Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
merupakan
respon
klinis
terhadap
reaksi
imunologi
cepat
(hipersensitivitas tipe I) antara antigen yang spesifik dan antibody. (Brunner and
Suddarth, 2001 ; 1764)
Anaphylaxis (Yunani, Ana = jauh dari dan phylaxis = perlindungan). Anafilaksis
berarti menghilangkan perlindungan. Anafilaksis adalah reaksi alergi umum
dengan efek pada beberapa sistem organ terutama kardiovaskular, respirasi, kutan
dan gastro intestinal yang merupakan reaksi imunologis yang didahului dengan
terpaparnya alergen yang sebelumnya sudah tersensitisasi.
Anafilksis adalah reaksi alergi serius yang mengenai banyak bagian tubuh
sekaligus dan secara potensial bisa menyebabkan kematian. Reaksi ini dapat
terjadi dalam waktu beberapa menit atau berapa jam setelah memicu tertentu,
seperti makanan tertentu, sengatan serangga atau obat. Reaksi bahkan dapat di
sebabkan oleh lakteks atau olahraga yang banyak mengeluarkan tenaga.
Anafilaksis adalah suatu reaksi alergi yang bersifat akut, menyeluruh dan bisa
menjadi berat.
2. Epidemiologi
Kejadian anafilaksis akhir-akhir ini dilaporkan meningkat, seiring dengan
meningkatnya prevalensi penyakit alergi. Namun demikian, data epidemiologi
mengenai insidensi anafilaksis kurang dapat dipercaya karena sangat bervariasi.
Sebagai gambaran data dari Inggris menunjukkan 1 dari 5800 rawat inap, 13250
kejadian anafilaksis yang dirawat selama tahun 1991-2001, 214 kematian karena
anafilaksis selama periode 1991-2001. Data di atas menunjukkan meskipun jarang
anafilaksis dapat menyebabkan kematian sehingga akan membawa dampak tidak
saja bagi pasien dan keluarganya, tetapi juga bagi petugas kesehatan umumnya
dan dokter khususnya. Kewaspadaan terhadap kejadian anafilaksis harus ada pada
setiap dokter, selain kejadiannya dapat berlangsung sangat cepat, juga
kejadiannya dapat terjadi dimana saja seperti di tempat praktek, di atas meja
operasi, bahkan di rumah korban sendiri. Pengenalan gejala anafilaksis,
menegakkan diagnosis, memberikan terapi yang adekuat serta melakukan upaya
pencegahan termasuk penyuluhan kepada pasien, dalam hal ini sangat diperlukan.
3. Klasifikasi
Menurut tipe-tipe reaksi anafilaksitik
Sistemik : reaksi sistemik terjadi dalam tempo kurang lebih 30 menit sesudah
kontak dalam system organ berikut ini : kardiovaskuler, respiratorius,
gastrointestinal, dan integumen
4. Etiologi
Anafilaksis bisa tejadi sebagai respon terhadap berbagai alergen.
Penyebab yang sering ditemukan adalah:
Gigitan/sengatan serangga
Lebah Madu, Jaket kuning, Semut api Tawon (Wasp)
Alergi makanan
Lobster, udang dan kepiting, kerang, ikan, kacang-kacangan dan biji-bijian,
buah beri, putih telur, susu, coklat.
Alergi obat
Golongan
antobiotik
penisilin,
amphisilin,
sefalosporin,
neomisin,
Lain-lain
Lateks, glikoprotein seminal fluid
5. Gejala Klinis
Gejala-gejala yang bisa ditemui pada suatu anafilaksis adalah : (Brunner and
Suddarth, 2001 ; 1764)
-
Ringan :
Rasa kesemutan serta hangat pada bagian perifer, dan dapat disertai
dengan perasaan penuh dalam mulut serta tenggorok.
