Вы находитесь на странице: 1из 16

Fitoremediasi Tanah Tercemar Merkuri (Hg2+) Menggunakan Tanaman Akar

Wangi (Vetiver zizanioides) pada Lahan Eks-TPA Keputih, Surabaya

Oleh:
Isnaini Wahyuningrum
Jurusan Kimia FMIPA UNNES
Email: naisnaini207@gmail.com
Abstrak
Lahan eks-TPA Keputih Surabaya mengandung logam berat yang cukup
tinggi, tanaman sulit untuk tumbuh.. Salah satu kandungan logam berat yang
utama adalah Hg yang bersumber dari buangan industri dan buangan rumah
tangga. Tanah tercemar logam berat perlu diremediasi. Salah satu metode
remediasi adalah fitoremediasi. Tanaman uji yang digunakan adalah akar
wangi (Vetiveria zizanioides). Dari hasil penelitian diperoleh bahwa tanaman
akar wangi mampu memulihkan tanah yang tercemar merkuri.
Kata kunci : fitoremediasi, kombinasi kompos, merkuri (Hg2+), tanaman akar
wangi (Vetiveria zizanioides)

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Seiring dengan meningkatnya angka pertumbuhan manusia, jumlah sampah yang
dihasilkan pun kian bertambah. Hal ini dapat dilihat pada lahan pembuangan sampah yang
sudah tidak mampu menampung sampah-sampah tersebut. Inilah yang menyebabkan
banyak perkotaan di Indonesia menghadapi masalah pengelolaan tempat pembuangan
sampah, yang tidak dioperasikan dan ditutup (post closure). Penutupan operasi
pembuangan sampah tidak serta merta membebaskan lahan setempat bebas pencemaran.
Bahkan, lahan bekas pembuangan sampah masih menyimpan pencemar dalam waktu
puluhan tahun.
Begitu juga yang terjadi pada lahan eks TPA Keputih Surabaya. Sejak ditutup pada
tahun 2001, lahan 42 hektare tersebut belum bisa dimanfaatkan untuk keperluan lain.
Lantaran kandungan berbagai logam beratnya yang cukup tinggi, tanaman sulit untuk
tumbuh.. Kandungan logam berat yang utama adalah Pb, Cd, dan Hg yang bersumber dari
buangan industri dan sebagian dari buangan rumah tangga, seperti baterai, logam-logam,
dan lain-lain Pencemar tempat pembuangan sampah terkandung dalam lindi dan kompos
sebagai hasil penguraian sampah tertimbun. Pelindian inilah yang dapat memindahkan
logam berat tersebut dari lapisan perakaran ke lapisan tanah di bawahnya, sehingga tanah
menjadi tercemar. Oleh karena itu upaya peningkatan biodegradabilitas lindi perlu
dilakukan yaitu dengan memecah rantai karbon menjadi lebih biodegradable.
Adapun pencemaran pada lahan eks-TPA Keputih mampu memberikan dampak buruk
bagi kesehatan manusia, khususnya bagi penduduk di dekat TPA. Di alam, merkuri
terdapat dalam bentuk unsur merkuri (Hg0), merkuri monovalen (Hg+1), dan bivalen
(Hg+2). Toksisitas merkuri di dalam tanah untuk tanaman sebesar 0,05 ppm. Dalam rantai
makanan, logam berat dapat mengancam kehidupan manusia karena jika terakumulasi di
dalam tubuh dapat mengakibatkan kelumpuhan bahkan kematian.

Tindakan pemulihan perlu dilakukan agar tanah yang tercemar dapat digunakan
kembali dengan aman. Banyak teknologi yang digunakan untuk remediasi tanah yang
tercemar logam berat. Salah satunya adalah fitoremediasi, yaitu penggunaan tumbuhan
untuk menghilangkan polutan dari tanah atau perairan yang terkontaminasi. Pada suatu
penelitian tanaman yang akan dimanfaatkan untuk proses remediasi adalah tanaman akar
wangi (Vetiveria zizanioides). Dengan dilakukannya proses fitoremediasi ini diharapkan
dapat memulihkan kualitas lahan bekas pembuangan sampah lebih cepat dibanding tanpa
proses tersebut dan sekaligus sebagai upaya pelestarian lingkungan yang melibatkan
keragaman biotik.

Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada artikel ini adalah sebagai berikut:
a. Apakah tanaman akar wangi (Vetiveria zizanioides) mempunyai kemampuan dalam
memulihkan tanah tercemar merkuri (Hg2+) pada lahan eks-TPA Keputih, Surabaya?
b. Apakah logam berat merkuri (Hg2+) memberikan pengaruh terhadap tanaman akar
wangi (Vetiveria zizanioides)?
c. Berapa besar laju serapan konsentrasi Hg yang paling tepat pada tanaman akar wangi
(Vetiveria zizanioides) dalam memulihkan tanah tercemar merkuri (Hg2+)?
d. Apakah penambahan kompos sebagai stimulan akan mempengaruhi penurunan
merkuri (Hg2+) dalam tanah?

Tujuan
Tujuan penyusunan artikel ini yaitu :
a. Mengkaji kemampuan tanaman akar wangi (Vetiveria zizanioides) dalam memulihkan
tanah tercemar merkuri (Hg2+) pada lahan eks-TPA Keputih, Surabaya.
b. Menganalisis pengaruh logam berat merkuri (Hg2+) terhadap tanaman akar wangi
(Vetiveria zizanioides).
c. Menentukan besar laju serapan konsentrasi Hg yang paling tepat pada tanaman akar
wangi (Vetiveria zizanioides) dalam memulihkan tanah tercemar merkuri (Hg2+).
d. Menganalisis pengaruh penambahan kompos sebagai stimulan dalam penurunan
merkuri (Hg2+) pada tanah.

PEMBAHASAN

Landasan Teori
Istilah fitoremediasi berasal dari kata Inggris phytoremediation. Kata ini sendiri
tersusun atas dua bagian kata, yaitu phyto yang berasal dari kata Yunani phyton yaitu
tumbuhan dan remediation yanmg berasal dari kata Latin remedium yang berarti
menyembuhkan. Fitoremediasi berarti juga menyelesaikan masalah dengan cara
memperbaiki kesalahan atau kekurangan. Dengan demikian fitoremediasi adalah
pemanfaatan tumbuhan, mikroorganisme untuk meminimalisasi dan mendetoksifikasi
bahan pencemar, karena tanaman mempunyai kemampuan menyerap logam-logam berat
dan mineral yang tinggi atau sebagai fitoakumulator dan fotochelator. Konsep
pemanfaatan tumbuhan dan mikroorganisme untuk meremediasi tanah terkontaminasi
bahan pencemar adalah pengembangan terbaru dalam teknik pengolahan limbah.
Fitoremediasi dapat diaplikasikan pada limbah organik maupun anorganik juga unsur
logam (As,Cd,Cr,Hg,Pb,Zn,Ni dan Cu) dalam bentuk padat, cair dan gas.
Fitoremediasi merupakan teknologi hijau yang baru berkembang pada awal tahun
1990, hal ini ditandai dengan keberhasilan meremediasi dan proses pungut ulang zat
radioaktif Cs, Sr, dan U dari daerah tercemar di Chernobil dengan menggunakan tumbuhan
Heliantus Annus (bunga matahari).
Tumbuhan mempunyai kemampuan untuk menahan substansi toksik dengan cara
biokimia dan fisiologisnya serta menahan substansi non nutritif organik yang dilakukan
pada permukaan akar. Bahan pencemar tersebut akan dimetabolisme atau diimobolisasi
melalui sejumlah proses termasuk reaksi oksidasi, reduksi dan hidrolisa enzimatis.
Mekanisme fisiologi fitoremediasi dibagi menjadi:
1. Fitoekstraksi : pemanfaatan tumbuhan pengakumulasi bahan pencemar untuk
memindahkan logam berat atau senyawa organik dari tanah dengan cara
mengakumulasikannya di bagian tumbuhan yang dapat dipanen.
2.

