Вы находитесь на странице: 1из 14

Akuntansi Pajak

APA

YANG

DIMAKSUD

AKUNTANSI

PAJAK

???

Suatu seni dalam mencatat, menggolongkan, mengihtisarkan serta menafsirkan transaksitransaksi finansial yang dilakukan oleh perusahaan dan bertujuan untuk menentukan jumlah
penghasilan kena pajak (penghasilan yang digunakan sebagai dasar penetapan beban dan pajak
penghasilan yang terutang) yang diperoleh atau diterima dalam suatu tahun pajak untuk dipakai
sebagai dasar penetapan beban dan/atau pajak penghasilan yang terutang oleh perusahaan
sebagai

MENGAPA

wajib

AKUNTANSI

PAJAK

PENTING

pajak.

UNTUK

DIPELAJARI

???

Pajak penghasilan seringkali dikenakan atau dipungut atas dasar berbagai asas, tujuan, dan
pertimbangan-pertimbangan yang sebagian besar diantaranya justru tidak berhubungan dengan
penentuan laba rugi periodik atau penetapan beban dan pendapatan sebagai salah satu tujuan
pokok akuntansi keuangan. Sehingga untuk melaksanakan kewajiban pajak dengan benar terutama
dalam pengisian dan pelaporan SPT Tahunan sangat penting untuk mengetahui dan mempelajari
akuntansi pajak.
Diposkan oleh selly fudianti di 20.43

Unsur Pajak, Syarat Pemungutan Pajak, Asas,


& Teori,
Unsur Pajak, Syarat Pemungutan Pajak, Asas, & Teori,|Pengertian pajak adalah iuran wajib
dari wajib pajak kepada Negara ang tidak mendapatkan jasa secara langsung dari Negara dan
dipakai untuk membiayai keperluan umum bagi seluruh anggota masyarakat. Menurut
perkembangan ilmu ekonomi, pajak didefinisikan berdasarkan pendapat Rochmat
Sumitro bahwa pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan Undang-Undang
(dapat dipaksakan) dengan tidak mendapatkan jasa timbale balik atau imbalan jasa
(kontraprestasi) secara langsung dapat ditunjuk dan digunakan untuk membayar pengeluaran
umum. Sedangkan menurutRochmat Soemahidjaja, mengatakan bahwa pajak adalah iuran
wajib, berupa uang atau barang yang dipungut oleh penguasa berdasarkan norma-norma
hokum, guna menutup biaya produksi barang dan jasa kolektif dalam mencapai kesejahteraan
umum

Unsur-Unsur Pajak

Unsur-Unsur Pajak Dari beberapa pengertian pajak dapat disimpulkan bahwa pajak memiliki
unsure-unsur sebagai berikut

Iuran dari rakyat kepada Negara. Artinya, yang berhak dalam memungut pajak ialah
Negara. Tidak ada anggota masyarakat yang dapat diperbolehkan dalam memungut
pajak kepada anggota masyarakat lainnya. Bentuk iuran adalah uang dan bukan
barang.

Berdasarkan undang-undang. Agar Negara dapat memungut pajak, pajak tersebut


haruslah diatur dalam undang-undang.

Tanpa imbal jasa atau kontraprestasi langsung dari Negara. Artinya, meskipun rakyat
membayar pajak kepada pemerintah, tetapi pemerintah tidak langsung memberikan jasa
kepada pribadi pembayar pajak.

Pajak dapat digunakan untuk membiayai rumah tangga Negara, yakni pengeluaranpengeluaran yang bermanfaat bagi masyarakat luas.

Fungsi Pajak
Fungsi Pajak Pajak memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan bernegara,
khususnya dalam pelaksanaan pembangunan karena pajak merupakan sumber pendapatan
Negara untuk membiayai semua pengeluaran pembangunan. Berdasarkan hal diatas, pajak
memiliki beberapa fungsi antara lain sebagai berikut
a. Fungsi Anggaran (Budgetair): Sebagai sumber pendapatan Negara, pajak berfungsi untuk
membiayai pengeluaran-pengeluaran Negara. Sekarang ini pajak digunakan untuk pembiayaan
rutin seperti belanja pegawai, belanja barang, dan pemeliharaan.
b. Fungsi Mengatur: Pemerintah dapat mengatur pertumbuhan ekonomi dari adanya
kebijaksanaan pajak. Dengan fungsi tersebut, pajak digunakan untuk mencapai tujuan.
c. Fungsi Stabilitas: Dari adanya pajak, pemerintah memiliki dana untuk menjalankan kebijakan
yang berhubungan dengan stabilitas harga, sehingga inflasi dapat dikendalikan.
d. Fungsi Redistribusi Pendapatan: Pajak yang telah dipungut oleh Negara digunakan untuk
membiayai segala kepentingan umum, baik itu membiayai pembangunan untuk membuka
kesempatan kerja yang dapat meningkatkan pendapatan masyarakat.

