Вы находитесь на странице: 1из 17

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keperawatan Indonesia sampai saat ini masih berada dalam proses
mewujudkan keperawatan sebagai profesi, maka akan terjadi beberapa
perubahaan dalam aspek keperawatan yaitu : penataan pendidikan tinggi
keperawatan, pelayanan dan asuhan keperawatan, pembinaan dan kehidupan
keprofesian, dan penataan lingkungan untuk perkembangan keperawatan.
Pelayanan keperawatan harus dikelola secara profesional, karena itu perlu
adanya Manajemen Keperawatan.
Manajemen Keperawatan harus dapat diaplikasikan dalam tatanan
pelayanan nyata di Rumah Sakit, sehingga perawat perlu memahami bagaiman
konsep dan aplikasinya di dalam organisasi keperawatan itu sendiri.
Manajemen berfungsi untuk melakukan semua kegiatan yang perlu
dilakukan dalam rangka pencapaian tujuan dalam batas batas yang telah
ditentukan pada tingkat administrasi (P. Siagian).
Manajemen adalah suatu ilmu dan seni perencanaan, pengarahan,
pengorganisasian dan pengontrol dari benda dan manusia untuk mencapai
tujuan yang ditentukan sebelumnya (LiangLie).
Manajemen keperawatan adalah proses

pelaksanaan

pelayanan

keperawatan melalui upaya staf keperawatan untuk memberikan asuhan


keperawatan, pengobatan dan rasa aman kepada pasien, keluarga dan
masyarakat. (Gillies,1989).
Untuk lebih memahami arti dari Manajemen Keperawatan maka kita perlu
mengetahui

terlebih dahulu

apa yang dimaksud dengan organisasi

keperawatan, bagaimana tugas dan tanggung-jawab dari masing-masing


personil di dalam organisasi yang pada akhirnya akan membawa kita untuk
lebih mengerti bagaimana konsep dasar dari Manajemen Keperawatan itu
sendiri.

BAB II
TINJAUAN TEORI
I.

PENGERTIAN
Ketenagaan adalah pengaturan proses mobilisasi potensi, proses motivasi dan
pengembangan sumber daya manusia dalam memenuhi kepuasan untuk tercapainya
tujuan individu, organisasi dimana di berkarya
A. Rekrut Tenaga Dan Seleksi
Yang perlu diperhatikan :
a. Profil karyawan saat itu
b. Program recruiting
c. Metode recruiting
d. Program pengembanga tenaga baru
e. Prosedur penerimaan
f. Data biografi
g. Surat rekomendasi
B. Penjadwalan
Penentuan untuk karyawan dinas dan libur pada suatu bangsal untuk unit tertentu
pertimbangan pimpinan dalam penjadwalan :
a. Berapa lama jadwal disiapkan?
b. Hari apa penjadwalan dimulai?
c. Hari libur minggu dapat di pecah/berurutan
d. Waktu kerja maksimum dan minimum
e. Berapa lama waktu untuk mengajukan libur mingguan/cuti?
f. Berapa lama sebelumnya jadwal dapat dilihat oleh staf?
g. Berapa lama penggantian/rotasi shift ?
h. Apakah ada tenaga ekstra (part time) ?
i. Bagaimana penjadwalan yang disusun secara sentralisasi oleh Karu,
supervisor, kepala unit rawat inap ?

1. Prinsip Penjadwalan

Keseimbangan kebutuhan tenaga dan pekerjaan serta rekreasi


Siklus penjadualan serta jam kerja adil antar staf
Semua karyawan ditugaskan sesuai siklus
Bila jadwal sudah dibuat penyimpangan dilakukan dengan surat

permohonan
Jumlah tenaga serta komposisi cukup untuk tiap unit dan shift
Jadwal
harus
dapat
meningkatkan
perawatan
yang
berkesinambungan dan pengembangan kerja tim.
2. Penyebab Over Staf
Frekuensi dan variasi tidak dapat diramalkan
Kecenderungan pimpinan membuat kompensasi

