Вы находитесь на странице: 1из 19

HUBUNGAN PENGAWASAN KEPALA RUANGAN DENGAN

KINERJA PEMBIMBING KLINIK DALAM PENERAPAN NILAI-NILAI


PROFESIONALISME MAHASISWA TAHUN 2013
RELATIONSHIP BETWEEN SUPERVISION OF LOW MANAGER
WITH PERFORMANCE CLINICAL INSTRUCTOR IN THE
APPLICATION OF PROFESSIONAL VALUES IN 2013

Grace Tedy Tulak , Budu , Ariyanti Saleh

Stikes Kurnia Jaya Persada Palopo


Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin

2
3

Program Studi Magister Manajemen Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas

Hasanuddin

Alamat Korespondensi:
Grace Tedy Tulak

Mahasiswa Program Studi Magister Ilmu Keperawatan


Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanuddin
MakassarP4200210005
HP: 085299811099
Email: vickydionishio@yahoo.co.id

Abstrak
Peran manajer di lingkungan perawatan kesehatan pada masa sekarang ini mengalami perubahan yang
berarti. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengawasan kepala ruangan dengan kinerja
pembimbing klinik dalam penerapan nilai-nilai profesionalisme mahasiswa di RSUD Batara Guru Belopa
Tahun 2013. Jenis penelitian cross sectional study. Subjek penelitian ini adalah pembimbing klinik di ruang
rawat inap RSUD Batara Guru Belopa sebanyak 10 orang. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan
kuosioner dengan skala Likert. Metode Fisher Exact Test digunakan dalam analisis data. Hasil analisis
menunjukkan bahwa ada hubungan pengawasan kepala ruangan dengan kinerja pembimbing klinik dalam
penerapan nilai-nilai profesionalisme mahasiswa (p = 0.025). ada hubungan pengawasan kepala ruangan
dengan kinerja pembimbing klinik dalam penerapan nilai-nilai profesionalisme mahasiswa.

Kata Kunci : Pengawasan Kepala Ruangan, Kinerja Pembimbing Klinik, Penerapan nilai-nilai
profesionalisme mahasiswa.

Abstract
Role of manager in environment treatment of health at a period of/to this time experience of change
meaning. This research aimed to find out of relationship between supervision of low manaegr with clinical
instructor performance in the application of professional values of students in Batara Guru Regional
General Hospital of belopa in 2013. This was a cross sectional study research. The subjects of the research
were is clinical instructor in the inpatient hospital Guru Belopa many as 10 people. Data collection
techniques using kuosioner with Likert scale. Fisher Exact Test methods used in the data analysis. The
results show that there is a connection with the supervision of low manager in the application of clinical
instructor performance values of professionalism students (p = 0.022). there is relation observation of room
head with performance counsellor of clinic in applying of student professionalism values.

Keywords: Supervision of low manager, Clinical Supervisor Performance, Application of the values of
student professionalism.

