Вы находитесь на странице: 1из 19

BAB I

PENDAHULUAN

Pendahuluan
Secara

khusus

penanganan

jenazah

sangat

penting

guna

mengurangi risiko infeksi nosokomial. Proses penanganan di Rumah Sakit


Umum Restu Ibu hanya meliputi penempatan sementara sampai
diperlihatkan ke pasien.
Salah satu upaya untuk meningkatkan pelayanan di rumah sakit
adalah melalui pemberian pelayanan penunjang medik yang profesional,
bemutu dan aman. Mengingat bahwa linen digunakan disetiap ruangan di
rumah sakit, maka diperlukan pengelolaan linen secara komprehensif.
Dalam buku ini disajikan tentang panduan manajemen linen di rumah
sakit, sarana, prasarana dan peralatan pencucian, infeksi nosokomial
serta kesehatan dan keselamatan kerja. Prosedur pelayanan linen vang
diawali dengan perencanaan sampai penatalaksanaan serta monitoring
dan evaluasi.
A. Latar Belakang
Di Rumah Sakit Umum Daerah Haji Makassar, instalasi kamar
jenazah berada dibagian depan dimana alur untuk penanganan pelayanan
kamar jenazah sudah diatur. Kamar jenazah di instalasi kamar jenazah
tidak bisa dilalui oleh orang yang tidak berkepentingan. Lalu lintas hanya
biasa dilalui oleh petugas Instalasi kamar jenazah. Kamar jenazah suatu
rumah sakit bukanlah satu satunya pintu keluar pasien. Masih terdapat
pintu keluar lain yaitu pintu kesembuhan dan pintu transisi. Walaupun
kamar jenazah merupakan bagian final keluarnya pasien yang telah
benarbenar tanpa nyawa/ roh. Penanganan untuk jenazah yang
dilakukan oleh Rumah Sakit Umum Restu Ibu hanya sekedar melakukan
perawatan sebelum diperlihatkan kepada keluarga, bukan pemulasaraan.
Artinya jenazah dari rumah sakit umum Restu Ibu dilakukan perawatan

oleh pihak keluarga masingmasing. SDM di kamar jenazah adalah


seorang perawat yang mempunyai kemampuan dalam perawatan
jenazah.

Perawat

tersebut

telah

memiliki

pengetahuan

tentang

pencegahan dan pengendalian infeksi sehingga selalu disiplin dalam


penggunaan APD.
Infeksi nosokomial adalah infeksi yang khas terjadi atau didapat di
rumah sakit. Infeksi ini telah dikenal sejak lama. Permasalahan yang
terjadi

akibat

infeksi

nosokomial

sangatlah

kompleks

dan

dapat

menyebabkan kerugian bagi pasien maupun bagi rumah sakit. Mengingat


bahwa penularan penyakit dapat melalui udara, percikan dan kontak,
sehingga indikator kejadian infeksi nosokomial menjadi penting untuk
diperhatikan. Selanjutnya salah satu upaya untuk menekan kejadian
infeksi nosokomial adalah dengan melakukan standar kamar jenazah
yang baik. Selain itu pengetahuan dan perilaku petugas kesehatan juga
mernpunyai peran yang sangat penting. Petugas kamar jenazah wajib
menjaga kesehatan dan keselamatan dirinya dan orang lain (pasien dan
pengunjung) serta bertanggung jawab sebagai pelaksana kebijakan yang
telah ditetapkan oleh rumah sakit.
B. Tujuan
Tujuan Umum :
Sebagai pedoman bagi Manajemen Rumah Sakit Umum Restu Ibu untuk
dapat melaksanakan pelayanan jenazah dalam upaya meningkatkan mutu
pelayanan rumah sakit.
Tujuan Khusus :
Pedoman pelayanan Instalasi kamar jenazah
1. Sebagai pedoman pelaksanaan pelayananan di kamar jenazah yang
merupakan salah satu upaya rumah sakit dalam mencegah infeksi
nosokomial.
2. Mencegah terjadinya infeksi pada petugas kesehatan, pasien,
keluarga dan masyarakat.