dengan

menghitung tenaga berdasarkan sensus maksimal


Keluhan pasien tentang pelayanan
Delegasi untuk diagnostik
C. Penanggulangan Tenaga
1. Manfaat pertukaran dinas yang sesuai pola kehidupan perawat.
a. Perawat dapat menyusun pola hidupnya dalam keluarga.
b. Memudahkan kepala ruangan mengevaluasi.
2. Macam-Macam Cara Dinas
a. 7 jam/shift : 6 hari kerja : 40 jam/minggu
b. 8 jam/shift : 5 hari kerja : 40 jam/minggu
c. 10 jam/shift : 4 jam kerja : 4 jam/minggu
3. Perhitungan Tenaga Keperawatan
a. Peraturan Menkes RI No. 262/Menkes/Per/VII/1979
Tentang perbandingan tempat tidur dengan jumlah perawat : RS tipe AB
perbandingan minimal 3 4 perawat : 2 tempat tidur.
b. Hasil workshop perawatan di ciloto, 1971.
Jumlah perawat : Pasien = 5 : 9/shift, dengan 3 shift/24 jam dengan
perhitungan sbb:
Hari kerja efektif/tahun : 225 260 hari.
Libur mingguan : 52 hari.
Cuti tahunan : 12 hari.
Hari besar : 10 hari.
Sakit/Izin : 12 hari.
Cuti hamil rata-rata : 29 hari.
c. Menurut Depkes Filipina tahun 1984.
Jam rata-rata pasien dalam 24 jam.
Interna 3,4 jam.
Bedah 3,5 jam.
Bedah dan interna 3,4 jam.
Post partum 3,0 jam.
Bayi 2,5 jam.

Anak-anak 4,0 jam.


d. Menurut Althaus et al 1982 dan Kirk 1981 :
Level I (Minimal) : 3,2 jam.
Level II (Intermediate) : 4,4 jam
Level III (Maksimal) : 5,6 jam.
Level IV (intensif care) : 7,2 jam
Catatan
:
BOR

PT

* TT
II.

PERENCANAAN KETENAGAAN
Merupakan Proses estimasi terhadap jumlah sumber daya keperawatan
berdasarkan tempat, ketrampilan, dan perilaku yang dibutuhkan untuk memberikan
pelayanan keperawatan dan Meramalkan atau memperkirakan siapa mengerjakan apa,
dengan keahlian apa, kapan dibutuhkan dan berapa jumlahnya serta Dilakukan
dengan Analisis Kebutuhan Nakep. Tujuan : Analisis situasi tenaga keperawatan
yaitu Untuk mengetahui jumlah tenaga perawat yang sesuai dengan kebutuhan
(memadai), perlu dilakualn analisis kebutuhan jumlah tenaga perawat. Pertama,
melakukan analisis situasi tenaga perawat untuk mengetahui deskripsi jenis kegiatan,
deskripsi beban kerja, deskripsi pola beban kerja dan deskripsi produktivitas kerja
tenaga perawat. Secara garis besar metode yang dapat digunakan dalam kegiatan ini
dibagi menjadi dua, yaitu: Work Sampling dan Time Study , dimana work sampling
lebih mudah dan praktis dilakukan, terutama bila yang ingin diketahui beban kerja
dan jenis penggunaan waktu saja, tanpa memperhatikan kualitas kerjanya.

III.

