Вы находитесь на странице: 1из 33

MAKALAH

LINGKUNGAN HIDUP DAN KEANEKARAGAMAN SUMBER


DAYA ALAM
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Konsep Dasar IPS
Dosen Pengampu : Masitah, M. Pd

Disusun oleh:
1.
2.
3.
4.

Safira Nur Aulia Sally


Fahri Zatul Umami
Hidayatul Fithri
Beta Amalia Zuliazani

(1401415179)
(1401415186)
(1401415199)
(1401415209)

JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
TAHUN 2015/2016

LINGKUNGAN HIDUP DAN KEANEKARAGAMAN SUMBER


DAYA ALAM
A. Lingkungan Hidup
1. Pengertian, Komponen, dan Arti Penting Lingkungan Hidup Bagi
Manusia.
Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang
Pengelolaan Lingkungan Hidup, yang dimaksud dengan lingkungan hidup
adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk
hidup, termasuk perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan
perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain. Dari
definisi tersebut, secara garis besar terdapat tiga penting, yaitu komponen
fisik (abiotik), komponen hayati (biotik), dan komponen budaya.
Komponen fisik yang terdapat dalam lingkungan hidup terdiri atas
tanah, udara, sinar matahari, senyawa kimia dan sebagainya. Fungsi
komponen fisik dalam lingkungan hidup adalah sebagai media untuk
berlangsungnya kehidupan. Sebagai contoh, air diperlukan oleh semua
makhluk hidup untuk mengalirkan zat-zat makanan, dan matahari
merupakan energi utama untuk bergerak atau berubah. Jika unsur ini tidak
ada, maka semua kehidupan yang terdapat di muka bumi ini akan terhenti.
Tanah sebagai unsur lingkungan fisik menjadi medium tumbuhnya
tanaman. Air merupakan sumber penghidupan bagi manusia dan makhluk
hidup lainnya. Udara merupakan sumber kehidupan yang utama bagi
semua makhluk hidup.
Komponen hayati dalam lingkungan hidup terdiri atas semua
makhluk hidup yang terdapat di bumi, mulai dari tingkatan rendah sampai
ke tingkat tinggi, dari bentuk yang paling kecil hingga yang paling besar.
Sebagai contohnya adalah tumbuhan, dan jasad renik.Komponen manusia
dan perilakunya merupakan unsur lingkungan hidup.
Lingkungan sosial dan budaya berperan penting dalam memelihara
keseimbangan tatanan lingkungan hidup. Lingkungan yang telah mendapat

dominasi dari intervensi manusia biasa dikenal dengan lingkungan binaan.


Penghayatan manusia terhadap nilai-nilai hidup keagamaan, moral dan
etika lingkungan serta kearifan lokal senantiasa mengarahkan persepsi,
tindakan manusia terhadap lingkungan hidup (lingkungan fisik,
lingkungan hayati, dan lingkungan sosial) merupakan modal dan
memelihara keseimbangan lingkungan hidup. Lingkungan hidup terdiri
dari lingkungan fisik, lingkungan hayati, sosial. Lingkungan hidup
merupakan tempat berinteraksinya makhluk hidup yang membentuk
sistem jaringan kehidupan. Lingkungan hidup merupakan wahana bagi
keberlanjutan kehidupan.
Selain itu arti pentingnya lingkungan hidup merupakan tempat tinggal
atau habitus semua makhluk hidup dari mulai tingkat rendah sampai ke tingkat
yang tinggi.
1. Lingkungan sebagai tempat tinggal(Habitat)
Lingkungan yang baik dan terawat akan menjadi habitat atau tempat
tinggal yang baik bagi manusia dan hewan. Dengan linkungan yang baik dan
terawat atau lingkungan yang terjaga kelestariannya, makhluk hidup dapat
berinteraksi dan berkembang biak dengan baik untuk meneruskan
keturunannya.
2. Lingkungan sebagai tempat mencari makan (Niche)
Lingkungan hidup secara alami menyediakan sumber makanan bagi
makhluk hidup yang ada di dalamnya. Sumber makanan yang dibutuhkan oleh
manusia bisa berupa tumbuhan dan hewan. Ketersediaan sumber makanan ini
secara mekanisme membentuk apa yang di maksud dengan rantai makanan
(piramida makanan). Piramida makanan ini harus terjaga dengan baik, karena
satu saja dari piramida makanan itu terputus atau musnah, maka akan berakibat
fatal bagi kelangsunngan hidup makhluk yang lainnya termasuk manusia.
Untuk memudahkan pemahaman kita tentang piramida atau rantai
makanan ini, mari kita pahami contoh berikut: Padang rumput merupakan
bahan makanan ternak seperti sapi, kambing dll. Apabila padang rumput
tersebut musnah maka akibatnya segala binatang pemakan rumput seperti sapi

dan kambing tersebut ikut mati atau musnah, karena tidak punya bahan
makanan. Karena binatang pemakan rumput musnah maka akibatnya binatang
pemakan daging seperti Harimau dan serigala juga ikut musnah karena tidak
ada binatang pemakan rumput yang bisa dimakan, begitu seterusnya sampai
mempengaruhi kelangsungan hidup manusia.
3. Lingkungan sebagai wahana bagi keberlanjutan kehidupan
Sebagai wahana kelangsungan hidup, lingkungan menyediakan berbagai
kebutuhan vital, seperti oksigen, nitrogen, air, dan sebagainya yang mengatur
proses keberlanjutan kehidupan. Lingkungan hidup merupakan tempat
berinteraksinya makhluk hidup yang membentuk suatu jaringan kehidupan. Di
dalamnya terdapat berbagai siklus yang menunjang kehidupan, seperti siklus
energi, siklus air, dan siklus udara. Siklus-siklus ini merupakan sistem yang
mengatur proses keberlanjutan kehidupan.
2.

Pengelolaan Lingkungan Hidup


Pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya terpadu untuk
melestarikan lingkungan hidup yang meliputi kebijaksanaan penataan,
pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan, pemulihan, pengawasan, dan
pengendalian lingkungan hidup (Mitra Info, 2000). Pengelolaan
lingkungan hidup dengan asas tanggung jawab negara, asas keberlanjutan,
dan asas manfaat bertujuan untuk mewujudkan pembangunan
berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup dalam rangka
pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat
Indonesia seutuhnya yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa. Pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan
hidup adalah upaya sadar dan terencana, yang memadukan lingkungan
hidup, termasuk sumberdaya, ke dalam proses pembangunan untuk
menjamin kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup generasi masa kini
dan generasi masa depan. Sasaran pengelolaan lingkungan hidup adalah :
(a) tercapainya keselarasan, keserasian, dan keseimbgangan antara
manusia dan lingkungan hidup;

(b) terwujudnya manusia Indonesia sebagai insan lingkungan hidup


yang memiliki sikap dan tindak melindungi dan membina
lingkungan hidup;
(c) terjaminnya kepentingan generasi masa kini dan generasi masa
depan;
(d) tercapainya kelestarian fungsi lingkungan hidup;
(e) terkendalinya pemanfaatan sumberdaya secara bijaksana;
(f) terlindungnya NKRI terhadap dampak usaha dan/atau kegiatan di
luar wilayah negara yang menyebabkan perusakan lingkungan
hidup.
Kemandirian dan keberdayaan masyarakat merupakan prasyarat untuk
menumbuhkan kemampuan masyarakat sebagai pelaku dalam pengelolaan
lingkungan hidup bersama dengan pemerintah dan pelaku pembangunan yang
lain. Meningkatnya kemampuan dan kepeloporan masyarakat akan meningkatkan
efektifitas peran masyarakat dalam pengelolaan lingkungan hidup. Pelestarian
fungsi lingkungan hidup adalah rangkaian upaya untuk memelihara kelangsungan
daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup. Kemampuan lingkungan hidup
untuk mendukung perikehidupan manusia dan makluk lainnya, disebut daya
dukung lingkungan hidup. Sedangkan, daya tampung lingkungan hidup adalah
kemampuan lingkungan hidup untuk menyerap zat, energi, dan/atau komponen
lain yang masuk atau dimasukkan ke dalamnya.
Pelestarian daya dukung lingkungan hidup adalah rangkaian upaya untuk
melindungi kemampuan lingkungan hidup terhadap tekanan perubahan dan/atau
dampak negatif yang ditimbulkan oleh suatu kegiatan, agar tetap mampu
mendukung perikehidupan manusia dan makhluk hidup lain. Sedangkan,
pelestarian daya tampung lingkungan hidup adalah rangkaian upaya untuk
melindungi kemampuan lingkungan hidup untuk menyerap zat, energi, dan/atau
komponen lain yang dibuang ke dalamnya.
Pengelolaan lingkungan hidup diselenggarakan dengan asas tanggung
jawab negara, asas berkelanjutan, dan asas manfaat untuk mewujudkan
pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup dalam rangka