Syarat-Syarat Pemungutan Pajak


Syarat Pemungutan Pajak Tidaklah mudah untuk membebankan pajak pada masyarakat. Bila
terlalu tinggi, masyarakat akan membayar pajak. Namun, bila terlalu rendah maka pembangunan
tidak akan berjalan karena dana yang kurang. Agar tidak menimbulkan berbagai masalah maka
pemungutan pajak harus memenuhi berbagai persyaratan, yaitu sebagai berikut..
a. Syarat Keadilan (Pemungutan Pajak Harus Adil)
Seperti halnya dengan produk hokum yang lain maka hokum pajak harus menciptakan keadilan
dalam pemungutan pajak. Adil dalam perundang-undangan maupun adil dalam pelaksanaannya.
Contohnya adalah sebagai berikut

Dengan mengatur hak dan kewajiban para wajib pajak

Pajak diberlakukan bagi setiap warga Negara untuk memenuhi syarat sebagai wajib
pajak

Sanksi atas pelanggaran pajak diberlakukan secara umum sesuai dengan berat
ringannya pelanggaran

b. Syarat Yuridis (Pengaturan Pajak Harus Berdasarkan UU)


Sesuai dengan Pasal 23 UUD 1945 yang berbunyi Pajak dan pungutan yang bersifat untuk
keperluan Negara diatur dengan Undang-Undang, ada beberapa hal yang harus diperhatikan
dalam penyusunan UU tentang pajak, yaitu sebagai berikut..

Pemungutan pajak dilakukan oleh Negara berdasarkan UU harus dijamin kelancarannya

Jaminan hukum bagi para wajib pajak untuk tidak diberlakukan secara umum

Jaminan hukum mengenai terjadinya kerahasiaan bagi para wajib pajak

c. Pemungutan Pajak Harus Diusahakan dengan Sebaik-Baiknya


Pungutan pajak harus diusahakan sedemikian rupa agar tidak mengganggu kondisi
perekonomian, baik kegiatan produksi, perdagangan maupun jasa.
d. Syarat Finansial (Pemungutan Pajak harus Efisiensi)
Biaya-biaya yang dikeluarkan dalam rangka pemungutan pajak harus diperhitungkan. Jangan
sampai pajak harus dibayarkan lebih rendah dibandingkan denga biaya pengurusan pajak
tersebut. Oleh karena itu, system pemungutan pajak harus sederhana dan mudah untuk
dilaksanakan. Dengan demikian wajib pajak tidak akan mengalami kesulitan dalam pembayaran
pajak baik dari segi penghitungan maupun dari segi waktu.
e. Sistem Pemungutan Pajak Harus Sederhana
Bagaimana pajak dipungut sangat menentukan keberhasilan dalam pemungutan pajak. Sistem
sederhana memudahkan wajib pajak dalam menghitung beban pajak yang harus dibiayai
sehingga memberikan dampak positif bagi para wajib pajak untuk meningkatkan kesadaran
membayar pajak.

Asas Pemungutan Pajak


Asas Pemungutan Pajak Untuk mencapai tujuan dari pemungutan pajak, terdapat anggan
para ahli yang mengemukakan mengenai asas pemungutan pajak, antara lain sebagai berikut
a. Macam-Macam Asas Menurut Adam Smith
Menurut Adam Smith dalam bukunya Wealth of Nations dengan ajaran yang terkenal The Four
Maxims, asas pemungutan adalah pajak sebagai berikut
1. Asas Equality (asas keseimbangan dengan kemampuan atau asas keadilan), Pemungutan
pajak dilakukan oleh Negara harus sesuai dengan kemampuan dan penghasilan wajib pajak.
Negara tidak boleh bertindak diskriminatif terhadap wajib pajak.
2. Asas Certainly (asas kepastian hukum), Semua pungutan pajak harus berdasarkan UU
sehingga bagi yang melanggara akan dapat dikenai sanksi hukum
3. Asas Convinience of Payment (asas pemungutan pajak yang tepat waktu atau asas
kesenangan), Pajak harus dipungut pada saat yang tepat bagi wajib pajak (saat yang paling baik
bagi wajib pajak). Contohnya adalah sebagai berikut