Fitodegradasi : pemanfaatan tumbuhan dan asosiasi mikroorganisme untuk


mendegradasi senyawa organik.

3.

Rhizofiltrasi : pemanfaatan akar tumbuhan untuk menyerap bahan pencemar, terutama


logam berat, dari air dan aliran limbah.

4.

Fitostabilisasi : pemanfaatan tumbuhan untuk mengurangi bahan pencemar dalam


lingkungan.

5.

Fitovolatilisasi : pemanfaatan tumbuhan untuk menguapkan bahan pencemar, atau


pemanfaatan tumbuhan untuk memindahkan bahan pencemar dari udara.
Menurut Corseuil & Moreno (2000), mekanisme tumbuhan dalam menghadapi bahan

pencemar beracun adalah :


1.

Penghindaran (escape) fenologis. Apabila pengaruh yang terjadi pada tanaman


musiman, tanaman dapat menyelesaikan siklus hidupnya pada musim yang cocok.

2.

Ekslusi, yaitu tanaman dapat mengenal ion yang bersifat toksik dan mencegah
penyerapan sehingga tidak mengalami keracunan.

3.

Penanggulangan (ameliorasi). Tanaman mengabsorpsi ion tersebut, tetapi berusaha


meminimumkan pengaruhnya. Jenisnya meliputi pembentukan khelat (chelation),
pengenceran, lokalisasi atau bahkan ekskresi.

4.

Toleransi. Tanaman dapat mengembangkan sistem metabolit yang dapat berfungsi


pada konsentrasi toksik tertentu dengan bantuan enzim.
Tumbuhan dapat bertindak sebagai hiperakumulator, yaitu mempunyai kemampuan

untuk mengkonsentrasikan senyawa organik atau logam di dalam biomassanya dalam


kadar yang luar biasa tinggi.
Mekanisme penyerapan dan akumulai logam berat oleh tumbuhan dapat dibagi
menjadi tiga proses yang sinambung, yaitu penyerapan logam oleh akar, translokasi logam
dari akar ke bagian tumbuhan lain, dan lokalisasi logam pada bagian sel tertentu untuk
menjaga agar tidak menghambat metabolisme tumbuhan tersebut. Pembentukan reduktase
spesifik logam di dalam tumbuhan membentuk suatu molekul reduktase di membran
akarnya. Reduktase ini berfungsi mereduksi logam yang selanjutnya diangkut melalui
kanal khusus di dalam membran akar. Setelah logam dibawa masuk ke dalam sel akar,
selanjutnya logam harus diangkut melalui jaringan pengangkut, yaitu xilem dan floem, ke
bagian tumbuhan lain. Untuk meningkatkan efisiensi pengangkutan, logam diikat oleh
molekul khelat. Berbagai molekul khelat yang berfungsi mengikat logam dihasilkan oleh
tumbuhan.
Pemanfaatan tumbuhan untuk remediasi lingkungan sangat ditentukan oleh
pemahaman tentang penyerapan logam serta penyerapan dan atau degradasi senyawa