pembangunan manusia Indonesia seluruhnya yang beriman dan bertaqwa kepada


Tuhan Yang Maha Esa. Upaya sadar dan terencana, yang memadukan lingkungan
hidup, termasuk sumberdaya ke dalam proses pembangunan untuk menjamin
kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa
depan, disebut pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup
dan/atau kegiatan di luar wilayah negara yang menyebabkan pencemaran dan/atau
perusakan lingkungan hidup.
Pencemaran lingkungan hidup adalah masuknya atau dimasukkannya
makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup
oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun sampai ke tingkat tertentu yang
menyebabkan lingkungan hidup tidak dapat berfungsi sesuai dengan
peruntukannya. Tindakan yang menimbulkan perubahan langsung atau tidak
langsung terhadap sifat fisik dan/atau hayatinya yang mengakibatkan lingkungan
hidup tidak berfungsi lagi dalam menunjang pembangunan berkelanjutan, disebut
perusakan lingkungan hidup.
Setiap orang mempunyai hak yang sama atas lingkungan hidup yang baik
dan sehat, hak atas informasi lingkungan hidup yang berkaitan dengan peran
dalam pengelolaan lingkungan hidup. Setiap orang mempunyai hak untuk
berperan dalam rangka pengelolaan lingkungan hidup. Selain mempunyai hak,
setiap orang berkewajiban memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup serta
mencegah dan menanggulangi pencemaran dan perusakan lingkungan hidup.
Orang yang melakukan usaha dan/atau kegiatan berkewajban memberikan
informasi yang besar dan akurat mengenai pengelolaan lingkungan hidup.
Masyarakat mempunyai kesempatan yang sama dan seluas-luasnya untuk
berperan dalam pengelolaan lingkungan hidup. Pelaksanaanya dilakukan dengan
cara sebagai berikut:
1) Meningkatkan kemandirian, keberdayaan masyarakat, dan
kemitraan. Kemampuan dan keberdayaan masyarakat merupakan
prasyarat untuk menumbuhkan kemampuan masyarakat sebagai
pelaku dalam pengelolaan lingkungan hidup bersama dengan
pemerintah dan pelaku pembangunan lainnya.

2) Menumbuh kembangkan kemampuan dan kepeloporan masyarakat.


Meningkatnya kemampuan dan kepeloporan masyarakat akan
meningkatkan efektifitas peran masyarakat dalam pengelolaan
lingkungan hidup.
3) Menumbuhkan ketanggap segeraan masyarakat untuk melakukan
pengawasan sosial. Meningkatnya ketanggapsegeraan masyarakat
akan semakin menurunkan kemungkinan terjadinya dampak
negative.
4) Memberikan saran dan pendapat.
5) Menyampaikan informasi dan/atau menyampaikan laporan.
Dengan meningkatnya ketanggapsegeraan akan meningkatkan
kecepatan pemberian informasi tentang suatu masalah lingkungan
hidup sehingga dapat segera ditindaklanjuti.
Sumberdaya alam dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk
sebesarbesarnya bagi kemakmuran rakyat, serta pengaturannya ditentukan oleh
Pemerintah. Untuk pelaksanaannya Pemerintah:
a) mengatur dan mengembangkan kebijaksanaan dalam rangka pengelolaan
lingkungan hidup,
b) mengatur penyediaan, peruntukkan, penggunaan, pengelolaan lingkungan
hidup, dan pemanfaatan kembali sumberdaya alam, termasuk sumberdaya
genetika,
c) mengatur perbuatan hukum dan hubungan hukum antara orang dan/atau
subyek hukum lainnya serta perbuatan hukum terhadap sumberdaya alam
dan sumberdaya buatan, termasuk sumberdaya genetik,
d) mengendalikan kegiatan yang mempunyai dampak sosial,
e) mengembangkan pendaan bagi upaya pelestariab fungsi lingkungan hidup.
Pemerintah menetapkan kebijaksanaan nasional tentang pengelolaan
lingkungan hidup dan penataan ruang dengan tetap memperhatikan nilai-nilai
agama, adat istiadat, dan nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat. Penataan ruang
adalah proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian
pemanfaatan ruang (Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup (1993).
Pengelolaan lingkungan hidup, dilaksanakan secara terpadu, meliput sektoral,

ekosistem, dan bidang ilmu. Dalam operasionalnya terpadu dengan penataan


ruang, perlindungan sumberdaya alam nonhayati, perlindungan sumberdaya
buatan, konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya, cagar budaya,
keanekaragman hayati dan perubahan iklim.
Dalam rangka pengelolaan lingkungan hidup Pemerintah berkewajiban
mewujudkan, menumbuhkan, mengembangkan dan meningkatkan kesadaran dan
tanggung jawab:
a) para pengambil keputusan pengelolaan lingkungan hidup,
b) masyarakat dalam pengelolaan lingkungan hidup,
c) kemitraan antara masyarakat, dunia usaha dan Pemerintah dalam
upaya pelestarian daya dukung dan daya tampung lingkungan
hidup,
d) kebijakan pengelolaan lingkungan hidup yang menjamin
terpeliharanya daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup,
e) mengembangkan dan menerapkan perangkat yang bersifat
preventif, dan proaktif dalam upaya pencegahan penurunan daya
f)

dukung dan daya tampung lingkungan hidup,


memanfaatkan dan mengembangkan teknologi yang ramah

lingkungan,
g) menyelenggarakan penelitian dan pengembangan di bidang
lingkungan hidup,
h) menyediakan informasi lingkungan hidup dan menyebarluaskan
kepada masyarakat, dan
i) memberikan penghargaan kepada orang lain atau lembaga yang
berjasa di bidang lingkungan hidup.
3. Perubahan Lingkungan Hidup
Perubahan lingkungan hidup disebabkan oleh proses alamiah,
proses kegiatan manusia (antropogenik), dan kombinasi keduanya,
Perubahan lingkungan hidup yang sangat mendasar yang diakibatkan oleh
sejumlah proses tersebut antara lain dapat menimbulkan dampak negatif
yang berpengaruh terhadap kehidupan manusia. Perubahan lingkungan
hidup akibat proses alamiah, misalnya tsunami dapat menimbulkan korban
jiwa, kerugian harta benda dan sebagainya. Penebangan hutan secara tidak

bertanggung jawab menyebabkan terjadinya lahan kritis, menyebabkan


tanaman tidak tumbuh dengan baik.
Kerusakan lingkungan hidup yang disebabkan oleh proses alamiah
antara lain:
a. Gempa bumi tektonik
Gempa bumi tektonik adalah gerakan atau hentakan bumi secara
tiba-tiba akibat pelepasan energi yang terakumulatif dalam bumi yang
disebabkan oleh tumbukan antarlempeng tektonik, atau pergeseran sesar.
Gempa bumi tersebut menimbulkan korban jiwa, penderitaan manusia,
kerugian harta benda, kerusakan (lingkungan hidup, sarana dan parasarana,
utilitas umum) serta mempengaruhi tata kehidupan dan penghidupan
penduduk. Peristiwa bencana alam jenis ini berpengaruh langsung dan
tidak langsung terhadap lingkungan hidup antara lain sebagai berikut.
Pertama, tanah di permukaan menjadi merekah, menyebabakan jalan raya
terputus. Kedua, goncangan yang sangat kuat, menyebabkan terjadinya
tanah longsor. Ketiga, berbagai bangunan roboh. Ketiga, akibat pengiring
gempa terjadi kebakaran karena sambungan pendek aliran listrik.
Keempat, terjadinya banjir akibat rusaknya waduk.
b. Tsunami Gempa
bumi tektonik yang terjadi di dasar laut, hiposentrum < 60 km,
magnitude > 6,5 SR, jenis pensesaran sesar naik atau sesar turun
menimbulkan tsunami, yaitu gelombang laut yang terjadi karena adanya
gangguan impulsif pada volume air laut akibat terjadinya deformasi kerak
bumi pada dasar laut secara tiba-tiba akibat tumbukan antarlempeng
tektonik. Sekitar 85 % tsunami yang terjadi di Indonesia diakibatkan oleh
gempa bumi tektonik. Peristiwa bencana alam jenis ini berpengaruh
langsung dan tidak langsung terhadap lingkungan hidup antara lain
sebagai berikut. Pertama, perubahan garis pantai. Kedua, rusaknya
tatakehidupan masyarakat wilayah pesisir. Ketiga, berbagai bangunan
roboh.
c. Letusan Gunung Api

