Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Disusun oleh:
1.
2.
3.
4.
(1401415179)
(1401415186)
(1401415199)
(1401415209)
dan kambing tersebut ikut mati atau musnah, karena tidak punya bahan
makanan. Karena binatang pemakan rumput musnah maka akibatnya binatang
pemakan daging seperti Harimau dan serigala juga ikut musnah karena tidak
ada binatang pemakan rumput yang bisa dimakan, begitu seterusnya sampai
mempengaruhi kelangsungan hidup manusia.
3. Lingkungan sebagai wahana bagi keberlanjutan kehidupan
Sebagai wahana kelangsungan hidup, lingkungan menyediakan berbagai
kebutuhan vital, seperti oksigen, nitrogen, air, dan sebagainya yang mengatur
proses keberlanjutan kehidupan. Lingkungan hidup merupakan tempat
berinteraksinya makhluk hidup yang membentuk suatu jaringan kehidupan. Di
dalamnya terdapat berbagai siklus yang menunjang kehidupan, seperti siklus
energi, siklus air, dan siklus udara. Siklus-siklus ini merupakan sistem yang
mengatur proses keberlanjutan kehidupan.
2.
lingkungan,
g) menyelenggarakan penelitian dan pengembangan di bidang
lingkungan hidup,
h) menyediakan informasi lingkungan hidup dan menyebarluaskan
kepada masyarakat, dan
i) memberikan penghargaan kepada orang lain atau lembaga yang
berjasa di bidang lingkungan hidup.
3. Perubahan Lingkungan Hidup
Perubahan lingkungan hidup disebabkan oleh proses alamiah,
proses kegiatan manusia (antropogenik), dan kombinasi keduanya,
Perubahan lingkungan hidup yang sangat mendasar yang diakibatkan oleh
sejumlah proses tersebut antara lain dapat menimbulkan dampak negatif
yang berpengaruh terhadap kehidupan manusia. Perubahan lingkungan
hidup akibat proses alamiah, misalnya tsunami dapat menimbulkan korban
jiwa, kerugian harta benda dan sebagainya. Penebangan hutan secara tidak
urut ini dalam simbolnya diberi nomor urut yang ditulias dibelakang
simbol ordo. Nomor urut ini menunjukkan tingkatan kelas yang menurun
dalam suatu ordo. Nomor urut ini menunjukkan tingkatan kelas yang
menurun dalam suatu ordo. Jumlah kelas dalam tiap ordo sebetulnya tidak
terbatas, akan tetapi dianjurkan untuk memakai tiga kelas dalam ordo
sesuai dan dua kelas dalam ordo tidak sesuai. Penentuan jumlah kelas ini
didasarkan pada keperluan minimum untuk mencapai tujuan interpretasi
dan umumnya terdiri dari lima kelas. Apabila tiga kelas dipakai dalam
Ordo Sesuai (S) dan dua kelas dalam Ordo Tidak Sesuai (N), maka
pembagian serta makna kelas tersebut adalah sebagai berikut:
Tiap kelas, kecuali Kelas S1 dapat dibagi menjadi satu atau subkelas
tergantung dari jenis pembatas yang ada. Jenis pembatas ini ditunjukkan dengan
simbol huruf kecil yang diletakkan setelah simbol kelas. Sebagai contoh, kelas S2
yang mempunyai faktor pembatas kedalaman tanah efektif (s) akan menurunkan
subkelas S2s. Selain hanya satu simbol pembatas dalam setiap sub-kelas, juga satu
sub-kelas mempunyai dua atau tiga simbol pembatas, dengan catatan jenis
pembatas yang paling dominan di tempat pertama. Sebagai contoh: dalam subkelas S2ts, maka pembatas kemiringan lereng (t) adalah pembatas dominan dan
pembatas kedalaman efektif tanah (s) merupakan pembatas kedua atau tambahan.
Keempat, Satuan kesesuaian lahan, menunjukkan perbedaanperbedaan kecil yang diperlukan dalam pengelolaan di dalam sub-kelas.
Kesesuaian lahan pada tingkat satuan merupakan pembagian lebih lanjut dari subkelas. Semua satuan yang berada dalam satu sub-kelas mempunyai tingkat
kesesuaian yang sama dalam kelas dan mempunyai jrnis pembatas yang sama
pada tingkat sub-kelas. Unit-unit berbeda satu dengan yang lainnya dalam sifatsifat atau aspek tambahan dari pengelolaan yang diperlukan dan sering merupakan
perbedaan detail dari pembatas-pembatasnya. Dengan diketahuinya pembatas
secara detail akan memudahkan penafsiran perencanaan pada tingkat usahatani.
Simbol kesesuaian lahan pada tingkat satuan dibedakan oleh angka-angka Arab
yang ditempatkan setelah simbol subkelas, misalnya S3t-2, S3t-3. Tidak ada
pembatas mengenai jumlah satuan dalam satu subkelas.
