Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
KEPERAWATAN
SYSTEMIC LUPUS
ERITHEMATOSUS
(SLE)
Oleh :
Muhammad Yahya
Pengertian
Systemic lupus erytematosus (SLE) atau lupus
eritematosus sistemik (LES) adalah penyakit
radang atau inflamasi multisistem yang
penyebabnya diduga karena adanya perubahan
sistem imun (Albar, 2003)
SLE termasuk penyakit collagen-vascular yaitu
suatu kelompok penyakit yang melibatkan sistem
muskuloskeletal, kulit, dan pembuluh darah yang
mempunyai banyak manifestasi klinik sehingga
diperlukan pengobatan yang kompleks. Etiologi dari
beberapa penyakit collagen-vascular sering tidak
diketahui tetapi sistem imun terlibat sebagai
mediator terjadinya penyakit tersebut (Delafuente,
2002).
Pengertian
SLE adalah suatu penyakit yang ditandai dengan
peningkatan sistem kekebalan tubuh sehingga
antibodi yang seharusnya ditujukan untuk
melawan bakteri maupun virus yang masuk ke
dalam tubuh berbalik merusak organ tubuh itu
sendiri seperti ginjal, hati, sendi, sel darah merah,
leukosit, atau trombosit. Karena organ tubuh yang
diserang bisa berbeda antara penderita satu
dengan lainnya, maka gejala yang tampak sering
berbeda, misalnya akibat kerusakan di ginjal
terjadi bengkak pada kaki dan perut, anemia
berat, dan jumlah trombosit yang sangat rendah
(Sukmana, 2004).
Epidemiologi
Penderita SLE diperkirakan mencapai 5 juta orang
di seluruh dunia (Yayasan Lupus Indonesia).
Prevalensi pada berbagai populasi berbeda-beda
bervariasi antara 3 400 orang per 100.000
penduduk (Albar, 2003).
SLE lebih sering ditemukan pada ras-ras tertentu
seperti bangsa Afrika Amerika, Cina, dan
mungkin juga Filipina
SLE lebih banyak terjadi pada wanita daripada pria
dengan perbandingan 10 : 1. Perbandingan ini
menurun menjadi 3 : 2 pada lupus yang
diinduksi oleh obat
Etiologi
1. Faktor Genetik
2. Faktor Lingkungan
sinar UV yang mengubah struktur DNA di
daerah yang terpapar sehingga
menyebabkan perubahan sistem imun di
daerah tersebut serta menginduksi
apoptosis dari sel keratonosit
SLE juga dapat diinduksi oleh obat
tertentu khususnya pada asetilator
lambat yang mempunyai gen HLA DR-4
menyebabkan asetilasi obat menjadi
lambat
3. Hormon Sex
Wanita : Pria adalah 9 : 1
Perbedaan yang paling menonjol
adalah pada wanita selam proses
reproduksi
Pada wanita pemakaian androgen dan
antiestrogen dapat melindungi diri dari
SLE berbeda dengan pria apabila
mengkosumsi androgen dan
antiestrogen
UV light
Self Ag
External Ag
Skin cell
Genetic susceptibility
APC
T cell
T cell
IC
APC
Defective IC clearance
B cell
Ab
Target
Klasifikasi
Discoid lupus
Systemic lupus erythematosus
lupus yang diinduksi oleh obat.
Discoid Lupus
Lesi berbentuk lingkaran atau cakram dan
ditandai oleh batas eritema yang meninggi,
skuama, sumbatan folikuler, dan
telangiektasia. Lesi ini timbul di kulit
kepala, telinga, wajah, lengan, punggung,
dan dada. Penyakit ini dapat menimbulkan
kecacatan karena lesi ini memperlihatkan
atrofi dan jaringan parut di bagian
tengahnya serta hilangnya apendiks kulit
secara menetap (Hahn, 2005).