Pertemuan lempeng tektonik pola tumbukan, batuan digilas hancur


lebur, kemudian diseret ke dalam perut bumi. Bahan yang hancur luluh ini
semakin lumat dan panas yang pada akhirnya meleleh dan membentuk
magma. Magma yang cair dan plastis lebih ringan dari batuan sekitarnya
pelan-pelan naik ke permukaan bumi dan meledak serta menghembuskan
gas-gas yang dkandungnya. Letusan gunung api tersebut merusak
lingkungan hidup sebagai berikut.
1) letusan gunungapi melepaskan berbagai material (bom, kerikil, dan pasir)
dapat menimpah perumahan, pertanian, ternak, hutan dan sebagainya.
2) abu vulkanik, yang mengandung 5% belerang menyebabkan rumah
beratap seng menjadi karat, hujan abu vulkanik yang menyertai letusan
dapat menyebabkan terganggunya pernafasan, pemandangan gelap,
timbunan abu yang tebal dapat menutup areal pertanian dan perkebunan
yang bisa mengurangi produksi.
3) lava panas yang meleleh akan merusak bahkan mematikan apa saja yang
dilaluinya. Setelah dingin, lava membeku menjadi batuan keras yang
menghambat pertumbuhan tanaman.
4) awan panas yang berhembus kecepatan tinggi dan tidak terlihat mata,
dapat menewaskan makhluk hidup yang dilaluinya.
5) aliran lahar dapat menyebabkan pendangkalan sungai, sehingga ketika
hujan turun menimbulkan banjir (banjir lahar).
6) gas yang mengandung racun dapat mengancam keselamatan makhluk di
d.

sekitar gunung api.


Badai Tropis
Badai tropis biasanya terjadi di luar wilayah Indonesia, terjadinya
di daerah perbatasan iklim, ditandai dengan angin kencang, gelombang
besar. Badai tropis merusak lingkungan hidup. Pertama, bangunan rumah
rusak. Kedua, gelombang yang besar dapat merusak fasilitas penangkapan
ikan masyarakat pesisir. Ketiga, mengganggu jadwal pelayaran dan
penerbangan.
Kerusakan lingkungan hidup yang disebabkan oleh proses antropogenik:

a. Kerusakan hutan tropis


Hutan merupakan paru-paru bumi. Sagala (1998), berpendapat
fungsi hutan sangat banyak, yaitu:

(1) tempat tinggal jutaan makhluk Tuhan dalam keadaan seimbang,


(2) gudang penyimpanan plasma nutfah untuk budidaya rekayasa
genetika,
(3) standar mengukur mutu sistem ekologi vegetasi buatan,
(4) sumber kayu dan hasil hutan lainnya,
(5) pelindung tanah,
(6) mengatur debit air,
(7) sumber bahan-bahan obatan-obatan,
(8) tempat rekreasi, jasa wisata hutan, dan sebagainya.
Adanya hutan di satu daerah sangat penting artinya bagi kelestarian
lingkungan hidup. Hutan mencegah erosi dan banjir. Akar-akar pepohonan di
hutan menyerap air hujan dan menyimpannya di dalam tanah, sehingga persedian
air tanah terpelihara. Air tanah merupakan sumberdaya yang diperlukan manusia,
tumbuhan, dan hewan bagi kehidupannya. Pada lereng pegunungan curam,
pohonpohon di hutan menahan tanah sehingga tidak mudah longsor. Hutan juga
menjaga kesuburan tanah, karena sisa-sisa tumbuhan yang mati cepat membusuk
dan membentuk humus. Disamping memelihara kelestarian lingkungan, hutan
merupakan sumberdaya alam yang kaya. Hasil hutan misalnnya di indonesia
cukup banyak dan beranekaragam. Sebagian hasil tersebut untuk keperluan dalam
negeri dn sebagian lagi diekspor untuk menghasilkan devisa. Bentuk kerusakan
hutan yang diakibatkan oleh kegiatan manusia antara lain sebagai berikut :
1) pemanfaatan sumberdaya hutan secara berlebihan, sebagai contoh:
penebangan pepohonan di hutan untuk keperluan industri kertas, kayu
bakar, peralatan rumah tangga, dan bahan bangunan.
2) pengalihan fungsi hutan menjadi lahan pertanian, permukiman, kegiatan
pertambangan. Pengalihan fungsi hutan ini dilakukan dengan cara
menebang atau membakar pepohonan yang ada di hutan, sehingga
akibatnya terjadi penyempitan luas lahan hutan. Kerusakan hutan tropis,
menyebabkan: punahnya keanekaragaman hayati, terjadinya perubahan
iklim global, terjadinya kekeringan pada musim kemarau, terbentuknya
lahan kritis yang ditandai dengan tanah tidak subur, tanaman tidak dapat
tumbuh dengan baik.

b. Pencemaran Lingkungan Hidup


Pencemaran lingkungan hidup adalah masuknya atau
dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke
dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun
sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan hidup tidak
dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya. Sebagai contoh, peruntukan
air sungai diantaranya untuk mandi, akan tetapi telah tercemar, dapat
menimbulkan penyakit seperti gatal-gatal.
Kerusakan lingkungan hidup akibat gabungan proses alamiah dan proses
antropogenik antara lain:
a. Lahan longsor
Lahan longsor (landslide) adalah runtuhnya massa batuan ke
bawah lereng akibat proses alamiah dan aktivitas manusia. Kemiringan
lereng, curah hujan, kondisi geologi, struktur batuan, kondsi tanah, vegasi,
dan sistem penggunakan lahan oleh aktitivitas manusia. Beberapa kerugian
akibat bencana lahan longsor menyebabkan korban jiwa, penderitaan,
kerugian harta benda, dampak negatif terhadap tata kehidupan dan
penghidupan.
b. Abrasi (abration)
Abrasi pantai dapat terjadi secara alami, akibat kegiatan manusia,
ataupun kombinasi keduanya. Pemanfaatan sumberdaya alam dengan tidak
memahami dinamika interaksi biogeofisik secara spasial merupakan
penyebab utama masalah abrasi pantai akibat kegiatan manusia. Sebagai
contoh, masalah abrasi yang terjadi di Kepulauan Riau dan Kepulauan
Seribu terjadi penambangan pasir; akibat pembukaan hutan mangrove
untuk lahan tambak sebagai penyebab abrasi terjadi di Karawang, Brebes,
Pasuruan, Probolinggo dan Situbondo; pembelokan muara sungai oleh
manusia yang menyebabkan abrasi terjadi di delta Cimanuk, Indramayu,
dan pantai Padang-Sumatera Barat; sedangkan penyebab abrasi akibat
struktur bangunan yang menjorok ke laut banyak dijumpai di Pantura
Jawa, Bali, Lombok, Kupang.

Beberapa kerugian akibat abrasi adalah perubahan garis pantai,


sehingga penduduk kehilangan lahan usaha, kerusakan fasilitas wisata
pantai, kerusakan sumberdaya jasa-jasa lingkungan wilayah pesisir.
B. Keanekaragaman Sumber Daya Alam
Sumber daya alam segala komponen lingkungan alam, terdiri atas
sumberdaya lahan, sumberdaya air, sumberdaya alam nabati, sumberdaya alam
hewani, sumberdaya mineral dan energi, udara, dan sebagainya yang dapat
dimanfaatkan oleh manusia guna meningkatkan kesejahteraan dan kelangsungan
hidup manusia. Dahuri et al. (2001) berpendapat sumberdaya alam meliputi
sumberdaya alam yang dapat pulih dan sumberdaya alam yang tidak dapat pulih,
serta jasa-jasa lingkungan.
Sumber daya alam yang dapat pulih meliput sumber daya alam hayati.
Sumber daya alam hayati adalah unsur-unsur hayati di alam yang terdiri dari
sumberdaya alam nabati (tumbuhan), dan sumber daya alam hewani (satwa) yang
bersama dengan unsur nonhayati di sekitarnya secara keseluruhan membentuk
ekosistem (Departemen Kehutanan RI, 1990). Lingkungan tempat tumbuhan atau
satwa dapat hidup dan berkembng secara alami, disebut habitus. Tumbuhan adalah
semua jenis sumberdaya alam nabati, baik yang hidup di darat pesisir, dan laut.
Contoh sumberdaya alam nabati: hutan mangrove, padang lamun, rumput laut,
jambu mete, hutan jati, hutan cendana, hutan gaharu, dan sebagainya. Semua jenis
sumberdaya alam hewani yang hidup di darat dan atau di air, dan stau di udara.
Contoh: sumberdaya alam hewani: terumbu karang, perikanan laut dan ikan
tambak. Sumberdaya alam yang tidak dapat pulih, berupa sumberdaya lahan,
sumberdaya air, minyak dan gas bumi, sumberdaya mineral, sumberdaya energi,
dan sebagainya.
1. Sumberdaya Lahan
Sumberdaya lahan adalah merupakan kondisi lahan dan unsur-unsur lahan
yang dapat dieksploitasi manusia untuk kesejahteraan dan kelangsungan
hidupnya. Lahan (land) adalah suatu daerah di permukaan bumi yang