organik oleh tumbuhan. Tumbuhan harus bersifat hipertoleran agar dapat mengakumulasi
sejumlah besar logam berat di dalam batang serta daun. Tumbuhan harus mampu menyerap
logam berat dari dalam larutan tanah dengan laju penyerapan yang tinggi.Tumbuhan harus
mempunyai kemampuan untuk mentranslokasi logam berat yang diserap akar ke bagian
batang serta daun.
Selain mempunyai kemampuan menyerap logam berat, tumbuhan mampu menyerap
dan mendegradasi zat organik serta hara. Kemampuan ini dimanfaatkan dalam
pengendalian serta pemulihan lingkungan yang tercemar.dengan memadukan berbagai
jenis tumbuhan mengingat keunggulan yang dipunyai oleh masing-masing jenis tanaman.
Pemilihan jenis tanaman adalah yang toleran dan mampu mengolah limbah. Untuk
mengetahui tingkat toleransi tanaman terhadap limbah maka perlu diketahui konsentrasi
nutrisi dalam limbah. Kemampuan dalam mengolah limbah meliputi kapasitas filtrasi dan
efisiensi serapan nutrisi.
Walaupun teknologi fitoremediasi masih dalam tahap perkembangan dan banyak hal
belum terjawab, penerapan teknologi fitoremediasi untuk pemulihan lingkungan
merupakan alternatif terbaik saat ini karena biaya yang relatif murah dibanding dengan
teknologi berbasis fisika dan kimia. Indonesia memiliki keanekaragaman hayati tumbuhan
dan mikroorganisme yang besar. Dalam suatu pertemuan yang diadakan di LIPI, Bandung,
sebuah tim peneliti dari Inggris mengungkapkan bahwa mereka berhasil mengisolasi >120
jenis mikroorganisme dari segumpal tanah yang mereka peroleh dari lantai hutan di Ujung
Kulon. Dan beberapa di antara mikroorganisme tersebut mempunyai kemampuan untuk
mendegradasi xenobiotika seperti senyawa organik aromatik berkhlor. Hal ini
menunjukkan potensi alam Indonesia yang perlu dimanfaatkan.
Dalam hubungannya dengan pemanfaatan tumbuhan sebagai agensia pemulihan
lingkungan tercemar, Baker (1999) mengemukaka prasyarat,yaitu : (1) laju akumulasi
harus tinggi. (2) Mempunyai kemampuan mengakumulasi beberapa macam logam. (3)
Mempunyai kemampuan tumbuh cepat dengan produksi biomassa tinggi (4) Tanaman
harus tahan hama dan penyakit. Pemilihan tumbuhan yang mempunyai daya serap dan
akumulasi tinggi terhadap logam berat merupakan priorotas yang sangat penting. Karena
walaupun

telah

disebutkan

sebelumnya

bahwa

beberapa

tumbuhan

bersifat

hiperakumulator, namun kebanyakan tumbuhan tersebut berasal dari wilayah beriklim

sedang. Sehingga perlu dicari tumbuhan asli yang tentunya sudah beradaptasi baik dengan
iklim Indonesia.
Jenis tanaman akar wangi (Vetiveria Zizanioides) merupakan tanaman yang memiliki
kemampuan sangat tinggi untuk mengangkut pencemaran yang ada dalam tanah
(hyperaccumulator plant) termasuk logam-logam berat.

Metodologi

Ide Tugas Akhir:


Fitoremediasi Tanah Tercemar Merkuri Oleh Tanaman Akar
Wangi (Vetiveria zizanioides) Pada Tanah eks-TPA
Keputih,Surabaya

Studi Literatur
Logam Berat Merkuri (Hg), Metode Fitoremediasi,
Tanaman Akar Wangi, Metode AAS

Persiapan Alat:

Persiapan Bahan:

Reaktor proses: polybag

Limbah buatan yang berasal dari

Timbangan

larutan induk Hg2+

Peralatan pembuatan limbah buatan

Tanaman Akar Wangi

Peralatan

Tanah eks-TPA Keputih dan

analisis

parameter

Termometer, Soil Tester, Tabung

kompos sebagai media tanam


Bahan

Reaksi, Cawan Petri, Penggaris,


Plate Count, Autoclave, Inkubator)

kimia

untuk

analisis

jumlah koloni mikroorganisme


(nutrient

agar

dan

larutan

fisiologis)Penelitian Pendahuluan
Tahap aklimatisasi
Range Finding Test

Penelitian Pendahuluan
- Tahap aklimatisasi
- Range Finding Test

Penelitian Lanjutan

Variasi Komposisi

Variasi Konsentrasi

Media Tanam:

Limbah Buatan:

- 100% tanah tercemar

- 1 mg/kg

- 90% tanah tercemar +

- 3 mg/kg

10% kompos

- 6 mg/kg
- 10 mg/kg
- 20 mg/kg

Pengamatan
Dilakukan selama 7 hari sekali selama 28 hari, dengan pengamatan:
- Konsentrasi Hg2+ di tanah dan tanaman dengan AAS
- Tinggi tanaman, lingkar batang, luas daun
- pH media tanam dengan soil tester
- Temperatur media tanam dengan termometer
- Jumlah koloni mikroorganisme pada media tanam dengan analisa platecount
Dilakukan di akhir penelitian: berat kering tanaman, neraca analitis.

Analisis Data dan Pembahasan

Kesimpulan dan Saran

Gambar 1. Kerangka Penelitian

Hasil dan Pembahasan


Penurunan Kandungan Konsentrasi Merkuri (Hg2+) Di Dalam Media Tanam
Presentase penurunan konsentrasi merkuri (Hg2+) meningkat seiring dengan semakin
lamanya waktu yang digunakan proses fitoremediasi oleh tanaman untuk menyerap logam
berat dalam tanah. Selama 28 hari masa perlakuan tanaman akar wangi (Vetiveria
zizanioides), kadar konsentrasi dalam media tanam menurun setelah dianalisa dengan
AAS. Hal ini dapat terjadi dikarenakan akumulasi logam berat merkuri (Hg2+) oleh
tanaman akar wangi (Vetiveria zizanioides) dan juga karena adanya proses rhizodegradasi.
Rhizodegradasi merupakan bagian dari proses fitoremediasi dengan pelepasan produk ke
zona akar. Logam berat diuraikan mikroba dalam tanah yang diperkuat oleh fungi, yeast
dan zat-zat keluaran akar. Penurunan konsentrasi merkuri (Hg2+) dalam tanah dapat
dijadikan indikator terjadinya proses kompleksasi logam oleh zat-zat keluaran akar
(eksudat).
Selain itu, menurut Pivetz (2001) yang dipublikasikan oleh EPA (Environmental
Protection Agency), penurunan merkuri (Hg2+) dalam tanah juga karena disebabkan oleh
kemampuan merkuri (Hg2+) sebagai jenis logam berat yang mampu menguap ke atmosfer,
dimana polutan merkuri (Hg2+) dari dalam tanah yang diserap oleh tanaman akar wangi
(Vetiveria zizanioides) ditransformasikan dan dikeluarkan dalam bentuk uap cair ke
atmosfer dan kemadian diserap oleh daun. Proses ini yang kemudian disebut fitovolatilisasi
(Follage Filtration).

Penurunan konsentrasi merkuri (Hg2+) dalam tanah yang lebih besar terjadi pada
reaktor dengan media tanam 90% tanah tercemar + 10% kompos. Hal ini menandakan
bahwa penambahan kompos sebagai stimulan mampu meningkatkan proses fitoremediasi.
Selain karena jumlah kombinasi tanah dan kompos yang tepat untuk meningkatkan daya
biodegradable tanah tercemar, kadar anion bahan kompos yang digunakan juga memiliki
kapasitas serapan baik (Hasil analisis Balai Besar Laboratorium Kesehatan, 2010 )
sehingga mampu melakukan pengikatan kation logam dalam tanah.
Persentase penurunan konsentrasi merkuri (Hg2+) terus meningkat hingga akhir
pengamatan. Di akhir hari pengamatan, persentase penurunan konsentrasi merkuri (Hg2+)
tertinggi terjadi pada reaktor dengan media tanam 90% tanah tercemar + 10 % kompos
sebesar 65,252%. Sedangkan pada media tanam 100% tanah tercemar, persentase
penurunan konsentrasi merkuri (Hg2+) sebesar 52,752%.

