INKONTINENSIA ALVI

Inkontinensia alvi (inkontinensia fekal) defekasi yang tidak terkontrol menyertai

kehilangan atau kerusakkan kontrol sfringterani eksternus. Kelainan ini dapat disebabkan
oleh berbagai kelainan gastrointesninal, neurologik, dan psikologik : sebagai sefek berbagai
obat dan pembedahan. Pada beberapa pasien, kelainan ini bahkan meruapakan manipulasi
atau tindakan yang di sengaja.
Inkontinensia alvi dapat terjadi sementara atau permanen: onsetnya dapat lambat,
seperti pada demensia, atau cepat, seperti pada trauma medula spinalis, walaupun biasanya
bukan merupakan tanda penyakit berat, kelainan ini memberikan pengaruh yang besar
terhadap keadaan fisis dan psikologis pasien.

Anamnesis dan pemeriksaan fisis

Tanyakan kepada pasien dengan inkontenensia alvi mengenai onset, durasi, keparahan
dan pola yang kelihatan misalnya muncul pada malam hari atau disertai diare. Perhatikan
frekuensi, kosistensi, dan volume feses yang di keluarkan 24jam terakhir dan ambilah
sampel feses. Pertajam anamnesis pada kelainan gastrointestinal, neurologik, dan psikologik.
Lakukanlah pemeriksaan fisis sesuai informasiyang di dapatkan melalui anamnesis.
Jika di curigai terjadi lesi pada otak atau medula spinalis, lakukan pemeriksaan neurologik
lengkap. Jika gangguan gastrointestinal dianggap sebagai penyebab, lakukan inspeksi pada
abdomen untuk melihat distensi, aulkustasi bising usus, dan lakukan perkusi dan palpasi pada
massa. Lakukan inspeksi pada daerah anus untuk mencari tanda-tanda ekskoriasi atau infeksi.
Jika tidak ada kontra indikasi, periksalah apakah ada impaksi fekal, yang dapat terkait dengan
inkontinensia.

Penyebab medis umum

Demensia. Berbagai kelainan otak degeneratif kronis ini dapat menyebabkan

inkontinensia alvi dan urine. Gejala dan tanda yang menyertai antara lain adalah
gangguan daya nilai dan proses pikir abstrak, amnesia, emosi yang stabil, refleks
tendon dalam meningkat, afasia atau distria, dan kemungkinan gerakan koreotetois
yang difus.
Trauma kepala. Gangguan jaras-jaras neurologik yang mengontrol defekasi dapat
menyebabkan inkontinensia alvi. Temuan lain tergantung pada lokasi dan keparahan
trauma. Beberapa tanda dan gejala tersebut di antaranya adalah penurunan kesadaran,
kejang, muntah dan gangguan sensorik dan motorik yang luas.
Inflammatory/bowel disease. Inkontinensia alvi pada malam hari kadang-kadang
terjadi bersama-sama dengan diare. Tanda-tanda yang menyertai antara lain adalah
nyeri abdomen, anoreksia, penurunan berat badan, darah pada feses, bising usus yang
meningkat.
Fistel rektovaginal. Inkontinensia alvi terjadi bersama dengan flatus yang tidak bisa
di tahan.

Lesi medula spinalis. Berbagai lesi yang menyebabkan kompresi atau transeksi jaras
sensorimotor spinal dapat menyebabkan inkotinensia alvi. Inkontinensia bisa bersifat
permanen, terutama bila terjadi lesi berat pada segmen sakral. Gejala dan tanda lain
menunjukkan gangguan motorik dan sensorik yang terjadi di bawah tingkat lesi,
seperti inkontinensia urine, kelemahan atau paralisis, parestesis, serta analgesi dan
termanesis.

Penyebab lain

Obat. Penyalahgunaan laksatif kronis dapat menyebabkan ketidakpekaan terhadap

munculnya massa feses atau hilangnya refleks defekasi kolon.
Pembedahan. Pembedahan pelvis, prostat, atau rektum kadang-kadang
menyebabkan inkontinensia alvi sementara. Kolostomi atau ileostomi
menyebabkan inkontinensia alvi permanen atau sementara

Pertimbangan khusus
Pertahankan higiene yang baik , termasuk mengatasi bau yang tidak sedap. Berikan
pula dukungan emosional kepada pasien karena ia mungkin merasa sangat malu. Pada pasien
dengan inkontinensia intermiten atau sementara, anjurkan pasien untuk melakukan latihan
kegel untuk menguatkan otot-otot perirektal dan abdominal. Pada pasien inkontinensia kronik
yang sistem neurologiknya masih baik, lakukan bowel retraining.

Petunjuk pada anak

Inkotinensia alvi merupakan hal yang normal pada bayi dapat terjadi sementara pada
anak kecil yang mengalami regresi psikologis yang berkaitan dengan stres atau penyakit fisis
yang di sertai diare. Inkontinensia alvi pada anak juga dapat di sebabkan oleh
mielomeningokel.

Kontrol neurologik pada defekasi

Tiga mekanisme neurologik normalnya mengatur defekasi: refleks defekasi intrisik di
kolon, refleks defekasi prasimpatis yang melibatkan segmen sakral medula spinalis, dan
kontrol volunter. Berikut ini di jelaskan bagaimana ketiganya berinteraksi.
Distensi feses pada rektum mengatifkan refleks intrinsik yang relatif lemah, dan
impuls aferen dihantarkan melalui pleksus mesenterikus, menimbulkan perisalsis di kolon
desendens, sigmoid, dan rektum. Pergerakkan feses ke anus ini menyebabkan relaksasi m
sfringter ami internus.
Refleks parasimpalis menguatkan refleks intrisik. Perangsangan saraf aferen di
dinding rektum menyebabkan penghantarana impuls melalui medula spinalis dan kembali ke
kolon desendes, rektum, dan anus, untuk memperkuat peristalsis.

Namun, pergerakan feses dan relaksasi m. Sfringterani internus menyebabkan

kontrksi segera m sfringter ekstrenus dan retensi feses sementara. Pada keadaan ini, kontrol
valunter terhadap m sfringter eksternus akan menentukan kapan waktu yang tepat untuk
defekasi. Kecuali, pada bayi atau pasien dengan gangguan neurologis, mekanisme valunter
ini menyebabkan kontraksi atau relaksasi m. Sfringter ani eksternus secara berlebihan,
sehingga defekasi terjadi pada waktu yang tidak tepat.