mempunyai atribut atau sifatsifat tertentu yang dapat diestimasi. Atribut


sumberdaya lahan meliputi: kualitas lahan, kesesuaian lahan, kemampuan
lahan. Kualitas lahan (land qualities) merupakan sifat kompleks atau sifat
komposit yang gayut untuk suatu penggunaann, ditentukan oleh seperangkat
karakteristik lahan yang berinteraksi (Sitorus, 1995). Kegunaan sumberdaya
lahan dapat dianalisis dari tiga aspek, yaitu kesesuaian, kemampuan, dan nilai
lahan.
Kesesuaian lahan menyangkut satu penggunaan lahan tertentu atau
penggunaan khusus, seperti sesuai untuk lapangan golf, perkebunan kelapa
sawit, padi dan sebagainya. Kemampuan lahan menyangkut serangkaian atau
sejumlah penggunaan, seperti untuk pertanian, kehutanan, atau rekteasi.
Konsep nilai lahan, didasarkan atas pertimbangan finansial atau sejenisnya,
dinyatakan sebagai bayaran modal. Dent dan Young (1981) berpendapat
bahwa para perencana membutuhkan terjemahan kelas-kelas kemampuan ke
dalam istilah ekonomis agar dapat diperhitungkan keuntungan atau kerugian
yang akan timbul sesuai dengan usulan perubahan pola penggunaan
sumberdaya lahan tersebut. Struktur klasifikasi kesesuaian lahan terdiri dari
empat kategori yang merupakan tingkatan generalisasi yang bersifat menurun
sebagai berikut (Dent dan Young, 1981).
Pertama, Ordo kesesuaian lahan, menunjukkan jenis kesesuaian atau
keadaan kesesuaian secara umum. Kesesuan lahan pada tingkat ordo
menunjukkan apakah lahan sesuai atau tidak sesuai untuk penggunaan
tertentu. Ordo kesesuaian lahan meliput: (i) ordo S: sesuai (suitable), lahan
yang dapat digunakan untuk satu penggunaan tertentu secara lestari, tanpa
atau dengan sedikit resiko kerusakan terhadap lahannya, keuntungan yang
diharapkan dari hasil pemanfaatan lahan ini akan melebihi masukan yang
diberikan, (ii) ordo N: tidak sesuai, lahan yang mempunyai pembatas
sedemikian rupa sehingga pencegah suatu penggunaan secara lestari.
Kedua, Kelas kesesuaian lahan, menunjukkan tingkat kesesuaian
dalam ordo. Kelas kesesuaian lahan merupakan pembagian lebih lanjut
dari ordo dan menggambarkan tingkat-tingkat kesesuaian ordo. Nomor

urut ini dalam simbolnya diberi nomor urut yang ditulias dibelakang
simbol ordo. Nomor urut ini menunjukkan tingkatan kelas yang menurun
dalam suatu ordo. Nomor urut ini menunjukkan tingkatan kelas yang
menurun dalam suatu ordo. Jumlah kelas dalam tiap ordo sebetulnya tidak
terbatas, akan tetapi dianjurkan untuk memakai tiga kelas dalam ordo
sesuai dan dua kelas dalam ordo tidak sesuai. Penentuan jumlah kelas ini
didasarkan pada keperluan minimum untuk mencapai tujuan interpretasi
dan umumnya terdiri dari lima kelas. Apabila tiga kelas dipakai dalam
Ordo Sesuai (S) dan dua kelas dalam Ordo Tidak Sesuai (N), maka
pembagian serta makna kelas tersebut adalah sebagai berikut:

Kelas S1: Sangat Sesuai (highly suitable), lahan tidak mempunyai


pembatas yang berat untuk suatu penggunaan secara lestari atau hanya
mempunyai pembatas yang tidak berarti dan tidak berpengaruh secara
nyata terhadap produksinya serta tidak akan menaikan masukan dari apa

yang telah biasa diberikan.


Kelas S2: Cukup Sesuai (moderately suitable), lahan yang mempunyai
pembatas-pembatas agak berat untuk sesuatu penggunaan yang lestari.
Pembatas akan mengurangi produktivitas dan keuntungan serta

meningkatkan masukan yang diperlukan.


Kelas S3: Sesuai Marginal (marginally suitable), lahan mempunyai
pembatas sangat berat, untuk penggunaan yang lestari. Pembatas akan

mengurangi produktivitas dan perlu masukan yang dibutuhkan.


Kelas N1: Tidak Sesuai Pada Saat ini (currently not sutable), lahan
mempunyai pembatas sangat berat, tetapi masih memungkinkan untuk
diatasi, hanya tidak dapat diperbaiki dengan tingkat pengetahuan sekarang

ini dengan biaya yang rasional.


Kelas N2: Tidak Sesuai Permanen (permanently not suitable), lahan
mempunyai pembatas yang sangat berat sehingga tidak mungkin untuk
digunakan bagi suatu penggunaan yang lestari. Ketiga, Subkelas
kesesuaian lahan, menunjukkan jenis pembatas atau macam perbaikan
yang diperlukan di dalam kelas. Subkelas kesesuaian lahan mencerminkan
jenis pembatas atau macam perbaikan yang diperlukan dalam suatu kelas.

Tiap kelas, kecuali Kelas S1 dapat dibagi menjadi satu atau subkelas
tergantung dari jenis pembatas yang ada. Jenis pembatas ini ditunjukkan dengan
simbol huruf kecil yang diletakkan setelah simbol kelas. Sebagai contoh, kelas S2
yang mempunyai faktor pembatas kedalaman tanah efektif (s) akan menurunkan
subkelas S2s. Selain hanya satu simbol pembatas dalam setiap sub-kelas, juga satu
sub-kelas mempunyai dua atau tiga simbol pembatas, dengan catatan jenis
pembatas yang paling dominan di tempat pertama. Sebagai contoh: dalam subkelas S2ts, maka pembatas kemiringan lereng (t) adalah pembatas dominan dan
pembatas kedalaman efektif tanah (s) merupakan pembatas kedua atau tambahan.
Keempat, Satuan kesesuaian lahan, menunjukkan perbedaanperbedaan kecil yang diperlukan dalam pengelolaan di dalam sub-kelas.
Kesesuaian lahan pada tingkat satuan merupakan pembagian lebih lanjut dari subkelas. Semua satuan yang berada dalam satu sub-kelas mempunyai tingkat
kesesuaian yang sama dalam kelas dan mempunyai jrnis pembatas yang sama
pada tingkat sub-kelas. Unit-unit berbeda satu dengan yang lainnya dalam sifatsifat atau aspek tambahan dari pengelolaan yang diperlukan dan sering merupakan
perbedaan detail dari pembatas-pembatasnya. Dengan diketahuinya pembatas
secara detail akan memudahkan penafsiran perencanaan pada tingkat usahatani.
Simbol kesesuaian lahan pada tingkat satuan dibedakan oleh angka-angka Arab
yang ditempatkan setelah simbol subkelas, misalnya S3t-2, S3t-3. Tidak ada
pembatas mengenai jumlah satuan dalam satu subkelas.
Klasifikasi kesesuaian lahan pada tingkat kelas di Indonesia baik untuk
tanaman pangan maupun tanaman tahunan, ada beberapa faktor yang
dipertimbangkan pada tanah mineral sebagai berikut.
a. kedalaman efektif tanah, kedalaman tanah sampai lapisan keras atau
lapisan glei pada penampang tanah yang dapat mengganggu atau
membatasi perakaran baik tanaman pangan maupun tanaman tahunan.

b. kelas besar butir pada daerah perakaran berdasarkan contoh tanah sampai
kedalaman 30 cm untuk tanaman pangan dan 60 cm untuk tanaman
tahunan.
c. Ketiga, pori air tersedia.
d. batu-batu di permukaan tanah, dihitung sebarannya di permukaan (dalam
persen) terhadap luas wilayah.
e. kesuburan tanah, dipertimbangkan dari keadaan KTK, KB, bahan organik
serta P2OS dan K2O potensial.
f. reaksi tanah (pH), ditentukan berdasarkan pengukuran pH H2O pada
kedalaman 30 cm untuk tanaman pangan dan 60 cm untuk tanaman
tahunan.
g. keracunan, ditentukan berdasarkan kejenuhan Alumunium pada daerah
h.
i.
j.
k.
l.
m.

perakaran dan kedalaman pirit dengan kadar >1,2 %.


kemiringan lereng.
erodibiltas tanah.
zona agroklimat dari Oldeman.
kelas drainase.
banjir dengan genangan musim.
salinitas.

