Вы находитесь на странице: 1из 17

PENYELENGGARAAN NEGARA YANG BERETIKA

POLITIK
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas Pendidikan Pancasila

Disusun Oleh :
EkaYuni Wulandari
Rimbi Puspita Dini
Rani Eka Yulianti
Darul Afandi
Siti Aminatus Sholehah
Ginanjar Tegar Rosdiana
Emil Gufron

(111810101035)
(111810101037)
(111810101038)
(111810101041)
(111810101042)
(111810101046)
(111810101053)

JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
2015

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pancasila sebagai sistem filsafat pada hakikatnya merupakan suatu nilai
sehingga merupakan suatu nilai yang memiliki sumber dari segala penjabaran
norma baik norma moral maupun norma kenegaraan lainya. Dalam filsafat
pancasila terkandung dalam suatu pemikiran-pemikiran yang bersifat kritis,
mendasar, rasional, sistematis dan kompehensif dan sistem pemikiran ini
merupakan suatu nilai. Oleh karena itu filsafat tidak secara langsung menyajikan
norma-norma yang merupakan pedoman dalam tindakan atau suatu aspek yang
memiliki nilai nilai yang bersifat mendasar.
Dimensi etika mencakup etika sosial dan budaya, etika politik dan
pemerintahan, etika ekonomi dan bisnis, etika penegakan hukum yang
berkeadilan, etika keilmuan, serta etika lingkungan. Mengaktualisasikan nilai-nilai
agama dan budaya luhur bangsa dalam kehidupan pribadi, keluarga, masyarakat,
bangsa, dan negara melalui pendidikan formal, nonformal, dan pemberian contoh
keteladanan oleh para pemimpin negara, pemimpin bangsa, dan pemimpin
masyarakat. Dalam penyelenggaraan negara di Indonesia pelaksanaaan nilai-nilai
etika tersebut masih jauh dari kenyataan dalam mewujudkan penyelenggaran
negara yang baik, bersih, bebas korupsi, kolusi, dan nepotisme, kualitas pelayanan
publik, kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi, serta profesionalisme
aparatur birokrat. Banyaknya penangkapan terhadap penyelenggara negara seperti
hakim, anggota DPR, anggota DPRD, gubernur, bupati, wali kota, pejabat Bank
Indonesia, pimpinan partai, dan menteri yang sedang menghadapi tuntutan hukum
atau sudah divonis dalam perkara korupsi. Hal ini makin nyata bahwa persoalan
terbesar pada bangsa ini bukan yang utama pada sistem atau aturan, tetapi pada
moralitas dan etika.
RUU tentang Etika Penyelenggara Negara merupakan RUU usul inisiatif
Dewan Perwakilan Rakyat Republika Indonesia (DPR RI) yang masuk ke dalam
Program Legislasi Nasional (Prolegnas) Prioritas Tahun 2014. Etika kehidupan
berbangsa merupakan rumusan yang bersumber dari ajaran agama, khususnya

yang bersifat universal, dan nilai-nilai luhur budayabangsa yang tercermin dalam
Pancasila sebagai acuan dasar dalam berpikir, bersikap, dan bertingkah laku dalam
kehidupan

berbangsa.

Pokok-pokok

etika

dalam

kehidupan

berbangsa

mengedepankan kejujuran, amanah, keteladanan, sportifitas, disiplin, etos kerja,


kemandirian, sikap toleransi, rasa malu, tanggung jawab, menjaga kehormatan,
dan martabat diri sebagai warga negara.
Sebaik apapun aturan, tetapi dijalankan oleh pejabat yang moralitasnya buruk,
aturan akan diselewengkan. Moralitas dibangun melalui keteladanan para tokoh,
elite, dan semua yang ada di pusat kekuasaan, dan pusat kebudayaan. Sekarang ini
era Indonesia miskin keteladanan yang merupakan krisis moralitas. Bangsa
Indonesia secara nyata memerlukan perbaikan moralitas dan etika dan untuk itu
diperlukan upaya yang mendasar. Harus ada upaya dari rakyat untuk menolak
setiap figur yang buruk moralitasnya, dan memberi ruang lebih banyak bagi yang
punya kredibilitas untuk tampil sebagai pemimpin.

1.2 Rumusan Masalah


a) Apa yang dimaksud dengan etika politik?
b) Apa tujuan dan maksud etika politik?
c) Bagaimana penyelenggaraan etika politik?
d) Bagaiman penerapan etika politik dalam bernegara?
1.3

Tujuan Makalah

Tujuan dari makalah ini adalah mengetahui apa yang dimaksud dengan
etika dan politik, sehingga dalam kehidupan sehari-hari kita bisa bertindak
atau berbuat sesuai dengan etika yang ada serta dalam mengikuti kegiatan
berpolitik kita bisa mengambil sikap sesuai dengan tata cara berpolitik.