Klasifikasi kesesuaian lahan pada tingkat kelas di Indonesia baik untuk
tanaman pangan maupun tanaman tahunan, ada beberapa faktor yang
dipertimbangkan pada tanah mineral sebagai berikut.
a. kedalaman efektif tanah, kedalaman tanah sampai lapisan keras atau
lapisan glei pada penampang tanah yang dapat mengganggu atau
membatasi perakaran baik tanaman pangan maupun tanaman tahunan.
b. kelas besar butir pada daerah perakaran berdasarkan contoh tanah sampai
kedalaman 30 cm untuk tanaman pangan dan 60 cm untuk tanaman
tahunan.
c. Ketiga, pori air tersedia.
d. batu-batu di permukaan tanah, dihitung sebarannya di permukaan (dalam
persen) terhadap luas wilayah.
e. kesuburan tanah, dipertimbangkan dari keadaan KTK, KB, bahan organik
serta P2OS dan K2O potensial.
f. reaksi tanah (pH), ditentukan berdasarkan pengukuran pH H2O pada
kedalaman 30 cm untuk tanaman pangan dan 60 cm untuk tanaman
tahunan.
g. keracunan, ditentukan berdasarkan kejenuhan Alumunium pada daerah
h.
i.
j.
k.
l.
m.
Untuk tanah gambut atau bergambut ditambah dua faktor lagi, yaitu: tingkat
dekomposisi gambut dan ketebalan gambut. Kesesuaian lahan pada tingkat
subkelas di Indonesia, digunakan beberapa jenis pembatas, baik untuk tanaman
pangan maupun untuk tanaman tahunan yang biasanya merupakan kriteria subkelas sebagai berikut.
s: pembatas pada daerah perakaran, yang biasanya terutama disebabkan oleh
kelas besar butir kasar.
n: kesuburan tanah rendah atau sangat rendah
c : keracunan yang disebabkan kejenuhan Alumunium tinggi.
d : kelas drainase yang disebabkan oleh drainase agak terhambat atau
terhambat (agak buruk atau buruk).
t : topografi yang disebabkan oleh tingginya persentase kemiringan lereng.
Kesanggupan lahan untuk dapat digunakan secara khsus atau dengan
pengelolaan khusus yang berdasarkan karakteristik yang dapat digunakan secara
intensif dengan harapan akan memberikan hasil yang tinggi tiap tahunnya, disebut
kemampuan lahan. Evaluasi potensi sumberdaya lahan bagi penggunaan berbagai
Faktor-faktor
(water scarcity), kualitas air (water quality), dan bencana berkaitan dengan
air (water-related disaster).
Salah satu usaha yang telah dilakukan penduduk guna
mengatasi kekurangan air untuk kebutuhan domestik atau lainnya d musim
kemarau adalah dengan pembuatan bak-bak penampung air hujan. Usaha
ini cukup berkembang dengan baik atas inisiatif masyarakat, LSM, swasta,
pemerintah. Kualitas air hujan yang tersimpan dalam bak penampung
tersebut umumnya kurang memenuhi syarat standar air minum dari
Depkes. Kesadahan air tersebut terlalu tinggi, kadar Fe juga tinggi,
mengandung bakteri Choli. Secara fisik juga, kurang memenuhi syarat
karena terlalu keruh, rasanya kesat dan kadang berbau.
3. Air permukaan merupakan air yang berada di atas permukaan tanah, yang
bergerak dan tidak bergerak, seperti air sungai, air danau, embung,
waduk, dan rawa. Indonesia memiliki 5.886 buah sungai induk tersebar di
seluruh wilayah nasional (Rais, 2004). Sumberdaya air sungai dinilai atas
dasar potensinya, meliput debit aliran dan kualitas airnya. Air yang
mengalir di dalam sungai, apabila dibuat konstruksi yang melintang
sungai disebut bendung dan air yang tertampung di hulu akan merupakan
air tampungan disebut waduk. Air sungai dimanfaatkan untuk memenuhi
kebutuhan domestk, irigasi pertanian, pembangkit tenaga listrik, navigasi,
pariwisata, perikanan, olahraga, dan sebagainya. Sementara itu, air
limpasan yang belum sempat masuk ke dalam alur sungai, apabila ditahan
dengan suatu konstruksi pada celah alur bukit (gulley) akan menjadi
waduk kecil yang sering disebut Embung. Embung merupakan suatu
konstruksi mirip dengan bendungan namun berskala kecil, sederhana,
dapat bermanfaat untuk penyediaan air domestik, perikanan darat, air
minum ternak dan apabila air limpasan cukup dan catchment area cukup
besar dapat dimanfaatkan untuk irigasi.