KLASIFIKASI PASIEN
Klasifikasi Klien Berdasarkan Tingkat Ketergantungan Menurut Douglas (1984,
dalam Swansburg & Swansburg, 1999) membagi klasifikasi klien berdasarkan tingkat
ketergantungan klien dengan menggunakan standar sebagai berikut :
1. Kategori I : self care/perawatan mandiri, memerlukan waktu 1-2 jam/hari
a. Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri
b. Makanan dan minum dilakukan sendiri
c. Ambulasi dengan pengawasan
d. Observasi tanda-tanda vital setiap pergantian shift
e. Pengobatan minimal dengan status psikologi stabil
f. Perawatan luka sederhana.
2. Kategori II : Intermediate care/perawatan partial, memerlukan waktu 3-4 jam/hari
a. Kebersihan diri dibantu, makan minum dibantu
b. Observasi tanda-tanda vital setiap 4 jam
c. Ambulasi dibantu

d. Pengobatan dengan injeksi


e. Klien dengan kateter urin, pemasukan dan pengeluaran dicatat
f. Klien dengan infus, dan klien dengan pleura pungsi.
3. Kategori III : Total care/Intensif care, memerlukan waktu 5-6 jam/hari
a. semua kebutuhan klien dibantu
b. perubahan posisi setiap 2 jam dengan bantuan
c. observasi tanda-tanda vital setiap 2 jam
d. makan dan minum melalui selang lambung
e. pengobatan intravena perdrip
f. dilakukan suction
g. gelisah / disorientasi
h. perawatan luka kompleks.

IV.

METODE PENUGASAN
Prinsip pemilihan metode penugasan adalah : jumlah tenaga, kualifikasi staff dan
klasifikasi pasien. Adapun jenis-jenis metode penugasan yang berkembang saat ini
adalah sebagai berikut:
1. Metode Fungsional
Metode fungsional dilaksanakan oleh perawat dalam pengelolaan asuhan
keperawatan sebagai pilihan utama pada saat perang dunia kedua. Pada saat itu
karena masih terbatasnya jumlah dan kemampuan perawat maka setiap perawat
hanya melakukan satu sampai dua jenis intervensi, misalnya merawat luka kepada
semua pasien di bangsal.
Kelebihan :
a. Manajemen klasik yang menekankan efisiensi, pembagian tiugas yang jelas
dan pengawasan yang baik.
b. Sangat baik untuk Rumah Sakit yang kekurangan tenaga.
c. Perawat senior menyibukkan diri dengan tugas manajerial, sedangkan perawat
pasien diserahkan kepada perawat junior dan atau belum berpengalaman.
Kelemahan :
a. Tidak memberikan kepuasan pada pasien maupun perawat.
b. Pelayanan keperawatan terpisah-pisah, tidak dapat menerapkan proses
keperawatan.
c. Persepsi perawat cenderung kepada tindakan yang berkaitan dengan
ketrampilan saja.
2. Metode Perawatan Tim

Metode pemberian asuhan keperawatan dimana seorang perawat profesional


memimpin sekelompok tenaga keperawatan dengan berdasarkan konsep
kooperatif & kolaboratif (Douglas, 1992).
Tujuan Metode Tim :
a. Memfasilitasi pelayanan keperawatan yang komprehensif
b. Menerapkan penggunaan proses keperawatan sesuai standar
c. Menyatukan kemampuan anggota tim yang berbeda-beda
Konsep Metode Tim :
a. Ketua tim sebagai perawat profesional harus mampu menggunakan
berbagai teknik kepemimpinan.
b. Pentingnya komunikasi yang efektif agar kontinuitas rencana keperawatan
terjamin.
c. Anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim.
d. Peran kepala ruang penting dalam model tim. Model tim akan berhasil
baik jika didukung oleh kepala ruang.
Kelebihan :
a. Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh.
b. Mendukung pelaksanaan proses keperawatan.
c. Memungkinkan komunikasi antar timsehingga konflik mudah diatasi dan
memberikan

kepuasan

kepada

anggota

tim.