Definitely
Hidralazin
Prokainamid
Isoniazid
Klorpromazin
Metildopa
Possible
Antikonvulsan
Fenitoin
Karbamazepin
Asam valproat
Etosuksimid
-bloker
Propranolol
Metoprolol
Labetalol
Acebutolol
Kaptropil
Lisinopril
Enalapril
Kontrasepsi oral
Unlikely
Propitiourasil Griseofulvin
Metimazol
Penisilin
Penisilinamin Garam emas
Sulfasalazin
Sulfonamid
Nitrofurantoin
Levodopa
Litium
Simetidin
Takrolimus
Manifestasi Klinis
Keluhan utama adalah kelemahan,
demam dan penurunan BB
Raynauds phenomenon
the skin colour of
distal digit changes
from white to blue
to red
Dermatological involvement
Up to 85% of SLE
Butterfly rash
Maculopapular eruption
Discoid lupus
Vasculitic skin lesin
Livedo reticularis
Purpuric lesions
Alopecia
Oral ulcer
Maculopapular
eruption
Discoid lupus
These are red, raised
patches with scaling of
the overlying skin.
Vasculitic skin
lesi0n
Alopecia
Muskuloskeletal System
The most frequently
involved joints are
those of the hand,
knees, and wrists.
Avacular necrosis of
bone.
It may be caused by
prednisone therapy
Kidney system
Haematuria
Proteinure (>0.5g protein/d or 3+ )
Cast
Renal Failure
because of
Glomerulonephritis is
the leading cause of
death among lupus
patients.
Normal
Glomerulonephritis
Nervous system
The brain , nerve problems and psychiatric
syndromes are common in lupus affecting up to twothirds of people.
Potential disorders include seizures, nerve paralysis,
severe depression, and even psychosis.
Spinal cord involvement in lupus is rare and occurs
primarily when there is clot formation in a critical
vessel that supplies blood to the spinal cord.
Hematological abnormalities
Red blood cells
a normochromic, normocytic anemia is
frequently found in SLE. They appears to
be related to chronic inflammation, drugrelated haemorrhage.
haemolytic anemia as detected by the
Coombs test is the feature of SLE.
on rare occasion, a serum antibody may be
produced which impairs red cell production.
Platelets.
thrombocytopenia (<100*109/L) appears to
be mediated by anti-platelet antibodies
or/and anti-phospholipid antibodies.
Pulmonary manifestations
Pleurisy
it is the most common manifestation of
pulmonary involvement of SLE. The volume
of pleural effusions usually is small to
moderate and maybe unilateral or bilateral.
Large pleural effusion are uncommon. It
usually exudative in character.
Pleural effusions may also occur in SLE patients with
nephrotic syndrome, infection, cardiac failure.
Lung
1) acute lupus pneumonitis: fever,
dyspnea, cough with scanty sputum,
hemoptysis, tachypnea and pleuritic chest
pain.
2) pulmonary hemorrhage
3) chronic diffuse interstitial lung disease.
the diagnosis should not be made until infectious
processes such as viral pneumonia, tuberculosis, and
other bacterial, fungal and pneumocystis carinii
infection have been completely excluded.
Cardiovascular
manifestations
Pericarditis is the most common cardiac
manifestation of SLE.
Myocarditis (the clinical features of lupus
myocarditis resembles that of viral
myocarditis)
Libman-Sacks endocarditis and valvular
disease
Hypertension, cardiac failure
SLE can be
associated with
endocarditis. Shown
here is Libman-Sacks
endocarditis in which
there are many flat,
reddish-tan
vegetations spreading
over the mitral valve
and chordae.
Pericarditis
Eyes
The eyes are rarely involved in lupus
except for the retina. People with lupus
often have to be screened by an
ophthalmologist if they are taking the
antimalarial drugs chloroquine or
hydroxychloroquine
Secondary sjogrens
syndrome
Dry eyes
Dry mouth
exocrine glands were infiltrated with
lymphocytes
Patofisiologi
Pada pasien SLE terjadi gangguan respon
imun yang menyebabkan aktivasi sel B,
peningkatan jumlah sel yang
menghasilkan antibodi,
hipergamaglobulinemia, produksi
autoantibodi, dan pembentukan kompleks
imun (Mok dan Lau, 2003)
Molekul HLA
Membentuk autoantibodi
yang patogen
Sel T teraktivasi
Mengeluarkan sitokin,
molekul CD 40, CTLA-4
Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan Lab :
Anti ds-DNA (Antibodi ini ditemukan pada
65% 80% penderita dengan SLE
aktif )
Batas normal : 70 200 IU/mL
Negatif
: < 70 IU/mL
Positif
: > 200 IU/mL
Penatalaksanaan Terapi
1. Terapi non Farmakologis
2. Terapi Farmakologis
Pengkajian
Anamnesis riwayat kesehatan sekarang
Pemeriksaan Fisik :
Kulit
Kardiovaskuler
Muskuloskeletal
Integumen
Pernafasan
Vaskular
Renal
Neuro
Masalah Keperawatan
1.