Wajib pajak baru saja mendapatkan penghasilan

Wajib pajak baru saja mendapatkan laba dan keuntungan

4. Asas Eficiency (asas efisiensi atau asas ekonomis), Biaya pemungutan pajak diusahakan
sehemat mungkin, jangan sampai terjadi biaya pemungutan pajak lebih besar dar hasil
pemungutan pajak
b.
Macam-Macam
Asas
Menurut
W.J
Langen,
Menurut W.J Langen, asas pemungutan pajak dibedakan menjadi beberapa macam yaitu
sebagai berikut..
1. Asas daya pikul, Besar kecilnya pajak yang dipungut haru berdasarkan besar kecilnya
penghasilan wajib pajak. Semakin tinggi penghasilan maka semakin tinggi pajak yang
dibebankan.
2. Asas manfaat, Pajak yang dipungut oleh Negara harus digunakan untuk kegiatan-kegiatan
yang bermanfaat untuk kepentingan umum.
3. Asas keamanan, Dalam kondisi yang sama antara wajib pajak yang satu dengan wajib pajak
yang lain harus dikenakan pajak dalam jumlah yang sama (diperlakukan sama).
4. Asas kesejahteraan, Pajak yang dipungut oleh Negara digunakan untuk meningkatkan
kesejahteraan rakyat
5. Asas beban yang sekecil-kecilnya, Pemungutan pajak diusahakan sekecil-kecilnya
(serendah-rendahnya) jika dibandingkan dengan nilai objek pajak sehingga tidak memberatkan
para
wajib
pajak.
c.
Macam-Macam
Asas
Secara
Umum.
Disamping asas diatas, asas pemungutan pajak dapat dilakukan berdasarkan dari 3 asas, yaitu
sebagai berikut
1. Asas Domisili, Cara pemungutan pajak yang dilakukan oleh Negara dengan tempat tinggal
wajib pajak. Menurut asas ini, wajib pajak yang bertempak tinggal di Indonesia akan dikenakan
pajak atas segala penghasilannya baik penghasilan yang didapat di Indonesia maupun
penghasilan yang didapat diluar negeri.
2. Asas Sumber, Cara pemungutan pajak yang dilakukan oleh Negara dengan sumber
pendapatan tanpa melihat tempat tinggal. Wajib pajak menurut asas ini adalah bagi siapapun
yang memperoleh penghasilan di Indonesia akan dikenakan pajak sekalipun tempat tinggalnya
diluar negeri. Contohnya adalah tenaga kerja asing bekerja di Indonesia maka dari penghasilan
yang didapat di Indonesia akan dikenakan pajak oleh pemerintah Indonesia.
3. Asas Kebangsaan, Cara pemungutan pajak yang dilakukan oleh Negara berdasarkan
kebangsaan wajib pajak. Contohnya: setiap warga Negara asing yang bertempat tinggal di
Indonesia harus membayar pajak.

Teori Pemungutan Pajak


Teori Pemungutan Pajak - Menurut R. Santoso Brotodiharjo SH, dalam hukumnya Pengantar
Ilmu Hukum Pajak, terdapat beberapa teori yang mendasari mengenai adanya pemungutan
pajak, yaitu sebagai berikut
a. Teori Asuransi

Teori ini memiliki tugas untuk melindungi warganya dari kepentingan baik keselamatan jiwanya
maupun keselamatan harta bendanya.
b. Teori Kepentingan
Teori yang berdasarkan dari kepentinan masing-masing warga Negara termasuk kepentingan
dalam perlindungan jiwa dan harta. Semakin tinggi tingkatk epentingan dalam perlindungan
maka semakin tinggi pula pajak yang harus dibayarkan.
c. Teori Gaya Pikul
Teori yang didasarkan pada letak kemampuan (gaya pikul) membayar pajak bagi wajib pajak.
Pajak harus dibayar sesuai dengan gaya pikul (kemampuan) seseorang. Untuk mengukur gaya
pikul seseorang, perlu diketahui hal-hal berikut ini

Penghasilan

Kekayaan

Pengeluaran (belanja)

Tanggungan keluarga

Semakin banyak tanggungan keluarga maka semain kecil kemampuan (gaya pikul) seseorang
untuk membayar pajak, sekalipun penghasilannya banyak
d. Teori Bakti
Menurut teori ini yang didasarkan letak hubungan antara rakyat dengan Negara. Rakyat memiliki
kewajiban untuk membayar pajak kepada Negara. Pembayaran pajak dari rakyat kepada Negara
merupakan bentuk ungkapan bakti rakyat kepada negaranya sehingga teori ini disebut teori
kewajiban pajak mutlak
e. Teori Asas Gaya Beli
Teori yang berdasarkan dari adanya manfaat pajak yaitu pajak yang dipungut dari rumah tangga
ada di maysarakat masuk ke rumah tangga Negara kemudian disalurkan kembali kem
masyarakat. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Jadi, sudah
sepantasnya Negara sebagai penyelenggara kepentingan masyarakat memungut pajak kepada
masyarakat.

