Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
FISIKA DASAR
Oleh :
Tim Dosen Laboratorium Fisika Dasar
Program Studi Teknik Industri
Fakultas Teknik
Universitas Wijaya Putra
2009
KATA PENGANTAR
Mata kuliah Fisika Dasar 1 merupakan jenis mata kuliah keilmuan dan ketrampilan di
program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Wijaya Putra. Buku ajar Fisika Dasar
1 ini berisi teori, konsep fisika dasar di bidang industri umumnya. Program kuliah direncanakan
menggunakan pendekatan student center learning dimana mahasiswa harus aktif mencari
bahan-bahan sendiri melalui text book maupun melalui online reading yang direkomendasikan.
Mudah-mudahan buku ajar Fisika Dasar 1 ini dapat menambah bahan belajar bagi
mahasiswa teknik industri. Terimakasih kepada seluruh asisten laboratorium Fisika Dasar di
Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik-UWP maupun pihak-pihak yang telah
membantu penyusunan buku ajar ini. Demi penyempurnaan buku ajar ini, kami mengharapkan
kepada semua pihak untuk dapat memberikan masukan dan saran.
Penyusun
Tim Dosen Laboratorium Fisika Dasar
BAB I
HITUNG VEKTOR
1.1. PENDAHULUAN
1.1.1. Deskripsi Singkat
Didalam bab ini akan dibahas tentang pengertian Besaran Skala dan Besaran Vektor,
Penjumlahan Vektor secara Grafis, Komponen Vektor, dan Penjumlahan Komponen Vektor.
b)
c)
1.2. PENYAJIAN
1.2.1. Uraian Materi
1.2.1.1.
memiliki besar. Contoh besaran skalar : jumlah siswa dalam kelas, banyak gula dalam tempat
gula, dan lain sebagainya.
BESARAN VEKTOR dalam besaran fisis, dapat diartikan selain memiliki besar,
memiliki arah pula. Misalnya : vektor perpindahan (vector displacement)
b)
1.2.1.3.
Komponen Vektor
Komponen vektor adalah nilai vektor tersebut dalam arah tertentu. Sebagai contoh,
komponen x suatu perpindahan adalah perpindahan sejajar sumbu x sesuai vektor perpindahan
tersebut. Suatu vektor dapat dipandang sebagai resultan vektor-vektor komponennya dalam araharah tertentu.
1.2.1.4.
komponennya. Setiap vektor diuraikan menjadi komponen x, y dan z, dengan catatan bahwa
komponen dengan arah negatif, diberi tanda negatif pula. Maka komponen Rx vektor resultan
adalah jumlah aljabar semua komponen x. Demikian pula komponen y dan komponen z vektor
resultan. Dengan mengetahui komponen-komponennya, maka besar vektor resultan R adalah :
R=
R x2 + R y2 + Rz 2
Untuk vektor dalam dua dimensi, sudut yang dibentuk vektor resultan dengan sumbu x adalah :
Ry
tan =
Rx
Vektor satuan i, j, dan k masing-masing ditetapkan terhadap sumbu-sumbu x, y, dan z.
Kesimpulannya vektor R dapat dituliskan sebagai R = Rxi + Ryj + Rzk.
1.2.2. Rangkuman
1.
Dalam besaran fisis dikenal dua besaran, yaitu Besaran Skala dan Besaran Vektor. Besaran
Skala diartikan sebagai besaran fisis yang hanya memiliki besar. Sedangkan Besaran
Vektor diartikan sebagai besaran fisis yang selain memiliki besar juga memiliki arah pula.
2.
3.
1.2.3. Latihan
1.
Lima gaya sebidang tampak pada gambar dibawah ini yang bekerja pada suatu obyek.
Tentukan resultan kelima gaya tersebut.
y
15 N
16 N
60
45
30
19 N
11 N
22 N
Gambar 1.1
2.
Tiga buah gaya yang bekerja pada sebuah partikel dinyatakan sebagai berikut F1 = 20i 36j
+ 73k N, F2 = -17i + 21j 46k N, dan F3 = -12kN. Carilah resultannya dalam bentuk
komponen dan juga besarnya resultan tersebut.
1.2.
PENUTUP
Komponen x
Komponen y
19 N
19
15 N
15 cos 60
16 N
11 N
15 sin 60
= 13
- 16 cos 45 = - 11,3
16 sin 45
= 11,3
- 11 cos 30 = - 9,5
- 11 sin 30 = -5,5
22 N
= 7,5
- 22
= 5,7 N
Ry = 0 + 13 + 11,3 5,5 22
= - 3,2 N
2.