3. Sebagai pedoman kerja untuk melaksanakan pelayanan jenazah


sebelum ditunjukkan dan dibawa pulang oleh keluarga..
4. Sebagai panduan dalam meminimalisasi kemungkinan

untuk

terjadinya infeksi silang.


C. Ruang Lingkup
Penggunaan pedoman ini diterapkan kepada petugas instalasi
kamar jenazah. Yang diharapkan menerapkan pelayanan jenazah sesuai
prosedur. Sehingga dapat meningkatan mutu pelayanan kamar jenazah
dan menghindari adanya
infeksi silang
D. Batasan Operasional
Sebagai acuan rumah sakit Umum Restu Ibu dalam memberikan
mutu pelayanan yang baik bagi keluarga pasien. Jenazah secara etis
diperlakukan penghormatan sebagaimana manusia, karena ia adalah
manusia. Martabat kemanusiaan ini adalah perawatan kebersihan
sebagaimana kepercayaan agama/ adatnya. Perlakuan sopan dan tidak
merusak badan, termasuk kerahasiannya. Oleh karena itu kamar jenazah
harus

bersih

dan

bebas

dari

kontaminasi

khususnya

hal

yang

membahayakan petugas, aman bagi petugas yang bekerja, termasuk


terhadap resiko penularan jenazah terinfeksi karena penyakit mematikan
E. Landasan Hukum
1. UU No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan
2. UU No. 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen.
3. Keputusan menteri kesehatan RI nomor 106/MENKES/SK/1/2004
tentang System Penaggulangan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT)
4. Permenkes No. 986/Menkes/Per/Xl/ 1992 tentang penyehatan
Lingkungan Rumah Sakit.
5. Keputusan Menteri Kesehatan No.983/Menkes/SK/X/1992 tentang
Pedoman Organisasi Rumah Sakit.
6. Buku Pedoman Infeksi Nosokomial tahun 2001
7. Standart Pelayanan Rumah Sakit tahun 1999
3

BAN II
STANDAR KETENAGAAN
A. Kualifikasi SDM
Status Kesehatan

Seluruh tenaga yang bekerja di instalasi kamar jenazah Rumah Sakit


Umum Daerah Haji Makassar dianjurkan untuk :
1. Mempunyai data kesehatan yang mencakup data fisik, X-Ray,
untuk TBC paling sedikit 1 kali dalam setahun.
2. Status imunisasi untuk hepatitis B, tetanus, typhoid fever.
3. Laporan mengenai sakit yang dialami selama bekerja di instalasi
kamar jenazah seperti ISP, infeksi kulit, infeksi gastrointestinal, dll.
Petugas Instalasi Kamar Jenazah antara lain :
1. K e p a l a i n s t a l a s i k a m a r j e n a z a h
Kualifikasi tenagaa .
a. Pendidikan terakhir SMA
b. Sudah mendapatkan kursus tambahan tentang prosedur dan
teknis pelayanan kamar jenazah
c. Mengetahui tentang psikologi personel
2. Staff petugas kamar jenazah
a. Mendapatkan kursus tambahan tentang prosedur dan teknis
pelayanan kamar jenazah.
b. Mengetahui alur dan penanganan kamar jenazah
c. Cekatan, tanggap, dan disiplin.
B. Distribusi Ketenagaan
1. Kepala Instalasi kamar jenazah
a. Memimpin Instalasi kamar jenazah untuk pencapaian Visi dan
Misi RSUD. Haji Makassar.
b. Memimpin dan mengembangkan SDM Instalasi kamar jenazah
c. Mengatur, mengawasi dan mengevaluasi kegiatan rutin dan
berkala manajemen dan administrasi Instalasi kamar jenazah.
d. Melakukan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan,
pengendalian dan evaluasi dalam pelaksanaan tugas dan fungsi
Instalasi kamar jenazah.
e. Memberikan usulan program kerja dan anggaran Instalasi kamar
jenazah.
f. Mengembangkan kemampuan SDM Instalasi kamar jenazah
g. Mengatur, mengawasi dan mengevaluasi pelaksanaan dinas
kerja staf bawahannya