Untuk tanah gambut atau bergambut ditambah dua faktor lagi, yaitu: tingkat
dekomposisi gambut dan ketebalan gambut. Kesesuaian lahan pada tingkat
subkelas di Indonesia, digunakan beberapa jenis pembatas, baik untuk tanaman
pangan maupun untuk tanaman tahunan yang biasanya merupakan kriteria subkelas sebagai berikut.
s: pembatas pada daerah perakaran, yang biasanya terutama disebabkan oleh
kelas besar butir kasar.
n: kesuburan tanah rendah atau sangat rendah
c : keracunan yang disebabkan kejenuhan Alumunium tinggi.
d : kelas drainase yang disebabkan oleh drainase agak terhambat atau
terhambat (agak buruk atau buruk).
t : topografi yang disebabkan oleh tingginya persentase kemiringan lereng.
Kesanggupan lahan untuk dapat digunakan secara khsus atau dengan
pengelolaan khusus yang berdasarkan karakteristik yang dapat digunakan secara
intensif dengan harapan akan memberikan hasil yang tinggi tiap tahunnya, disebut
kemampuan lahan. Evaluasi potensi sumberdaya lahan bagi penggunaan berbagai

sistem pertanian luas, dinamakan evaluasi kemampuan sumberdaya lahan.


Klasifikasi kemampuan lahan adalah pengelompokkan lahan ke dalam satuansatuan khusus menurut kemampuannya untuk penggunaan intensif dan perlakuan
yang diperlukan untuk dapat digunakan secara terus menerus (Sitorus, 1995).
Klasifikasi kemampuan lahan mempunyai struktur tertentu, membagi lahan ke
dalam sejumlah kategori menurut faktor penghambat terhadap pertumbuhan
tanaman. Ada tiga kategori yang digunakan yaitu: kelas, sub-kelas, dan unit
pengelolaan.
Kelas kemampuan sumberdaya lahan dibagi dalam delapan kelas:
Kelas I, mempunyai sedikit penghambat yang membatasi penggunaannya,
sesuai untuk segala macam penggunaan pertanian. Kelas ini dicirikan oleh kesan
topografi datar, bahaya erosi sangat kecil, solum dalam, umumnya berdrainase
baik, mudah diolah, dapat menahan air dengan baik dan responsif terhadap
pemupukan. Tanah kelas ini tidak mempunyai penghmbat atau ancaman
kerusakan yang berarti dan cocok untuk usahatani yang intensif. Iklim setempat
harus sesuai bagi pertumbuhan banyak tanaman pertanian. Tindakan pemupukan
dan usaha-usaha pemeliharaan struktur tanah diperlukan agar dapat
mempertahankan kesuburan dan produktivitasnya.
Kelas II. Tanah pada lahan kelas II mempunyai sedikit penghambat yang
dapat mengurangi pilihan penggunaannya atau membutuhkan tindakan
pengawetan yang sedang, membutuhkan pengawetan, menghindari kerusakan dan
memperbaiki hubungan air-udara dalam tanah bila tanah ditanmi. Penghambat:
berlereng landai, kepekaan sedang terhadap erosi, struktur tanah sedikit kurang
baik, dalam penggunaanya diperlukan tindakan-tindakan pengawetan yang ringan
seperti pengolahan tanah menurut kontur, penanaman dalam jalur (strip cropping),
pergiliran tanaman dengan tanaman penutup tanah atau pupuk hijau, guludan,
pemupukan dan pengapuran. Kombnasi tindakan-tindakan yang diperlukan
bervariasi dari satu tempat ke tempat yang lain, bergantung sifat-sifat tanah, iklim,
dan sistem usahatani yang dilakukan.

Kelas III. Mempunyai lebih banyak penghambat. Bila digunakan untuk


tanaman pertanian memerlukan tindakan pengawetan khusus, umumnya lebih
sulit baik dalam pelaksanaan maupun pemeliharaannya. Faktor penghambat:
lereng agak miring, sangat peka terhadap erosi, berdrainase buruk, permeabilitas
tanah sangat lambat, solum dangkal yang membatasi daerah perakaran, kapasitas
menahan air rendah, kesuburan rendah, tidak mudah diperbaiki. Apabila lahan ini
diusahakan membutuhkan tindakan pengawetan khusus seperti perbaikan
drainase, sistem penanaman seperti penanaman dalam jalur atau pergiliran dengan
tanaman penutup tanah, pembuatan teras, di samping tindakan-tindakan untuk
memelihara atau meningkatkan kesuburan tanah seperti penambahan bahan
organik, pupuk, dan sebagainya.
Kelas IV. Tanah pada lahan kelas IV mempunyai penghambat yang lebih
besar dibandingkan dengan kelas III, sehingga pemilihan jenis penggunaan atau
jenis tanaman juga lebih terbatas. Tanah pada lahan kelas IV dapat digunakan
unruk berbagai jenis penggunaan pertanian dengan ancaman dan bahaya
kerusakan yang lebih besar dari tanah pada lahan kelas III. Mempunyai beberapa
faktor penghambat: lereng curam, sangat peka terhadap erosi, solum dangkal,
kapasitas menahan air rendah, dan drainase buruk. Apabila diusahakan,
dibutuhkan tindakan pengelolaan khusus, yang relatif lebih sulit, baik dalam
pelaksanaan maupun pemeliharaannya, dibandingkan dengan kelas-kelas
sebelumnya. Jika dipergunakan untuk tanaman semusim diperlukan pembuatan
teras atau saluran drainase atau pergiliran tanaman penutup tanah, pakan ternak,
pupuk hijau selama beberapa tahun, misalnya 3-5 tahun.
Kelas V. Tanah pada lahan kelas V tidak sesuai untuk ditanami dengan
tanaman semusim, tetapi sesuai untuk ditanami dengan vegetasi permanen seperti
tanaman pakan ternak atau dihutankan. Tanah pada lahan kelas V terletak pada
tempat yang hampir datar, basah atau tergenang air atau terlalu banyak batu di atas
permukaan tanah. Sebagai contoh tanah lahan kelas V adalah:
(a) tanah di daerah cekungan yang sering tergenang air sehingga
menghambat pertumbuhan tanaman,
(b) tanah berbatu,

(c) tanah di daerah rawa-rawa yang sulit untuk didrainasekan.


Kelas VI. Tanah pada lahan kelas VI tidak sesuai digarap bagi usahausaha tanaman semusim, tetapi sesuai untuk vegetasi permanen yang dapat
digunakan sebagai tanaman pakan ternak, padang rumput atau dihutankan, dengan
penghambat yang sedang. Tanah ini mempunyai lereng yang curam, sehingga
muda tererosi atau telah mengalami erosi yang sangat berat, atau mempunyai
solum tanah yang sangat dangkal. Jika digunakan untuk tanaman semusim
diperlukan tindakan pengawetan khusus seperti pembuatan teras tangga atau teras
bangku, pengolahan menurut kontur, dan sebagainya. Penggunaan untuk padang
rumput harus diusahkan demikian rupa sehingga rumputnya nemutupi ranah
dengan baik.
Kelas VII. Tanah pada lahan kelas VII tidak sesuai untuk tanaman semusim,
dan sebaiknya digunakan untuk penanaman dengan vegetasi permanen seperti
padang rumput atau hutan yang disertai dengan tindakan pengelolaan yang tepat
dan lebih intensif dari yang diperlukan pada lahan kelas VI. Tanah pada lahan
kelas ini terletak pada lereng yang sangat curam atau mengalami erosi berat, atau
tanah sangat dangkal, atau berbatu.
Kelas VIII. Tanah pada lahan kelas VIII tidak sesuai untuk ditanami
tanaman semusim atau usaha produksi pertanian lainnya dan harus dibiarkan pada
keadaan alami di bawah vegetasi alami. Tanah pada kelas ini dapat digunakan
untuk cagar alam, hutan lindung, atau rekreasi. Tanah pada lahan kelas VIII
merupakan tanah yang berlereng sangat curam atau permukaan tanah sangat
berbatu yang dapat berupa batuan lepas atau singkapan atau tanah pasir (di
pantai).
Konsep nilai lahan, didasarkan atas pertimbangan finansial atau
sejenisnya, dinyatakan jumlah biaya per tahun, misalnya nilai sewa atau sebagai
bayaran modal. Dent dan Young (1981) berpendapat bahwa para perencana
membutuhkan terjemahan kelas-kelas kemampuan ke dalam istilah ekonomis agar
dapat diperhitungkan keuntungan atau kerugian yang akan timbul sesuai dengan
usulan perubahan pola penggunaan sumberdaya lahan tersebut.

