Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
MITOKONDRIA
Mitokondria adalah suatu organel yang terdapat pada semua sel berinti dan
merupakan pembentuk utama ATP melalui reaksi oxidative phosphorylation (OXPHOS).
Proses ini melibatkan tahapan transfer elektron pada rantai respirasi (kompleks IIV)
dan ATP synthase (kompleks V). Mitokondria mempunyai DNA sendiri, namun organel
ini bekerja di bawah kendali genetik dari DNA inti maupun dari genome mitokondria. 1,2
DNA mitokondria (mtDNA) merupakan molekul dengan ukuran 16,569-kb
berbentuk sirkuler, double-stranded, yang mengandung 37 gen: 2 gen rRNA, 22 gen
tRNA, dan 13 gen structural yang mengkode protein enzim yang bekerja pada
respiratory chain (OXPHOS) di mitokondria, Rantai respirasi ini merupakan tahap akhir
dari metabolism oksidatif dan terbentuknya ATP. 1,2
Lebih dari 150 mutasi titik dan kesalahan urutan mtDNA yang telah diketahui
berhubungan dengan beberapa macam penyakit. Penyakit yang terkait dengan mutasi
pada mtDNA dibagi menjadi dua kelompok besar: 1) kelompok gangguan yang
disebabkan oleh mutasi pada gen yang terlibat pada sintesis protein, dan 2) kelompok
gangguan yang disebabkan mutasi pada gen yang mengkode protein individual yang
terlibat dalam respiratory chain. Pembagiannya adalah sebagai berikut 1,2,3
TIPE
MUTASI
Delesi tunggal
Mutasi yang
mempengaruhi
sintesis protein
mitokondria in
vivo
Mutasi tRNA
Gen ND
Mutasi pada
gen pengkode
protein
Cyt b
Gen COX
Gen ATPase 6
KLINIS
BIOKIMIAWI
KSS
Penurunan I, III, IV
PEO
Penurunan I, III, IV
PS
MELAS
Penurunan I, III, IV
MERRF &
multisitem
lain
Penurunan I, III, IV
Miopati
Penurunan I, III, IV
LHON
Penurunan I (+/-)
MELAS, LS
Penurunan I
Miopati
Penurunan I
Multisitem
Penurunan III
Miopati
Penurunan III
Multisistem
Penurunan IV
Miopati
Penurunan IV
NARP/MILS
Penurunan V
dibiopsi.
Fakta
ini
mendukung
pendekatan
terapi
dengan
menginduksi
myoglobinuria pada pasien yang mengalami intoleransi latihan atau kelemahan karena
mutasi mtDNA spesifik otot. Selain itu, baik latihan ketahanan dan resistance dapat
digunakan sebagai kombinasi untuk penanganan miopati mitokondria.4,5
macam
vitamin
dan
kofaktor
telah
digunakan
pada
pasien
ensepalomiopati mitokondrial dan menunjukkan hasil yang positif, antara lain adalah
riboflavin (vitamin B2), thiamine (Vitamin B1), Asam folat, CoQ10, I-Carnitine, dan
creatine. Beberapa diantaranya seperti riboflavin dan CoQ10 adalah komponen dari
rantai respiratori. Sedangkan kofaktor yang lain menurun pada beberapa kondisi seperti
asam folat yang lebih rendah dari normal pada darah dan CSF pasien dengan KSS.
Pada beberapa pasien, kadar carnitin bebas cenderung menurun karena carnitine
teresterifikasi meningkat. Pergeseran ini mencerminkan kerusakan parsial dari oksidasi disertai gangguan CoQ10. Gabungan vitamin yang dapat digunakan untuk
kasus ini
dengan tujuan mengembalikan level carnitine bebas dan meningkatkan aktivitas oxygen
radical scavenger CoQ10. 4,5
Pada pasien MELAS, terjadi defisiensi carnitin primer, pendekatan terapi yang
dapat dilakukan adalah pemberian Carnitine Monohidrat. Pada suatu percobaan,
pemberian Carnitine monohidrat pada 6 pasien dengan MELAS dan 1 dengan kelainan
mitokondrial yang tidak jelas menunjukkan adanya perbaikan pada aktifitas yang berat
tetapi tidak pada latihan aerobik yang ringan 4,5 .