h. Merencanakan, melaksanakan, mengawasi dan mengevaluasi


semua alat-alat inventaris dan barang barang kebutuhan kamar
jenazah.
i. Menjalin komunikasi dan kerjasama secara aktif dengan
instalasi-instalasi

kerja

yang

terkait

sehingga

mampu

memberikan pelayanan yang optimal kepada pasien


j. Melaksanakan tugas-tugas lain dari atasan
2. Staf Kamar jenazah
a. Bertanggung jawab kepada kepala instalasi kamar jenazah.
b. Mengarahkan semua aktifitas staff yang barkaitan dengan suplai
alat steril bagi perawatan pasien di rumah sakit.
c. Menjaga kebersihan diri dan ruangan, karena hal tersebut
merupakan cerminan dari kebersihan linen.
d. Menjaga inventaris yang dimiliki instalasi kamar jenazah
C. Pengaturan Jaga
1. Kepala instalasi kamar jenazah bekerja mulai jam 08.00 WIB
14.00 WIB.
2. Staf instalasi kamar jenazah bekerja mulai jam 14.00 WIB 21.00
WIB
3. Diluar jam kerja (21.00 07.00) bisa dipanggil on call
BAB III
STANDAR FASILITAS
Sarana fisik dan peralatan sangat mempengaruhi efisien kerja dan
pelayanan instalasi kamar jenazah. Mengingat tugas pokok instalasi
kamar jenazah adalah melayani pasien yang sudah meninggal dengan
atau tanpa penyakit menular, maka diperlukan sarana dan prasarana yang
memadai. Guna mencegah infeksi silang.
A. Bangunan
Bangunan disesuaikan dengan kapasitas Rumah sakit dengan 45
TT dan angka kematian yang hanya 0,2%. Luas bangunan kamar jenazah
sebesar 16m2.

B. Lokasi
Lokasi jauh dari lalu lintas utama rumah sakit karena berdampak
pada efisiensi kerja dan meningkatkan pengendalian infeksi, yaitu dengan
cara meminimalkan terjadinya kontaminasi. Area tertutup tidak dapat
diakses oleh orang yang tidak berkepentingan.
C. Syarat Instalasi Kamar Jenazah
Pada prinsipnya kamar jenazah berada di tempat yang jauh dari
lalu lintas perawatan pasien untuk menghindari terjadinya kontaminasi dan
sesuai dengan alur kerja.
D. Kebersihan Ruangan
1. Setiap hari lantai dan permukaan harus dibersihkan
2. Lakukan dekontaminasi permukaan setelah selesai kegiatan
3. Secara teratur dilakukan pembersihan besar yang disesuaikan
dengan jadwal pembersihan Instalasi kamar jenazah
E. Sarana Fisik Dan Peralatan Instalasi Kamar Jenazah
Di kamar jenazah tempat tidur untuk perawatan pasien sebelum
ditunjukkan kepada keluarga. Terdapat troli untuk menempatkan alat alat
yang dibutuhkan untuk pelayanan jenazah. Terdapat brankart untuk
memindahkan jenazah dari rumah sakit ke mobil jenazah. Di dalam kamar
jenazah terdapat lemari penyimpanan APD. Dan keranjang atau box untuk
meletakkan APD yang telah dipakai untuk perawatan jenazah. Yang
nantinya akan dibawa ke ruang laundry. Terdapat wastafel dan antiseptic
serta handwash untuk petugas mencuci tangan setelah menyiapkan
jenazah. Peralatan yang diperlukan di kamar jenazah antara lain :
1. Peralatan antropometri
2. System komunikasi internal (PABX)
3. Sarung tangan panjang
4. Apron plastic
5. Masker
6. Tutup kepala
7. Surat kematian
8. Label jenazah