Kelemahan :
a. Komunikasi antar anggota tim terbentuk terutama dalam bentuk
konferensi tim, yang biasanya membutuhkan waktu dimana sulit untuk
melaksanakan pada waktu-waktu sibuk (memerlukan waktu )
b. Perawat yang belum terampil & kurang berpengalaman cenderung untuk
bergantung/berlindung kepada perawat yang mampu
c. Jika pembagian tugas tidak jelas, maka tanggung jawab dalam tim kabur
3. Metode Primer
Metode penugasan dimana satu orang perawat bertanggung jawab penuh selama
24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien mulai dari masuk sampai keluar
rumah sakit. Mendorong praktek kemandirian perawat, ada kejelasan antara
pembuat perencana asuhan dan pelaksana. Metode primer ini ditandai dengan
adanya keterkaitan kuat dan terus menerus antara pasien dengan perawat yang
ditugaskan untuk merencanakan, melakukan, dan koordinasi asuhan keperawatan
selama
Konsep dasar metode primer :

pasien

dirawat.

a. Ada tanggungjawab dan tanggunggugat


b. Ada otonomi
c. Ketertiban pasien dan keluarga
Kelebihannya :
a. Model praktek profesional
b. Bersifat kontinuitas dan komprehensif
c. Perawat primer mendapatkan akontabilitas yang tinggi terhadap hasil dan
memungkinkan pengembangan diri kepuasan perawat
d. Klien/keluarga lebih mengenal siapa yang merawatnya
Kelemahannya :
a. Hanya dapat dilakukan oleh perawat yang memiliki pengalaman dan
pengetahuan yang memadai dengan kriteria asertif, self direction,
kemampuan mengambil keputusan yang tepat, menguasai keperawatan
klinik, akontable serta mampu berkolaborasi dengan berbagai disiplin.
b. Biaya lebih besar
4. Metode
Kasus
Setiap pasien ditugaskan kepada semua perawat yang melayani seluruh
kebutuhannya pada saat ia dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda
untuk setiap shift dan tidak ada jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh orang
yang sama pada hari berikutnya. Metode penugasan kasus biasa diterapkan satu
pasien satu perawat, umumnya dilaksanakan untuk perawat privat atau untuk
perawatan

khusus

seperti

Kelebihan :
a. Perawat lebih memahami kasus per kasus
b. Sistem
evaluasi
dari
manajerial

isolasi,

intensive

care.

lebih

mudah

menjadi

Kekurangan :
a. Belum dapatnya diidentifikasi perawat penanggung jawab
b. Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan dasar yang
aman
V.

Tanggung Jawab Dalam Ketenagaan


Dibawah ini dijelaskan beberapa tugas atau tanggung jawab:
1. Kepala Ruangan (Karu), Ketua Tim (Katim)

dan

Anggota

Tim.

Secara umum, masing kepala ruangan, ketua tim dan anggota tim memiliki
tanggung jawab yang berbeda-beda, antara lain :
a. Tanggung Jawab Karu :
Menetapkan standar kinerja yang diharapkan dari staf
Membantu staf menetapkan sasaran dari ruangan

Memberi kesempatan katim untuk mengembangkan keterampilan

kepemimpinan dan managemen


Mengorientasikan tenaga baru
Menjadi narasumber bagi tim
Mendorong kemampuan staf untuk menggunakan riset keperawatan
Menciptakan iklim komunikasi terbuka
b. Tanggung Jawab Katim :
Melakukan orientasi kepada pasien baru & keluarga
Mengkaji setiap klien, menganalisa, menetapkan rencana keperawatan

(renpra), menerapkan tindakan keperawatan dan mengevaluasi renpra


Mengkoordinasikan renpra dengan tindakan medis melalui komunikasi

yang konsisten
Membagi tugas anggota tim dan merencanakan kontinuitas asuhan

keperawatan melalui konfrens


Membimbing dan mengawasi pelaksanan asuhan keperawatan oleh

anggota tim
Bertanggung jawab terhadap kepala ruangan

c. Tanggung Jawab Anggota Tim :


Melaksanakan perawatan sesuai renpra yang dibuat katim
Memberikan perawatan total/komprehensif pada sejumlah pasien
Bertanggung jawab atas keputusan keperawatan selama katim tidak

VI.