Macam-Macam Pajak
Macam-Macam Pajak - Pajak dibedakan berdasarkan system pemungutan, lembaga
pemungutan, dan sifatnya. Macam-macam pajak tersebut adalah sebagai berikut..
a. Macam-Macam Pajak Berdasarkan Sistem Pemungutan
Berdasarkan system pemungutannya, pajak dibedakan menjadi beberapa yaitu sebagai
berikut..
1. Pajak Langsung adalah pajak yang dibayar sendiri oleh wajib pajak dan tidak dapat
dilimpahkan kepada pihak lain serta dikenakan secara berulang-ulang secara periodic
berdasarkan SKP (Surat Ketetapan Pajak) atau kohir. Contoh-contoh pajak langsung adalah
sebagai berikut..

Pajak penghasilan (PPh)

Pajak kekayaan (PBB dan lain-lain)

Pajak perseroan

Pajak atas bunga, dividen, dan royalty

2. Pajak tidak langsung adalah pajak yang pembayarannya bias dilimpahkan pihak lain. Contoh
pajak tidak langsung adalah sebagai berikut..

Pajak penjualan

Pajak pertambahan nilai

Bea materai

Bea lelang

b. Macam-Macam Pajak Berdasarkan Lembaga Pemungutan


Berdasarkan lembaga pemungutannya, pajak dibedakan menjadi beberapa jenis antara lain
sebagai berikut..
1. Pajak Pusat adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat yang pemungutannya di
daerah dilakukan oleh kantor pelayanan pajak. Contoh pajak yang termasuk pajak pusat adalah
sebagai berikut..

Pajak penghasilan (PPh)

Pajak kekayaan

Pajak pertambah nilai (PPN)

Bea materai

Pajak minyak bumi

Pajak ekspor

2. Pajak daerah adalah pajak yang kewenangan pemungutannya berada pada pemerintah
daerah baik daerah tingkat satu (provinsi) maupun daerah tingkat dua (kabupaten atau kota).
Contoh pajak yang termasuk jenis pajak daerah adalah sebagai berikut..

Pajak kendaraan motor

Pajak reklame

Pajak tontonan

Pajak radio

Bea balik nama

c. . Macam-Macam Pajak Berdasarkan Sifatnya


Berdasarkan sifatnya, pajak dibedakan menjadi beberapa jenis antara lain sebagai berikut
1. Pajak subjek adalah pajak yang pemungutannya berdasarkan dari diri orangnya (keadaan diri
wajib pajak). COntoh pajak yang termasuk jenis pajak subjektif adalah sebagai berikut

Status perekonomian

Susunan keluarga

Jumlah tanggungan

2. Pajak objektif adalah pajak yang pungutannya berdasarkan dari objek pajaknya. Contoh pajak
yang termasuk jenis pajak objektif adalah sebagai berikut

Ketika kita membalik nama kendaraan yang kita beli, kita akan dikenai Bea Balik Nama
(BBN).

Pajak partambahan nilai (PPN).

Artikel Terkait:
Pengertian,
Pengertian
Pengertian,
Pengertian,
Pengertian,

Fungsi,
Jenis,
dan
Pajak
Menurut
Penyebab,
Jenis,
dan
Jenis,
Tujuan
dan
Instrumen
Tujuan,
dan
Macam-Macam

Manfaat
Para
Dampak
Kebijakan
Kebijakan

Pajak
Ahli
Inflasi
Moneter
Fiskal

Demikianlah informasi mengenai Unsur Pajak, Syarat Pemungutan Pajak, Asas, & Teori,.
Semoga anda dapat menerimanya dan bermanfaat bagi kita semua baik itu pengertian pajak,
unsur-unsur pajak, fungi-fungsi pajak, syarat-syarat pajak, asas-asas pemungutan pajak, teoriteori pemungutan pajak, dan macam-macam pajak. Sekian dan terima kasih. Salam Berbagi
Teman-Teman.
Referensi: Pajak (Pengertian, Unsur, Fungsi, Syarat, Asas, Teori, Macam-Macamnya)

Muliawati, Weni. dkk. 2007. Ekonomi untuk Siswa Kelas IX SMA-MA. Bandung: Acarya
Media Utama. Hal: 38-48