PENDAHULUAN
Peran manajer di lingkungan perawatan kesehatan pada masa sekarang ini mengalami
perubahan yang berarti. Banyak perubahan yang dimulai pada pertengahan tahun 1970an dan awal 1980-an di masa organisasi perawatan kesehatan melakukan desentralisasi
fungsi manajemen dan pengorganisasian tiap unit oleh seorang manajer yang
bertanggung jawab paling tinggi dalam kualitas perawatan di unitnya. Perawat manajer
diberi tanggung jawab untuk mempekerjakan, mengembangkan dan mengevaluasi
stafnya. Perawat manajer memiliki tanggung jawab untuk memantau kualitas perawatan,
menghadapi masalah tenaga kerjanya, dan melakukan hal-hal tersebut dengan biaya
yang efektif (Potter dkk, 2005).
Seperti fungsi dalam manajerial yang lain maka fungsi dari kepala ruang juga meliputi
komponen-komponen yang sama yaitu planning, organizing, actuating dan contoling.
Pengorganisasian yang dilakukan pimpinan meliputi kewenangannya, tanggung
jawabnya, pendelegasian tugas termasuk pengorganisasian perawatan di tingkat ruang
dalam memberikan asuhan keperawatan. Fungsi pengarahan, dalam menjalankan fungsi
pengarahan kepala ruangan kepala ruangan akan melakukan kegiatan supervisi
terhadap pelaksanaan asuhan keperawatan, bimbingan terhadap staf, mengkoordinasi
dan memotivasi staf keperawatan. Fungsi pengarahan ini adalah merupakan fungsi dari
kepemimpinan seorang kepala ruangan secara menyeluruh diantaranya, bagaimana
gaya kepemimpinannya, bagaimana mengelola konflik dan sebagainya (Pratiwi dkk,
2010).
Pengalaman belajar klinik dan lapangan merupakan proses pembelajaran yang penting
diberikan kepada peserta didik untuk mempersiapkan mereka menjadi perawat
professional pemula. Melalui pengalaman belajar klinik dan lapangan diharapkan dapat
membentuk kemampuan akademik dan professional, mampu mengembangkan
keterampilan dalam memberikan pelayanan/asuhan keperawatan professional, serta
dapat bersosialisasi dengan peran profesionalnya (Nursalam, 2011).
Praktik keperawatan merupakan tahap dimana seorang mahasiswa keperawatan
mengaplikasikan konsep keperawatan secara profesional. Bimbingan klinik merupakan
salah satu komponen penting dalam memaksimalkan potensi pendidikan profesi
keperawatan. Evaluasi bimbingan klinik dan perkembangan profesional terhadap
mahasiswa keperawatan menemukan bahwa bimbingan klinik memiliki pengaruh besar
terhadap perkembangan identitas profesional mahasiswa keperawatan, terutama dalam
kemampuan decision-making
(Azisah, 2012).
Dalam kegiatan praktek klinik terjadi proses interaksi antara mahasiswa, pasien dan
pembimbing klinik. Mahasiswa belajar memberikan pelayanan keperawatan kepada
pasien di rumah sakit. Selama memberikan pelayanan kepada pasien, telah terjadi
proses belajar yang sangat kompleks. Mahasiswa belajar mengidentifikasi keluhan dan
tanda penyimpangan kesehatan sebagai data pasien, menganalisa data, menentukan
masalah, menetapkan rencana tindakan, melakukan tindakan dan menilai efektifitas
tindakan yang telah dilakukan. Dalam memberikan pelayanan kepada pasien diperlukan
berbagai jenis keterampilan keperawatan, sehingga kegiatan pembelajaran praktek klinik
dapat menumbuhkembangkan kemampuan melakukan berbagai jenis keterampilan
professional (Sudiro, 2005). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan
pengawasan kepala ruangan dengan kinerja pembimbing klinik dalam penerapan nilainilai profesionalisme mahasiswa di RSUD Batara Guru Belopa Tahun 2013.
Pengarahan adalah suatu proses pembimbingan, pemberi petunjuk, dan
intruksi kepada bawahan agar mereka bekerja sesuai dengan rencana yang

telah ditetapkan. Pengarahan (Direction) adalah keinginan untuk membuat


orang lain mengikuti keinginannya dengan menggunakan kekuatan pribadi
atau kekuasaan jabatan secara efektif dan pada tempatnya demi kepentingan
jangka panjang perusahaan. Termasuk didalamnya memberitahukan orang
lain apa yang harus dilakukan dengan nada yang bervariasi mulai dari nada
tegas sampai meminta atau bahkan mengancam. Tujuannya adalah agar
tugas-tugas dapat terselesaikan dengan baik. Para ahli banyak berpendapat
kalau suatu pengarahan merupakan fugsi terpenting dalam manajemen.
Karena merupakan fungsi terpenting maka hendaknya pengarahan ini benarbenar dilakukan dengan baik oleh seorang pemimpin. Karena pemimpin
adalah manajemen pengarahan yang berhubungan dengan usaha
memberikan bimbingan dan saran kepada bawahan dalam pelaksanaan tugas
masing-masing, maka pengarahan ada hubungannya dengan kepemimpinan
atau seorang manager yang akan memberikan pengarahan dalam suatu
organisasi atau perusahaan.(Pratiwi,2010)
Pengarahan pada hakikatnya adalah keputusan-keputusan pimpinan yang
dilakukan agar kegiatan-kegiatan yang direncanakan dapat berjalan dengan
baik. Dengan pegarahan (directing) diharapkan :
1. Adanya kesatuan perintah (unity of command)
Dengan pengarahan ini akan diperolah kesamaan bahasa yang harus
dilaksanakan oleh para pelaksana. Sehingga tidak tercapai kesimpangsiuran
yang dapat membingungkan para pelaksana.
2. Adanya hubungan langsung dengan bawahan
Dengan pengarahan yang berupa peutnjuk atau perintah atasan yang
langsung kepada bawahan, tidak akan terjadi miskomunikasi. Disamping itu
pegarahan yang langsung ini dapat mempercepat hubungan antara atasan
dan bawahan.
3. Adanya umpan balik yang langsung.
Pimpinan dengan cepat memperoleh umpan balik terhadap kegiatan yang
dilaksanakan. Selanjutnya umpan balik ini dapat segera digunakan untuk
perbaikan.
Salah satu alasan pentingnya pelaksanaan fungsi pengarahan dengan cara
memotivasi bawahan adalah:
a) Motivasi secara implisit, yakni pimpinan organisasi berada di tengahtengah para bawahannya dengan demikian dapat memberikan bimbingan,
instruksi, nasehat dan koreksi jika diperlukan.
b) Adanya upaya untuk mensingkronisasikan tujuan organisasi dengan tujuan
pribadi dari para anggota organisasi.
c) Secara eksplisit terlihat bahwa para pelaksana operasional organisasi
dalam memberikan jasa-jasanya memerlukan beberapa perangsang atau
insentif.