R x2 + R y2
= 6,5 N
Rx = Fx = 20 17 + 0 = 3 N
Ry = Fy = -36 + 21 + 0 = -15 N
Rz = Fz = 73 46 12 = 15 N
Penggabungan vektor satuan
R = Rxi + Ryj + Rzk = 3i 15j + 15k
Sesuai teori pythagoras tiga dimensi, maka :
R =
R x2 + R y2 + R z 2
= 21,4 N
DAFTAR PUSTAKA
a. Frederick J Bueche, Ph.D. Teori dan Soal-Soal Fisika Seri Buku Schaum, Edisi Kedelapan.
Badan Penerbit : Erlangga, Tahun 1989.
b. Sutrisno, Tan Ik Gie, Fisika Dasar, Seri Fisika, Badan Penerbit : ITB, Tahun 1979
SENARAI
Besaran skala
Besaran vector
Metode grafis
Metode polygon
BAB II
KESEIMBANGAN DI BAWAH PENGARUH
GAYA-GAYA YANG BERPOTONGAN
2.1.
PENDAHULUAN
2.1.1.
Deskripsi Singkat
Didalam bab ini akan dibahas tentang keseimbangan benda, penentuan posisi benda dengan
menggunakan prinsip trigonometri, dan koefisien gesek yang menyertainya.
2.1.2.
b)
c)
d)
e)
2.2.
PENYAJIAN
2.2.1.
Uraian Materi
Benda itu diam dan tetap diam (keseimbangan statik / static equilibrium)
2.
Benda itu bergerak dengan vector kecepatan yang tetap (keseimbangan translasi /
translational equilibrium)
2)
Gambarkan gaya-gaya yang bekerja pada benda yang dipisahkan pada diagram (diagram
benda bebas)
3)
4)
5)
1.
Keadaan awal benda yang panjangnya L0 diberi gaya (F) pada bidang A
L0
2.3.
Zat
Besi
100 x 10^9
Baja
100 x 10^9
Perunggu
100 x 10^9
Aluminium
100 x 10^9
Marmer
50 x 10^9
Granit
45 x 10^9
Kayu (Pinus)
10 x 10^9
Nilon
5 x 10^9
Tulang muda
15 x 10^9
10
Batu bara
14 x 10^9
Latihan Soal
1. Sebuah kawat yang panjangnya 2m dan luas penampang 5 mm 2 ditarik gaya 10N. tentukan
besar tegangan yang terjadi pada kawat ?
2. Sebuah kawat panjangnya 100 cm ditarik dengan gaya 12 N, sehingga panjang kawat
menjadi 112 cm. tentukan regangan yang dihasilkan kawat ?
3. Seutas kawat luas penampangnya 4 mm 2 ditarik oleh gaya 3,2 N sehingga kawat tersebut
mengalami pertambahan panjang sebesar 0,04 cm. jika panjang kawat pada mulanya 80 cm.
tentukan modulus young kawat tersebut ?
BAB III
GERAK YANG DIPERCEPAT BERATURAN dan
HUKUM-HUKUM NEWTON
3.1.
PENDAHULUAN
b)
3.2.
PENYAJIAN
Perubahan (t)
1
1
1
1
10
Vt
Vo
Vo
Gambar 3.1
Dari gambar diatas, dapatlah dijelaskan bahwa gerakan dimulai dengan kecepatan awal Vo dan
setelah t detik kecepatannya menjadi Vt. Maka terlihat grafik membentuk segmen luas berbentuk
TRAPESIUM. Trapesium dapat dibagi dua, bentuk empat persegi panjang dan segitiga.
Panjang empat persegi panjang dinyatakan dengan waktu t dan lebar menyatakan kecepatan awal
Vo. Luasnya menjadi : Vo.t. Sedangkan untuk segitiga, panjang alas t dan tingginya Vt Vo.
Luas segitiga = t (Vt Vo)
= t (Vo + at Vo)
= at2
Maka Luas Trapesium = Luas segitiga + Luas empat persegipanjang
= at2 + Vo. t
Secara umum persamaannya adalah :
x = at2 + Vo.t
3.2.1.2.
a)
Hukum-hukum Newton
Hukum Newton I
Hukum
Newton
disebut
juga
hukum
kelembaman
(Inersia).
Sifat lembam benda adalah sifat mempertahankan keadaannya, yaitu keadaan tetap diam
atau keadaan tetap bergerak beraturan.
