Вы находитесь на странице: 1из 13

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap tahun para ahli kimia di seluruh dunia mensintesis ribuan jenis
senyawa baru. Dahulu zat kimia diberi nama sesuai dengan nama penemunya,
nama tempat, nama zat asal, sifat zat, dan lain-lain. IUPAC (International
Union Pure and Applied Chemistry) merupakan badan internasional yang
membuat tata nama zat kimia yang ada di dunia ini. Akan tetapi, untuk
kepentingan tertentu nama zat yang sudah lazim (nama trivial) sering
digunakan karena telah diketahui khalayak. Contohnya nama asam cuka lebih
dikenal dibanding asam asetat atau asam etanoat. Tatanama senyawa kimia ini
berkaitan dengan adanya stoikiometri.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, kita bisa menentukan rumusan masalah yang
akan dibahas dalam makalah ini, yaitu :
1. Apa-apa sajakah yang merupakan hukum dasar kimia?
2. Bagaimanakah cara perhitungan kimia?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dalam penulisan Makalah ini, yaitu :
1. Sebagai salah satu syarat dalam mengikuti mata kuliah Kimia.
2. Menambah wawasan tentang stoikiometri.
3. Mengetahui lebih mendalam tentang stoikiometri yang kita temukan

D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dalam penulisan Makalah ini, yaitu :
1. Sebagai pedoman untuk menambah pengetahuan dalam membuat suatu
Makalah.
2. Sebagai referensi bagi penulis dalam pembuatan makalah berikutnya.
3. Sebagai bahan bacaan
1

BAB II
STOIKIOMETRI
A. Definisi Stoikiometri
Dalam
reaksi

ilmu

kimia,

stoikiometri

(kadang

disebut

stoikiometri

untuk membedakannya dari stoikiometri komposisi) adalah ilmu

yang mempelajari dan menghitung hubungan kuantitatif dari reaktan dan


produk dalam reaksi kimia (persamaan kimia). Kata ini berasal dari bahasa
Yunani stoikheion (elemen) dan metri (ukuran).
Stoikiometri reaksi adalah penentuan perbandingan massa unsur-unsur
dalam senyawa dalam pembentukan senyawanya. Pada perhitungan kimia
secara stoikiometri, biasanya diperlukan hukum-hukum dasar ilmu kimia.
Hukum kimia adalah hukum alam yang relevan dengan bidang kimia.
Konsep paling fundamental dalam kimia adalah hukum konservasi massa,
yang menyatakan bahwa tidak terjadi perubahan kuantitas materi sewaktu
reaksi kimia biasa. Fisika modern menunjukkan bahwa sebenarnya yang
terjadi adalah konservasi energi, dan bahwa energi dan massa saling
berhubungan suatu konsep yang menjadi penting dalam kimia nuklir.
Konservasi energi menuntun ke suatu konsep-konsep penting mengenai
kesetimbangan, termodinamika, dan kinetika. Hukum tambahan dalam kimia
mengembangkan hukum konservasi massa. Hukum perbandingan tetap dari
Joseph Proust menyatakan bahwa zat kimia murni tersusun dari unsur-unsur
dengan formula tertentu kita sekarang mengetahui bahwa susunan struktural
unsur-unsur ini juga penting.
B. Hukum-Hukum Dasar Ilmu Kimia
Hukum-hukum dasar ilmu kimia adalah sebagai berikut :
1. Hukum Boyle (1662)
Boyle lahir di Puri Limore di Propinsi Munster, Irlandia, pada tanggal
25 Januari 1627. Karena lahir di Irlandia, ia sering di sebut ahli fisika dan
2