ada di tempat
Berkontribusi terhadap perawatan
Observasi terus menerus
Ikut ronde keperawatan
Berinterkasi dgn pasien & keluarga
Berkontribusi dgn katim/karu bila ada masalah

CARA PERHITUNGAN JUMLAH DAN KATEGORI TENAGA KEPERAWATAN


A. Metode Douglas
Dalam penelitian Douglas (1975) tentang jumlah tenaga pearawat di rumah sakit,
didapatkan jumlah perawat yang dibutuhkan pada pagi, sore dan malam
teragantung pada tingkat ketergantungan pasien seperti pada table di bawah ini:
Jumla
h
pasien

Klasifikasi Pasien
Minimal
Pagi
Siang Mala
m

Parsial
Pagi
Siang

Mala
m

Total
Pagi

Siang

Malam

1
2
3
dst
Contoh

0,17
0,34
0,15

0,14
0,28
0,42

0,10
0,20
0,30

0,27
0,54
0,81

0,15
0,30
0,45

0,07
0,14
0,21

0,36
0,72
1,08

0,30
0,60
0,90

0,20
0,40
0,60
:

Ruang rawat dengan 17 orang klien, dimana 3 orang dengan ketergantungan


minimal, 8 orang dengan ketergantungan partial dan 6 orang dengan
ketergantungan total.
Minimal Partial Total Jumlah:
a. Pagi 0.17 x 3 = 0.51 0.27 x 8 = 2.16 0.36 x 6 = 2.16 4.83 (5) orang
b. Sore 0.14 x 3 = 0.42 0.15 x 8 = 1.2 0.3 x 6 = 1.8 3.42 (4) orang
c. Malam 0.07 x 3 = 0.21 0.10 x 8 = 0.8 0.2 x 6 = 1.2 2.21 (2) orang
Jumlah secara keseluruhan perawat perhari 11 orang
B. Metode Rasio
Metoda ini menggunakan jumlah tempat tidur sebagai denominator personal yang
diperlukan.Metoda

ini

paling

sering

digunakan

karena

sederhana

dan

mudah.Metoda ini hanya mengetahui jumlah personal secara total tetapi tidak bisa
mengetahui produktivitas SDM rumah sakit,da kapan personal tersebut
dibutuhkan oleh setiap unit atau bagian rumah sakit yang mebutuhkan.Bisa
digunakan bila: kemampuan dan sumber daya untuk prencanaan personal
terbatas,jenis,tipe, dan volume pelayanan kesehatan relatif stabil.Cara rasio yang
umumnya digunakan adalah berdasarkan surat keputusan menkes R.I. Nomor 262
tahun 1979 tentang ketenagaan rumah sakit,dengan standar sebagai berikut :
Tipe RS
A&B
C
D
KHUSUS

TM/TT
1/(4-7)
1/9
1/15
DISESUAIKAN

TPP/TT
(3-4)/2
1/1
1/2

TPNP/TT
1/3
1/5
1/6

TNM/TT
1/1

2/3

Keterangan :
a.
b.
c.
d.
e.

TM = Tenaga Medis.
TT = Tempat Tidur
TPP = Tenaga Para Medis Perawatan
TPNP = tenaga para medis non perawatan
TNP = tenaga non medis
Cara perhitungan ini masih ada yang menggunakan, namun banyak rumah sakit
yang lambat laun meninggalkan cara ini karena adanya beberapa alternatif

perhitungan yang lain yang lebih sesuai dengan kondisi rumah sakit dan
profesional.