9. Senter

Pelayanan

BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
kamar jenazah adalah kegiatan

mempersiapkan

jenazah sebelum diperlihatkan kepada keluarga. Untuk memberikan


pelayanan yang lebih baik pada pasien meninggal, maka diperlukan alur
penanganan jenazah yang jelas. Tersedianya kamar jenazah yang standar
dapat dipakai sebagai acuan oleh petugas kamar jenazah dalam
memberikan mutu pelayanan yang baik bagi keluaga pasien.
Alur Penanganan Jenazah Di Kamar Jenazah Rsud Haji Makassar
JENAZAH DARI INSTALASI LAIN

MASUK INSTALASI
KAMAR JENAZAH

SURAT KETERANGAN KEMATIAN

GAMBILAN JENAZAH OLEH KELUARGA (MENGGUNAKAN KERETA JENAZAH DAN


PEMBAYARAN
MOBIL JENAZAH
DI8KASIR RS

A. Penanganan Jenazah Di Kamar Jenazah Rumah Sakit Umum


Daerah Haji Makassar
1. Pasien dari instalasi lain yang sudah dinyatakan meninggal (jenazah)
dikirim ke kamar jenazah.
2. Di kamar jenazah dilakukan perawatan sebelum ditunjukkan kepada
keluarga. Di kamar jenazah dilakukan pemeriksaan kembali. Kepala
diberi tali kassa sampaimulut jenazah tertutup. Tangan diposisikan
diatas perut kemudian pergelangan tangan ditali. Kemudian diantara
jempol kaki diselipkan kassa dan ditali kembali. Setelah posisi dan
keadaan jenazah sudah dirapikan, keluarga dipanggil untuk melihat
keadaan keluarganya yang meninggal.
3. Setelah dilakukan perawatan di kamar jenazah petugas kamar
jenazah memberikan surat kematian.
4. Kemudian keluarga membawa surat kematian ke ruang administrasi
rumah sakit untuk mengurus biaya perawatan selama di Rumah sakit.
Setelah surat kematian dan biaya administrasi telah selesai, keluarga
menunjukkan kepada petugas instalasi kamar jenazah.
5. Setelah ditunggu 2 jam jenazah diperbolehkan dibawa pulang dengan
menggunakan kereta/ brankart khusus untuk jenazah menuju ke mobil
jenazah rumah sakit

BAB V
LOGISTIK
Instalasi kamar jenazah di Rumah Sakit Umum Daerah Haji
Makassar sebagai salah satu bagian penting rumah sakit untuk mencegah
resiko infeksi dan menunjang pelayanan medis baik untuk petugas, pasien
dan pengunjung. Apabila alat dan bahan untuk pemrosesan linen habis
maka petugas atau staf menulis permintaan barang kepada kepala
instalasi kamar jenazah. Kepala instalasi kamar jenazah memberikan
formulir permintaan bahan dan alat kepada bagian rumah tangga. untuk
pengajuan kebutuhan logistik serta keperluan gudang kamar jenazah
selama satu tahun dibuatkan dalam satu anggaran pada satu tahun
berjalan. Setiap anggaran yang dibuat diharapkan dapat digunakan
secara optimal dalam tahun berjalan. Sistem Logistik yang digunakan
mengacu pada panduan logistik yang dibuat oleh Bagian Logistik dan
Inventaris dengan mengacu pada sistem yang baku.