Definisi Hukum Newton I adalah :
11
Setiap benda akan tetap bergerak lurus beraturan atau tetap dalam keadaan diam jika tidak
ada resultan gaya (F) yang bekerja pada benda itu. Sehingga dapat disimpulkan, jika :
F = 0, maka :
a = 0 karena v=0 (diam), atau v= konstan (GLB)
b)
Hukum Newton II
Definisi Hukum newton II adalah :
Setiap benda yang bergerak lurus beraturan akan menghasilkan resultan gaya (F) apabila
terdapat variable penentu yaitu massa benda (m) dan percepatan benda itu sendiri (a).
Sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut :
F = m x a
Keterangan :
F
= massa benda
= percepatan benda
Rumus ini sangat penting karena pada hampir semua persoalan gerak {mendatar/translasi
(GLBB) dan melingkar (GMB/GMBB)} yang berhubungan dengan percepatan dan massa
benda dapat diselesaikan dengan rumus tersebut.
c)
12
Reaksi dari gaya sentripetal disebut gaya sentrifugal, yang besarnya sama tetapi arahnya
berlawanan dengan arah gaya sentripetal.
3.2.2. Rangkuman
a.
Dalam menentukan gerak yang dipercepat, ada tiga hal yang harus diperhatikan antara
lain adalah perubahan kecepatan, perubahan waktu dan juga percepatan
b.
3.2.3. Latihan
1.
2.
Gaya resultan pada sebuah kereta luncur bergerak dengan jumlah gaya yang berbedabeda. Dimana Fx = 20 N dan Fy = 30 N, sedangkan mx = 5 kg dan my = 5 kg. Tentukan
berapakah percepatan kereta luncur tersebut?
3.3.PENUTUP
3.3.1. Kunci jawaban
1.
Karena besar percepatan tetap maka gerakannya lurus berubah beraturan. Maka berlaku
hubungan :
a) Perpindahan
x = at2 + Vo.t, dalam hal ini Vo = 0
x = at2, untuk t = 5
x = . 2. 52 = 25 m
b) Untuk kecepatan berlaku hubungan :
V
= Vo + a x t
=
0 + 2x5
= 10 m/s
13
DAFTAR PUSTAKA
a.
b.
Frederick J Bueche, Ph.D. Teori dan Soal-Soal Fisika Seri Buku Schaum, Edisi Kedelapan.
Badan Penerbit : Erlangga, Tahun 1989.
Sutrisno, Tan Ik Gie, Fisika Dasar, Seri Fisika, Badan Penerbit : ITB, Tahun 1979
SENARAI
Perubahan kecepatan
Perubahan waktu
Percepatan
Gaya sentripetal
Gaya sentrifugal
14
BAB IV
USAHA (KERJA) DAN ENERGI
4.1.PENDAHULUAN
4.1.1. Deskripsi Singkat
Didalam bab ini akan dibahas tentang usaha, kerja dan energy disertai dengan beberapa definisi
dan aplikasinya.
4.1.2. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mempelajari bab ini, Anda diharapkan mampu :
a)
b)
4.2.PENYAJIAN
4.2.1. Uraian Materi
4.2.1.1.Usaha, Kerja dan Energi
Jika sebuah benda menempuh jarak sejauh S akibat gaya F yang bekerja pada benda
tersebut maka dikatakan gaya itu melakukan usaha, dimana arah gaya F harus sejajar dengan
arah jarak tempuh S.
USAHA adalah hasil kali (dot product) antara gaya dengan jarak yang ditempuh. Dirumuskan
sebagai berikut :
W = F S = |F| |S| cos
dimana :
= sudut antara F dan arah gerak
Satuan usaha/energi : 1 Nm = 1 Joule = 107 erg
Dimensi usaha energi: 1W] = [El = ML2T-2
Kemampuan untuk melakukan usaha menimbulkan suatu ENERGI (TENAGA).
Energi dan usaha merupakan besaran skalar. Beberapa jenis energi di antaranya adalah :
1.
15
Keterangan :
m = massa
v = kecepatan
I = momen inersia
= kecepatan sudut
2.
3.
Nilai EM selalu tetap/sama pada setiap titik di dalam lintasan suatu benda.
Pemecahan soal fisika, khususnya dalam mekanika, pada umumnya didasarkan pada HUKUM
KEKEKALAN ENERGI, yaitu energi selalu tetap tetapi bentuknya bisa berubah; artinya jika
ada bentuk energi yang hilang harus ada energi bentuk lain yang timbul, yang besarnya sama
dengan energi yang hilang tersebut.
4.2.1.2.
pada benda sepanjang jarak yang ditempuhnya, maka prinsip usaha-energi berperan penting
dalam penyelesaian soal tersebut.