Faktor-faktor

yang menentukan nilai sumberdaya lahan adalah faktor sosialekonomi meliputi

kondisi spasial yang mudah dikuantifikasikan seperti letak dalam kaitannya


dengan lokasi permukiman, transportasi, dan aktivitas manusia lainnya,
keputusan-keputusan politik dan administrasif seperti izin perencanaan atau
subsidi.
Faktor-faktor yang tidak dapat dikuantifikasikan, seperti ketersediaan
tenaga-tenaga terampil atau faktor pembatas keagamaan/budaya, misalnya
penguasahaan ternak babi di daerah berpenduduk Islam, dan sebagainya. Ada
beberapa faktor kunci penyebab kemunduran kualitas sumberdaya lahan, yaitu:
pertambahan penduduk yang cepat, kebijakan yang kurang tepat, kemiskinan,
praktek teknologi yang mengeksploitasi sumberdaya lahan secara kurang
bertanggung jawab yang mendorong konsumsi mewah, limbah yang dihasilkan,
serta kerawanan dan ketentraman sosial (Soerjani, 1994). Dalam kerangka
menyelamatkan sumberdaya lahan maka perlu program antara lain: pengendalian
jumlah penduduk, inventarisasi dan evaluasi sumberdaya lahan, penyelamatan dan
rehabilitasi sumberdaya lahan, praktek teknologi yang ramah lingkungan,
pengendalian pencemaran lingkungan, pengembangan pranata wawasan
lingkungan, pengentasan kemiskinan, pemberdayaan masyarakat lokal,
mengembangan kearifan lokal dalam pelestarian sumberdaya lahan.
2. Sumberdaya Air
Sumberdaya air merupakan bagian dari sumberdaya alam yang
sangat penting dibutuhkan bagi kehidupan manusia dan makhluk hidup
lain. Sumberdaya air digunakan manusia dalam pelbagai jenis
pemanfaatan, yaitu keperluan domestik, irigasi pertanian, pembangkit
tenaga listrik, industri, perikanan, pelayaran, olahraga, rekreasi, dan
sebagainya. Pada ruang dan waktu tertentu dalam rupa hujan hujan lebat,
banjir sumberdaya alam yang sangat berguna ini menjadi perusak,
menimbulkan kerugian harta benda dan korban jiwa manusia.
Keberadaan air di permukaan bumi merupakan produk siklus
alamiah yang disebut siklus atau daur hidrologi, yang terjadi setiap saat
dan berlangsung sepanjang waktu, hanya berbeda dalam ruang dan waktu.
Prosesnya berlangsung sederhana dan mudah dimengerti. Akibat panas

yang bersumber dari sinar matahari, terjadi evaporasi, transpirasi, dan


evapotranspirasi. Uap air produk penguapan itu, pada ketinggian tertentu
akan menjadi awan, kemudian karena beberapa sebab awan akan
berkondensasi menjadi presipitas, dalam bentuk salju, hujan es, hujan,
embun ke permukaan bumi. Sebelum tiba di muka bumi sebagian
langsung menguap ke udara dan sebagian tiba di muka bumi. Tidak semua
bagian hujan yang jatuh di daratan mencapai permukaan tanah, sebagian
akan tertahan oleh tajuk daun (intersepsi), bangunan, dan sebagian lagi
akan jatuh atau mengalir melalui dahan-dahan kayu ke permukaan tanah.
Air hujan yang mencapai tanah, sebagian lagi menjadi aliran air di atas
permukaan (over land flow) kemudian terkumpul pada saluran (surface
runoff) akhirnya ke laut. Tidak semua butir air yang mengalir akan tiba ke
laut sebagian akan menguap kembali ke atmosfer. Sebagian air yang
masuk ke dalam tanah keluar kembali segera ke sungai-sungai (interflow)
dan sebagian besar akan tersimpan sebagai air tanah (ground water).
Sumberdaya air adalah semua air yang terdapat di dalam dan/atau berasal
dari sumber-sumber air, baik yang ada di atas maupun di bawah
permukaan. Sumber air meliput:
(1) air permukaan seperti sungai, danau, waduk, embung, dan
rawa;
(2) air tanah termasuk mata air;
(3) air di udara.
Air merupakan sumberdaya alam terbatas, kebutuhan akan air
selalu meningkat setiap saat. Ketersediaan sumberdaya air sangat beragam
secara spasiotemporal. Ini berarti ketersediaan dan penggunaan kebutuhan
sumberdaya air selalu berubah dan dinamis setiap saat. Seiring dengan
bertambahnya jumlah penduduk dan berkembangnya kebutuhan manusia.
Tuntutan yang besar terhadap kebutuhan sumberdaya air, baik secara
kualitas maupun kuantitas semakin tinggi. Tuntutan terhadap sumberdaya
air apabila tidak dapat dikelola dengan baik akan mengakibatkan krisis air
dan konflik. Krisis air ini menurut UNESCO meliput, kelangkaan air

(water scarcity), kualitas air (water quality), dan bencana berkaitan dengan
air (water-related disaster).
Salah satu usaha yang telah dilakukan penduduk guna
mengatasi kekurangan air untuk kebutuhan domestik atau lainnya d musim
kemarau adalah dengan pembuatan bak-bak penampung air hujan. Usaha
ini cukup berkembang dengan baik atas inisiatif masyarakat, LSM, swasta,
pemerintah. Kualitas air hujan yang tersimpan dalam bak penampung
tersebut umumnya kurang memenuhi syarat standar air minum dari
Depkes. Kesadahan air tersebut terlalu tinggi, kadar Fe juga tinggi,
mengandung bakteri Choli. Secara fisik juga, kurang memenuhi syarat
karena terlalu keruh, rasanya kesat dan kadang berbau.
3. Air permukaan merupakan air yang berada di atas permukaan tanah, yang
bergerak dan tidak bergerak, seperti air sungai, air danau, embung,
waduk, dan rawa. Indonesia memiliki 5.886 buah sungai induk tersebar di
seluruh wilayah nasional (Rais, 2004). Sumberdaya air sungai dinilai atas
dasar potensinya, meliput debit aliran dan kualitas airnya. Air yang
mengalir di dalam sungai, apabila dibuat konstruksi yang melintang
sungai disebut bendung dan air yang tertampung di hulu akan merupakan
air tampungan disebut waduk. Air sungai dimanfaatkan untuk memenuhi
kebutuhan domestk, irigasi pertanian, pembangkit tenaga listrik, navigasi,
pariwisata, perikanan, olahraga, dan sebagainya. Sementara itu, air
limpasan yang belum sempat masuk ke dalam alur sungai, apabila ditahan
dengan suatu konstruksi pada celah alur bukit (gulley) akan menjadi
waduk kecil yang sering disebut Embung. Embung merupakan suatu
konstruksi mirip dengan bendungan namun berskala kecil, sederhana,
dapat bermanfaat untuk penyediaan air domestik, perikanan darat, air
minum ternak dan apabila air limpasan cukup dan catchment area cukup
besar dapat dimanfaatkan untuk irigasi.
4. Danau merupakan cekungan di permukaan bumi yang cukup luas dan
digenangi air. Badan air ini mensuplai air dari air sungai, hujan, mata air,
dan air tanah. Danau di Indonesia terbentuk karena vulkanik, tektonik,

tektonovulksnik, pelarutan, bendungan. Manfaat badan air ini: sebagai


pengatur air sehingga tidak terjadi banjir (flood control), sebagai tandon
air yang penting untuk irigasi, tempat rekreasi dan obyek wisata, sebagai
sarana olahraga danau. Ada beberapa masalah terkait dengan danau ialah:
pendangkalan karena sedimentasi, turunnya permukaan air danau,
terjadinya penguapan melebihi jumlah air yang masuk ke danau, dan
penjebolan waduk. Komponen biotik danau: tetumbuhan, bakteri dan
cendawan, hewan.
5. Rawa adalah daerah rendah yang digenangi air dan pada umumnya
permukaan air tawar selalu di bawah atau sama dengan paras laut,
sehingga airnya selalu menggenang dan permukaan airnya selalu tertutup
oleh tumbuhan air. Rawa terdiri dari :
(1) rawa tergenang, airnya selalu tergenang dan dasar rawa
merupakan lapisan gambut yang tebal;
(2) rawa pasang surut, rawa yang airnya dipengaruhi oleh pasang
surut air laut. Rawa antara lain dimanfaatkan untuk sawah
pasang surut.
Air tanah adalah air yang tersimpan di bawah tanah yang mengisi pori-pori
atau rongga antar butir batuan (Sudarmadji, 1985). Menurut Sabar (1996),
air tanah adalah air yang berada di bawah permukaan tanah yang tidak
bergerak maupun bergerak melalui media berbutir. Air tanah adalah air
yang terdapat dalam lapisan tanah atau batuan di bawah permukaan tanah
(UU RI Nomor 7 Tahun 2004, 2004). Ada beberapa ubahan yang
mempengaruhi keberadaan air tanah di suatu daerah, yaitu curah hujan,
jenis batuan, sifat fisika dan kimia bahan penyusunnya, umur batuan,
kemiringan lereng medan, tutupan lahan dan penggunaan lahan.
Pemanfaatan air tanah antara lain untuk memenuhi kebutuhan
domestik, industri, dan pertanian. Penggunaan air tanah yang berlebihan
dapat mengakibatkan:
(1) penurunan muka air tanah, sehingga menyebabkan sumber air
berkurang atau kering,
(2) penurunan permukaan tanah,