Kongesti nasal
Pembengkakan periorbital
Pruritus
Bersin bersin dan mata yang berair
Awitan gejala dimulai dalam waktu 2 jam pertama sesudah kontak
Sedang :
Rasa hangat
Cemas
Gatal gatal
Bronkospasme
Oedem saluran nafas atau laring dengan dispnea
Batuk serta mengi
Awitan gejala sama seperti reaksi yang ringan
Berat :
Reaksi sistemik yang berat memiliki onset mendadak dengan tanda tanda
serta gejala yang sama seperti diuraikan diatas dan berjalan dengan cepat
hingga terjadi bronkospasme, oedem laring, dispnea berat, serta sianosis.
Disfagia (kesulitan menelan), kram abdomen, vomitus, diare dan serangan
kejang kejang dapat terjadi. Kadang kadang timbul henti jantung dan
koma.
6. Patofisiologi
Limfosit T
Limfosit B
Secara langsung
menghancurkan antigen
dgn mengeluarkan bahan
kimia toksik tanpa
antibodi
Ig E
Respiratori
Spasme
otot polos
bronkiolus
Kardiovaskuler
Peningkatan
permeabilitas kapiler
Oedema
Obstruksi
jalan nafas
Oedema
laring
Jalan nafas
tak efektif
PK Gagal Nafas
Integument
Gastrointestinal
Gatal
Peningkatan
sekresi mukus
Vasodilatasi
vena
Vasodilatasi
arteri
Peningkatan
kapasitas
vaskuler
Peningkatan
kapasitas
vaskuler
Gg. Rasa
Nyaman
Peningkatan
curah jantung
Hipotensi
Angidema
Hipovolemi
Resiko
ketidakseimbangan
volume cairan
Takikardi
PK Distritmia
Gg.
Integritas
Kulit
Diare
7. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik harus dilakukan pada
kesempatan pertama bertemu pasien. Riwayat kesehatan sebelumnya sangat
penting dengan reaksi yang sedang berlangsung maka dari itu perlu dilakukan
pendekatan dengan ABCDE
Airway
a.
b.
c.
d.
Breathing
a.
b.
c.
d.
e.
f.
Circulation
a.
b.
monitoring jantung
c.
rekam EKG
d.
e.
f.
g.
Ulangi pemberian adrenalin dalam waktu 5 menit jika tidak ada perubahan
klinis.
Disability
Kaji dengan menggunakan AVPU atau Glasgow Coma Scale :
A-alert (kesadaran)
V-respon terhadap perintah verbal
P-respon terhadap nyeri
U-unresponsive/tidak berespon
Exposure
a. Perhatikan adanya tanda kemerahan dan luka pada kulit
b. Jika tidak yakinpada penyebab cari tanda adanya gigitan serangga dan ular
Selain hal tersebut diatas yang perlu dikaji:
a. Tanda-tanda pernapasan
Bendungan hidung
Gatal
Bersin
Batuk
Terjadi gawat napas berlanjut dengan cepat dan menyebabkan
bronkospasme/cedera larynx
Sesak dada
Kesulitan pernapasan lain, sepeti: mengi, dispnea, sianosis
b. Tanda-tanda kulit
Kulit tampak dalam betuk semburat merah
Gatal ke seluruh tubuh
Urtikaria
Angioedema fasial dapat menyebabkan oedema pernapasan atas
c. Tanda-tanda Kardiovaskuler
Takikardia/brakikardia
Kolaps pembuluh darah vaskuler ditandai dengan pucat, nadi lemah,
penurunan tekanan darah, kegagalan sirkulasi, yang menimbulkan koma
dan kematian.
d. Masalah Gastrointestinal
Mual
Muntah
Nyeri kolik abdominal
Diare
8. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan Laboratorium
Dua atau lebih petanda berikut ini yang terjadi segera setelah terpapar
serupa allergen pada penderita (beberapa menit atau jam)
Keterlibatan kulit-jaringan mukosa (ultikaria yang merata, prurituskemerahan, edema pada bibir-lidah-uvula)
Gangguan pernapasan (sesak, mengi-bronkospasme, stidor,penurunan
arus puncak ekspirasi (APE), hipoksemia)
Penurunan tekanan darah atau berhubungan dengan disfungsi organ
(hipotoniaatau kolaps, pingsan, inkontinens)
Gejala gastrointestinal yang menetap (kram perut,sakit, muntah)
Epinefrin diberikan dalam bentuk suntikan atau obat hirup, untuk membuka
saluran pernafasan dan meningkatkan tekanan darah.