10

BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
A. Pengertian
Keseimbangan pasien adalah suatu sistem di mana rumah sakit
membuat asuhan pasien lebih aman. Hal ini termasuk asesmen resiko,
identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko pasien,
pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan
tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya
resiko. Sedangkan insiden keselamatan pasien adalah setiap kejadian
atau situasi yang dapat mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan
harm (penyakit, cedera, cacat, kematian, dan lain-lain) yang tidak
seharusnya terjadi. (KKP-RS)
B. Tujuan
Tujuan sistem ini adalah mencegah terjadinya cedera yang
disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau
tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil. Selain itu sistem
keselamatan pasien ini mempunyai tujuan agar terciptan budaya
keselamatan pasien di rumah sakit, meningkatkannya akuntabilitas rumah
sakit terhadap pasien danmasyarakat, menurunnya kejadian tidak
diharapkan

di

rumah

sakit,

dan

terlaksananya

program-program

11

pencegahan

sehingga

tidak

terjadi

pengulangan

kejadian

tidak

diharapkan. (KKP-RS).
C. Tata Laksana Keselamatan Pasien
Dalam melaksanakan keselamatan pasien terdapat tujuh langkah
menuju keselamatan pasien rumah sakit. Adapun tujuh langkah tersebut
adalah:
1. Membangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien. Mencipatakan
kepemimpinan dan budaya yang terbuka dan adil.
2. Memimpin dan mendukung karyawan. Membangun komitmen dan
focus yang kuat dan jelas tentang keselamatan pasien.
3. Mengintegrasikan aktivitas pengelolaan resiko. Mengembangkan
system dan proses pengelolaan resiko, serta melakukan identifikasi
dan asesmen hal potensial bermasalah.
4. Mengembangkan system pelaporan. Memastikan karyawan agar
denngan mudah dapat melaporkan kejadian/ insiden, serta rumah
sakit mengatur pelaporan kepada KKP-PS.
5. Melibatkan dan berkomunikasi dengan pasien. Mengembangkan caracara komunikasi yang terbuka dengan pasien
6. Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien.
Mendorong karyawan untuk melakukan analis akar masalah untuk
belajar bagaimana dan mengapa kejadian itu timbul.
7. Mencegah cedera melalui implementasi system keselamatan pasien.
Menggunakan informasi yang ada tentang kejadian atau masalah
untuk melakukan perubahan pada system pelayanan.
Dalam melaksanakan keselamatan pasien standar keselamatan pasien
harus diterapkan. Standar tersebut adalah:
1. Hak pasien
2. Mendidik pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
4. Penggunaan metode-metode peningkatan kinerja untuk melakukan
evaluasi dan program peningkatan keselamatan pasien
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatan keselamatan pasien
6. Mendidik karyawan tentang keselamatan pasien
7. Komunikasi yang merupakan kunci bagi karyawan untuk mencapai
keselamatan pasien.

12

Langkah-langkah penerapan keselamatan pasien rumah sakit:


1. Menetapkan unit kerja yang bertanggung jawab mengelola program
keselamatan pasien rumah sakit.
2. Menyusun program keselamatan pasien rumah sakit jangka pendek 12 tahun
3. Mensosialisasikan konsep dan program keselamatan pasien rumah
sakit
4. Mengadakan pelatihan keselamatan pasien rumah sakit bagi jajaran
manajemen dan karyawan
5. Menetapkan system pelaporan insiden (peristiwa keselamatan pasien)
6. Menerapkan tujuh langkah menuju keselamatan pasien rumah sakit
seperti tersebut diatas
7. Menerapkan standar keselamatan pasien rumah sakit (seperti
tersebut diatas) dan melakukan self assessment dengan instrument
akreditasi pelayanan keselamatan pasien rumah sakit
8. Program khusus keselamatan pasien rumah sakit
9. Mengevaluasi secara periodik pelaksanaan program keselamatan
pasien rumah sakit dan kejadian tidak diharapkan

13

BAB VII
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
UU No 23 tahun 1992 menyatakan bahwa tempat kerja wajib
menyelenggarakan upaya kesehatan kerja adalah tempat kerja yang
mempunyai resiko bahaya kesehatan, mudah terjangkit penyakit atau
mempunyai paling sedikit 10 orang. Rumah Sakit adalah tempat kerja
yang termasuk dalam kategori seperti disebut diatas, berarti wajib
menerapkan upaya keselamatan dan kesehatan kerja.