Akumulasi Konsentrasi Merkuri Pada Tanaman


Setiap tanaman memiliki perbedaan sensivitas terhadap logam berat dan
memperlihatkan

kemampuan

yang

berbeda

dalam

mengakumulasi

logam

berat.Kemampuan penyerapan dan akumulasi logam berat oleh tumbuhan dibagi menjadi
tiga proses, yaitu:
Penyerapan presipitat logam berat oleh akar. Presipitat polutan merkuri (Hg2+) dalam
tanah diimobilisasi oleh akar tanaman dengan cara diakumulasi, diadsorpsi pada
permukaan akar dan diendapkan dalam zona akar. Proses inilah yang kemudian disebut
fitostabilisasi.
Dari akar ini, merkuri (Hg2+) ditranslokasikan menuju ke arah organ-organ lain
seperti batang dan daun yang disebut proses fitoekstrasi (Wang, 2004).
Lokalisasi logam berat pada bagian jaringan tertentu untuk menjaga agar tidak
menghambat metaboolisme tumbuhan tersebut.. Pada masing-masing organ, polutan
yang diserap segera diuraikan melalui proses metabolisme tumbuhan secara enzimatik.
Proses ini disebut fitodegradasi. Enzim yang berperan pada proses ini biasanya adalah
dehaloganases, oxygenases, dan reductases.
Dalam menyerap logam berat, tumbuhan membentuk suatu enzim reduktase di
membran akarnya yang berfungsi mereduksi logam. Dari akar kemudian merkuri (Hg2+)
harus diangkat melalui jaringan pengangkut, yaitu xilem dan floem, ke bagian lain
tumbuhan. Untuk meningkatkan efisiensi pengangkutan, logam diikat oleh molekul khelat
(molekul pengikat). Setelah itu, merkuri diakumulasikan di seluruh bagian tanaman akar
wangi (Vetiveria zizanioides) pada bagian akar, batang, dan daun.
Pada penelitian ini, pengambilan sampel tumbuhan akar wangi (Vetiveria zizanioides)
dilakukan setiap tujuh hari sekali dengan cara mencabut 1 bonggol ruas dalam setiap
tanaman uji. Masing-masing tanaman dalam reaktor polybag umumnya terdiri dari 3 4
bonggol ruas. Dari tanaman ini, bagian akar, batang, dan daun dihaluskan menjadi satu
sebagai hasil rata-rata kemudian dianalisis kandungan logam berat merkurinya yang
dilakukan di Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Surabaya dengan metode AAS
(Atomic Adsorption Spectrofotometer). Data hasil pengukuran logam merkuri (Hg2+)
dalam tanaman akar wangi (Vetiveria zizanioides) terangkum pada Tabel 4.3.

Tabel 1. Akumulasi Logam Berat Merkuri (Hg2+) dalam Tanaman Akar Wangi

Faktor yang mengendalikan akumulasi merkuri (Hg2+) di tanaman adalah konsentrasi


dan jenis logam. Berdasarkan Tabel 1 dapat ditunjukkan bahwa daya serap akumulasi
logam Hg pada tanaman semakin meningkat seiring dengan meningkatnya waktu
penanaman. Pada akhir pengamatan tingkat akumulasi logam merkuri (Hg2+) lebih besar
daripada di awal pengamatan untuk semua konsentrasi. Sedangkan, tingkat akumulasi pada
konsentrasi 10 mg/kg lebih besar daripada konsentrasi 1 mg/kg, 3 mg/kg, dan 6 mg/kg
untuk semua komposisi media tanam. Hal ini dikarenakan tanaman dapat mengeluarkan
enzim dan eksudat yang mampu mendegradasi kontaminan organik dalam tanah. Selain
itu, secara fisik tanaman dapat memindahkan polutan dengan mengabsorpsi atau
memindahkan polutan ke dalam jaringan, kemudian mentransformasikan polutan tersebut.
Dari Gambar 6 dan 7, dapat diamati bahwa akumulasi logam merkuri (Hg2+) terbesar

terjadi pada media 90% tanah tercemar + 10% kompos pada konsentrasi tertinggi sebesar
1,208 mg/kg dibandingkan dengan media 100% tercemar sebesar 1,145 mg/kg. Hal ini
menunjukkan bahwa penambahan kompos mampu membantu tanaman akar wangi
(Vetiveria zizanioides) dalam menyerap merkuri (Hg2+).