C. Metode Gillies
Gillies (1989) mengemukakan rumus kebutuhan teanaga keperawatan di satuy
unit perawatan adalagh sebagai berikut:
AxBxC= F=H
(C - D) x E G
Keterangan :
A = rata-rata jumlah perawatan/pasien/hari
B = rata-rata jumlah pasien /hari
C= Jumlah hari/tahun
D = Jumlah hari libur masing-masing perawat
E = jumlah jam kerja masing-masing perawat
F = Jumlah jam perawatan yang dibutuhkan per tahun
G = Jumlah jam perawatan yang diberikan perawat per tahun
H = Jumlah perawat yang dibutuhkan untuk unit tersebut
Prinsip perhitungan rumus Gillies :
Jumlah Jam keperawatan yang dibutuhkan klien perhari adalah :
a. waktu keperawatan langsung (rata rata 4-5 jam/klien/hari) dengan
spesifikasi pembagian adalah : keperawatan mandiri (self care) = x 4
= 1 jam, keperawatan partial (partial care)= x 4 = 3 jam,
keperawatan total (total care) = 1-1.5 x 4 = 4-6 jam dan keperawatan
intensif (intensive care) = 2 x 4 jam = 8 jam.
b. Waktu keperawatan tidak langsung
menurut RS Detroit (Gillies, 1994) = 38 menit/klien/hari
menurut Wolfe & Young ( Gillies, 1994) = 60 menit/klien/hari
= 1 jam/klien/hari
c. Waktu penyuluhan kesehatan lebih kurang 15 menit/hari/klien = 0,25
jam/hari/klien
d. Rata rata klien per hari adalah jumlah klien yang dirawat di suatu unit
berdasarkan rata rata biaya atau menurut Bed Occupancy Rate (BOR)
dengan rumus :
Jumlah hari perawatan RS dalam waktu tertentu x 100
Jumlah tempat tidur x 365 hari
Jumlah hari pertahun yaitu : 365 hari.

e. Hari libur masing-masing perawat per tahun, yaitu : 73 hari ( hari


minggu/libur = 52 hari ( untuk hari sabtu tergantung kebijakan rumah
sakit setempat, kalau ini merupakan hari libur maka harus
diperhitungkan , begitu juga sebaliknya ), hari libur nasional = 13 hari,
dan cuti tahunan = 8 hari).
f. Jumlah jam kerja tiap perawat adalah 40 jam per minggu (kalau hari
kerja efektif 6 hari maka 40/6 = 6.6 = 7 jam per hari, kalau hari kerja
efektif 5 hari maka 40/5 = 8 jam per hari)
g. Jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan disatu unit harus
ditambah 20% (untuk antisipasi kekurangan /cadangan ).
h. Perbandingan profesional berbanding dengan vocasional = 55% : 45 %
Contoh :
Rata rata jam perawatan klien per hari = 5 jam/hari. Rata rata = 17
klien / hari (3 orang dengan ketergantungan minimal, 8 orang dengan
ketergantungan partial dan 6 orang dengan ketergantungan total).
Jumlah jam kerja tiap perawat = 40 jam/minggu ( 6 hari/minggu ) jadi
jumlah jam kerja perhari 40 jam dibagi 6 = 7 jam /hari. Jumlah hari
i.
j.
k.
l.

libur : 73 hari ( 52 +8 (cuti) + 13 (libur nasional)


Jumlah jam keperawatan langsung
Ketergantungan minimal = 3 orang x 1 jam = 3 jam
Ketergantungan partial = 8 orang x 3 jam = 24 jam
Ketergantungan total = 6 orang x 6 jam

36

jam

Jumlah jam = 63 jam


m. Jumlah keperawatan tidak langsung 17 orang klien x 1 jam = 17 jam
n. Pendidikan Kesehatan = 17 orang klien x 0,25 = 4,25 jam
o. Sehingga Jumlah total jam keperawatan /klien/hari :
63 jam + 17 jam + 4,25 jam = 4,96 Jam/klien/hari
17 orang
Jumlah tenaga yang dibutuhkan :
4,96 x 17 x 365 = 30.776,8 = 15,06 orang ( 15 orang )
(36573)x72044
D. Metode Swansburg
Jumlah rata-rata pasien/ hari x jumlah perawat/ pasien/ hari
Jam kerja/ hari