Laporan Keuangan Fiskal


FISKAL
Laporan keuangan fiskal adalah laporan keuangan yang disusun sesuai
peraturan perpajakan dan digunakan untuk keperluan penghitungan pajak.
Rekonsiliasi fiskal dilakukan oleh Wajib Pajak karena terdapat perbedaan
penghitungan, khususnya laba menurut akuntansi (komersial) dengan laba menurut

perpajakan (fiskal). Laporan keuangan fiskal disusun berdasarkan Undang-undang


dan Peraturan Perpajakan.
Pendekatan penyusunan laporan keuangan fiscal sebagai solusi antara ketentuan
akuntansi dan pajak yaitu :
1. Ketentuan pajak secara dominan mewarnai praktek akuntansi, Dalam pendekatan
ini laporan keuangan fiscal murni disusun atas dasar perpajakan. Dengan demikian
dalam melakukan pembukuan perusahaan menyusun laporan harus menurut
ketentuan perpajakan dan menurut praktek pembukuan.
2. Ketentuan pajakuntuk tujuan penyusunan laporan keuangan merupakan standar
indepensi dari prinsip akuntansi, dalam pendekatan ini perusahaan bebas untuk
menyelenggarakan pembukuan berdasarkan prinsif dan metode akuntansi.
3. Ketentuan pajak merupakan sisipan terhadap standar akuntansi, pendekatan ini
laporan keuangan atas dasar standar akuntansi. Tetapi preferensi di berikan kepada
ketentuan pajak apabila tidak sesuai dan sejalan dengan standar akuntansi.

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Susunan laporan keuangan fiscal :


Input berupa dokumen dasar
Dicatat dalam buku harian jurnal
Diklasifikasikan dengan pencatatan posting pada buku besar
Untuk pengawasan, konfirmasi, dan klarifikasi maka di buat buku tambahan, seperti
piutang, hutang dll
Akhir periode akuntansi di susun neraca percobaan yang di sesuaikan terhadap
fakta pada akhir tahun dan catatan penutup.
Dari neraca percobaan tersebut dibuat laporan keuangan komersial
Rekonsiliasi antara laporan keuangan komersial dan fiscal di atur dalam ketentuan
perpajakan
Setelah laporan keuangan diatur dalam kketentuan perpajakan akan menghasilkan
laporan keuangan fiscal.

1. KEBIJAKAN FISKAL
A. Pengertian Fiskal
a. Fiskal (Latin: Fiscus) berasal dari nama pribadi dari pemegang keuangan pertama
pada zaman Kekaisaran Romawi.
b. Fiskal (Inggris: fisc) berarti perbendaharaan negara atau kerajaan.
Kebijakan fiscalmerujuk padakebijakanyang dibuat pemerintah untuk
mengarahkan ekonomi suatu negara melalui pengeluaran dan pendapatan (berupa
pajak) pemerintah.
Pemerintah menjalankan kebijakan fiskal adalah dengan maksud untuk
mempengaruhi jalannya perekonomian atau dengan perkataan lain, dengan
kebijakan
fiskal
pemerintah
berusaha
mengarahkan
jalannya
perekonomianmenujukeadaan
yang
diinginkannya.
Denganmelaluikebijakanfiskal, antara lain
pemerintahdapatmempengaruhitingkatpendapatan nasional,
dapatmempengaruhikesempatankerja,

dapatmempengaruhitinggirendahnyainvestasinasional,
dandapatmempengaruhidistribusipenghasilannasional.Duaunsurutamadarifiskaladal
ah perpajakan dan pengeluaran publik.
B. Prinsip Dasar Fiskal
a. Adam Smith
1) Keadilan (Equality)
2) Kepastian (Certainty)
3) Kemudahan (Convenience)
4) Efisiensi (Efficiency)
b.
1)
2)
3)
4)

Edwin R.A. Seligman


Fiskal (Fiscal)
Administratif (Administrative)
Ekonomi (Economic)
Etika (Ethical)

c.
1)
2)
3)
4)

Fritz Neumark
Kesepadanan pembiayaan (Revenue productivity)
Keadilan sosial (Social justice)
Pencapaian ekonomi (Economic goals)
Kemudahan (Ease Administration and compliance)

C. Jenis-Jenis Fiskal
Jenis kebijakan fiscal dilihat dari segi teori :
1) Jenis kebijakan fiscal pembiayaan fungsional
Merupakan kebijakan fiscal yang mengatur pengeluaran pemeritah dengan
mempertimbangkan segala akibat tidak langsung terhadap pendapatan
nasional dan bertujuan untuk meningkatkan kesempatan kerja.
2) Jenis kebijakatan stabilisasi anggaran otomatis
Merupakan kebijakan fiscal yang mengatur pengeluaran pemeritah dengan
mempertimbangkan besarnya biaya dan manfaat dari berbagai program yang
bertujuan agar menghemat pengeluaran pemerintah.

