Вы находитесь на странице: 1из 5

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Saat ini listrik sudah menjadi kebutuhan pokok bagi masyarakat Indonesia. Akan
tetapi disisi lain terdapat fakta bahwa pasokan listrik di Indonesia masih kurang.
Dari data yang didapatkan dari Kementrian ESDM sampai awal Maret 2016
masih terdapat 12.659 desa yang belum teraliri listrik dari total 74.754 desa di
Indonesia. F Iko Wismo Winarto (2006) menyatakan bahwa pada tahun 2020
diprediksi akan terjadi krisis energi listrik pada sistem Jawa-Bali apabila tidak ada
penambahan listrik.
Berdasarkan keterangan dari Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral, pada
awal Maret 2015 batubara menyumbang sebesar 52,8 % sebagai sumber listrik
Indonesia. Artinya setengah dari sumber tenaga listrik Indonesia berasal dari
batubara, padahal proses terbentuknya batubara membutuhkan waktu sampai
ratusan juta tahun. Menteri ESDM, Sudirman Said, pada tanggal 3 Februari 2016
mengatakan bahwa cadangan batubara di Indonesia diperkirakan hanya tersedia
untuk 70 tahun lagi dalam memenuhi kebutuhan listrik Indonesia. Sementara rasio
elektrifikasi Indonesia saat ini baru mencapai 87%. Dengan demikian, tuntutan
untuk mencari alternatif energi baru sangat diharapkan dan lebih diutamakan
energi yang terbarukan. Di Indonesia sumber energi yang terbarukan dan
berlimpah jumlahnya serta dapat dimanfaatkan untuk sumber energi listrik salah
satunya adalah air.
Sumberdaya air yang ada di kawasan Indonesia cukup berpotensi untuk dijadikan
sebagai sumber energi pembangkit listrik. Banyak sumber-sumber air berkapasitas
sedang yang belum termanfaatkan keberadaannya. Menurut Peraturan Presiden
Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2006 tentang kebijakan energi nasional,
pemerintah memiliki sasaran akan mewujudkan energi primer yang optimal pada
tahun 2025 sebesar 17% yang berasal dari beberapa sumber. Salah satu sumber
energi yang diharapkan dapat dikelola dan diambil energinya yaitu air. Air

termasuk energi terbarukan dan ditargetkan dapat menyumbang sebesar 5% untuk


pengoptimalan energi pada tahun 2025. Target tercapainya energi primer pada
tahun 2025 adalah meningkat dari 17% menjadi 23% yang tercantum dalam
Peraturan Pemerintah (PP) 79/2014. Salah satu langkah yang diambil pemerintah
untuk mewujudkan gagasan tersebut adalah menambah kapasitas terpasang
pembangkit listrik mikrohidro menjadi 2.846 MW pada tahun 2025. Program
tersebut juga ikut andil mewujudkan Program Pemerintah yang lebih besar yaitu
Program Pembangunan listrik menjadi 35.000 MW dalam jangka waktu dari tahun
(2014-2019). Dengan banyaknya sumberdaya air di Indonesia, tentu dapat
mendukung rencana pemerintah tersebut dan sekaligus dapat mengatasi
kelangkaan listrik yang diprediksi akan terjadi pada tahun 2020.
Kementrian ESDM mengajak seluruh pengembang perusahaan listrik swasta dan
PT PLN untuk berkontribusi bersama-sama mewujudkan Program Pemerintah
tersebut. Pemerintah memberikan kesempatan kepada Badan Usaha dibidang
penyediaan tenaga listrik untuk memanfaatkan tenaga air untuk Pembangkit
Listrik Tenaga Air. Pengaturannya tertuang dalam Peraturan Menteri Nomor 19
tahun 2015 tentang Pembelian Tenaga Listrik dari PLTA dengan kapasitas sampai
dengan 10 MW oleh PLN.
Mikrohidro adalah instalasi pembangkit listrik yang memanfaatkan sumber daya
berupa air untuk menghasilkan listrik. Sumberdaya air tersebut harus memiliki
kapasitas aliran dan beda tinggi tertentu. Disebut pembangkit listrik tenaga
mikrohidro apabila dapat menghasilkan daya dengan rentang 5-100 KW.
Sumberdaya air yang ada di Indonesia tersebar diberbagai daerah. Tipe
sumberdaya air yang dapat dimanfaatkan untuk pembangkit listrik mikrohidro
harus berasal dari sebuah terjunan karena harus memiliki beda tinggi tertentu.
Sehingga sumberdaya air yang dapat dimanfaatkan untuk pembangkit listrik
biasanya terletak pada daerah dengan topografi yang berbukit-bukit agar
didapatkan beda tinggi yang cukup.
Magetan merupakan salah satu daerah di Indonesia yang memiliki bukit-bukit
dengan ketinggian berkisar antara 25m - 1000m di atas permukaan laut. Daerah
barat Magetan memilik topografi berupa deretan pegunungan yang tergabung