W
tot
= Ek
16
Fp = - k x
Keterangan :
x = regangan pegas
k = konstanta pegas
Fp = gaya pegas
Tanda minus (-) menyatakan bahwa arah gaya Fp berlawanan arah dengan arah regangan x.
sedangkan 2 (dua) buah pegas dengan konstanta K1 dan K2 disusun secara seri dan paralel:
Persamaan konstanta pegas seri dan paralel :
SERI
1
Ktot
PARALEL Ktot
= 1 + 1
K1
K2
= K1 + K2
Note :
Energi potensial tergantung tinggi benda dari permukaan bumi. Bila jarak benda jauh lebih kecil
dari jari-jari bumi, maka permukaan bumi sebagai acuan pengukuran. Bila jarak benda jauh lebih
besar atau sama dengan jari-jari bumi, make pusat bumi sebagai acuan.
4.2.2. Rangkuman
1.
Dalam menentukan usaha, kerja dan energy yang harus diperhatikan adalah sejuh mana
benda berpindah, kemudian dianalisa sesuai dengan jarak dan gaya yang ditempuh
2.
4.2.3. Latihan
1.
2.
Benda 3 kg bergerak dengan kecepatan awal 10 m/s pada sebuah bidang datar kasar. Gaya
sebesar 205 N bekerja pada benda itu searah dengan geraknya dan membentuk sudut
17
dengan bidang datar (tg = 0.5), sehingga benda mendapat tambahan energi 150 joule
selama menempuh jarak 4m.
3.
Sebuah pegas agar bertambah panjang sebesar 0.25 m membutuhkan gaya sebesar 18
Newton. Tentukan konstanta pegas dan energi potensial pegas !
4.3.PENUTUP
4.3.1. Kunci jawaban
1.
Karena paku mengalami perubahan kecepatan gerak sampai berhenti di dalam kayu, maka
kita gunakan prinsip Usaha-Energi:
F. S = Ek akhir - Ek awal
F . 0.05 = 0 - 1/2 . 2(20)2
F = - 400 / 0.05 = -8000 N
(Tanda (-) menyatakan bahwa arah gaya tahanan kayu melawan arah gerak paku ).
2.
Fx . S = Ek
(40 - f) 4 = 150 f = 2.5 N
DAFTAR PUSTAKA
c. Frederick J Bueche, Ph.D. Teori dan Soal-Soal Fisika Seri Buku Schaum, Edisi Kedelapan.
Badan Penerbit : Erlangga, Tahun 1989.
d. Sutrisno, Tan Ik Gie, Fisika Dasar, Seri Fisika, Badan Penerbit : ITB, Tahun 1979
SENARAI
Dot product
Energy kinetic
Energy potensial
Energy mekanik
Konstanta dan regangan
18
BAB V
IMPULS dan MOMENTUM
5.1.PENDAHULUAN
5.1.1. Deskripsi Singkat
Didalam bab ini akan dibahas tentang Impuls dan momentum, disertai penjelasan secara teori
maupun aplikasinya.
5.1.2. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mempelajari bab ini, Anda diharapkan mampu :
a)
Menjelaskan mengenai perbedaan momentum linier dan momentum angular serta impuls
b)
5.2.PENYAJIAN
5.2.1. Uraian Materi
5.2.1.1.Momentum Linier dan Momentum Angular
a)
jari jari R. Jadi setiap benda yang bergerak melingkar pasti memiliki momentum anguler.
L = m v R = m w R2
L=pxR
Momentum anguler merupakan besaran vektor dimana arah L tegak lurus arah R sedangkan
besarnya tetap.
Jika pada benda bekerja gaya F tetap selama waktu t, maka IMPULS I dari gaya itu adalah:
t1
I = F dt = F (t2 - t1)
19
t2
I = Perubahan momentum
Ft = m v akhir - m v awal
Impuls merupakan besaran vektor. Pengertian impuls biasanya dipakai dalam peristiwa besar
dimana F >> dan t <<. Jika gaya F tidak tetap (F fungsi dari waktu) maka rumus I = F . t tidak
berlaku.
Impuls dapat dihitung juga dengan cara menghitung luas kurva dari grafik gaya F vs waktu t.
Jika sebuah benda menempuh jarak sejauh S akibat gaya F yang bekerja pada benda tersebut
maka dikatakan gaya itu melakukan usaha, dimana arah gaya F harus sejajar dengan arah jarak
tempuh S.
5.2.1.2.
