala kotor
dan bau
Mulut klien bau dan
Tampak adanya
caries
3.
Perubahan nutrisi
kurang dari
kebutuhan tubuh b.d
asupan tidak
adekuat d.d

4.

diri sesuai dg tingkat


terengah-engah, in
kemampuan.
4. Beri banyak waktu untuk melakukan
memegang dirinya
tugas.
4. Pekerjaan yg tadin
terhambat karena p
5. Bantu mengenakan pakaian yang rapi perubahan kognitif
dan indah.
5. Meningkatkan kep

Tujuan:
Dalam waktu 3x 24 1.
jam kebutuhan
nutrisi klien
2.
terpenuhi
3.
DS :
Kriteria hasil:
Perawat
Mengerti tentang
mengatakan nafsu
pentingnya nutrisi 4.
5.
makan klien
bagi tubuh.
menurun
1.
DO :
Gigi klien tidak
lengkap
Fungsi mengunyah
kurang baik
Klien hanya
menghabiskan
setengah porsi
Hb : 9 gr/dl
Resiko cidera b.d
Tujuan :
kesulitan
Setelah dilakukan 1.
keseimbangan d.d
tindakan
Ds :
keperawatan 3x 24
jam diharapkan
Perawat
Risiko cedera tidak
mengatakan
terjadi dengan
2.
kekuatan otot klien
KH :
menurun sehingga

Meningkatkan
klien berjalan
dengan lamba.
tingkat aktivitas.
Do :
Dapat beradaptasi 3.
klien tampak sering dengan lingkungan
mengalami kaku
untuk mengurangi
4.
sendi
risiko trauma/
cedera.
klien tampak
menggunkan
tongkat

Mandiri
Kaji pengetahuan keluarga/ klien
mengenai kebutuhan makanan.
Usahakan/ beri bantuan dalam
memilih menu.
Beri Privasi saat kebiasaan makan
menjadi masalah.

1. Identifikasi kebutu
pendidikan.
2. Klien tidak mampu
kebutuhan nutrisi.
3. Ketidakmampuan
dari kebiasaan mak
berkembangnya pe
Beri makanan kecil sesuai kebutuhan.4. Makan makanan k
Hindari makanan yang terlalu panas.
yang sesuai.
Kolaborasi :
5. makanan yang pan
konsultasikan dengan ahli gizi
terbakar atau meno

1. Meningkatkan stat

Mandiri
1.
Kaji derajat gangguan kemampuan,
tingkah laku impulsive dan penurunan
persepsi visual. Bantu keluarga
mengidentifikasi risiko terjadinya
bahaya yang mungkin timbul.
Hilangkan sumber bahaya
lingkungan.
2.

Mengidentifikasi r
mempertinggi kesa
Klien dengan tingk
trauma karena kura
perilaku. Penuruna
terjatuh.

Klien dengan gang


persepsi adalah aw
bertanggung jawab
Alihkan perhatian saat perilaku
keamanan dasar.
teragitasi/ berbahaya, memenjat pagar 3. Mempertahankan
tempat tidur.
konfrontasi yang m
Kaji efek samping obat, tanda
trauma.
keracunan (tanda ekstrapiramidal,
4. Klien yang tidak d
hipotensi ortostatik, gangguan
obat dapat menimb
penglihatan, gangguan
lansia. Ukuran dos

klien tampak
berjalan dengan
hati- hati
kekuatan otot klien
3

gastrointestinal).

diperlukan untuk m

BAB IV
PENUTUP
A.

Kesimpulan
Status kesehatan pada lansia yang dikaji secara komprehensif, akurat, dan sistematis.
Untuk menenukan kemampuan klien dalam memelihara diri sendiri, melengkapi dats dasar
untuk membuat rencana keperawatan, serta memberi waktu pada klien untuk berkomunikasi.
Pengkajian ini meliputi askep fisik, psikis, sosial dan spiritual dengan melalui wawancara,
observasi, dan pemeriksaan.
Saat pengkajian didapatkan bahwa Kondisi fisik Tn. B saat ini mengalami gangguan
memori dan orientasi. Tn. B sering lupa jalan pulang apa bila sedang berpergian, sulit mandi,
berpakaian, dan toileting, Tn. B juga sering tersinggung dan mudah marah.
Salah satu penyakit degneratif adalah demensia yaitu yang mempunyai awitan
tersembunyi dan membahayakan serta secara umum progresif, menjadi semakin memburuk.
Gambaran khusus meliputi kehilangan berbagai segi kemampuan intelektual, seperti memori,
penilaian, pikiran abstrak, dan fungsi kortikal lebih tinggi lainnya, serta perubahan pada
keperibadian dan perilaku.
Diagnosa keperawatan secara kasus demensia antara lain :

a.