kimia Irlandia. Ia tidak tamat SD dan tidak pernah kawin. Ia meninggal


di London pada tanggal 30 Desember 1691 pada umur 64 tahun. Ia berasal
dari keluarga besar dan berpengaruh. Anak ayahnya ada 15 orang dan ia anak
yang ke 7. Ayahnya mendapat gelar bangsawan, ialah Earl of Cork. Boyle
anak yang sangat cerdas dan sangat rajin sekali belajar. Segera setelah ia
dapat membaca ia lalu belajar bahasa Latin dan Prancis.
Hukum Boyle 1622. Boyle menemukan bahwa udara dapat dimanfaatkan
dan dapat berkembang bila dipanaskan. Akhirya ia menemukan hukum yang
kemudian terkenal sebagai hukum Boyle:" bila suhu tetap, volume gas dalam
ruangan tertutup berbanding terbalik dengan tekananya"
Ahli kimia pertama. Dalam sejarah ilmu kimia terdapat beberapa tahap,
antara lain tahap alkemi, tahap ilmu kimia. dan tahap ilmu kimia modern
Boyle adalah bapak ilmu kimia, sedangkan Lavoisier adalah bapak ilmu kimia
modern. Mengapa Boyle disebut bapak ilmu kimia? Karena ia mengadakan
eksperimen secara ilmiah. Karena ia menemukan konsep atom. Karena ia
dapat membedakan unsur senyawa dan campuran.
Pada tahun 1661 Boyle menghidupkan kembali ajaran Demokritos. Ia
mengungkapkan dalam bukunya yang berjudul The Sceptical Chymist (Ahli
Kimia Yang Sangsi). Dalam bukunya itu Boyle menyerang ajaran Aristoteles
dan Paracelsus. Ia mencela Aristoteles yang memandang benda dari segi
forma dan kualitas. Boyle menyatakan bahwa semua benda terdiri dari atom,
Adanya zat yang beraneka ragam disebabkan karena jumlah atom, kedudukan
atom, gerak atom, dan susunan atom. Karena jasa Boyle, ilmu fisika dan kimia
diluruskan ke jalur yang benar.
P1.V1
=
P2.V2
Contoh

Jawab

: 1 mol gas C02 dengan volume 10 liter dan


tekanan 1,5 atm
1 mol gas H2 dengan volume 30 liter. Pada temperatur
yang sama dengan gas C02, berapa tekanannya?
: Diketahui

: P1 = 1,5 atm V1 = 10 liter V2 = 30 liter


3

Ditanya

: P2?

Jawab

: P1.V1 = P2.V2
1,5 x 10
= P2 x
30
P2 = 0,5 atm

2. Hukum Lavoiser (1783)


Hukum kekekalan

massa atau dikenal

juga sebagai hukum

Lomonosov-Lavoisier adalah suatu hukum yang menyatakan massa dari


suatu sistem tertutup akan konstan meskipun terjadi berbagai macam proses
di dalam sistem tersebut(dalam sistem tertutup Massa zat sebelum dan
sesudah reaksi adalah sama (tetap/konstan). Pernyataan yang umum
digunakan untuk menyatakan hukum kekekalan massa adalah massa dapat
berubah bentuk tetapi tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan. Untuk suatu
proses kimiawi di dalam suatu sistem tertutup, massa dari reaktan harus
sama dengan massa produk.
Hukum kekekalan massa digunakan secara luas dalam bidang-bidang
seperti kimia, teknik kimia, mekanika, dan dinamika fluida. Berdasarkan
ilmu relativitas spesial, kekekalan massa adalah pernyataan dari kekekalan
energi. hukum

kekekalan

massa dapat digunakan karena massa yang

berubah sangatlah sedikit.


"Massa zat sebelum dan sesudah reaksi selalu sama."
Contoh:
39 gram Kalium direaksikan dengan 36,5
gram HCl. Berapakah zat hasil reaksi?
Bila BA K = 39; BA Cl = 35,5; BA H = 1
Jawab: 2 K + 2 HCl

2 KCl + H2
mol Kalium

= 39 / 39

= 1 mol

3. Hukum Proust (1799)


Dalam kimia, hukum perbandingan tetap atau hukum Proust (diambil
dari nama kimiawan Perancis Joseph Proust) adalah hukum yang menyatakan
bahwa suatu senyawa kimia terdiri dari unsur-unsur dengan perbandingan massa
yang selalu tepat sama. Dengan kata lain, setiap sampel suatu senyawa memiliki
8

komposisi unsur-unsur yang tetap. Misalnya, air terdiri dari /9 massa oksigen dan
1

/9 massa hidrogen. Bersama dengan hukum perbandingan berganda (hukum

Dalton), hukum perbandingan tetap adalah hukum dasar stoikiometri.