Suplementasi tembaga memberikan hasil yang positif pada beberapa penelitian
in vitro untuk terapi ensepalomiopati infantile yang terkait dengan defisiensi COX. Pada
kelainan ini terjadi mutasi gen SCO2, yang mengkode protein COX-assembly yang
dibutuhkan untuk insersi cooper ke holoenzim. Ketika tembaga ditambahkan pada
medium kultur dari mioblast defisit COX yang memiliki mutasi SCO2, aktivitas COX
dapat kembali normal. Hal ini menunjukkan bahwa suplementasi tembaga kemungkinan
besar bermanfaat untuk bayi yang menderita cardiomiopati dan mutasi SCO2 4,5 .
Deplesi mtDNA juga dapat dicegah dengan penambahan produk defektif enzim
(deoksiguinosine monofosfat dan deoxyadenosin monofosfat), deoxiguinase kinase,
pada fibroblas dari pasien dengan sindrom hepatoserebral dan mutasi homozigus pada
gen DGUOK. 4,5
2.4 Pemberian Oxygen Radical Scavengers (ORS)
Defek rantai respirasi memiliki efek yang berbahaya yaitu kerusakan produksi
ATP, gangguan intracellular calcium buffering, produksi ROS berlebih, dan peningkatan
apoptosis. Peningkatan produksi ROS merusak membran sel melalui peroksidasi lipid
dan juga dapat memperparah jumlah mutasi mtDNA.
Dalam percobaan menurunkan ROS, beberapa Oxygen radical Scavengers telah
digunakan pada sebagian besar kelainan yang disebutkan termasuk vitamin E, CoQ10,
idebenone, dan dihidrolifoat. CoQ10 telah digunakan untuk penyakit mitokondria dengan
hasil positif dan efek negatif yang minimal. CoQ10 dan analognya, idebenone, telah
digunakan secara luas sebagai terapi kelainan neurodegenerative yang terkait dengan
peningkatan ROS. 4,5
3.3 Terapi Gen
Seperti halnya pada kelainan akibat mutasi DNA inti, pendekatan terapi gen
dapat dilakukan pada kelainan akibat mutasi DNA mitokondria. Untuk penyakit
mitokondria yang disebabkan mutasi pada gen inti, masalahnya tidak berbeda dengan
terapi gen untuk gangguan genetic mendelian, termasuk pemilihan vector viral atau nonviral yang sesuai, pengiriman ke jaringan yang sakit, dan reaksi imunologis potensial. 4,5
Namun pada penyakit akibat mutasi pada mtDNA murni, masalahnya jauh lebih
kompleks. Genome mitokondria yang bersifat poliploid, fenomena heteroplasmy,
ketidakmampuan untuk mentransfeksikan asam nukleat yang potensial untuk terapi ke
mitokondria serta belum adanya realisasi model hewan coba dengan penyakit mtDNA
menjadi masalah utama dalam pengembangan terapi berbasis gen. Walaupun demikian,
beberapa strategi untuk menyelamatkan fungsi mitokondria melalui komplementasi
defek genetic atau manipulasi langsung level mtDNA mutan telah dipertimbangkan.
Salah satu cara melengkapi protein mitokondria disfungsional adalah melalui allotopic
expression.
Dengan
menggunakan
pendekatan
ini,
menjadi
mungkin
untuk
kelemahan
neurogenik,
ataxia
dan
retinitis
pigmentosa
(NARP
syndrome). Intervensi ini ternyata menyebabkan pemulihan parsial pada defek biokimia
akibat mutasi mtDNA. Strategi yang sama juga digunakan untuk mengekspresikan gen
modifikasi subunit 4 NADH dehydrogenase (ND4) untuk melengkapi (complementation)
mutasi 1778G>A yang menyebabkan LHON. 4,5
Strategi terapi selanjutnya adalah melakukan pergeseran pada heteroplasmy,
yaitu menurunkan rasio genom mutan terhadap wild-type (gene shifting). Pendekatan ini
dapat dicapai melalui beberapa cara: (1) menghambat replikasi genome mutan secara
selektif dengan peptide asam nukleat; (2) memasukkan RNAs ke mitokondria; (3)
memasukkan polipeptida ke mitokondria; (4) memilih untuk fungsi respirasi; (5) induksi
regenerasi otot; dan (6) induksi fusi mitokondria. 3,4
Hibridisasi selektif derivate asam nukleat mtDNA mutan dapat menghambat
replikasinya selama propagasi genome wild-type, sehingga menyebabkan proporsi
genome mutan turun di bawah ambang patogenik (pathogenic threshold). Beberapa
percobaan in vitro berhasil menurunkan rasio mutan A8344G MERRF. 4,5
Strategi terapi selanjutnya adalah memasukkan polipeptida ke mitokondria.