3) Jenis kebijakan pengelolaan anggaran


Merupakan kebijakan yang dilakukan dengan mengatur pengeluaran
pemerintah, perpajakan dan hutang untuk mencapai stabilitas ekonomi.

Jenis kebijakan fiscal dilihat dari segi perbandingan jumlah pengeluaran dengan
jumlah penerimaan :
Kebijakan Anggaran Seimbang

Kebijakan anggaran yang menyusun laporan seimbang antara jumlah penerimaan


dan jumlah pengeluaran.
Kebijakan Anggaran Surplus
Kebijakan anggaran dengan menyusun jumlah pengeluaran lebih kecil dibanding
jumlah penerimaan.
Kebijakan Anggaran Deficit
Kebijakan anggaran dengan menyusun jumlah pengeluaran lebih besar dibanding
jumlah penerimaan.
Kebijakan Anggaran Dinamis
Kebijakan anggaran yang dilakukan dengan cara terus menambah jumlah
pengeluaran dan jumlah penerimaan sehingga semakin lama semakin besar jumlah
penerimaan dan pengeluaran negara.

D. Jenis-Jenis Koreksi Fiskal


Jenis koreksi fiskal di sini merupakan jenis-jenis perbedaan antara akuntansi
komersial dengan ketentuan fiskal (UU Nomor 10 TAHUN 1994 jo UU Nomor 17
Tahun 2000), yaitu terdiri dari :

1. Beda Tetap :
Menurut akuntansi komersial merupakan penghasilan sedangkan menurut
ketentuan PPh bukan penghasilan. Misalnya dividen yang diterima oleh Perseroan
Terbatas sebagai wajib pajak dalam negeri dari penyertaan modal sebesar 25% atau
lebih pada badan usaha yang didirikan dan berkedudukan di Indonesia.

Menurut akuntansi komersial merupakan penghasilan, sedangkan menurut


ketentuan PPh telah dikenakan PPh yang bersifat final. Penghasilan ini dikenakan
pajak tersendiri (final) sehingga dipisahkan (tidak perlu digabung) dengan
penghasilan lainnya dalam menghitung PPh yang terutang. Misalnya : penghasilan
atas bunga deposito atau tabungan lainnya yang telah dipotong PPh Final oleh Bank
sebesar 20%.

2. Beda Waktu :
Beda waktu merupakan perbedaan metode yang digunakan antara akuntansi
komersial dengan ketentuan fiskal, misalnya:
Metode penyusutan
Metode penilaian persediaan
Penyisihan piutang tak tertagih
Rugi-laba selisih kurs

E.
2. Laporan Keuangan Fiskal
A. Pengertian Laporan Keuangan Fiskal
Laporan keuangan fiskal adalah laporan keuangan yang disusun sesuai
peraturan perpajakan dan digunakan untuk keperluan penghitungan pajak.
Rekonsiliasi fiskal dilakukan oleh Wajib Pajak karena terdapat perbedaan
penghitungan, khususnya laba menurut akuntansi (komersial) dengan laba menurut
perpajakan (fiskal). Laporan keuangan fiskal disusun berdasarkan Undang-undang
dan Peraturan Perpajakan lain.
Rekonsiliasi fiskal adalah suatu mekanisme penyesuaian pelaporan keuangan
wajib pajak badan menurut ketentuan komersial diubah menjadi menurut ketentuan
perpajakan atau fiskal. Rekonsiliasi fiskal adalah sebuah lampiran SPT tahunan PPh
Badan berupa kertas kerja yang berisi penyesuaian antara laba/rugi sebelum pajak
menurut komersial dengan laba/rugi menurut SPT Tahunan (perpajakan).
Rekonsiliasi fiksal dapat dilakukan terhadap :
1. Wajib pajak yang memiliki penghasilan final.
2. Wajib pajak yang memiliki penghasilan yang bukan objek pajak.
3. Wajib pajak mengeluarkan biaya-biaya yang tidak boleh menjadi pengurang
penghasilan (pasal 9 UU PPh).
4. Wajib pajak mengeluarkan biaya yang boleh menjadi pengurang (biaya fiskal) tetapi
metode pengakuan biaya tersebut diatur oleh ketentuan fiscal.
5. Wajib pajak mengeluarkan biaya yang dikeluarkan bersama untuk mendapatkan
pendapatan yang telah dikenakan PPh final.