Selain itu ada cara-cara pengarahan yang dapat dilakukan, diantaranya

1. Orientasi merupakan cara pengarahan dengan memberikan informasi


yang perlu supaya kegiatan dapat dilakukan dengan baik.

2. Perintah merupakan permintaan dari pimpinan kepada orang ang


berada dibawahnya untuk melakukan atau mengulangi suatu kegiatan
tertentu pada keadaan tertentu.

3. Delegasi wewenang, dalam pendelegasian wewenan ini pemimipin


melimpahkan sebagian dari wewenang yang dimilikinya kepada bawahannya.

B. Fungsi Pengarahan.
Fungsi

Pengarahan

dan

Implementasi

adalah

proses

implementasi

program agar dapat dijalankan oleh seluruh pihak dalam organisasi serta
proses

memotivasi

agar

semua

pihak

tersebut

dapat

menjalankan

tanggungjawabnya dengan penuh kesadaran dan produktifitas yang tinggi.


Kegiatan

dalam

Fungsi

Pengarahan

dan

Implementasi

yaitu

mengimplementasikan proses kepemimpinan, pembimbingan, dan pemberian


motivasi kepada tenaga kerja agar dapat bekerja secara efektif dan efisien
dalam pencapaian tujuan, memberikan tugas dan penjelasan rutin mengenai
pekerjaan, menjelaskan kebijakan yang ditetapkan.
Pengarahan (leading) untuk membuat atau mendapatkan para karyawan
untuk melakukan apa yang diinginkan dan harus mereka lakukan. Dikenal
sebagai leading, directing motivating, atau actuating. (Azisah,2012)

Pengarahan memiliki beberapa karakteristik :

1. Pervasive function, yaitu pengarahan yang diterima pada berbagai level


organisasi. Setiap menajer menyediakan petunjuk dan inspirasi pada
bawahannya.

2. Continous activity , pengarahan merupakan aktifitas yang berkelanjutan


disepanjang masa organisasi.

3. Human factor, fungsi pengarahan berhubungan dengan bawahan dan


oleh karena itu berhubungan dengan human factor. Human factor itu
sendiri adalah perilaku manusia yang kompleks dan tidak bisa
diprediksi.

4. Creative activity, fungsi pengarahan yang membantu dalam mengubah


rencana kedalam tindakan. Tanpa fungsi ini seseorang dapat menjadi
inaktif dan sumber fisik menjadi tak berarti.

5. Executive function, fungsi pengarahan dilaksanakan oleh semua


menejer dan executive pada semua level sepanjang bekerja pada
sebuah

perusahaan,

bawahan

menerima

instruksi

hanya

dari

atasannya.

6. Delegatd function, pengarahan seharusnya adalah suatu fungsi yang


berhadapan dengan manusia. atasan harus dapat mengetahui bahwa
perilaku manusia merupakan suatu hal tidak dapat diprediksi dan alami
sehingga atasan dapat mengkondisikan perilaku seseorang kearah
tujuan yang diharapkan.
Fungsi pengarahan adalah suatu fungsi kepemimpinan manajer untuk
meningkatkan

fektifitas

dan

efisiensi

kerja

secara

maksimal

serta

menciptakan lingkungan kerja yang sehat, dinamis dan lain sebagainya.