Strategi terapi ini mempunyai implementasi logistic yang berbeda, meliputi ekspresi
allotopik, ekspresi xenotopik, dan impor endonuclease restriksi. Ekspresi allotopik
mengacu pada strategi yang ditujukan untuk menurunkan beban protein mutan dengan
mengimpor versi normal dari protein mutan yang dikode mtDNA dari gen snuck ke
dalam nucleus. Sebagai contoh, gen ATPase 6 mtDNA dapat diubah dari mitokondria ke
kode genetic inti. Untuk meyakinkan bahwa protein inti baru dikode oleh gen yang telah
diubah dikenali, dan ditranspor ke mitokondria, maka pada protein tersebut diberi leader
peptide, dimana sekuen genetiknya dipinjam dari protein yang dikode mtDNA yang lain.
Setelah genetic Trojan horse dibawa ke nucleus, produk translasinya di sitoplasma
ditranspor ke mitokondria, dilepaskan iktan leader peptide-nya, dan bergabung dengan
komponen F0 dari kompleks V bersama dengan ATPase 8 yang disintesis di
mitokondria. Pendekatan ini telah direalisasikan in vitro untuk mengkoreksi defek
biokimia sel cybrid yang mengalami mutasi T8993G NARP/MILS dan cybrid yang
mengalami mutasi G11778A LHON (Lebers hereditary optic neuropathy). 4,5
Trik molekuler lain yang digunakan untuk mengkoreksi defek rantai respirasi
yang disebabkan mutasi mtDNA dengan transfeksi sel mamalia yang sakit adalah
dengan gen mitokondria maupun gen inti dari organisme lain tetapi mengkode cognate
protein xenotopic expression. Pendekatan molekuler langsung adalah dengan
mengimpor endonuclease restriktif spesifik sebagai magic bullets untuk merusak mtDNA
mutan secara selektif. Pendekatan ini telah dilakukan pada sel cybrid model mutasi
pada gen ATPase 6 T8993G NARP/MILS dengan membuat site Smal unik pada mtDNA
manusia. Gen untuk Smal fusi ke sekuen target mitokondria dan secara transien
diekspresikan pada cybrid heteroplasmik yang kehilangan mtDNA mutan. 4,5
Pendekatan lain yang cukup efektif untuk menurunkan beban mutasi mtDNA
secara in vitro adalah pemaparan terhadap metabolit keton. Sel hybrid yang mengalami
delesi tunggal mtDNA dibiakkan dalam medium yang mengandung keton sebagai
sumber karbon. Sel yang homoplasmik untuk delesi mtDNA mati, sedangkan sel
homoplasmik untuk mtDNA wild-type hidup. Pada heteroplasmic cell lines, proporsi
mtDNA wild-type meningkat dari 13% menjadi 22% setelah 5 hari perlakuan dalam
medium ketogenik, dan pada percobaan ini didapatkan perbaikan sintesis protein
mitokondria. Pergeseran heteroplasmik (heteroplasmic shifting) tidak hanya terjadi
diantara sel (seleksi interseluler) tetapi juga di dalam sel (seleksi intraseluler). Hasil ini
dapat dijadikan rujukan kemungkinan dilakukannya percobaan in vivo pada pasien
menggunakan diet ketogenik. 4,5
Dalam kaitannya dengan heteroplasmic shifting, mungkin tidak perlu lagi
menurunkan jumlah mutasi jika kita dapat mendistribusikan ulang proporsi mtDNA
mutan dengan wild-type dalam mitokondria, mengubah organel mutan homoplasmi dan
organel wild-type homoplasmi menjadi organel heteroplasmi. Dengan cara ini, maka
DAFTAR PUSTAKA
5. Taylor RW, Turnbull DM. 2005. Mitochondrial DNA Mutations in Human Disease.
(Online) http://www.nature.com/reviews/genetics. Diakses tanggal 1 Januari
2013.