Program

keselamatan dan kesehatan kerja di tim pendidikan pasien dan keluarga


bertujuan melindungi karyawan dari kemungkinan terjadinya kecelakaan di
dalam dan di luar rumah sakit..
Dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 27 ayat (2) disebutkan
bahwa Setiap warganegara berhak atas pekerjaan dan penghidupan
yang layak bagi kemanusiaan. Dalam hal ini yang dimaksud pekerjaan
adalah pekerjaan yang bersifat manusiawi, yang memungkinkan pekerja
berada dalam kondisi sehat dan selamat, bebas dari kecelakaan dan
penyakit akibat kerja, sehingga dapat hidup layak sesuai dengan martabat
manusia.
Keselamatan dan kesehatan kerja atau K3 merupakan bagian
integral dari perlindungan terhadap pekerja dalam hal ini tim PPK dan
perlindungan terhadap Rumah Sakit. Pegawai adalah bagian integral dari
rumah sakit.

Jaminan keselamatan dan kesehatan kerja akan

meningkatkan produktivitas pegawai dan meningkatkan produktivitas


rumah sakit. Undang-Undang No.1 tahun 1970 tentang Keselamatan
Kerja dimaksudkan untuk menjamin:
a. Agar pegawai dan setiap orang yang berada di tempat kerja selalu
berada dalam keadaan sehat dan selamat.

14

b. Agar faktor-faktor produksi dapat dipakai dan digunakan secara


efisien.
c. Agar proses produksi dapat berjalan secara lancar tanpa hambatan.
Faktor-faktor yang menimbulkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja
dapat digolongkan pada tiga kelompok, yaitu :
a Kondisi dan lingkungan kerja
b Kesadaran dan kualitas pekerja, dan
c Peranan dan kualitas manajemen
Dalam kaitannya dengan kondisi dan lingkungan kerja, kecelakaan dan
penyakit akibat kerja dapat terjadi bila :
-

Peralatan tidak memenuhi standar kualitas atau bila sudah aus;

Alat-alat produksi tidak disusun secara teratur menurut tahapan


proses produksi;

Ruang kerja terlalu sempit, ventilasi udara kurang memadai, ruangan


terlalu panas atau terlalu dingin;

Tidak tersedia alat-alat pengaman;

Kurang

memperhatikan

persyaratan

penanggulangan

bahaya

kebakaran dll.
A.

Perlindungan

Keselamatan

Kerja

Dan

Kesehatan

Petugas

Kesehatan

Petugas

kesehatan

mendapatkan

yang

pelatihan

menangani
mengenai

linen

cara

kotor

penularan

harus
dan

penyebaran penyakit, tindakan pencegahan dan pengendalian


infeksi yang sesuai dengan protokol jika terpajan.

Petugas yang tidak terlibat langsung dengan pasien harus


diberikan penjelasan umum mengenai penyakit tersebut.

Petugas kesehatan yang kontak dengan pasien penyakit menular


melalui udara harus menjaga fungsi saluran pernapasan (tidak
merokok, tidak minum dingin) dengan baik dan menjaga
kebersihan tangan setiap saat dan:

15

Memeriksa suhu dua kali sehari dan mewaspadai munculnya


gejala pernapasan terutama batuk

Memiliki catatan pribadi mengenai kontak yang dialami. Catatan


tidak boleh dibawa ke dalam area isolasi

Bila timbul demam, segera batasi interaksi dan isolasi diri dari
area umum. Segera lapor kepada Tim
Kesehatan

kerja

(K3)

dan

dokter

Dalin / Pandalin, Tim


poliklinik

RS,

adanya

kemungkinan terinfeksi penyakit menular yang sedang ditangani.


B. Petunjuk Pencegahan infeksi untuk Petugas Kesehatan

Untuk mencegah transmisi penyakit menular dalam tatanan


pelayanan kesehatan, petugas harus menggunakan APD yang
sesuai untuk kewaspadaan Standar dan Kewaspadaan Isolasi
(berdasarkan penularan secara kontak, droplet, atau udara)
sesuai dengan penyebaran penyakit.