Pengarahan pada dasarnya berkaitan dengan
1) Faktor individu dalam kelompok
2) Motivasi dan kepemmpinan
3) Kelompok kerja, dan
5

4) Kounikasi dalam organisasi


C. Tujuan pengarahan
Dengan adanya fungsi pengarahan dalam suatu organisasi dapat bertujuan
sebagai berikut:
1.

Menjamin kontiunitas perencanaan,

2.

Membudayakan prosedur standar,

3.

Membina disiplin kerja,

4.

Membina motivasi yang terarah.

Selain itu tujuan pokok pengarahan agar kegiatan-kegiatan dan orang-orang


yang melakukan kegiatan yang telah direncanakan tersebut dapat berjalan
dengan baik dan tidak terjadi penyimpangan-penyimpangan yang membuat
kemungkinan tidak akan tercapainya tujuan yang telah ditetapkan.
Pengarahan dikatakan sebgai jantung dari proses manajemen. Oleh karena
itu,

pengarahan

merupakan

hal

merupakan
yang

poin

penting.

sentral

Sebagai

menyediakan beberapa manfaat, meliputi :

dimana

karakter

pencapaian
sentral,

tujuan

pengarahan

1) Memprakarsai aksi (Initiatos Action)


Pengarahan merupakan suatu titik awal dari pelaksanaan kerja dari karyawan.
Apabila pengarahan dijalankan, karyawan dapat mengerti pekerjaannya dan
melakukan pekerjaan sesuai dengan instruksi.
2) Mengintegrasikan upaya (Integrates Efforts)
Selama mengarahkan, atasan dapat memberi petunjuk atau tuntunan,
menginspirasi, dan memberi instruksi bawahan untuk bekerja. Untuk itu,
usaha dari setiap individu harus sesuai dengan pencapaian tujuan yang
diinginkan.

Hal

ini

dimaksudkan

agar

upaya

pengarahan

dari

setiap

departemen yang ada dapat berhubungan dan berintegrasi dengan yang


lainnya. Hal tersebut dapat dilakukan melalui persuasive leadership dan
komunikasi yang efektif agar upaya integrasi dapat berjalan efektif dan stabil.
3) Alat memotivasi (Means of Motivation)
Manajer menggunakan elemen motivasi untuk meningkatkan pelaksanaan
dari para karyawan.
4) Menyediakan stabilitas (Provides Stability)
Stabilitas dan keseimbangan menjadi sangat penting karena merupakan
indeks pertumbuhan dari suatu perusahaan. Manajer harus dapat memiliki
empat karakter yang dibutuhkan, yaitu persuasive leadership, komunikasi
yang efektif, supervise yang tegas, dan koefisien motivasi.
5) Menaikan koping dengan perubahan (coping up with the change)

Perilaku manusia menunjukkan suatu tahanan untuk berubah. Adaptasi


dengan

perubahan

pertumbuhan

lingkungan

perusahaan.

membantu

Pengarahan

dalam

mendukung

rencana

digunakan

beradaptasi

dengan

adanya perubahan lingkungan baik internal maupun eksternal. Komunikasi


yang

efektif

dapat

membantu

meningkatkan

koping

dengan

adanya

perubahan. Manajer berperan untuk mengkomunikasikan sifat dan isi dari


perubahan secara jelas kepada bawahan.
6) Penggunaan sumber daya secara efisien (Efficient Utilization of Resources)
Pengarahan financial membantu dalam mengklarifikasi peran dari setiap
karyawan pada pekerjaannya.
Melalui pengarahan, peranan karyawan menjadi jelas karena manajer
melakukan pengawasan, memberikan petunjuk, instruksi, dan kemampuan
motivasi untuk menginspirasi bawahan Hal ini dapat membantu dalam

kemungkinan penggunaan sumber daya maksimum, baik itu pria, wanita,


mesin, dan uang guna memperkecil biaya dan menambah profit.

METODE PENELITIAN
Desain Penelitian
Desain yang digunakan dalam penelitian ini jenis penelitian cross sectional, dimana
penelitian ini dilakukan dengan tujuan menggambarkan hubungan antara variable
independen secara bersama-sama pada suatu saat tertentu pada kepala ruangan,
pembimbing klinik dan mahasiswa yang sedang melaksanakan praktek klinik.

Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanan di ruang rawat inap RSUD Batara Guru Belopa Kabupaten
Luwu pada tanggal 01 Me 30 Mei 2013.
Populasi, sampel dan sampling
Populasi dalam penelitian ini adalah semua pembimbing klinik di ruang rawat inap
RSUD Batara Guru Belopa. Tekhnik pengambilan sampel dilakukan dengan
purposive sampling (Sigiyono, 2002). Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak
10 orang. Kriteria Inklusi dalam penelitian ini adalah : (1) Pembimbing klinik yang
tidak menjabat sebagai kepala ruangan, (2) Bersedia menjadi responden.
Cara Pengumpulan Data
Data dikumpulkan dengan menggunakan kuosioner dengan 9 butir pertanyaan mengenai
pengawasan kepala ruangan, 9 butir pertanyaan mengenai kinerja pembimbing klinik dan 9
butir pertanyaan mengenai penerapan nilai-nilai profesionalisme mahasiswa.

Analisa Data
Penelitian ini menggunakan analisa univariat untuk mengetahui distribusi frekuensi
pembimbing klinik dan analisa bivariat untuk mengetahui hubungan pengawasan kepala

ruangan dengan kinerja pembimbing klinik dalam penerapan nilai-nilai


profesionalisme mahasiswa
HASIL PENELITIAN
Pada table 1 memperlihatkan Karakteristik jenis kelamin responden mayoritas adalah
perempuan (80 %), responden yang berumur dewasa tua (25-59 tahun) lebih banyak
jumlahnya yakni 8 orang (80 %), mayoritas responden sudah menikah (90 %),
mayoritas berpendidikan Diploma III Keperawatan (60 %), masa kerja semua
responden > 5 tahun (100 %).
Hasil analisis menunjukkan pengawasan kepala ruangan yang baik dengan kinerja
pembimbing klinik yang baik yaitu 80 %. Pengawasan kepala ruangan yang kurang
dengan kinerja pembimbing klinik yang kurang yaitu 20 %
Pada table 2 memperlihatkan Hasil uji statistic diperoleh nilai P = 0,025 yang berarti
bahwa ada hubungan antara pengawasan kepala ruangan dengan kinerja
pembimbing klinik dalam penerapan nilai-nilai profesionalisme pada mahasiswa.

PEMBAHASAN
Hasil analisis menunjukkan pengawasan kepala ruangan yang baik dengan kinerja
pembimbing klinik yang baik yaitu 80 %. Pengawasan kepala ruangan yang kurang
dengan kinerja pembimbing klinik yang kurang yaitu 20 %.
Menurut Gillies (1995), kepemimpinan keperawatan yang paling nyata dan mudah untuk dianalisa
ada dalam penampilan/pelaksanaan manajer lini pertama keperawatan. Kepala ruang sebagai
manajer lini pertama mempunyai dua tugas. Tugas pertama adalah pemberian keperawatan yang
efektif melalui usaha bawahannya, tugas kedua adalah memberi kesejahteraan fisik, emosional
dan jabatan bagi ruangan yang dipimpinnya . Kepala ruang akan melaksanakan peran dan fungsi
manajemen sesuai dengan tingkat hirarkhinya seperti memecahkan konflik di tingkat ruang ,
memotifasi staf di tingkat ruang dan sebagainya.

Uraian Tugas Kepala Ruang terdiri dari tahap perencanaan sampai evaluasi. Uraian tugas
pada tahap pengawasan meliputi; melalui komunikasi mengawasi dan berkomunikasi secara
langsung dengan bawahan mengenai tugas yang diberikan, melalui supervisi mengamati
langsung dan membatasi masalah yang terjadi, mengevaluasi upaya atau kerja pelaksana
dan membandingkan dengan rencana yang telah disusun sebelumnya.

Hasil uji statistic pada penelitian ini diperileh nilai P = 0.022 yang berarti bahwa ada
pengaruh antara pengawasan kepala ruangan dengan kinerja pembimbing klinik dalam
penerapan nilai-nilai profesionalisme mahasiswa di RSUD Batara Guru Belopa. Hal
ini menunjukkan bahwa fungsi manajemen kepala ruangan dalam hal pengawasan
terhadap bawahannya telah terlaksana dengan baik.