"Perbandingan massa unsur-unsur dalam suatu persenyawaan kimia selalu
tetap."
Perbandingan tetap pertama kali dikemukakan oleh Joseph Proust, setelah
serangkaian eksperimen di tahun 1797 dan 1804. Hal ini telah sering diamati
sejak lama sebelum itu, namun Proust-lah yang mengumpulkan bukti-bukti dari
hukum ini dan mengemukakannya Pada saat Proust mengemukakan hukum ini,
konsep yang jelas mengenai senyawa kimia belum ada (misalnya bahwa air
adalah H2O dsb.). Hukum ini memberikan kontribusi pada konsep mengenai
bagaimana unsur-unsur membentuk senyawa. Pada 1803 John

Dalton

mengemukakan sebuah teori atom, yang berdasarkan pada hukum perbandingan


tetap dan hukum perbandingan berganda, yang menjelaskan mengenai atom
dan bagaimana unsur membentuk senyawa.
Contoh
: Berapakah Ca: O dalam
senyawa CaO? Jawab
: Ca : O
= BA Ca : BA O
= 40 : 16
=5:2
4. Hukum Gay Lussac (1802)
Setelah lebih dari satu abad penemuan Boyle ilmuwan mulai tertarik
pada hubungan antara volume dan temperatur gas. Mungkin karena balon
5

termal menjadi topik pembicaraan di kota waktu itu. Kimiawan Perancis


Jacques Alexandre Cesar Charles (1746-1823), seorang navigator balon yang
terkenal pada waktu itu, mengenali bahwa, pada tekanan tetap, volume
gas akan meningkat bila temperaturnya dinaikkan. Hubungan ini disebut
dengan hukum Charles, walaupun datanya sebenarnya tidak kuantitatif. GayLussac lah yang kemudian memplotkan volume gas terhadap temperatur dan
mendapatkan garis lurus (Gambar 6.2). Karena alasan ini hukum Charles
sering dinamakan hukum Gay-Lussac. Baik hukum Charles dan hukum GayLussac kira-kira diikuti oleh semua gas selama tidak terjadi pengembunan.
Pembahasan menarik dapat dilakukan dengan hukum Charles.
Dengan mengekstrapolasikan

plot volume

gas

terhadap

temperatur,

volumes menjadi nol pada temperatur tertentu. Menarik bahwa temperatur


saat volumenya menjadi nol sekitar -273C (nilai tepatnya adalah -273.2
C) untuk semua gas. Ini mengindikasikan bahwa pada tekanan tetap, dua
garis lurus yang didapatkan dari pengeplotan volume V1 dan V2 dua gas
1 dan 2 terhadap temperatur akan
berpotongan di V = 0.
Fisikawan Inggris Lord Kelvin (William Thomson (1824-1907)) mengusulkan
pada temperatur ini temperatur molekul gas menjadi setara dengan molekul tanpa
gerakan dan dengan demikian volumenya menjadi dapat diabaikan dibandingkan
dengan volumenya pada
temperatur

baru,

temperatur

skala

kamar, dan

ia mengusulkan skala

temperatur Kelvin, yang didefinisikan dengan

persamaan berikut:
273,2 + C = K
o

Kini temperatur Kelvin K disebut dengan temperatur absolut, dan 0 K disebut


dengan titik nol absolut. Dengan menggunakan skala temperatur absolut, hukum
Charles dapat diungkapkan dengan persamaan sederhana

V = bT (K)
dengan b adalah konstanta yang tidak bergantung jenis gas.