(3) penerobosan air asin (intrusi air laut), sehingga air tanah
menjadi asin dan tidak dapat dimanfaatkan. Untuk menghindari hal-hal
tersebut maka harus dijaga supaya pengambilan air tanah sesuai dengan
pengisian kembali. Apabila pengisian kembali cukup besar dengan
kecepatan sirkulasi yang tinggi, maka dapat dilakukan pengambilan air
tanah secara lebih intensif, sedangkan sirkulasinya rendah, maka
pengambilan air tanah harus dibatasi.
Mata air merupakan singkapan (pemunculan) air tanah pada permukaan
lahan. Pemunculan air tanah pada mata air terpusat pada satu titik, bila
pemunculannya melalui garis atau bidang, disebut rembesan (seepage).
Berdasarkan sebab pemunculannya mata air dapat digolongkan sebagai
berikut. Pertama, mata air yang muncul karena nongravitatif: mata air
vulkanik, mata air thermal dan geiser. Kedua, mata air yang muncul
karena tenaga gravitatif:
(a) mata air depresi, terbentuk bila muka freatik terpotong oleh
muka topografi,
(b) mata air sentuh, lapisan permeabel berada di atas lapisan
impermeabel,
(c) mata air artesian, terbentuk bila air tertekan oleh tekanan
hidrostatk, dan muncul singkapan akifer atau bila air
menembus lapisan pembatas akifer,
(d) mata air rekahan, retakan atau bukaan yang terdapat pada
lapisan batuan,
(e) mata air talus, yang muncul di kaki talus.
Upaya merencanakan, melaksanakan, memantau dan
mengevaluasi penyelenggaraan konservasi, pendayagunaan dan
pengendalian daya rusak air dalam ruang dan waktu agar sumberdaya air
dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk kesejahteraan rakyat
banyak, dinamakan pengelolaan sumberdaya air. Pengelolaan air di daerah
perkotaan tidak terlepas dari prinsip bahwa air merupakan sumberdaya
yang sangat terbatas dan mempunyai tingkat kerawanan yang tinggi, baik
untuk kesehatan maupun konflik sosial. Dalam pengelolaan sumberdaya
air perlu dilakukan secara komprehensif terhadap semua stakeholder kota

secara partisipatif dengan penuh kesadaran bahwa air merupakan


sumberdaya yang sangat berharga, bernilai tinggi untuk kepentingan
manusia. Air juga sebagai sumberdaya ekonomis senantiasa dimanfaatkan
untuk seluruh masyarakat dan merupakan hak dasar bagi seluruh manusia.
3. Sumberdaya Alam Hayati
Sumberdaya alam hayati adalah unsur-unsur hayati di alam yang
terdiri dari sumberdaya alam nabati (tumbuhan) dan sumberdaya alam
hewani (satwa) yang bersama dengan unsur non-hayati di sekitarnya
secara keseluruhan membentuk ekosistem (Dep. Kehutanan 1990).
Sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya merupakan bagian terpenting
dari sumberdaya alam yang terdiri dari alam hewani, alam nabati ataupun
berupa fenomena alam, baik secara masing-masing maupun bersama-sama
mempunyai fungsi dan manfaat sebagai unsur pembentuk lingkungan
hidup. Sistem hubungan timbal balik antara unsur dalam alam, baik hayati
maupun nonhayati yang saling tergantung dan pengaruh mempengaruhi
dalam membentuk keseimbangan, stabilitas, dan produktivitas lingkungan
hidup, disebut ekosistem sumberdaya alam hayati.
Sumberdaya alam hayati terdiri dari sumberdaya alam nabati dan
sumberdaya alam hewani. Suatu ruang pertumbuhan pohon-pohon yang
secara keseluruhan merupakan persekutuan hidup alam hayati beserta alam
non-hayati secara keseluruhan membentuk keseimbangan, stabilitas, dan
produktivitas lingkungan hidup, disebut hutan (Angin, 1998). Hutan antara
lain berfungsi sebagai berikut.
a) hidroorologis, penyimpan, pengatur debit air melalui humus
atau dedaunan yang busuk menjadi humus berfungsi
sebagai spons dapat menyerap air hujan, mengurang erosi
dan banjir. Hutan menjadi pelindung lahan terhadap erosi,
angin, dan air (fungsi orologis).
b) kilimatologis, menambah kelembaban udara, mengurangi
panas udara, mengurangi penguapan dan menjamin
persediaan air bagi keperluan hidup manusia.,

c) estetika, memberikan keindahan dan berfungsi sebagai


paru-paru kota.
d) sosio-ekonomi memberikan pekerjaan bagi penduduk,
tempat berekreasi, lintas alam, perkemahan, tempat
berlindung satwa liar, memberi hasil hutan berupa kayu,
rotan, dan sebagainya.
Hutan merupakan paru-paru bumi. Adanya hutan di satu daerah
sangat penting artinya bagi kelestarian lingkungan hidup. Hutan
mengcegah erosi dan banjir. Akarakar pepohonan di hutan menyerap air
hujan dan menyimpannya di dalam tanah, sehingga persedian air tanah
terpelihara. Air tanah merupakan sumberdaya yang diperlukan manusia,
tumbuhan, dan hewan bagi kehidupannya. Pada lereng pegunungan curam,
pohon-pohon di hutan menahan tanah sehingga tidak mudah longsor.
Hutan juga menjaga kesuburan tanah, karena sisa-sisa tumbuhan yang mati
cepat membusuk dan membentuk humus. Di samping memelihara
kelestarian lingkungan, hutan merupakan sumberdaya alam yang kaya.
Hasil hutan misalnya di Indonesia cukup banyak dan beranekaragam.
Sebagian hasil tersebut untuk keperluan dalam negeri dn sebagian lagi
diekspor untuk menghasilkan devisa.
Berdasarkan fungsinya, hutan dikelompokkan menjadi hutan
lindung, hutan produksi, hutan suaka alam dan hutan cadangan. Hutan
yang perlu dipertahankan guna melindungi tanah dari erosi dan banjir,
mengatur tata air dan memelihara kesuburan tanah, ditetapkan sebagai
hutan lindung. Pohon-pohon di hutan lindung tidak boleh ditebang.
Sebaiknya luas hutan lindung paling sedikit 30% dari luas wilayah. Hutan
produksi disediakan untuk memenuhi berbagai keperluan seperti
pembukaan daerah baru dan pengambil hasil hutan. Ada dua macam hutan
produksi, yaitu hutan rimba dan hutan budidaya seperti Hutan Tanaman
Industri (HTI).
Hutan suaka alam dimaksudkan untuk melindungi dan
melestarikan tumbuhan dan hewan yang langka, agar jangan punah