Perubahan proses pikir berhubungan dengan perubahan fisiologis ( degenerasi neuron

irevesibel )
b. Defisit perawatan diri berhubungan dengan menurunya kemampuan merawat diri
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan asupan tidak adekuat
d. Resiko cidera berhubungan dengan kesulitan keseimbangan.
Intervensi yang dilakukan untuk menjaga kesehatan pasien adalah
a.

Identifikasi kesulitan dalam berpakaian/ perawatan diri, seperti: keterbatasan gerak fisik,
apatis/ depresi dan kebutuhan kebersihan diri & berikan bantuan sesuai kebutuhan dg

b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.

perawatan rambut /kuku/kulit, bersihkan kaca mata, & gosok gigi.


Perhatikan adanya tanda-tanda nonverbal yg fisiologis.
Kembangkan lingkungan yg mendukung & hubungan klien perawat yg terapeutik.
Pertahankan lingkungan yg menyenangkan dan tenang.
Tatap wajah ketika berbicara dengan klien dan Panggil klien dengan namanya.
Gunakan suara yang agak rendah dan berbicara dengan perlahan pada klien.
Gunakan kata-kata pendek, kalimat, dan instruksi sederhana (tahap demi tahap).
Ciptakan aktivitas sederhana, bermanfaat, dan tidak bersifat kompetitif sesuai kemampuan

klien.
i. Kaji derajat gangguan kemampuan, tingkah laku impulsive dan penurunan persepsi visual.
j.

Bantu keluarga mengidentifikasi risiko terjadinya bahaya yang mungkin timbul.


Alihkan perhatian saat perilaku teragitasi/ berbahaya, memenjat pagar tempat tidur.

k.

Kaji efek samping obat, tanda keracunan (tanda ekstrapiramidal, hipotensi ortostatik,

gangguan penglihatan, gangguan gastrointestinal).


l. Usahakan atau beri bantuan dalam memilih menu
m. Beri makanan kecil sesuai kebutuhan.
n. Hindari makanan yang terlalu pana
Perawat harus mengevaluasi secara terus-menerus, respon klien dan keluarga terhadap
tindakan keperawatan yang telah dilakukan. Secara cermat lansia mempunyai kemampuan
yang maksimal dalam melaksanakan dan dapat mempertahankan kegiatan sehari-hari secara
optimal. Perbaiki lingkungan tempat tinggal untuk menghindari kecelakaan yang tidak
diinginkan. Dan bantu daya pengenalan terhadap waktu, tempat, dan orang dengan sering
mengingat kembali hal-hal yang berhubungan dengan kejadian dan hal yang pernah terjadi.
B. Saran
1. Panti Sosial Tresna Wredha Budi Luhur
Semoga Panti Sosial Tresna Wredha Budi Luhur lebih meningkatkan pelayanan kesehatan
dan di percaya oleh masyarakat dalam meningkatkan status kesehatan.
2. Institusi
Diharapkan kepada lembaga institusi kesehatan khususnya STIKES Harapan Ibu Jambi
dapat memberikan bimbingan secara terus menerus kepada para Mahasiswa yang melakukan
penulisan ilmiah/karya tulis mengenai demensia, sehingga para mahasiswa dapat lebih
terarah/terfokus dalam mencapai sasaran penulisan yang di inginkan.
3. Mahasiswa
Mahasiswa keperawatan hendaknya dapat menerapkan asuhan keperawatan yang telah
didapatkan secara teoritis yang telah disajikan dalam penulisan kasus ini dan mampu
memberikan informasi kepada masyarakat mengenai penyakit demensia dengan mengadakan
suatu penyuluhan atau pendidikan kesehatan

Вам также может понравиться