20
e = h'/h
h = tinggi benda mula-mula
h' = tinggi pantulan benda
c. TIDAK ELASTIS: e = 0
Setelah tumbukan, benda melakukan gerak yang sama dengan satu kecepatan v',
MA VA + MB VB = (MA + MB) v'
d. ELASTISITAS KHUSUS DALAM ZAT PADAT
Zat adalah suatu materi yang sifat-sifatnya sama di seluruh bagian, dengan kata lain, massa
terdistribusi secara merata. Jika suatu bahan (materi) berupa zat padat mendapat beban luar,
seperti tarikan, lenturan, puntiran, tekanan, maka bahan tersebut akan mengalami perubahan
bentuk tergantung pada jenis bahan dan besarnya pembebanan. Benda yang mampu kembali
ke bentuk semula, setelah diberikan pembebanan disebut benda bersifat elastis.
Suatu benda mempunyai batas elastis. Bila batas elastis ini dilampaui maka benda akan
mengalami perubahan bentuk tetap, disebut juga benda bersifat plastis.
5.2.2. Rangkuman
1.
Setiap benda yang memiliki besaran fisis, yaitu massa dan gaya, bias dikategorikan sebagai
momentum. Momentum dibagi menjadi 2 (dua), yaitu : momentum linier (p) dan
momentum angular (L).
2.
Impuls akan terjadi apabila terjadi perubahan momentum. Hal ini disebabkan karena impuls
merupakan besaran vector. Rumus yang digunakan adalah I = F x t.
3.
Hukum kekekalan momentum diterapkan pada proses tumbukan semua jenis, dimana prinsip
impuls mendasari proses tumbukan dua benda, yaitu I1 = -I2.
4.
Dua benda yang bertumbukan akan memenuhi tiga keadaan/sifat ditinjau dari
keelastisannya,
antara lain :
a. Elastis sempurna : e = 1
b. Elastis Sebagian : 0 < e < 1
c. Tidak Elastis : e = 0
d. Elastisitas Khusus Dalam Zat Padat
21
5.2.3. Latihan
1.
Sebuah bola dengan massa 0.1 kg dijatuhkan dari ketinggian 1.8 meter dan mengenai
lantai, kemudian dipantulkan kembali sampai ketinggian 1.2 meter. Jika g = 10 m/det2.
Tentukanlah :
a. impuls karena berat bola ketika jatuh.
b. koefisien restitusi
2.
Sebuah bola massa 0.2 kg dipukul pada waktu sedang bergerak dengan kecepatan 30 m/det.
Setelah meninggalkan pemukul, bola bergerak dengan kecepatan 40 m/det berlawanan arah
semula. Hitung impuls pada tumbukan tersebut !
3.
Sebuah peluru yang massanya M1 mengenai sebuah ayunan balistik yang massanya M2.
Ternyata pusat massa ayunan naik setinggi h, sedangkan peluru tertinggal di dalam ayunan.
Jika g = percepatan gravitasi, hitunglah kecepatan peluru pada saat ditembakkan !
5.3.PENUTUP
5.3.1. Kunci jawaban
1.
a. Selama bola jatuh ke tanah terjadi perubahan energi potensial menjadi energi kinetik.
Ep = E k
m g h = 1/2 mv2 v2 = 2 gh
v = 2 g h
impuls karena berat ketika jatuh :
I = F . t = m . v
= 0.12gh = 0.1 (2.10.1.8) = 0.1.6 = 0,6 N det.
b. Koefisien restitusi :
e = (h'/h) = (1.2/1.8) = (2/3)
2.
Impuls = F . t
= m (v2 - v1)
= 0.2 (-40 - 30)
= -14 N det
Tanda negatif berarti arah datangnya berlawanan dengan arah datangnya bola.
3.
1. Gerak A - B.
Tumbukan peluru dengan ayunan adalah tidak elastis jadi kekekalan momentumnya:
M1VA + M2VB = (M1 + M2) V
22
DAFTAR PUSTAKA
a.
b.
Frederick J Bueche, Ph.D. Teori dan Soal-Soal Fisika Seri Buku Schaum, Edisi Kedelapan.
Badan Penerbit : Erlangga, Tahun 1989.
Sutrisno, Tan Ik Gie, Fisika Dasar, Seri Fisika, Badan Penerbit : ITB, Tahun 1979
SENARAI
Momentum Linier
Momentum Angular
Impuls
Koefisien restitusi
Elastisitas
23
BAB VI
GERAK SUDUT DALAM BIDANG
6.1.PENDAHULUAN
6.1.1. Deskripsi Singkat
Didalam bab ini akan dibahas tentang Gerak Sudut dalam Bidang, disertai penjelasan secara teori
maupun aplikasinya.