dalam sistem Gunung Lawu selatan dengan kemiringan lereng yang signifikan
mencapai 40 derajat. Dengan demikian, banyak terdapat aliran air dari cekungancekungan pegunungan tersebut dan berkumpul menuju ke wilayah timur yang
relatif rendah sehingga membentuk sebuah sungai. Sungai-sungai yang ada di
Kabupaten Magetan diantaranya Sungai Gondang, Sungai Bringin, Sungai
Semawur, Sungai Nelang, Sungai Ulo, Sungai Purwodadi, Sungai Jungke, dan
Sungai Tinil.
Dengan kondisi wilayah Magetan tersebut, maka dapat dimungkinkan untuk
dilakukan perencanaan pembangunan PLTMH. Berdasarkan rekomendasi dari
pihak PU Kabupaten Magetan maka dipilih salah satu sungai yaitu Sungai Bringin
sebagai lokasi perencanaan pembangunan PLTMH. Sungai Bringin berada di
daerah dengan kemiringan lereng sekitar 40 derajat sehingga banyak terdapat
perbedaan ketinggian pada jalur sungai tersebut yang dibutuhkan untuk
pembangunan PLTMH . Sungai Bringin mengalir dari Kecamatan PlaosanPoncol-Magetan-Kawedanan dan berakhir di Kecamatan Takeran. Lokasi
pembangunan PLTMH berfokus pada salah satu air terjun yang berada di aliran di
Sungai tersebut yaitu Air Terjun Tirtosari. Air terjun tersebut terletak di Desa
Ngancar, Kecamatan Plaosan, Kabupaten Magetan.
Air yang berada di sekitar Terjunan Tirtosari tersebut pada saat ini dimanfaatkan
masyarakat untuk penyediaan air pertanian, pemenuhan kebutuhan air sehari-hari
dan juga sebagai tempat wisata. Menurut warga sekitar debit air di Air Terjun
Tirtosari mengalir sepanjang tahun, sehingga tidak bermasalah apabila akan
dilakukan perancangan PLTMH di lokasi tersebut. PLTMH tidak menggunakan
bahan bakar apapun yang dapat mencemari linkungan. Massa air yang
dimanfaatkan untuk operasi PLTMH tidak berkurang dari sebelumnya, karena
hanya memanfaatkan energi potensial dari alirannya saja. Sehingga pembangunan
PLTMH tidak akan mengganggu fungsi awal dari Air Terjun Tirtosari.
Keadaan-keadaan di atas merupakan alasan mendasar bagi penulis untuk
melakukan penelitian dengan judul Peningkatan Potensi Air Terjun Tirtosari
Sebagai Sumber Energi Listrik Dengan Merekayasa Tata Letak Komponen
PLTMH. Dalam penelitian ini, potensi Air Terjun Tirtosari yang memiliki

kapasitas terbatas, akan diupayakan sedemikian rupa sehingga bisa memberikan


daya listrik yang maksimal. Langkah yang akan dilakukan yaitu dengan
merekayasa tata letak komponen PLTMH melalui penambah jumlah turbin,
generator dan pompa. Pompa digunakan untuk mengangkat kembali air yang
sudah meninggalkan turbin, sehingga akan didapatkan head kembali. Air yang
telah kembali keatas, akan dijatuhkan lagi menuju turbin yang kedua. Peletakan
komponen-komponen tersebut harus diperhitungkan dengan benar agar skenario
ini dapat dilaksanakan. Proses tersebut dilakukan berulang-ulang sampai
didapatkan daya listrik yang paling optimum. Untuk mengetahui skenario mana
yang paling optimum, maka setiap skenario akan dianalisis kelayakan investasinya
dengan mencari nila daya yang dihasilkan dan dibandingkan dengan modal yang
dikeluarkan.

1.2Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan permasalahan
penelitian sebagai berikut:
1. Berapa besar potensi energi hidro berdasarkan debit andalan dan head yang
tersedia pada lokasi penelitian ?
2. Bagaimanakah perencanaan tata letak dan rekayasa tata letak komponen
PLTMH pada setiap skenario di lokasi penelitian ?
3. Bagaimana analisis kelayakan ekonomi pada setiap skenario untuk investasi
PLTMH pada lokasi penelitian ?

1.3 Batasan Masalah


Batasan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Penelitian dilakukan di salah satu Air Terjun yang terletak di Desa Ngancar,
Kecamatan Plaosan, Kabupaten Magetan yaitu Air Terjun Tirtosari.
2. Data primer yang digunakan adalah nilai head yang didapatkan dari survei
langsung di lokasi penelitian.
3. Nilai Debit sesaat yang diadapatkan dari survei langsung di lokasi penelitian
hanya digunakan sebagai estimasi awal perhitungan daya PLTMH.
4. Data sekunder yang dibutuhkan berupa spesifikasi turbin, generator, dan
kapasitas pompa dan data hujan dari instansi terkait.
5. Pada penelitian ini tidak memperhitungkan struktur bangunan sipil PLTMH.

6. Pada penelitian ini efisiensi perangkat pengubah daya yang ada di lapangan
dianggap benar.
7. Faktor lingkungan di tempat penelitian dianggap mendukung untuk dilakukan
perencanaan pembangunan PLTMH.

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengetahui besarnya potensi energi hidro yang dihasilkan pada lokasi
penelitian.
2. Mengetahui perencanaan tata letak dan rekayasa tata letak komponen PLTMH
pada setiap skenario di lokasi penelitian.
3. Mengetahui kelayakan ekonomi pada setiap skenario untuk investasi PLTMH
pada lokasi penelitian.

1.4 Manfat penelitian


Manfaat dari penelitian analisis kelayakan dibangunnya PLTMH di air terjun
Tirtosari adalah:
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini secara teoritis diharapkan dapat memberikan sumbangan
pemikiran untuk memperkaya wawasan dalam bidang teknik sipil khususnya
mengenai PLTMH.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi kepada
masyarakat dan pihak PLN mengenai potensi energi yang dapat dimanfaatkan
untuk pembangunan PLTMH di daerah tersebut.

Вам также может понравиться