Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
receiver
operating
characteristic
curve
adalah
0.89.
Ditemukan
heterogenisitas statistik yang nyata. BDG memiliki keakuratan diagnosis baik dalam
membedakan terbukti atau mungkin IFI dari tidak ada IFI. Ini dapat berguna dalam
praktek klinis jika dilaksanakan pada kondisi tepat dan diinterpretasikan setelah
pertimbangan keterbatasannya.
Kesimpulannya, meta- analisis kami menyatakan bahwa kadar BDG serum atau plasma
yang sedang diukur memiliki keakuratan baik dalam membedakan antara pasien
dengan IFI, terutama akibat Kandida atau Aspergilus, dan pasien tanpa IFI, tetapi
terdapat perbedaan penting pada karakteristik penelitian yang kami analisis. Pada
praktek klinis, penggunaan pemeriksaan dengan tepat akan memerlukan pengetahuan
yang baik mengenai karakteristiknya, terutama patogen jamur yang tidak terdeteksi dan
faktor-faktor terkait dengan hasil pemeriksaan positif palsu. Sebagian masalah
mengenai penggunaan optimal pemeriksaan BDG memerlukan evaluasi lebih lanjut,
seperti strategi pengambilan sampel optimal untuk pasien yang berisiko, kriteria untuk
menentukan hasil pemeriksaan positif, nilai cutoff optimal, dan pengaruh bakteremia
yang terjadi bersama-sama terhadap kinerja diagnosis.
Gambar 5. Ringkasan receiver operating characteristic curve dari sensitivitas versus
spesifisitas dari kadar serum (1/3)-b-D-glucan yang sedang diukur untuk diagnosis yang
terbukti atau mungkin infeksi fungi invasif. Garis lurus mewakili kurva; gambar wajik
merupakan ringkasan titik kurva dimana pooled sensitivitas dan spesifisitas yang
sesuai; garis dashed mewakili 95% area confidence untuk titik ringkasan; gambar
lingkaran merupakan data dari masing-masing penelitian yang dimasukkan; dan garis
putus-putus merupakan area 95% confidence dimana penelitian relevan baru akan
diletakkan. SENS, sensitivitas, SPEC, spesifisitas
Pemeriksaan B-D-Glucan untuk Diagnosis Infeksi Fungsi Invasif: Sebuah MetaAnalisis
Sistem skoring IC dan model prediktif tidak biasa digunakan pada kondisi kami dan
banyak klinisi tampaknya tidak mahir dengan alat ini. Sebagian mempercayai bahwa
akibat sensitivitas sistem skoring relatif rendah dan model prediksi risiko dan tingginya
jumlah needed to treat, pemeriksaan tambahan seperti 1,3-BG dan PCR seharusnya
malahan digunakan. Di lain pihak, banyak orang lebih bergantung pada makna
kecurigaan klinis dan nilai Skor Kandida sebagai salah satu alat yang paling dapat
dipakai untuk seleksi pasien risiko tinggi. Seperti, bila pemeriksaan tambahan tidak
tersedia atau dapat diandalkan, penggunaan model prediksi risiko dan alat skoring
seperti Skor Kandida akan membedakan pasien yang nyata meningkatnya risiko
terjadi IC. Kemudian, pengobatan yang tepat dapat diberikan secara empiris.
Pengobaan kandidemia di ICU
Sejauh mengenai pengobatan kandidemia di ICU, tidak ada strategi tunggal yang dapat
dipertimbangkan sebagai terapi yang paling sesuai. Kenyataannya, dapat dipilih
pendekatan yang berbeda dan dapat dinilai sebagai yang terbaik untuk situasi klinis.
Khususnya, tersedia 4 pilihan pengobatan: profilaksis, terapi empiris, terapi pre-emptive
dan pengbatan infeksi yang terbukti lewat kultur. Jadi bagaimana cara memilih strategi
terbaik? Pengetahuan mengenai data epidemiologi, faktor risiko yang disebutkan di
atas dan, pertama-tama, analisis epidemiologi lokal kandidemia pada ICU tunggal
memungkinkan satu untuk menentukan apakah pasien berisiko rendah, sedang atau
tinggi terjadinya infeksi ini. Akibatnya, pilihan antara strategi pengobatan paling sesuai
dapat dibuat- pasien dengan berisiko infeksi rendah atau sedang dapat dipantau lebih
jarang untuk kolonisasi Kandida, sedangkan subjek berisiko tinggi mungkin mendapat
manfaat dari prosedur diagnosis segera (kultur lokasi steril dan nonsteril, pemeriksaan
untuk penanda serologi) dan terapi antifungal empirik. Pada kasus hasil pemeriksaan
negatif untuk jamur, profilaksis antifungal mungkin dipertimbangkan. Tentu saja, dengan
mengetahui spesies tersering dan pola kerentanan Kandida yang diisolasi pada ICU
tunggal merupakan dasar untuk memilih agen antifungal adekuat (tabel 4).
Tabel 4. Pilihan antifungal untuk pengobatan kandidemia pada pasien yang sakit kritis.
Pengobatan
Pre-emptive
atau
Pilihan pertama
Echinocandin
Alternatif
Formulasi lipid dari Amphotericin B
Echinocandin
empiric
Kandidemia
yang
amphotericin B
Candida glabiata
Echinocandin
Candida krusei
Echinocandin
Candida parapsilosis
amphotericin B
Bench-to- bedside review: pengobatan terapi kandidiasis invasif pada intensive
care unit
MatteoBassetti, MalgorzataMikulska dan Claudio Viscoli
Agen antifungal
1. Amphotericin
Amphotericin B untuk waktu yang lama dianggap sebagai standar baku pada
pengobatan infeksi fungi invasif. Polyene ini berikatan dengan ergosterol, ada
pada membran sel fungi, yang membuat lubang yang memungkinkan kebocoran
komponen sel yang mengarah pada kematian sel fungsi. Semua spesies
Candida (kecuali C lusitaniae dan C guilliermondii), Zygomecetes, Aspergillus
spp dan Cryptococcus spp rentan terhadap amphotericin B. Jarang terjadi
resistensi, meskipun fungi filamentous C glabrata dan C krusei mungkin
menunjukkan minimum inhibitory concentration (MICs) yang lebih tinggi daripada
spesies lain.