jenisnya. Pada hutan suaka alam penebangan kayu dan perburuan hewan
dilarang. Guna kepentingan rekreasi disediakan hutan wisata dan tanam
baru. Hutan wisata memiliki keindahan alam serta flora dan fauna yang
khas. Flora Indonesia antara lain berupa hutan mangrove, hutan rawa,
hutan musim, hutan hujan tropis, sabana, dan hutan lumut. Hutan yang
belum ditentukan statusnya, disebut hutan cadangan. Setelah ditentukan
statusnya hutan cadangan dapat menjadi hutan lindung, hutan produksi
atau hutan suaka alam.
Semua jenis sumberdaya alam hewani yang hidup di darat, dan
atau di air, dan atau di udara, dinamakan satwa. Sedangkan semua binatang
yang hidup di darat, dan atau di air, dan atau di udara yang masih mempunyai
sifat liar, baik yang hidup bebas maupun dipelihara oleh manusia, disebut
satwa liar. Sumberdaya hewani di Indonesia berupa keanekaragaman hewan
peliharaan dan satwa yang dilindungi, keanekaragaman ikan darat dan laut.
Keanekaragaman hewan peliharaan berupa hewan besar, kecil, dan unggas.
Hewan peliharaan besar terdiri dari: pertama, keanekaragaman sapi (sapi
Bali, sapi Madura, sapi ongole, sapi perah). Usaha peternakan ini untuk
memenuhi kebutuhan akan bahan pangan protein hewani, tenaganya dan
ekspor untuk menambah devisa negara; kedua, kerbau. Usaha peternakan ini
untuk memenuhi kebutuhan akan bahan pangan protein hewani, tenaganya;
ketiga, kuda, usaha ternak ini untuk dimanfaatkan tenaganya. Hewan kecil
berupa kambing, domba, babi. Kambing dan domba untuk memenuhi
kebutuhan akan protein hewani. Babi juga untuk memenuhi kebutuhan akan
protein hewani, tetapi hanya untuk penduduk yang non-muslim. Hewan
unggas, berupa keanekaragaman ayam (buras dan ras), itik, burung (misalnya
puyuh), untuk memenuhi kebutuhan akan protein hewani.
Beberapa satwa Primata Indonesia: Macaca fascicularis (monyet
ekor panjang, monyet pemakan kepiting, monyet abu-abu, monyet Jawa).
Macaca fascicularis banyak digunakan sebagai satwa primata percobaan
dalam berbagai penelitian biomedis. Ada satwa yang dipelihara di beberapa
kebun binatang di tanah air adalah gajah, banteng, badak, tapir. harimau,

kijang, kancil atau pelanduk, treggiling, mawas, siamang, berbagai jenis


buaya, jalak Bali, merak, anoa, babirusa, biawak komodo, maleo, kasuari,
kakatua, cendrawasih, kanguru pohon, sebagainya. Beberapa satwa yang
dilindungi di Indonesia adalah: komodo, penyu, burung hantu, ikan lumbalumba, paus biru, kasuari, merak, beo, kakatua hitam, rangkok,, alapalap,
merpati mahkota, cendrawasih, babirusa, gajah, macan tutul, tapir, badak,
harimau putih, harimau, rusa, beruang madu, sipanse, orang utan, koala.
Sumberdaya alam hewani di wilayah perairan laut berupa keanekaragaman
ikan. Jenis ikan terumbu karang misalnya, contoh Ikan Napoleon (Cheilinus
undulatus) merupakan jenis ikan paling berharga diantara jenis ikan terumbu
karang diperdagangkan, memasok kebutuhan ikan mewah di pasaran
Hongkong, Singapur (Suwelo, 2006).
4. Sumberdaya Alam Mineral
Sumberdaya alam mineral meliput unsur-unsur sumberdaya
mineral (bahan bakar, logam, dan non-logam) yang dieksploitasi manusia
untuk memenuhi kebutuhan dan kelangsungan hidupnya.Sumberdaya alam
mineral meliput unsurunsur sumberdaya mineral bahan bakar logam, dan
non-logam. Sumberdaya mineral bahan bakar melipu minyak bumi, gas
alam dan batu bara. Besi, baja, tembaga, tima, nikel, emas, perak dan
sebagainya tergolong dalam sumberdaya mineral logam. Sumberdaya alam
mineral non-logam meliput keramik, gibs, fosfat, marmer, semen, garamgaraman dan sebagainya.
Besi dan baja merupakan komponen utama dalam industri berat,
terutama mesin. Hampir semua peralatan dibuat menggunakan
bahan baku besi dan baja.
Tembaga sangat dibutuhkan untuk peralatan listrik, karena
tembaga merupakan pengantar listrik yang sangat baik. Tembaga
juga dipakai untuk membuat kuningan dan perunggu.
Alumunium merupakan logam ringan yang baik untuk berbagai
peralatan rumah tangga mulai dari peralatan rumah tangga hingga
tubuh pesawat terbang.

Timah merupakan logam berwarna putih dan tidak berkarat,


digunakan untuk membuat kaleng, tube, bahan pelapis besi agar
tidak berkarat, dan untuk patri. Logam ini sangat lunak, sehingga
dapat dibuat sangat tipis serupa kertas. Kertas timah dipakai untuk
pembungkus rokok dan permen cokelat. Bijih timah terdapat pada
batuan granit.
Logam mangan berwarna hitam dan berat, diperlukan untuk
pembuatan batu baterai dan untuk campuran besi dalam pembuatan
baja.
Logam nikel berwarna putih kelabu, keras seperti besi dan tidak
mudah berkarat. Nikel dicampur dengan logam lain, misalnya
tembaga, untuk membuat kuningan dan perunggu. Selain itu nikel
digunakan sebagai bahan pembuat uang logam.
Logam emas dan perak dijadikan perhiasan, uang logam, barang
kerajinan dan harta simpanan.
.
Belerang didapatkan dari sekitar gunung api, digunakan dalam
industri kimia, korek api, dan ban mobil.
Fosfat dihasilkan dari bekas-bekas gua pada pegunungan kapur.
Fosfat merupakan bahan utama untuk pembuatan pupuk yang
mengandung fosfor..
Kaolin berguna untuk membuat semen putih, bahan cat, dan
keramik. Pasir kuarsa dipakai dalam industri gelas. Lempung
merupakan bahan pembuatan bata, genting, dan gerabah.
5. Sumberdaya Alam Energi
Sumberdaya alam energi adalah sumber kekuatan yang terdapat di
alam yang dimanfaatkan bagi manusia dan dapat dipergunakan sebagai
sarana produksi. Ada beberapa sumber energi yang dikenal, yaitu gravitasi,
berbagai kekuatan dalam bumi, dan radiasi sinar surya, energi air, energi
bahan bakar, ocean thermal energy conversion (OTEC), energi angin,
energi panas bumi, energi uap, energi bahan bakar, energi nuklir.
Matahari merupakan reaktor agung termonuklir dalam proses reaksi fusi
yang serupa dengan bom hidrogen, namun berskala besar.

Energi matahari dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, di


antaranya ialah:
(1) penggerak satelit buatan,
(2) dipergunakan untuk kompor matahari,
(3) proses fotosintesis pada tumbuhan hijau,
(4) penyulingan air,
(5) listrik tenaga surya,
(6) pengeringan pakaian, bahan makanan, barang kerajinan.
Air yang mengalir mengandung kekuatan atau energi, disebut
energi kinetik. Kekuatan ini dimanfaatkan untuk memutar kincir air
untuk pembangkit mesin-mesin, dan untuk membangkitkan tenaga
listrik. Pada pusat pembangkit listrik tenaga air (PLTA), air yang
dialirkan dengan deras akan memutar turbin, yang selanjutnya
menjalankan generator atau mesin pembangkit listrik. PLTA
umumnya dibangun di deceit sungai besar, air terjun, danau atau
waduk. 8-372 Unit 8
energi angin dimanfaatkan manusia sebagai sumber tenaga untuk
menjalankan kincir angin. Kincir digunakan untuk memompa air,
memompa minyak bumi (Arizona, proyek polderisasi (Belanda),
memompa air tanah di daerah karst
energy panas. untuk memenuhi kebutuhan air domestik. Pada
daerah banyak gunungapi kadang-kadang dijumpai tenaga panas
yang besar di dalam bumi. Panas ini keluar ke permukaan bumi
dalam bentuk air panas atau uap panas. Energi panas dimanfaatkan
untuk membangkitkan listrik. Pusat listrik tenaga panas bumi
(PLTP) telah dibangun antara lain di daerah Dieng, Kamojang dan
Gunung Salak. Penelitian telah dilakukan untuk membangun PLTP
di Lahendong (Sulut), dan Ulumbu (Manggarai). Turbin yang
menggerakan generator juga dapat dijalankan dengan tenaga uap.
Uap itu diperoleh dari air yang dipanaskan di dalam tangki besar,
dengan memakai bahan bakar batu bara, atau minyak. Arus uap
panas akan memutar turbin. Pusat listrik tenaga uap (PLTU) telah
didirikan di Sumatera Selatan, Jawa (Muara Karang dan Gresik),
Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara.

Energi Nuklir, Sejak industri minyak bumi berkembang pada awal


abad ke-20, bahan bakar minyak menjadi sumber energi utama,
demikian juga gas bumi dan batu bara. Persediaan bahan bakar
minyak bumi dan batu bara pada suatu ketika akan habis tanpa ada
bahan penggantinya, karena proses pembentukan bahan tersebut
memerlukan waktu berjuta-juta tahun. Pusat pembangkit listrik
tenaga nuklir banyak terdapat di negara-negara maju. Energi nuklir
berasal dari mineral disebut Uranium. Bila inti atom Uranium
dipecahkan, ia melepaskan panas yang sangat tinggi. Panas ini
mendidihkan air dan menghasilkan uap, yang memutar turbin.
Untuk Indonesia penggunaan energi nuklir masih dalam taraf
penelitian.

Вам также может понравиться