B. Sifat dan Keterbatasan Pelaporan Keuangan Fiskal


1. Laporan keuangan bersifat Historis.
2. Proses penyusunan laporan keuangan tidak luput dari penggunaan estimasi dan
berbagai pertimbangan.
3. Lebih mengutamakan hal yang material (tanpa mengurangi kelengkapan materi).
4. Laporan keuangan terutama menekankan makna ekonomis (substansi 0 setiap
transaksi/peristiwa (tanpa dalam kondisi tertentu memperhatikan bentuk yuridis
formalnya).
5. Terdapat alternative metode akuntansi yang dapat digunakan mengakibatkan variasi
dalam pengukuran sumber ekonomis dan tingkat kesuksesan antar wajib pajak.
6. Informasi kualitatif, sedangkan fakta yang tidak dapat kuantifikasikan umumnya
dikesampingkan.
C. Penyusunan Laporan Keuangan FiskaL
Pendekatan penyusunan laporan keuangan fiscal sebagai solusi antara ketentuan
akuntansi dan pajak yaitu :
1. Ketentuan pajak secara dominan mewarnai praktek akuntansi, Dalam pendekatan ini
laporan keuangan fiscal murni disusun atas dasar perpajakan. Dengan demikian
dalam melakukan pembukuan perusahaan menyusun laporan harus menurut
ketentuan perpajakan dan menurut praktik pembukuan.

2. Ketentuan pajak untuk tujuan penyusunan laporan keuangan merupakan standar


indepensi dari prinsip akuntansi, dalam pendekatan ini perusahaan bebas untuk
menyelenggarakan pembukuan berdasarkan prinsif dan metode akuntansi.
3. Ketentuan pajak merupakan sisipan terhadap standar akuntansi, pendekatan ini
laporan keuangan atas dasar standar akuntansi. Tetapi preferensi di berikan kepada
ketentuan pajak apabila tidak sesuai dan sejalan dengan standar akuntansi.
Susunan laporan keuangan fiscal :
1. Input berupa dokumen dasar.
2. Dicatat dalam buku harian jurnal.
3. Diklasifikasikan dengan pencatatan posting pada buku besar.
4. Untuk pengawasan, konfirmasi, dan klarifikasi maka di buat buku tambahan, seperti
piutang, hutang dll.
5. Akhir periode akuntansi di susun neraca percobaan yang di sesuaikan terhadap
fakta pada akhir tahun dan catatan penutup.
6. Dari neraca percobaan tersebut dibuat laporan keuangan komersial.
7. Rekonsiliasi antara laporan keuangan komersial dan fiscal di atur dalam ketentuan
perpajakan.
8. Setelah laporan keuangan diatur dalam ketentuan perpajakan akan menghasilkan
laporan keuangan fiscal.

Rekonsiliasi Fiskal
1. Latar Belakang Rekonsiliasi Fiskal
Rekonsiliasi fiskal dilakukan oleh wajib pajak karena terdapat perbedaan
penghitungan, khususnya laba menurut akuntansi (komersial) dengan menurut
perpajakan (fiskal). Laporan keuangan komersial atau bisnis ditujukan untuk menilai
kinerja ekonomi dan keadaan financial dari sektor privat, sedangkan keuangan fiskal
lebih ditujukan untuk menghitung pajak. Untuk kepentingan komersial atau bisnis,
laporan keuangan disusun berdasarkan prinsip yang berterima umum, yaitu Standar
Akuntansi Keuangan (SAK), sedangkan untuk kepentingan fiskal, laporan keuangan
disusun berdasarkan peraturan perpajakan (Undang-Undang PPh). Perbedaan
kedua dasar penyusunan laporan keuangan tersebut mengakibatkan perbedaan
penghitungan laba-rugi suatu entitas (wajib pajak).
Laporan keuangan fiskal disusun secara beriringan dengan laporan keuangan
komersial. Artinya, laporan keuangan bisnis disusun berdasarkan prinsip akuntansi
bisnis, tetapi ketentuan perpajakan sangat dominan dalam mendasari proses
penyusunan laporan keuangan.
Laporan keuangan ekstra komtabel dengan laporan keuangan bisnis. Artinya,
laporan keuangan fiskal merupakan prosuk tambahan, diluar laporan keuangan
bisnis. Perusahaan bebas menyelenggarakan pembukuan berdasarkan prinsip