Kepala ruangan punya tanggung jawab yang besar terhadap kegiatan keperawatan
di ruangan. Menurut Bimo (2007), bahwa kepala ruangan merupakan ujung tombak
penentu tercapai atau tidaknya tujuan pelayanan kesehatan. Di rumah sakit yang
termasuk salah satu manager keperawatan yang melakukan fungsi supervisi adalah
kepala ruangan. Husin, (2009), juga menyatakan bahwa salah satu tugas kepala
ruangan yaitu melaksanakan fungsi pengawasan atau supervise
Setiap adanya kegiatan praktek mahasiswa di ruangan, telah ada pendelegasian
kewenangan kegiatan bimbingan praktek kepada pembimbing klinik yang telah
ditunjuk melalui bidang keperawatan, (Rizani, 2006). Kegiatan praktek klinik
keperawatan mahasiswa ini harus dipimpin dan digerakkan oleh pembimbing klinik,
terbagi dan terkoordinasi sebagai tim kerja antar pembimbing praktek.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan dalam penelitian ini adalah ada hubungan pengawasan kepala ruangan
dengan kinerja pembimbing klinik dalam penerapan nilai-nilai profesionalisme
mahasiswa. Melalui penelitian ini diharapkan adanya peningkatan peran manajer
kepala ruangan dalam memimpin bawahannya dan peningkatan kinerja pembimbing
klinik melalui pelatihan preceptorship

DAFTAR PUSTAKA
Azisah, Linda Khilyatul. (2012). Tingkat Kepuasan Bimbingan Klinik Mahasiswa
Keperawatan. Jurnal Nursing Studi Vol 1 No 1 Tahun 2012 hal. 219-224
Bimo, Presidentiyas. (2007). Evaluasi Penerapan Model Praktek Keoerawatan
Primer di Ruang Maranata I Rumah Sakit Mardi Rahadi Kudus.
Gillies, (1995) Kepemimpinan dalam Keperawatan, Jakarta : EGC
Husin dkk, (2009). Pembinaan Sikap profesionalisme Perawat Dalam pelayanan
Keperawatan di Rumah Sakit Sari Mulia Banjarmasin.
Nursalam, (2011). Manajemen Keperawatan, aplikasi dalam praktik keperawatan
professional. Jakarta : Salemba Medika
Potter & Perry. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses, dan Praktik.

Jakarta : EGC.
Pratiwi, Arum dan Utami, Yuni Wulan. (2010). Pembinaan dan Pendampingan
pimpinan keperawatan dalam melaksanakan peran dan fungsi manajemen pada
kepala ruangan di RS PKU Muhammadiyah Surakarta. Jurusan Keperawatan FIK
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Rizani, Akhmad. (2006). Pengaruh Faktor Persepsi Mahasiswa dalam Pengelolaan
Ruang Rawat Inap terhadap Kepuasan Mahasiswa dalam Praktik Klinik Keperawatan
di RSUD Ulin Banjarmasin. Tesis : tidak dipublikasikan
Sudiro. (2005). Kompetensi, Motivasi Pembimbing Klinik dan Kepemimpinan
Pengaruhnya terhadap Kinerja Pembimbing Klinik di Jurusan Keperawatan Politeknik
Kesehatan Surakarta. Tesis KARS Universitas Muhammadiyah : Surakarta, Tidak
dipublikasikan.
Sugiyono (2002) Statistika Untuk Penelitian, Alfabeta, Bandung

10

Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin, Usia, pendidikan


terakhir, status pekerjaan dan lama kerja pembimbing klinik Diruang Rawat
Inap RSUD Batara Guru Kabupaten Luwu Tahun 2013 (n=10)
No

Variabel

Jenis kelamin :
a.
Laki-laki
2
20
b.
Perempuan
8
80
Total
10
100
Umur :
a.
Dewasa muda
2
20
b.
Dewasa tua
8
80
Total
10
100
Status perkawinan :
a.
Kawin
9
90
b.
Belum kawin
1
10
Total
10
100
Pendidikan :

Jumlah

Prosentase

a.
Diploma III keperawatan
7
70
b.
S1 Kep/Ners
3
30
Total
10
100
5.
Masa kerja :

a.
> 5 tahun
10
100
Total
10
100

11

Tabel 2. Analisis Hubungan Pengawasan Kepala Ruangan dengan Kinerja Pembimbing


Klinik dalam Penerapan Nilai-nilai Profesionalisme Mahasiswa Diruang Rawat Inap
RSUD Batara Guru Kabupaten Luwu,Tahun 2013 (n=10)

Kinerja Pembimbing

p
Variabel
Klinik
Total
value

Baik
Kurang

N
%
N
%
n
%
Pengawasan

Karu

- Baik
8
80
0
0
8
80
0.025
- Kurang
0
0
2
20
2
20

* Bermakna pada 0.05

12

Вам также может понравиться