BAB 2. PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Etika dan Politik
2.1.1 Etika

Etika berasal dari bahasa Yunani yaitu Ethos yang berari watak
kesusilaan atau adat istiadat. Etika merupakan suatu pemikiran kritis dan
mendasar tentang ajaran-ajaran dan pandangan-pandangan moral. Denagn kata
lain etika adalah suatu ilmu yang membahas tentang bagaimana dan mengapa kita
mengikuti suatu ajaran moral tertentu atau bagaimana kita harus mengambil sikap
yang bertanggung jawab berhadapan dengan pelbagai ajaran moral (Suseno,
1987). Etika terbagi menjadi dua yaitu etika khusus dan etika umum. Etika khusus
membahas prinsip-prinsip dalam berbagai aspek kehidpan manusia. Sedangkan
etika umum mempertanyakan prinsip-prinsip yang berlaku bagi setiap tindakan
manusia.

2.1.2. Politik
Politik berasal dai kosa kata Poiltics yang memiliki makna bermacammacam kegiatan dalam suatu sistem politik atau negara yang menyangkut proses
penentuantujuan-tujuan dari sistem itu dan diikuti dengan pelaksaan tujuan-tujuan
itu.
Dalam kehidupan bernegara, istilah politik memiliki makna bermacammacam, dan kesemuanya itu dapat dikelompokkan menjadi dua macam yaitu :
Pertama : politik sebagai sarana atau usaha untuk memperoleh kekuasaan dan
dukungan dari masyarakat balam melakukan kehidupan bersama. Dengan
demikian politik dapat dikatakan menyangkut kekuatan hubungan (power
relationship). Dengan kata lain, politik mengandung makna usaha dalam
memperoleh, memperbesar, memperluas serta mempertahankan keksuasaan.
Kedua : politik duganakan untuk menunjukan kepada suatu rangkaian kegiatan
atau cara-cara yang dilakukan untuk mencapai sesuatu tujuan yang dianggap baik.
Secara singkat politik dapat diartikan sebagai suatu kebijakan.

Pengambilan keputusan mengenai apa yang menjadi tujuan dari sistem


politik itu menyangkut seleksi antara beberapa alternatif dan peyusunan skala
prioritas dari tujuan-tujuan yang telah dipilih.
Untuk

melaksanakan

tujuan-tujuan

itu

perlu

ditentukan

kebijaksanaan-

kebijaksanaan umum yang menyangkut pengaturan dan pembagian dari sumbersumber yang ada.
Berdasarkan pengertian-pengertian pokok tentang politik maka secara
operasuonal bidang politik menyangkut konsep-konsep pokok yang berkaitan
dengan negara, keuasaan, pengambilan keputusan, kebijaksanaan, pembagian,
serta alokasi.

2.1.3 Etika Politik


Etika politik adalah cabang dari filsafat politik yang membicarakan
perilaku atau perbuatan-perbuatan politik untuk dinilai dari segi baik atau
buruknya. Filsafat politik adalah seperangkat keyakinan masyarakat, berbangsa,
dan bernegara yang dibela dan diperjuangkan oleh para penganutnya, seperti
komunisme dan demokrasi.
Pengertian etika politik tidak dapat dipisahkan dengan subjek sebagai
pelaku etika yaitu manusia. Oleh karena itu etika politik berkait erat dengan
bidang pembahasan moral. Hal ini berdasarkan kenyataan bahwa pengertian
moral senantiasa menunjuk kepada manusia sebagai subjek etika. Maka
kewajiban moral dibedakan dengan pengertian kewajiban-kewajiban lainnya,
karena yang dimaksud adalah kewajiban manusia sebagai manusia. Walaupun
dalam hubungannya dengan masyarakat, bangsa maupun Negara, etika politik
tetap meletakkan dasar fundamental manusia sebagai manusia.
2.2 Tujuan dan Maksud Beretika Politik