Untuk mengatasi syok, diberikan cairan melalui infus dan obat-obatan untuk
menyokong fungsi jantung dan peredaran darah.
Pengkajian
a. Sistem kardiovaskular: palpitasi, takikardia, hipotensi, renjatan, pingsan,
pada EKG dapat ditemukan aritmia, T mendatar atau terbalik, irama nodal,
fibrilasi ventrikel sampai asistol
b. Sistem respirasi: rinitis, bersin, gatal di hidung, batuk, sesak, gawat nafas,
takipnea sampai apnea
c. Sistem gastrointestinal: mual, muntah, sakit perut, diare.
d. Sistem intergumen: pruritus, urtikaria, angioedema.
e. Sistem sensori: gatal, laktrimasi, merah bengkak.
f. Sistem neuro: disorientasi, alusinasi, rasa logam, kejang, koma.
2.
Diagnosa
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan oedema ditandai dg
adanya sesak nafas.
b. Kerusakan integritas kulit b.d. peningkatan produksi histamin ditandai dg
gatal-gatal
c. Resiko terhadap ketidakseimbangan volume cairan berhubungan dengan
meningkatnya kapasitas vaskuler ditandai dengan hipovolemi.
d. Gangguan rasa nyaman berhubungan respon nyeri ditandai dengan gatalgatal
e. Pk gagal ginjal
f. Pk distritmia
3.
Diagnosa Keperawatan 1
Tujuan
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ...x24 jam diharapkan sesak nafas klien
berkurang.
Dengan Kriteria Hasil
Pasien terlihat
Rencana Tindakan
Mandiri
Mengkaji keadaan pasien agar berada pada posisi yang lebih nyaman saat duduk
atau tidur, (biasanya lebih nyaman dengan posisi semifowler)
Rasionalisasi
Mengetahui derajat spasme bronkus, ada atau tidak bunyi nafas tambahan
Mengetahui kelancaran jalan nafas pasien serta frekuensi rata-rata pasien agar
kondisi pasien tidak bertambah parah
Dilakukan agar pasien dapat bernafas dengan lebih mudah. Peninggian kepala
akan mempermudah fungsi pernafasan dengan bantuan gravitasi
Polusi udara dari debu, bulu bantal atau asap yang berhubungan dengan kondisi
pasien dapat mencetus tipe reaksi alergi pernafasan
Diagnosa Keperawatan 2
Tujuan
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ...24 jam diharapakan kulit pasien kembali
normal
Dengan Kriteria Hasil
lesi (-)
Rencana Tindakan
Mandiri
Rasional
Kolaborasi
Rasional
Meningkatkan sirkulasi sistemik dan perifer dan menurunkan tekanan pada kulit,
mengurangi kerusakan kulit
4. Evaluasi
Dx1:
-
Pasien terlihat tenang, tidak gelisah dan tidak sesak nafas lagi
Dx2:
- Setelah diberikan tindakan keperawatan kulit tampak bersih tidak ada
kemerahan lesi dll
Dx3:
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddart. 1996. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah edisi 8 Volume 3.
Jakarta : EGC.
Doengoes, Marylynn E. Dkk. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC
Prince, Sylvia A. & Lorraine M. Wilson. 2006. Patofisiologi. Jakarta : EGC
Corwin. 2000. Patofisiologi. Jakarta : EGC
Masjoer, Arief. 1999. Kapita Selekta Kedokteran edisi 3. Jakarta : EGC
Guyton & Hall. 1997. Fisiologi Kedokteran edisi 9. Jakarta : EGC