2.
3.
4.
5.
Nyeri
Keletihan
Gangguan integritas kulit
Kerusakan mobilitas fisik
Gangguan citra tubuh
Dx. Keperawatan
Nyeri berhubungan dengan inflamasi
dan kerusakan jaringan.
Keletihan berhubungan dengan
peningkatan aktivitas penyakit, rasa
nyeri, depresi.
Kerusakan mobilitas fisik berhubungan
dengan penurunan rentang gerak,
kelemahan otot, rasa nyeri pada saat
bergerak, keterbatasan daya tahan fisik
Intervensi 1
a. Laksanakan sejumlah tindakan yang memberikan kenyamanan
(kompres hangat; masase, perubahan posisi, istirahat; kasur busa,
bantal penyangga, bidai; teknik relaksasi, aktivitas yang
mengalihkan perhatian)
b. Berikan preparat antiinflamasi, analgesik seperti yang dianjurkan.
c. Sesuaikan jadwal pengobatan untuk memenuhi kebutuhan pasien
terhadap penatalaksanaan nyeri.
d. Dorong pasien untuk mengutarakan perasaannya tentang rasa
nyeri serta sifat kronik penyakitnya.
e. Jelaskan patofisiologik nyeri dan membantu pasien untuk
menyadari bahwa rasa nyeri sering membawanya kepada metode
terapi yang belum terbukti manfaatnya.
f. Bantu dalam mengenali nyeri kehidupan seseorang yang
membawa pasien untuk memakai metode terapi yang belum
terbukti manfaatnya.
g. Lakukan penilaian terhadap perubahan subjektif pada rasa nyeri.
Intervensi 2
a. Beri penjelasan tentang keletihan :
Hubungan antara aktivitas penyakit dan keletihan
Menjelaskan tindakan untuk memberikan
kenyamanan sementara melaksanakannya
Mengembangkan dan mempertahankan tindakan
rutin unutk tidur (mandi air hangat dan teknik
relaksasi yang memudahkan tidur)
Menjelaskan pentingnya istirahat untuk mengurangi
stres sistemik, artikuler dan emosional
Menjelaskan cara mengggunakan teknik-teknik untuk
menghemat tenaga
Kenali faktor-faktor fisik dan emosional yang
menyebabkan kelelahan
Intervensi 3
a. Dorong verbalisasi yang berkenaan dengan keterbatasan
dalam mobilitas.
b. Kaji kebutuhan akan konsultasi terapi okupasi/fisioterapi :
Menekankan kisaran gherak pada sendi yang sakit
Meningkatkan pemakaian alat bantu
Menjelaskan pemakaian alas kaki yang aman.
Menggunakan postur/pengaturan posisi tubuh yang
tepat.
c. Bantu pasien mengenali rintangan dalam lingkungannya
d. Dorong kemandirian dalam mobilitas dan membantu jika
diperlukan.
Memberikan waktu yang cukup untuk melakukan
aktivitas
Memberikan kesempatan istirahat sesudah melakukan
aktivitas.
Menguatkan kembali prinsip perlindungan sendi
Intervensi 5
a. Lindungi kulit yang sehat terhadap
kemungkinan maserasi
b. Hilangkan kelembaban dari kulit
c. Jaga dengan cermat terhadap resiko terjadinya
sedera termal akibat penggunaan kompres
hangat yang terlalu panas.
d. Nasehati pasien untuk menggunakan kosmetik
dan preparat tabir surya.
e. Kolaborasi pemberian NSAID dan
kortikosteroid.
Intervensi 4
a. Bantu pasien untuk mengenali unsur-unsur
pengendalian gejala penyakit dan
penanganannya.
b. Dorong verbalisasi perasaan, persepsi dan
rasa takut