Menurut Kelvin, temperatur adalah ukuran gerakan molekular. Dari sudut


pandang ini, nol absolut khususnya menarik karena pada temperatur ini, gerakan
molekular gas akan berhenti. Nol absolut tidak pernah dicapai dengan
percobaan. Temperatur terendah yang pernah dicapai adalah sekitar 0,000001 K.
Avogadro menyatakan bahwa gas-gas bervolume sama, pada temperatur
dan tekanan yang sama, akan mengandung jumlah molekul yang sama (hukum
Avogadro). Hal ini sama dengan menyatakan bahwa volume gas nyata apapun
sangat kecil dibandingkan dengan volume yang ditempatinya. Bila anggapan ini
benar, volume gas sebanding dengan jumlah molekul gas dalam ruang
tersebut. Jadi, massa relatif, yakni massa molekul atau massa atom gas,
dengan mudah didapat.
"Dalam suatu reaksi kimia gas yang diukur pada P dan T yang sama
volumenya berbanding lurus dengan koefisien reaksi atau mol, dan
berbanding lurus sebagai bilangan bulat dan sederhana."
Contoh

: Berat 1 liter suatu gas = 2 gram, 10 liter NO pada P


dan T yang sama beratnya 7,5 gram.

Berapa berat
molekul tersebut? Jawab

V1 / V2 = n1 / n2
n1 = 2 / x
n1 =
2 /x =

V1xn2
V2
1x0,25
10

5. Hukum Boyle - Gay Lussac (1802)


"Bagi suatu kuantitas dari suatu gas ideal (yakni kuantitas menurut beratnya)
hasil kali dari volume dan tekanannya dibagi dengan temperatur mutlaknya

adalah konstan".
Untuk n1 = n2, maka P1.V1 / T1 = P2.V2 / T2
Contoh

: 1 mol gas N2 pada tekanan 2 atm pada volume 15


o

liter pada temperatur 27 C. Berapakah volume


o

gas pada tekanan 3 atm dengan temperatur 30 C?


Penyelesaian

Diketahui

: V1 = 15 liter

T1 = (273 + 27) = 300 K

P1 = 2 atm

T2 = (273 +

30) = 303 K P2 = 3 atm


Ditanya

: V2 = ?

Jawab

: P1.V1 / T1 = P2.V2 / T2
2 x 15 / 300 = 3.V2 / 303
V2 = 10,1 liter

6. Hukum Dalton (1803)


Berdasarkan teori atom Dalton, kita dapat mendefinisikan atom sebagai
unit terkecil dari suatu unsur yang dapat melakukan penggabungan kimia.
Dalton membayangkan suatu atom yang sangat kecil dan tidak dapat dibagi
lagi. Tetapi, serangkaian penyelidikan yang dimulai pada tahun 1850-an dan
dilanjutkan pada abad IXX (kesembilan belas) secara jelas menunjukkan bahwa
atom sesungguhnya memiliki struktur internal: yaitu atom tersusun atas
partikel-partikel yang lebih kecil lagi, yang disebut partikel subatom.
Penelitian tersebut mengarah pada penemuan tiga partikel subatom-elektron,
proton, dan neutron.
"Jika dua unsur dapat membentuk satu atau lebih senyawa, maka
perbandingan massa dari unsur yang satu yang bersenyawa dengan
jumlah unsur lain yang tertentu massanya akan merupakan bilangan
mudah dan tetap."
8

7. Hukum Avogadro (1811)


Adalah hukum gas yang diberi nama sesuai dengan ilmuwan Italia Amedeo
Avogadro, yang pada 1811 mengajukan hipotesis bahwa:
"Gas-gas yang memiliki volum yang sama, pada temperatur dan tekanan
yang sama, memiliki jumlah partikel yang sama pula."
Artinya, jumlah molekul atau atom dalam suatu volum gas tidak tergantung
kepada ukuran atau massa dari molekul gas. Sebagai contoh, 1 liter gas hidrogen
dan nitrogen akan mengandung jumlah molekul yang sama, selama suhu dan
tekanannya sama.
o