4. Danau merupakan cekungan di permukaan bumi yang cukup luas dan
digenangi air. Badan air ini mensuplai air dari air sungai, hujan, mata air,
dan air tanah. Danau di Indonesia terbentuk karena vulkanik, tektonik,
(3) penerobosan air asin (intrusi air laut), sehingga air tanah
menjadi asin dan tidak dapat dimanfaatkan. Untuk menghindari hal-hal
tersebut maka harus dijaga supaya pengambilan air tanah sesuai dengan
pengisian kembali. Apabila pengisian kembali cukup besar dengan
kecepatan sirkulasi yang tinggi, maka dapat dilakukan pengambilan air
tanah secara lebih intensif, sedangkan sirkulasinya rendah, maka
pengambilan air tanah harus dibatasi.
Mata air merupakan singkapan (pemunculan) air tanah pada permukaan
lahan. Pemunculan air tanah pada mata air terpusat pada satu titik, bila
pemunculannya melalui garis atau bidang, disebut rembesan (seepage).
Berdasarkan sebab pemunculannya mata air dapat digolongkan sebagai
berikut. Pertama, mata air yang muncul karena nongravitatif: mata air
vulkanik, mata air thermal dan geiser. Kedua, mata air yang muncul
karena tenaga gravitatif:
(a) mata air depresi, terbentuk bila muka freatik terpotong oleh
muka topografi,
(b) mata air sentuh, lapisan permeabel berada di atas lapisan
impermeabel,
(c) mata air artesian, terbentuk bila air tertekan oleh tekanan
hidrostatk, dan muncul singkapan akifer atau bila air
menembus lapisan pembatas akifer,
(d) mata air rekahan, retakan atau bukaan yang terdapat pada
lapisan batuan,
(e) mata air talus, yang muncul di kaki talus.
Upaya merencanakan, melaksanakan, memantau dan
mengevaluasi penyelenggaraan konservasi, pendayagunaan dan
pengendalian daya rusak air dalam ruang dan waktu agar sumberdaya air
dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk kesejahteraan rakyat
banyak, dinamakan pengelolaan sumberdaya air. Pengelolaan air di daerah
perkotaan tidak terlepas dari prinsip bahwa air merupakan sumberdaya
yang sangat terbatas dan mempunyai tingkat kerawanan yang tinggi, baik
untuk kesehatan maupun konflik sosial. Dalam pengelolaan sumberdaya
air perlu dilakukan secara komprehensif terhadap semua stakeholder kota
jenisnya. Pada hutan suaka alam penebangan kayu dan perburuan hewan
dilarang. Guna kepentingan rekreasi disediakan hutan wisata dan tanam
baru. Hutan wisata memiliki keindahan alam serta flora dan fauna yang
khas. Flora Indonesia antara lain berupa hutan mangrove, hutan rawa,
hutan musim, hutan hujan tropis, sabana, dan hutan lumut. Hutan yang
belum ditentukan statusnya, disebut hutan cadangan. Setelah ditentukan
statusnya hutan cadangan dapat menjadi hutan lindung, hutan produksi
atau hutan suaka alam.
Semua jenis sumberdaya alam hewani yang hidup di darat, dan
atau di air, dan atau di udara, dinamakan satwa. Sedangkan semua binatang
yang hidup di darat, dan atau di air, dan atau di udara yang masih mempunyai
sifat liar, baik yang hidup bebas maupun dipelihara oleh manusia, disebut
satwa liar. Sumberdaya hewani di Indonesia berupa keanekaragaman hewan
peliharaan dan satwa yang dilindungi, keanekaragaman ikan darat dan laut.
Keanekaragaman hewan peliharaan berupa hewan besar, kecil, dan unggas.
Hewan peliharaan besar terdiri dari: pertama, keanekaragaman sapi (sapi
Bali, sapi Madura, sapi ongole, sapi perah). Usaha peternakan ini untuk
memenuhi kebutuhan akan bahan pangan protein hewani, tenaganya dan
ekspor untuk menambah devisa negara; kedua, kerbau. Usaha peternakan ini
untuk memenuhi kebutuhan akan bahan pangan protein hewani, tenaganya;
ketiga, kuda, usaha ternak ini untuk dimanfaatkan tenaganya. Hewan kecil
berupa kambing, domba, babi. Kambing dan domba untuk memenuhi
kebutuhan akan protein hewani. Babi juga untuk memenuhi kebutuhan akan
protein hewani, tetapi hanya untuk penduduk yang non-muslim. Hewan
unggas, berupa keanekaragaman ayam (buras dan ras), itik, burung (misalnya
puyuh), untuk memenuhi kebutuhan akan protein hewani.
Beberapa satwa Primata Indonesia: Macaca fascicularis (monyet
ekor panjang, monyet pemakan kepiting, monyet abu-abu, monyet Jawa).
Macaca fascicularis banyak digunakan sebagai satwa primata percobaan
dalam berbagai penelitian biomedis. Ada satwa yang dipelihara di beberapa
kebun binatang di tanah air adalah gajah, banteng, badak, tapir. harimau,