Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Disusun oleh :
Nama : Ferawati L
Kelas : 5C
Nim : K7108039
menjadi bunyi sengau /ng/ pada kata perlu diluluhkan. Jadi, bentuk mengkatakan adalah rancu dari
bentuk-bentuk mengatakan.
II. Problem Gejala Pleonasme
Kata pleonasme berarati kata-kata yang berlebih-lebihan. Kata tersebut berasal dari kata ploenazein
(bahasa Grika) atau berasal dari kata plenasnus (bahasa latin). Oleh sebab itu, gejala pleonasme dalam
bahasa Indonesia berarti pemakaiaan kata yang berlebih-lebihan, yang sebenarnya tidak perlu.
Penyebab timbulnya problem gejala pleonasme tersebut karena beberapa kemungkinan antara lain:
1) Pembicara tidak tahu bahwa kata-kata yang digunakannya mengungkapkan pengertian yang
berlebih-lebihan.
2) Pembicara dengab sengaja sebagai salah satu bentuk gaya bahasa untuk memberikan tekanan pada
arti.
3) Pembicara tidak sadar bahwa apa yang diucapkannya itu mengandung sifat berlebih-lebihan.
Ada beberapa contoh gejala pleonasme sebagai berikut:
1. Di dalam satu frasa dua atau lebih kata yang searti,misalnya:
Sejak dari Jakarta ayah sudah kelihatan lemah badannya. (sejak= dari; kata tersebut dipakai salah satu
saja).
2. Di dalam satu frasa yang berbentuk jamak masih lagi dinyatakan dua kali, misalnya:
a. Semua anak-anak wajib mengikuti upacara pada hari senin.
b. Para hadirin harap duduk kembali.
Bentukan para hadirin. Bentukan tersebut termasuk gejala pleinasme. Yang di maksudkan gejala
pleonasme adalah suatu penggunaan unsure-unsur bahasa secara tidak efektif.
Kata-kata: semua, para di atas, mengandung pengertian jamak, oleh karenanya kata benda yang
mengikuti kata-kata tersebut tidak perlu lagi dibuat jamak dengan perulangan.
III. Problem Gejala Hiperkorek
Gejala hiperkorek ini sebagai proses bentukan betul dibalik betul. Problemnya, bentukan yang sudah
betul kemudian dibetulkanlagi akhirnya menjadi salah. Gejala hiperkorek selalu menunjukkan sesuatu
yang salah, baik ucapan maupun di dalam ejaan(tulisan). Timbulnya gejala hiperkorek ini ada beberapa
alasan yang menyebabkan hal tersebut di antaranya:
1. Orang tidak tahu mana yang asli, yang betul, lalu meniru saja yang diucapkan atau yang dituliskan
oleh orang lain.
2. Karena gengsi(gagah), ingin hebat.
3. Dari segi linguistic ( f, kh, sy, z) bukan fonem-fonem bahasa Indonesia asli. Itu sebabnya variasi
antara f p, kh k, sy s, z j, tidak menimbulkan perbedaan arti.
Contoh:
a. Sy/ diganti dengan /s/ atau sebaliknya
Syarat dijadikan sarat atau sebaliknya, padahal kedua kata itu masing-masing mempunyai arti yang
berbeda. Syarat artinya ketentuan, sarat artinya penuh.
- Kita harus mengikuti syarat itu.
- Mobil itu sarat muatan.
Beberapa contoh gejala hiperkorek dalam bahasa Indonesia yaitu:
1. Gejala hiperkorek /s/ dijadikan /sy/
Contoh: sah syah, sahadat syahadat, setan syetan.
2. Gejala hiperkorek /z/ dijadikan /j/
Contoh: zaman jaman, izin ijin, izasah ijasah, ziarah jiarah, zenasah jenasah.
3. Gejala hiperkorek /h/ dijadikan /kh/
Contoh: ihtiar ikhtiar, hayal khayal, husus khusus, ahir akhir
E. DAFTAR PUSTAKA
St.Y. Slamet, 2010. Problematika berbahasa Indonesia. Surakarta: Widya Sari.
Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kamus Linguistik (edisi ke-Edisi Keempat). Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama. ISBN 978-979-22-3570-8.
Kridalaksana, Harimurti. 1996. Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
Alam Sutawijaya, dkk. 1996. Morfologi Bahasa Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan
Kebudayaan.
www.tiyapoenya.blogspot.com-gejala-bahasa-diunduh tanggal 12 Desember 2010.
http://bundaarik.multiply.com/journal/item/29 -diunduh hari Senin, 21 November 2010.
http://www.scribd.com/doc/8963368/Th-Js-Badudu- diunduh hari Senin, 21 November 2010.
http://www.scribd.com/doc/30828869/Gejala-Bahasa- diunduh hari Senin, 21 November 2010.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat dan rahmatnyalah kami bisa
bekerja dan berhasil menyelesaikan makalah yang berjudul penggunaan gejala bahasa pleonasme di
harian Koran kompas tepat pada waktunya. Adapun tujuan penulisan makalah ini untuk mengulas
gejala bahasa pleonasme yang di gunakan dalam harian Koran kompas.