6.1.2. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mempelajari bab ini, Anda diharapkan mampu :
a)
b)
c)
d)
e)
f)
6.2.PENYAJIAN
6.2.1. Uraian Materi
6.2.1.1.Perpindahan Sudut
Perpindahan sudut () dalam trigonometri biasanya dinyatakan dalam radian, derajat atau
putaran.
1 putaran = 360 = 2rad, dan 1 rad = 57,3
Satu radian adalah sudut datar pada pusat lingkaran diantara dua buah jari-jari yang mencakup
busur sepanjang jari-jari pada keliling lingkaran. Jadi sudut dalam radian dinyatakan dalam
panjang busur s yang masuk pada lingkaran dengan jari-jari r, sehingga dirumuskan dengan :
= s /r
ukuran radian dari suatu sudut adalah bilangan tak berdimensi.
24
6.2.1.2.Kecepatan Sudut
Kecepatan sudut () sebuah benda adalah perubahan koordinat sudut, yakni perpindahan sudut ,
per satuan waktu. Jika berubah dari 0 menjadi f dalam waktu t, maka kecepatan sudut ratarata adalah :
f - 0
=
t
satuan adalah rad/s, /s, atau putaran/menit (rpm), yakni satuan sudut yang selalu dibagi satuan
waktu. Seperti pada umumnya persamaan, maka (dalam rad/s) = 2f
dimana f adalah frekuensi putaran dinyatakan dalam putaran/s.
6.2.1.3.Percepatan Sudut
Percepatan sudut () sebuah benda adalah perubahan kecepatan sudut benda per satuan waktu.
Jika kecepatan sudut benda berubah beraturan dari harga 0 menjadi f dalam waktu t, maka :
f - 0
=
t
satuan adalah rad/s2, putaran/menit2.
6.2.1.5.Percepatan Sentripetal
Percepatan sentripetal terjadi apabila massa pada titik m yang bergerak melingkar dengan
kecepatan yang tetap v dalam lingkaran berjari-jari r mengalami suatu percepatan. Meskipun
besar kecepatannya tidak berubah, namun arah kecepatannya selalu berubah. Perubahan vector
25
kecepatan ini menimbulkan suatu percepatan ac pada massa itu yang arahnya menuju titik pusat
lingkaran. Persamaan percepatan dirumuskan sebagai berikut :
ac = v2/r
dimana :
v adalah laju massa pada keliling lingkaran.
6.2.1.6.Gaya Sentripetal
Adalah gaya (yang tidak mempunyai gaya reaksi) yang harus bekerja pada massa m yang
bergerak melingkar, agar massa itu mengalami percepatan sentripetal sebesar v 2/r. dari hubungan
F = ma, diperoleh :
Gaya sentripetal = Fc = mv2/r = m2r
6.2.2. Rangkuman
1.
2.
Kecepatan sudut suatu benda adalah perubahan koordinat sudut, yakni perpindahan sudut ,
per satuan waktu.
3.
Percepatan sudut sebuah benda adalah perubahan kecepatan sudut per satuan waktu.
4.
Hubungan antara besaran sudut dan besaran tangensial dinyatakan dengan besaran , dan
5.
Percepatan sentripetal terjadi apabila ada titik pertemuan antara laju tangensial dan jari-jari
lingkaran pada suatu lingkaran.
6.
Gaya sentripetal adalah gaya (yang tidak mempunyai gaya reaksi) yang harus bekerja pada
massa m yang bergerak melingkar.
6.2.3. Latihan
1.
Sebuah kipas angina berputar dengan 900 rpm (putaran per menit).
Tentukan :
a) Kecepatan sudut titik di baling-baling tersebut ?
b) Laju massa titik ujung baling-baling kalau panjang baling-baling adalah 20 cm ?
26
6.3.PENUTUP
6.3.1. Kunci jawaban
1.
DAFTAR PUSTAKA
a.
b.
Frederick J Bueche, Ph.D. Teori dan Soal-Soal Fisika Seri Buku Schaum, Edisi Kedelapan.
Badan Penerbit : Erlangga, Tahun 1989.
Sutrisno, Tan Ik Gie, Fisika Dasar, Seri Fisika, Badan Penerbit : ITB, Tahun 1979
SENARAI
Radian, derajat atau putaran
Kecepatan sudut rata-rata
Frekuensi putaran
27
BAB VIII
GERAK HARMONI SEDERHANA dan PEGAS
8.1.
PENDAHULUAN
8.1.1.
Deskripsi Singkat
Didalam bab ini akan dibahas tentang pengertian Gerak Harmonik Sederhana dan Pegas, disertai
dengan definisi pada masing-masing variable yang mendukung dalam penentuan hasil akhirnya.
8.1.2.
e)
f)
g)
h)
i)
j)
k)
8.2.