Contoh

Pada suatu unit dengan 24 tempat tidur dan 17 klien rata rata perhari. Jumlah jam
kontak langsung perawat klien = 5 jam /klien/hari.
a. Total

jam

perawat

/hari

17

jam

85

jam

jumlah perawat yang dibutuhkan : 85 / 7 = 12,143 ( 12 orang) perawat/hari


b. Total
jam
kerja
/minggu
=
40
jam
jumlah shift perminggu = 12 x 7 (1 minggu) = 84 shift/minggu
jumlah staf yang dibutuhkan perhari = 84/6 = 14 orang (jumlah staf sama
bekerja setiap hari dengan 6 hari kerja perminggu dan 7 jam/shift).
Menurut

Warstler

dalam

Swansburg

dan

Swansburg

(1999),

merekomendasikan untuk pembagian proporsi dinas dalam satu hari pagi :


siang : malam = 47 % : 36 % : 17 % Sehingga jika jumlah total staf
keperawatan /hari = 14 orang
Pagi : 47% x 14 = 6,58 = 7 orang
Sore : 36% x 14 = 5,04 = 5 orang
Malam : 17% x 14 = 2,38 = 2 orang
VII.

Standar Ketenagaan Perawatan Dan Bidan Di Rumah Sakit.


Pelayanan keperawatan Dirjen Yan-Med Depkes RI (2001) dengan memperhatikan
unit kerja yang ada pada masing-masing rumah sakit. Model pendekatan yang
digunakan adalah sebagai berikut :
a. Rawat inap
Berdasarkan klasifikasi pasien cara perhitungannya berdasarkan :
Tingkat ketergantungan pasien berdasarkan jenis kasus
Rata-rata pasien per hari
Jumlah perawatan yang diperlukan / hari / pasien
Jam perawatan yang diperlukan/ ruanagan / hari
Jam kerja efektif tiap perawat atau bidan 7 jam per hari
No Jenis kategori

Rata rata Rata- rat jam Jumlah

jam

pasien / hari

perawatpasie

perawat/hari (cxd)
e
35

A
1

b
Pasien P.Dalam

c
10

n /hari *
d
3,5

Pasien bedah

32

Pasien gawat

10

10

Pasien anak

4,5

13,5

Pasien kebidanan
Jumlah
Keterangan :

1
23

2,5

2,5
93,0

Berdasarkan penelitian dari luar negeri, jadi jumlah tenaga keperawatan yang
diperlukan adalah:
Jumlah jam perawatan

= 93 = 13 perawat

Jam kerja efektif per shift 7


Untuk penghitungan jumlah tenaga tersebut perlu ditambah (factor koreksi)
dengan :
a. Hari libur/ cuti/ hari besar (loss day)
Jumlah hari miggu dalam setahun + cuti + hari besar x Jumlah perawat
tersedia.
Jumlah hari kerja efektif
52 +12 + 14 x 13 = 3,5
286
b. Perawat atau bidan yang mengejakan tugas-tugas non-profesi (nonnursing jobs)
Seperti: membuat perincian pasien pulang, kebersihan ruangan,
kebersihan alat-alat makan pasien, dll. Diperkirakan 25% dari jam
pelayanan keperawatan.
(Jumlah tenaga perawat + loss day) x 25% = (13 + 3,5) x 25% = 4,1
Jadi jumlah tenaga yang diperlukan= tenaga yang tersedia + factor koreksi
= 13 + 3,5 + 4,1 = 20,6 (dibulatkan menjadi 21 orang perawat/ bidan)
Tingkat ketergantungan pasien
Pasien diklasifikasikan berdasarkan pasda kebutuhan terhadap asuhan
keperawatan/ asuhan kebidanan, meliputi:
Asuhan keperawatan minimal
Asuhan keperawatan sedang
Asuhan keperawatan agak berat
Asuhan keperawatan maksimal
Contoh kasus:
No