Saya juga mengucapkan banyak terima kasih kepada bapak dosen mata kuliah bahasa Indonesia
dan kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah ini. Saya menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu saya mengharapkan kritik dan saran yang konstuktif
dari pembaca demi perbaikan dan pembuatan makalah selanjutnya. Semoga makalah ini bermanfaat
bagi semua.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang..............................................1
B. Rumusan masalah.........................................2
C. Tujuan penulisan..............................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian pleonasme ................3
B. Jenis-jenis dalam gejala bahasa pleonasme.....4
C. Faktor-faktor gejala bahasa pleonasme...5
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.............................7
B. Saran....................................8
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Di dalam pemakaian bahasa Indonesia sehari-hari banyak di dengar dan di baca. Ternyata masih
banyak kata-kata yang rancu maupun kata-kata yang berlebihan. Pengucapan atau penulisan bahasa
tersebut secara sadar dan tidak sadar kata-kata yang berlebihan ini sebenarnya tidak perlu di
tambahkan, tetapi kadang-kadang untuk memperjelas suatu kata atau kalimat. Untuk meluruskan
penggunaan gejala bahasa tersebut.
B. Rumusan masalah
Beberapa rumusan masalah yang akan di bahas pada bab pembahasan antara lain :
Secara umum makalah ini untuk memberikan pemahaman, wawasan dan pengetahuan tentang bahasa
pleonasme kepada pembaca dan kepada masyarakat.
Secara khusus makalah ini memberikan pengetahuan dan wawasan di dalam bahasa Indonesia agar
dapat memenuhi tugas kuliah bahasa Indonesia, mengetahui jenis-jenis gejala bahasa pleonasme dan
factor yang menyebabkan penggunaan bahasa pleonasme.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian gejala bahasa pleonasme
Kata pleonasme berasal dari bahasa bahasa latin yaitu pleonasmus yang artinya kata yang
berlebihan. Sebenarnya kata ini memperlihatkan pemakaian kata yang berlebihan sebenarnya tidak di
perlukan.
B. Jenis-jenis atau macam pleonasme
Di dalam bahasa Indonesia ada 3 (tiga) jenis bahasa pleonasme yaitu :
1.
Dua kata atau lebih yang sama maknanya di pakai sekaligus dalam suatu ungkapan ( bersinonim,
maksudnya mempunyai makna dasar yang sama tetapi konotasinya berbeda ) contohnya, kata agar
supaya, di dalam kalimat : saya belajar dengan rajin agar supaya lulus.
Dalam kata itu sebenarnya cukup menulis salah satunya, keduanya memiliki makna yang sama karena
kata itu juga bersinonim. Contoh lainnya yaitu mulai sejak, demi untuk, dan sebagainya.
2.
Dalam sebuah ungkapan terdiri atas dua kata. Gejala bahasa pleonasme jenis yang kedua ini yaitu
penggunaan kata yang tidak di perlukan lagi karena makna yang terkandung oleh kata itu sudah
terkandung dalam kata yang pertama. Sering orang mengucapkan turun ke bawah, naik ke atas tampil
kedepan dan seterusnya. Ungkapan seperti itu sudah di anggap sebagai gaya bahasa walaupun
sebenarnya kalau di pikirkan penggunaan kata kedua itu tidak perlu di gunakan lagi.
3.
Gejala bahasa pleonasme jenis ketiga ( di nyatakan dalam ungkapan terjadi penjamakan atau
gramatikal ). Misalnya di katakan :
1). Dalam perjalanan keluar negeri itu presiden kunjungi beberapa Negara sahabat.
2). Para tamu-tamu berdiri ketika upacara di mulai.
Perhatikan ungkapan beberapa Negara-negara dalam kalimat pertama tidak sesuai dengan
kalimat bahasa Indonesia. Dalam bahasa Indonesia tidak terdapat gejala concord yaitu penyesuaian
seperti dalam bahasa inggris dan belanda. Bila kata bilangannya satu, kata bendanya pun berbentuk
tunggal, bila kata bilangannya dua atau lebih, maka kata bendanya pun berbebtuk jamak.
Perhatikan bentuk para tamu-tamu dalam kalimat ke dua. Kata para mengacu pada pengertian
jamak, perulangan kata benda tamu-tamu juga menunjukkan pengertian jamak. Jadi, pengertian jamak
di nyatakan dua kali. Berlebih-lebihan, bukan ? oleh karena itu, cukup bila di katakan para tamu, atau
D. Faktor-faktor pemakaian pemakaian bahasa tidak mengetahui perbedaan bahasa yang baik dan benar
dalam harian Koran kompas
Ada beberapa faktor penyebabnya antara lain :
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Jadi berdasarkan hasil penelitian dugaan mengenai dugaan sementara saya yang ada di bab 1,
ternyata masih di temukan kerancauan dan kata yang berlebihan.
B. Saran
Berdasarkan hasil kesimpulan di atas di sampaikan kepada pihak terkait di dalam penulisan
harian Koran kompas sebagai berikut :
1. Kepada semua wartawan agar sebelum memberikan editor tulislah cerita yang benar di dalam
penggunaan kata-kata, kalimat.
2. Kepada para editor agar berhati-hati memilih dan menyunting berita yang di berikan oleh wartawan
DAFTAR PUSTAKA
SARIRA, HARDIANTI. 2012. Materi pokok bahasa Indonesia. Kendari : Stain kendari