PENYAJIAN
8.2.1.
Uraian Materi
28
Simpangan (y)
Amplitudi = y0
y = y0
y=0
Waktu
f
Keadaan Keseimbangan
29
30
8.3.
Latihan Soal
Sebuah benda 50 g melakukan GHS pada ujung pegas. Amplitude getaran 12 cm, periode
Frekuensi
b)
Tetapan pegas
c)
d)
e)
f)
b)
dasar rumus : T = 2m/k, maka jika k yang harus dicari, hasil substitusinya :
k = 42m/T2 = 42 (0,05 kg)/(1,7s)2 = 0,68 N/m
c)
d)
dari hubungan a = - (k/m)x tampak bahwa a akan maksimum kalau x maksimum, jadi pada
ujung getaran x = x0, sehingga :
a0 = (k/m)x0 = (0,68 N/m/0,05 kg). (0,12 m) = 1,63 m/s2
e)
dari hubungan
v = (x02 x2) . k/m, diperoleh hasil akhir = 0,38 m/s
f)
dengan rumus :
a = - (k/m).x, diperoleh hasil akhir = - 0,082 m/s2
31
BAB IX
KERAPATAN dan ELASTISITAS
9.1.
PENDAHULUAN
9.1.1.
Deskripsi Singkat
Didalam bab ini akan dibahas tentang pengertian kerapatan dan elastisitas, disertai dengan
definisi pada masing-masing variable yang mendukung dalam penentuan hasil akhirnya.
9.1.2.
m)
n)
o)
p)
q)
9.2.
PENYAJIAN
9.2.1.
Uraian Materi
32
Elastisitas adalah : Kecenderungan pada suatu benda untuk berubah dalam bentuk baik
panjang, lebar maupun tingginya, tetapi massanya tetap, hal itu disebabkan oleh gaya-gaya yang
menekan atau menariknya, pada saat gaya ditiadakan bentuk benda kembali seperti semula.
Karet, pegas, pelat logam merupakan contoh benda elastis(lentur), karena memiliki sifat
elastisitas, yaitu sifat suatu benda yang jika diberi gaya luar akan mengalami perubahan bentuk
dan bila gaya luar yang bekerja dihilangkan, maka benda kembali kebentuk semula.
Benda elastis juga dapat bersifat plastis(tidak dapat kembali kebentuk semula). Ini
berarti batas elastisitas benda sudah terlampaui, yang disebabkan gaya yang bekerja diperbesar
terus. Mengakibatkan karet atau pegas patah.
9.2.1.4. Tegangan (Stress)
Tegangan adalah perbandingan antara gaya tarik yang bekerja terhadap luas penampang
benda. Tegangan dinotasikan dengan (sigma/T), satuannya adalah Nm-2. Bentuk benda saat
diberi tegangan antara lain :
4.
Keadaan awal benda yang panjangnya L0 diberi gaya (F) pada bidang A
L0
33
Zat
Besi
100 x 10^9
Baja
100 x 10^9
Perunggu
100 x 10^9
Aluminium
100 x 10^9
Marmer
50 x 10^9
Granit
45 x 10^9
Kayu (Pinus)
10 x 10^9
Nilon
5 x 10^9
Tulang muda
15 x 10^9
10
Batu bara
14 x 10^9
34
9.3.
Latihan Soal
2. Sebuah kawat yang panjangnya 2m dan luas penampang 5 mm 2 ditarik gaya 10N. tentukan
besar tegangan yang terjadi pada kawat ?
5. Sebuah kawat panjangnya 100 cm ditarik dengan gaya 12 N, sehingga panjang kawat
menjadi 112 cm. tentukan regangan yang dihasilkan kawat ?
6. Seutas kawat luas penampangnya 4 mm 2 ditarik oleh gaya 3,2 N sehingga kawat tersebut
mengalami pertambahan panjang sebesar 0,04 cm. jika panjang kawat pada mulanya 80 cm.
tentukan modulus young kawat tersebut ?
9.3.1. Kunci Jawaban
2. Diket : A = 5 mm2 = 5.10-4
F = 10 N
Ditanya : T ?
Jawab :
T = F/A = 10 N/5.10-4 m2 = ..???
35
BAB X
STATIKA dan DINAMIKA FLUIDA
10.1.
PENDAHULUAN
s)
t)
u)
v)
w)
x)
10.2.