Kategori*

Rata rata

Jumlah

jam Jlh

jumlah

perawat/hari

perawatan

pasien / hari

**

ruangan/hari

jam

a
1

b
Askep minimal

c
7

d
2,00

(cxd)
e
14,00

Askepsedang

3,08

21,56

Askep agak berat

11

4,15

45,56

Askep maksimal

6,16

6,16

Jumlah

26

87,37

Keterangan:
*

: uraian ada pada model Gillies di halaman depan

**

: berdasarkan penelitian di luar negeri

Jumlah perawat yang dibutuhkan adalah


Jumlah jam perawatan ruangan/ hari

= 87,37 = 12,5 perawat

Jam kerja efektif perawat 7


ditambah (factor koreksi) dengan :
loss day:
52 +12 + 14 x 12,5 = 3,4
286
non-nursing jobs 25%
(Jumlah tenaga perawat + loss day) x 25% = (12,5 + 3,4) x 25% = 3,9
Jadi, jumlah tenaga yang diperlukan= tenaga yang tersedia + factor koreksi
= 12,5 + 3,4 + 3,9 = 19,8 (dibulatkan menjadi 20 orang perawat/ bidan)
a. Jumlah tenaga untuk kamar operasi
Dasar penghitungan tenaga di kamar operasi :
jumlah dan jenis operasi
jumlah kamar operasi
Pemakain kamar operasi (diprediksi 6 jam perhari) pada hari kerja
b. Tugas perawat di kamar operasi: instrumentator, perawat sirkulasi (2
orang/ im)
Tingkat ketergantungan pasien:

Operasi besar: 5 jam/ operasi


Operasi sedang: 2 jam/ operasi
Operasi kecil: 1 jam / operasi
Jml. Jam perawatan/ hari x jml. Operasi) x jml perawat dlm tim x 2
jam kerja efektif/ hari

Contoh kasus:
Dalam satu rumah sakit terdapat 30 operasi perhari, dengan perincian:
operasi besar: 6 orang; operasi sedang: 15 orang; operasi kecil: 9 orang
cara penghitungan:
{(6 x 5 jam) + (15 x 2) + (9 x 1)} x 2

= 19,71 + 1 (perawat cadangan inti)

7 jam
Di Ruang Penerimaan
Ketergantungan pasien di ruang penerimaan : 15 menit
Ketergantungan di RR : 1 jam
1,15 x 30 = 4,92 orang (dibulatkan 5 orang)
7
Perhitungan diatas dengan kondisi: alat tenun dan set operasi dipersiapkan oleh
CSSD.
Jumlah tenaga di Instalasi Gawat Darurat
Dasar perhitungan di gawat darurat adalah:
rata-rata jumlah pasien perhari
Jumlah jam perawatan perhari
Jam efektif perhari
Contoh kasus:
rata-rata jumlah pasien perhari = 50
jumlah jam perawatan perhari = 4 jam
Jam efektif perhari = 7 jam
Jadi kebutuhan tenaga perawat di IGD:
50 x 4 = 28,6 = 29 orang + loss day ( 78 x 29) = 29 orang + 8 orang =
37 orang
7
Critical Care

286

rata-rata jumlah pasien perhari = 10


jumlah jam perawatan perhari = 12
jadi jumlah kebutuhan tenaga perawat di Critical Care:10 x 12
= 17,14 = 17 orang +loss day ( 78 x 17) = 17 + 5 orang = 22
orang 7

286

DAFTAR PUSTAKA

DepKesRI (2003), Indonesia sehat 2010. Jakarta : Departemen Kesehatan R.I.


Douglas, Laura Mae. (1992) The effective Nurse : Leader and Manager. 4 Th.Ed,. Mosby year
book, Inc.
Gillies, D.A. (1994). Nursing management, a system approach. Third Edition. Philadelphia
WB Saunders.
Swansburg, R.C. & Swansburg, R.J. (1999). Introductory management and leadership for
nurses. Canada : Jones and Barlett Publishers
Yaslis, I. (2004). Perencanaan SDM rumah sakit. teori, metoda dan formula. Depok : FKMUI

Вам также может понравиться