Laju Serapan Merkuri Oleh Tumbuhan


Berdasarkan hasil perhitungan laju serapan merkuri pada tanaman, maka nilai laju
serapan konsentrasi Hg yang paling tepat pada tanaman akar wangi (Vetiveria zizanioides)
dalam memulihkan tanah tercemar merkuri ini adalah sebesar 5,08536 g m-2 tahun-1.

PENUTUP

KESIMPULAN
Dari artikel yang telah dibuat ini, maka dapat diambil kesimpulan bahwa :
1. Tanaman akar wangi (Vetiveria zizanioides) mempunyai kemampuan dalam
memulihkan tanah tercemar merkuri (Hg2+) pada lahan eks-TPA Keputih, Surabaya
dengan cara menyerap dan mengakumulasikan pada bagian tanaman. Akumulasi
logam merkuri (Hg2+) tertinggi di bagian akar terjadi pada konsentrasi 6 mg/kg sebesar
0,698 mg/kg untuk media 100% tanah tercemar dan 0,822 mg/kg untuk media 90%
tanah tercemar + 10% kompos.
2. Adanya logam berat merkuri (Hg2+) berpengaruh pada tanaman akar wangi (Vetiveria
zizanioides) seperti tinggi tanaman, morfologi daun, dan berat kering tanaman.
Pertumbuhan tanaman dengan konsentrasi 10 mg/kg mengalami pengaruh hambatan
pertumbuhan paling besar daripada tanaman dengan konsentrasi 1 mg/kg , 3 mg/kg, 6
mg/kg.
3. Nilai laju serapan konsentrasi Hg yang paling tepat pada tanaman akar wangi
(Vetiveria zizanioides) dalam memulihkan tanah tercemar merkuri ini adalah sebesar
5,08536 g m-2 tahun- pada konsentrasi 10 mg Hg/kg.
4. Persentase penurunan konsentrasi merkuri (Hg2+) mencapai 55,752% pada media
100% tanah tercemar dan 65,252% pada media 90% tanah tercemar + 10% kompos.
Penambahan kompos sebagai stimulan memberikan pengaruh yang signifikan
terhadap penurunan konsentrasi merkuri (Hg2+) dalam tanah.

DAFTAR PUSTAKA

Asad, Anisah. 2014. Fitoremediasi Tanah Tercemar Logam Zn dan Cu dengan


Menggunakan Tanaman Akar Wangi (Vetiveria Zizanioides). Program Studi Teknik
Lingkungan Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin: Makassar
Darliana, Ina. Fitoremediasi sebagai Teknologi Alternatif Perbaikan Lingkungan. Jurusan
Agroteknologi Fakultas Pertanian: Universitas Bandung Raya
Kusrijadi, Ali, Ahmad Mudzakir, dan Soja Siti Fatima. Peningkatan Kualitas Sanitasi
Lingkungan Berbasis Fitoremediasi. Jurusan Pendidikan Kimia, FPMIPA UPI
Triastuti, Yuli. Fitoremediasi Tanah Tercemar Merkuri (Hg2+) Menggunakan Tanaman
Akar Wangi (Vetiver zizanioides) pada Lahan Eks-TPA Keputih, Surabaya. Teknik
Lingkungan: ITS Surabaya
Sanjaya, Alit Adi. 2011. Fitoremediasi (Phytoremediation). (Diakses 9 Desember 2014).
http://alitadisanjaya.blogspot.com/2011/03/fitoremediasi-phytoremediation.html

Вам также может понравиться