Variabel farmakokinetik/ farmakodinamik yang paling baik menentukan efikasi
amphotericin B merupakan area under the curve/ MIC ratio, dengan target 10.0
untuk infeksi Kandida dan 2.4 untuk aspergilosis pulmonal. Penelitian berbeda
telah menyatakan bahwa akumulasi formulasi lipid pada jaringan mungkin
bahkan memungkinkan untuk rejimen dosing berselang- seling, dan terdapat
tidak ada kebutuhan untuk penyesuaian dosis pada kegagalan moderate ginjal
atau hati. Penyesuaian dosis juga diperlukan untuk pasien yang menerima
continuous renal replacement therapy (CRRT).
2. Azole
Senyawa
azole
termasuk
itrakonazol,
fluconazole,
voriconazole
dan
menerima
CRRT dengan
jenis
renal
replacement
therapy yang
Pedoman baik dalam pengobatan kandidiasis dan pada pengobatan kondisi infeksi di
pembuluh darah terkait dengan kateter menyatakan jelas bahwa kateter seharusnya
diangkat, meskipun derajat II dan derajat III menandakan bahwa tidak adanya data dari
penelitian acak, terkontrol.
Produksi biofilm merupakan fenomena yang didokumentasi dengan baik untuk spesies
Candida yang secara bermakna berkontribusi terhadap patogenisitas Candida pada
infeksi di pembuluh darah terkait dengan kateter, menyebabkan infeksi rekuren atau
persisten dan resistensi antifungal yang diperantarai oleh biofilm yang menyebabkan
kegagalan pengobatan. Tabel 5 menguraikan kerentanan spesies Candida yang
berbeda terhadap dua antifungal yang aktif terhadap jalur yang menghasilkan biofilm.
Tabel 5. Aktivitas terhadap spesies Candida berbeda dari dua antifungal yang aktif
terhadap jalur yang menghasilkan Biofilm Candida
Spesies
Amphotericin B
Echinocandins
Candida albicans
S
S
Candida glabrata
S
S
Candida krusei
S
S
Candida lusitaniae
S sampai Ra
S
Candida parapsilosis
S
S sampai Rb
Candida tropicalis
S
S sampai Rb
a
S, susceptible, R, resistant. Resistensi tidak sering terjadi tetapi dapat timbul pada
spesies yang rentan pada mulanya. b Nilai minimum inhibitory concentration lebih tinggi
dan aktivitas buruk terhadap biofilm untuk caspofungin dan micafungin.
Gambar 1. Strategi pengobatan untuk kandidiasis invasif. Pada pasien yang sakit parah
dan risiko tinggi, inisiasi dini terapi antifungal terbukti mengurangi mortalitas.
Tabel 1. Ringkasan pedoman ATS dan IDSA untuk mengobati kandidiasis invasif pada
pasien yang sakit parah
Manifestasi penyakit
Pedoman American
Pedoman Infectious
Amphotericin B
deoxycholate (0.6-
IC didokumentasi
Direncanakan terapi
Pemeriksaan tambahan seperti PCR dan/atau 13BG tersedia dan dapat diandalkan
tidak
Ya
Terapi empiris
ya
PCR dan/atau
1,3BG- kandidiasis
yang terdokumentasi
Tidak
Ya
Tidak
Resisten thd
fluconazole
sensitif thd
fluconazole
Ya
Caspofungin
Voriconazole
Gambar 2. Pendekatan
AmB (LAmB)
-Caspofungin atau
echinocadins lain
-Alternatif. AmB
(LAmB jika tersedia)
algoritme
Tidak
Pendekatan
pengobatan
IFI nonkandida
Evaluasi kembali
kemungkinan
pendekatan step
Fluconazole atau alternatif
down berdasarkan
Caspofungin
kultur candida spp
Voriconazole
untuk
fluconazolekandidiasis invasif pada kondisi
untuk
pengobatan
AmB (LAmB)
atau alternatif
perawatan kritis, yang disetujui oleh panel ahli ICU Iranian. IC invasive candidiasis,
AmB Amphotericin B, LAmB Liposomal Amphotericin B, PCR polymerase chain
reaction, 1,3-BG 1,3 beta-D glucan, IR invasive fungal infection
Kesimpulan
Candida merupakan salah satu penyebab infeksi nosocomial di pembuluh darah
tersering. Morbiditas dan mortalitas terkait dengan kandidemia bermakna dan
epidemiologi spesies telah menantang, pada tingkat lokal dan seluruh dunia. Meskipun
banyak faktor risiko untuk infeksi Kandida invasif telah dilaporkan dan tersedia luas
beberapa antifungal, pengobatan optimal kandidemia masih merupakan tantangan.
Agen yang direkomendasi untuk pengobatan awal kandidemia pada pasien yang sakit
parah termasuk echinocandins dan formulasi lipid amphotericin B, tetapi pilihan antara
-d-glucan
mengkonfirmasi
kandidemia.
positif.
keuntungan
Penelitian
dari
prospektif
penggunaan
selanjutnya
rutin
diperlukan
pengobatan
untuk
preemptive