PENYAJIAN
36
Tekanan ini terjadi pada permukaan yang berisi cairan setinggi h dengan rapat massa
adalah : P = hg
10.2.1.2. Prinsip-prinsip pada Statika Fluida
Prinsip-prinsip pada Statika Fluida antara lain :
Prinsip Pascal
Apabila tekanan pada fluida (cairan atau gas) dalam ruang tertutup diubah, maka
tekanan pada segenap bagian fluida berubah dalam jumlah yang sama.
Prinsip Archimedes
Benda yang seluruhnya atau sebagian tenggelam dalam fluida mengalami gaya apung
sebesar berat fluida yang dipindahkan. Gaya apung ini dianggap bekerja dalam arah
vertical ke atas dan melalui titik pusat gravitasi fluida yang dipindahkan.
Fapung = berat fluida yang dipindahkan
10.2.1.4. Aliran (atau pelepasan) Fluida (Q)
Apabila fluida di dalam pipa mengalir dengan kecepatan rata-rata v, maka Q = Av,
dimana A adalah luas penampang pipa. Satuan Q adalah m3/s dalam SI. Q disebut kepesatan
aliran (rate of flow) atau kepesatan pelepasan (discharge rate).
10.2.1.5. Persamaan Kontinuitas
Persamaan kontinuitas akan terjadi apabila suatu fluida yang tidak dapat dimampatkan
(incompressible = rapat massanya konstan) mengalir dalam pipa dan mengisi seluruh pipa.
Misalkan sebuah penampang pipa adalah A1 di suatu tempat dan A2 di tempat lain. Karena aliran
fluida melalui A1 haruslah sama dengan aliran fluida melalui A2, sehingga berlaku persamaan :
Q = A1v1 = A2v2 = tetap
v1 dan v2 adalah kepesatan rata-rata fluida di A1 dan di A2
10.2.1.6. Viskositas (kekentalan )
Adalah suatu ukuran besarnya tegangan geser (shear stress) yang diperlukan untuk
menghasilkan satu satuan kepesatan geser (shear rate). Satuannya adalah satuan tegangan (stress)
per satuan kepesatan geser atau Pa. det di dalam SI. Suatu satuan SI lainnya adalah N.det./m 2
(atau kg/m.det.) dan disebut poiseuille (P1) : 1 P1 = 1 kg/m.det = 1 Pa.det.
37
38
BAB XI
GAS IDEAL
11.1.
PENDAHULUAN
z)
11.2.
PENYAJIAN
Gas Ideal
Suatu gas ideal disebut ideal jika memenuhi hokum gas ideal. Pada tekanan-tekanan rendah
sampai menengah, dan pada suhu-suhu yang tidak terlalu rendah, gas berikut ini dapat dianggap
merupakan gas ideal, yaitu : udara, nitrogen, oksigen, helium dan neon. Hampir semua gas yang
stabil secara kimia, bersifat ideal, jika keadaannya jauh dari keadaan dimana gas itu dapat
mengembun atau bahkan membeku.
Acuan yang digunakan dalam penentuan gas ideal adalah bagaimana menentukan nilai mol
(gr/mr)
b)
39
Soal Latihan
1.
Sejumlah gas oksigen pada tekanan luar 101 kPa, suhu 5 0C ternyata bervolume 0,0200 m3.
Berapakah volumenya bila tekanan diubah menjadi 108 kPa dan suhunya dinaikkan menjadi
300C?
2.
Tekanan ukur (gauge pressure) didalam ban mobil adalah 305 kPa waktu temperaturnya
adalah 150C. setelah berjalan pada kecepatan tinggi, ban menjadi panas dan tekanannya
adalah 360 kPa. Berapakah temperature gas dalam ban?Misalkan, tekanan atmosfer (udara
luar) adalah 101 kPa.
3.
Sebuah alat manometer menunjukkan tekanan luar adalah 76 cmHg, alat ukur tekanan
(manometer terbuka) menunjukkan bahwa tekanan di dalam tanki adalah 400 cmHg. Suhu
gas dalam tanki itu 90C. kalau suhu tanki, karena pemanasan sinar matahai, naik sampai
310C, sedangkan tanki itu tidak bocor, berapakah tekanan ditunjukkan manometer?
4.
Sebuah tabung bervolume 30mL berisi setetes nitrogen cair bermassa 2 mg pada suhu yang
rendah sekali. Tabung kemudian ditutup rapat. Kalau tabung dipanasi sampai 20 0C,
berapakah tekanan nitrogen dalam tabung?nyatakan dalam atmosfer. (M untuk nitrogen = 28
kg/kmol)
5.
Sebuah tangki bervolume 590 liter berisi gas oksigen pada suhu 20 0C dan tekanan 5 atm.
Tentukan massa oksigen dalam tangki itu. M = 32 kg/kmol untuk oksigen
40