akuntansi bisnis. Laporan keuangan fiskal disusun secara terpisah diluar


pembukuan (ekstra komtabel) melalui penyesuaian atau proses rekonsiliasi.
Laporan keuangan fiskal disusun dengan menyisipkan ketentuan-ketentuan
pajak dalam laporan keuangan isnis. Artinya, pembukuan yang diselenggarakan
perusahaan didasarkan pada prinsip akuntansi bisnis, akan tetapi jika ada ketentuan
perpajakn yang tidak sesuai dengan prinsip akuntansi bisnis maka yang
diprioritaskan adalah ketentuan perpajakan.
Untuk menjembatani adanya perbedaan tujuan kepentingan laporan keuangan
komersial dengan laporan keuangan fiskal serta tercapainya tujuan efisiensi maka
lebih dimungkinkan untuk menerapkan pendekatan yang kedua. Perusahaan hanya
menyelenggarakan pembukuan menurut akuntansi komersial, tetapi apabila akan
menyusun laporan keuangan fiskal barulah menyusun rekonsiliasi terhadap laporan
keuangan komersial tersebut.
2. Penyebab Perbedaan Laporan Keuangan Komersial dan Laporan Keuangan Fiskal
Penyebab perbedaan laporan keuangan komersial dan laporan keuangan fiskal
adalah karena terdapat perbedaan prinsip akuntansi. Perbedaan metode dan
prosedur akuntansi, perbedaan pengakuan penghasilan dan biaya, perbedaan
perilaku penghasilan dan biaya..
a. Perbedaan Prinsip Akuntansi
Beberapa prinsip akuntansi berterima umum (SAK) yang telah diakui secara umum
dalam dunia bisnis dan profesi, tetapi tidak diakui dalam fiskal adalah :
a) Prinsip Konservatisme penilaian persediaan akhir dengan terendah antara harga
pokok dan nilai realisasi bersih, dan penilaian piutang dengan nilai taksiran realisasi
bersih, diakui dalam akuntansi komersial, tetapi tidak diakui dalam fiskal.
b) Prinsip harga perolehan dalam akuntansi komersial, penentuan harga perolehan
untuk barang yang diproduksi sendiri boleh memasukkan unsur biaya tenaga kerja
yang berupa natura.
c) Prinsip matching biaya-hasil. Akuntansi komersial mengakui biaya penyusutan pada
saat aktiva tersebut menghasilkan.
b. Perbedaan Metode dan Prosedur Akuntansi
a) Metode penilaian persediaan akuntansi komersial memperbolehkan memilih
beberapa metode penghitungan atau penentuan harga perolehan persediaan, seprti
rata-rata, masuk pertama keluar pertama masuk terakhir keluar pertama,
pendekatan laba bruto, pendekatan harga jual eceran, dan lain-lain.
b) Metode penyusutan dan amortisasi. Akuntansi komersial membolehkan memilih
metode penyusutan seperti metode garis lurus, metode jumlah angka tahun, metode
saldo menurun ganda, metode jasa-jasa, metode jumlah unit produksi, metode
berdasarkan jenis dan kelompok, dan sebagainya.
c) Metode penghapusan piutang. Dalam akuntansi komersial, penghapusan piutang
ditentuakan berdasarkan metode cadangan. Sedangkan dalam fiskal penghapusan
piutang dilakukan pada saat suatu piutang nyata-nyata tidak dapat ditagih dengan
syarat-syarat tertentu yang diatur dalam aturan perpajakan.
c. Perbedaan Perlakuan dan Pengakuan Penghasilan dan Biaya
Penghasilan tertentu diakui dalam akuntansi komersial tetapi bukan merupakan
objek pajak penghasilan. Dalam rekonsiliasi fiskal, penghsilan tersebut harus

dikeluarkan dari total penghasilan kena pajak atau dikurangi dari laba menurut
akuntansi komersial.
Perbedaan-perbedaan penghasilan dan pengeluaran/biaya menurut akuntansi dan
menurut fiskal dapat dikelompokkan menjadi perbedaan sementara atau perbedaan
waktu dan perbedaan permanen atau tetap. Perbedaan tetap terjadi karena
transaksi-transaksi pendapatan dan biaya diakui menurut akuntansi komersial dan
tidak diakui menurut fiskal. Perbedaan tetap mengakibatkan laba-rugi fiskal.
Perbedaan waktu terjadi karena perbedaan waktu pengakuan pendapatan dan biaya
untuk penghitungan laba. Suatu biaya atau penghasilan menurut akuntansi
komersial dan belum diakui menurut fiskal, atau sebaliknya. Perbedaan ini bersifat
sementara karena akan tertutup pada periode sesudahnya.

Вам также может понравиться