Semua petugas kesehatan harus mendapatkan pelatihan tentang


gejala penyakit menular yang sedang dihadapi.

Semua petugas kesehatan dengan penyakit seperti flu harus


dievaluasi untuk memastikan agen penyebab. Dan ditentukan
apakah perlu dipindah tugaskan dari kontak langsung dengan
pasien, terutama mereka yang bertugas di unit perawatan intensif
(ICU), ruang rawat anak, ruang bayi.

Jika petugas kesehatan mengalami gejala demam atau gangguan


pernapasan dalam jangka waktu 10 hari setelah terpajan penyakit
menular melalui udara, maka ia perlu dirawat di ruang isolasi.

Petugas terpajan yang tidak memiliki gejala demam atau


gangguan pernapasan tidak perlu dibebastugaskan namun harus
melaporkan pajanan yang dialami segera kepada Tim Dalin.

Surveilans aktif perlu dilakukan terhadap gejala demam dan


gangguan pernapasan setiap hari kepada petugas kesehatan
yang

terpajan.

Petugas

diinstruksikan

untuk

mewaspadai

16

timbulnya demam, gangguan pernapasn dan atau peradangan


konjungtiva selama 10 hari setelah terpajan dengan penyakit
menular melalui udara.
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
Prinsip dasar upaya peningkatan mutu pelayanan adalah
pemilihan aspek yang akan ditingkatkan dengan menetapkan indikator,
kriteria, serta standar yang akan digunakan untuk mengukur mutu
pelayanan.
Adapun pengendalian mutu Instalasi kamar jenazah harus
sesuai dengan protap yang telah ditentukan. Setiap proses pelayanan
jenazah berjalan petuga selalu mengenakan APD. Dan tidak ada
kejadian infeksi yang terjadi.

17

BAB IX
PENUTUP
Undang-undang no 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen
menjadi tantangan yang harus diantisipasi oleh para praktisi pelayanan
kesehatan. Selain itu juga dituntut memberikan pelayanan yang
professional dengan diberlakukannya undang undang tentang praktek
kedokteran yang ditujukan kepa da kepastian hukum baik bagi penerima
pelayanan kesehatan maupun pemberi pelayanan kesehatan.
Kejadian infeksi nosokomial adalah infeksi yang didapat atau
timbul pada waktu pasien dirawat di rumah sakit. Bagi pasien dirumah
sakit, infeksi nosokomial merupakan masalah serius yang dapat menjadi
penyebab langsung maupun tidak langsung kematian pasien.
Beberapa

kejadian

infeksi

nosokomial

mungkin

tidak

menyebabkan kematian namun menyebabkan hari perawatan menjadi


lebih lama di rumah sakit. Ini berarti pasien membayar lebih mahal dan
dalam kondisi tidak produktif, disamping pihak rumah sakit juga akan
mengeluarkan biaya yang lebih besar. Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi Rumah Sakit merupakan kegiatan yang sangat penting dan salah
satu factor yang mendukung untuk meningkatkan kualitas pelayanan dan
erat kaitannya dengan citra rumah sakit. Oleh karena itu pencegahan dan
pengendalian infeksi rumh sakit harus diperhatikan.
Salah satu kegiatan untuk menekan kejadian infeksi nosokomial
adalah dengan melaksanakan pelayanan instalasi kamar jenazah yang
baik. Tanggung jawab untuk melaksanakan semua kegiatan secara aman
dilingkungan pusat sterilisasi menjadi tanggungjawab petugas instalasi
kamar jenazah. Pada dasarnya kecelakaan kerja di lingkungan pusat

18

sterilisasi dapat dihindari dengan cara megetahui potensi bahaya yang


dapat timbul. Dengan cara memperhatikan secara seksama dan melatih
teknik teknik bekerja secara aman maka resiko terjadinya kecelakaan
kerja dapat diturunkan secara signifikan

19

Вам также может понравиться