Pada keadaan STP (0 C, 76 cmHg), 1 mol gas


volumenya 22,4 liter
Contoh:

Berapakah volume gas 29 gram C4H10 pada


temperatur dan tekanan tetap, di mana 35 liter
oksigen beratnya 40 gram (Mr C4 H10 = 58; Ar
0 = 16)

Jawab

: Mol C4H10
54 = 0,5 mol

= 29 /

Mol 02

= 40 / 32 = 1,25 mol

= 0,5 / 1,25 x 35 = 14 liter

mol C4H10

8. Hukum Gas 1deal (1834)


Gas merupakan satu dari tiga wujud zat dan walaupun wujud ini
merupakan bagian tak terpisahkan dari studi kimia, bab ini terutama hanya
akan membahas hubungan antara volume, temperatur dan tekanan baik
dalam gas ideal maupun dalam gas nyata, dan teori kinetik molekular gas,
dan tidak secara langsung kimia. Bahasan utamanya terutama tentang
perubahan fisika, dan reaksi kimianya tidak didiskusikan. Namun, sifat fisik
gas bergantung pada struktur molekul gasnya dan sifat kimia gas juga
9

bergantung pada strukturnya. Perilaku gas yang ada sebagai molekul


tunggal adalah contoh yang baik kebergantungan sifat makroskopik pada
struktur mikroskopik.
Sifat-sifat gas dapat dirangkumkan sebagai berikut.
1.

Gas bersifat transparan.

2.

Gas terdistribusi merata dalam ruang apapun bentuk ruangnya.

3.

Gas dalam ruang akan memberikan tekanan ke dinding.

4.

Volume sejumlah gas sama dengan volume wadahnya. Bila gas tidak
diwadahi, volume

gas

akan

menjadi

tak

hingga

besarnya,

dan

tekanannya akan menjadi tak hingga kecilnya.


5.

Gas berdifusi ke segala arah tidak peduli ada atau tidak

tekanan luar.
6.

Bila dua atau lebih gas bercampur, gas-gas itu akan terdistribusi merata.

7.

Gas dapat ditekan dengan tekanan luar. Bila tekanan luar dikurangi,
gas akan mengembang.

8.

Bila dipanaskan gas akan mengembang, bila didinginkan akan mengkerut.

Dari berbagai sifat di atas, yang paling penting adalah tekanan gas.
Misalkan suatu cairan memenuhi wadah. Bila cairan didinginkan dan
volumenya berkurang, cairan itu tidak akan memenuhi wadah lagi. Namun, gas
selalu akan memenuhi ruang tidak peduli berapapun suhunya. Yang akan
berubah adalah tekanannya.
Alat

yang

digunakan

untuk

mengukur

tekanan

gas

adalah

manometer. Prototipe alat pengukur tekanan atmosfer, barometer, diciptakan


oleh Torricelli.
Tekanan didefinisikan gaya per satuan luas, jadi tekanan = gaya/luas.
2

Dalam SI, satuan gaya adalah Newton (N), satuan luas m , dan satuan
tekanan adalah
Pascal (Pa). 1 atm kira-kira sama dengan tekanan 1013 hPa.

10

1 atm = 1,01325 x 10 Pa = 1013,25 hPa


Namun, dalam satuan non-SI unit, Torr, kira-kira 1/760 dari 1 atm, sering
digunakan untuk mengukur perubahan tekanan dalam reaksi kimia.
Fakta bahwa volume gas berubah bila tekanannya berubah telah diamati sejak
abad XVII oleh Torricelli dan filsuf/saintis Perancis Blase Pascal (1623-1662).
Boyle mengamati bahwa dengan mengenakan tekanan dengan sejumlah
volume tertentu merkuri, volume gas, yang terjebak dalam tabung gelas
yang tertutup di salah satu ujungnya, akan berkurang. Dalam percobaan ini,
volume gas diukur pada tekanan lebih besar dari 1 atm.
Boyle membuat pompa vakum menggunakan teknik tercangih yang ada waktu itu,
dan ia mengamati bahwa gas pada tekanan di bawah 1 atm akan mengembang.
Setelah ia melakukan banyak percobaan, Boyle mengusulkan persamaan untuk
menggambarkan hubungan antara volume V dan tekanan P gas. Hubungan ini
disebut dengan hukum Boyle. PV = k (suatu tetapan)
Tiga hukum Gas
Hukum Boyle:

V = a/P (pada T, n tetap) Hukum Charles:

(pada P, n tetap) Hukum Avogadro:

V = b.T

V = c.n (pada T, P tetap)

Jadi, V sebanding dengan T dan n, dan berbanding terbalik pada P. Hubungan ini
dapat digabungkan menjadi satu persamaan:
V = RTn/P (6.4)
R adalah tetapan baru. Persamaan di atas disebut dengan persamaan
keadaan gas ideal atau lebih sederhana persamaan gas ideal.
Nilai R bila n = 1 disebut dengan konstanta gas, yang merupakan satu dari
konstanta fundamental fisika. Nilai R beragam bergantung pada satuan
-2

yang digunakan. Dalam sistem metrik, R = 8,2056 x10


-1

-1

Kini, nilai R = 8,3145 J mol K lebih sering digunakan.

11

-1

-1

dm atm mol K .

PV = n.R.T
Keterangan: V = Volume
P = Tekanan

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari bab pembahasan di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa
dalam penamaan senyawa anorganik dan organik ada aturan-aturan tertentu yang
harus dipenuhi. Dalam persamaan reaksi, ada langkah-langkah tertentu untuk
menyelesaikannya, yaitu mulai dengan menuliskan persamaan reaksinya diikuti
dengan penyetaraan koefisien tiap senyawa. Adapun hukum-hukum dasar kimia
yang meliputi stoikiometri yaitu hukum kekekalan massa (hukum Lavoisier),
hukum perbandingan tetap (Proust), hukum kelipatan perbandingan (Dalton), dan
hukum perbandingan Volume (Gay-Lussac). Sedangkan dalam perhitungan kimia,
dikenal adanya penentuan volume gas dan hasil reaksi, massa atom relatif dan
massa molekul relatif, konsep mol dan tetapan Avogadro, rumus molekul serta
kadar unsur dalam senyawa.
B. Saran
Adapun saran yang dapat penulis berikan dalam penulisan karya ilmiah ini
yaitu :
1. Sebaiknya pihak universitas membatasi mahasiswa dalam pengambilan materi
penulisan karya ilmiah melalui internet agar mahasiswa lebih termotivasi
dalam menemukan bahan atau materi lewat beberapa buku di perpustakaan
dan agar mahasiswa lebih termotivasi untuk membaca buku.
2. Sebaiknya mahasiswa lebih mendalami pemahaman materi stoikiometri
karena materi ini merupakan materi dari salah satu mata kuliah umum yang
perlu diluluskan untuk pengambilan SKS berikutnya.
3. Seharusnya diberikan waktu yang lebih lama untuk menyelesaikan makalah
stoikiometri ini karena mempertimbangkan masih banyak perhitungan-

12

perhitungan yang seharusnya dicantumkan dalam makalah ini, dan adanya


tantangan lain berupa tugas-tugas MKU lain.

DAFTAR PUSTAKA
Harnanto, Ari dan Ruminten. 2009. Kimia untuk SMA/MA kelas X. Jakarta: Pusat
Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Permana, Irvan. 2009. Memahami Kimia 1 untuk SMA/MA kelas X. Jakarta: Pusat
Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Setyawati, Arifatun Arifah. 2009. Mengkaji Fenomena Alam untuk Kelas X
SMA/MA. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Utami, Budi, Agung Nugroho Catur Saputro, Lina Mahardiani, Sri Yamtinah dan
Bakti Mulyani. 2009. Kimia untuk SMA dan MA Kelas X. Jakarta: Pusat
Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

13

Вам также может понравиться