Tujuan etika politik adalah mengarahkan kehidupan politik yang lebih


baik, baik bersama dan untuk orang lain, dalam rangka membangun institusiinstitusi politik yang adil. Etika politik membantu untuk menganalisa korelasi
antara tindakan individual, tindakan kolektif, dan struktur-struktur politik yang
ada. Penekanan adanya korelasi ini menghindarkan pemahaman etika politik yang
diredusir menjadi hanya sekadar etika individual perilaku individu dalam
bernegara.
Penerapan etika politik di Indonesia memiliki dua gambaran yaitu
gambaran baik dan gambaran buruk. Berdasarkan gambaran baik dapat dilihat dari
kampanye yang dilakukan oleh parpol atau calon legislatif sesuai ketentuan yang
berlaku, dimana waktunya sesuai dengan jadwal yang ada untuk kampanye, tanpa
melanggar norma atau nilai dari pancasila sesuai dengan sila kedua adil dan
beradab. Kemudian juga dapat dilihat dari sekelompok orang yang saling
membantu pada sesamanya. Sedangkan etika politik yang buruk dapat dilihat dari
fenomena dunia politik Indonesia sepulih tahun terakhir ini mengalami banyak
perubahan.
Perubahan politik di Indonesia tidak hanya mengubah watak dan prilaku
para politisi, partai politisi, elite politik dan penguasa, tetapi juga mengubah
persepsi berfikir masyarakat Indonesia tentang memaknai hakikat politik itu
sendiri. Munculnya konflik antara lembaga negara, kasus korupsi hingga
terseretnya pejabat negara karena narkoba dan asusila menjadikan cerminan
hilangnya tatanan etika dan moral yang berdasarkan nilai-nilai pancasila.
Banyak politis dan pejabat negara yang sudah tidak ada rasa malu
meskipun terindikasi terlibat kasus seolah tenang-tenang saja sambil menunggu
proses hukum positif, mereka tidak memberi tanggung jawab secara moral dan
menunjukkan rendahnya etika politik. Hal tersebut juga dapat dilihat dari suasana
yang kisruh ditengah rapat wakil rakyat, dimana mereka tidak mengedepankan
kedaulatan rakyat tetapi malah mementingan kepentingan diri sendiri.

2.3 Tata cara beretika politik


2.3.1 Dasar Dalam Etika Politik
Berdasarkan suatu kenyataan bahwa masyarakat, bangsa maupun negara
bisa berkembang ke arah keadaan yang tidak baik dalam arti moral. Misalnya
suatu negara yang dikuasai oleh penguasa atau rezim yang otoriter yang
memaksakan

kehendak

kepada

manusia

tanpa

memperhitungkan

dan

mendasarkan kepada hak-hak dasar kemanusiaan.dalam suatu masyarakat negara


yang demikian ini maka seeorang yang baik secara moral kemanusian akan
dipandang tidak baik menurut negara serta masyarakat otoriter.
Atinya bahwa korelasi antara tindakan individual, tindakan kolektif dan
struktur yang ada harus berjalan bebarenaan dalam menjalankan suatu negara agar
dapat diukur dalam frame sistem politik yang bertika.
2.3.2 Prinsip Dasar Etika Politik
a). Pluralisme
Politik yang beretika sejatinya mengandung kesediaan untuk menerima
kemajemukan dalam artian untuk hidup dengan positif, damai, toleran, dan
biasa/ normal bersama warga masyarakat yang berbeda pandangan hidup,
agama , budaya dan adat.
b). HAM
Jaminan terhadap hak-hak asasi manusia adalah bukti Kemanusiaan yang Adil
dan Beradap, karena hak asasi manusia menyatakan bagaimana manusia wajib
diperlakukan dan wajib tisdak diperlakukan agar sesuai dengan martabatbya
sebagai manusia. Kemanusiaan yang adildan beradab juga menolak kekerasan
dan eklusifisme suku, ras, agama, maupun golongan.
c). solidaritas Bangsa

solidaritas bangsa mengatakan bahwa kita tidak hanya hidup untuk diri sendiri
melainkan juga demi orang lain. Solidaritas dilanggar kasar oleh korupsi. Korupsi
bak kanker yang mengerogoti kejujuran, tanggunga jawab, sikap obyektif, dan
kompetensi orang/kelompok orang yang korup. Koruptor adalah bentuk
pengkhianatan terhadap cita-cita luhur kita untuk hidup sebagai satu bangsa dalam
konteks Persatuan Indonesia.
d). Demokrasi
Prinsip kadaulatan rakyat menyatakan bahwa tidak ada manusia atau sebuah
elit, yang dapat menentukan dan melaksanakan bagaimana orang lain harus hidup.
Demokrasi berdasarkan kesadaran bahwa mereka yang dipimpin berhak
menentukan siapa yang memimpin mereka dan kemana tujuan mereka dipimpin.
Demokrasi adalah kedaulatan rakyat dan keterwakilan. Jadi demokrasi
memerlukan sebuah sistem penerjemah kehendak rakyat de dalam tindakan
politik.
e). Keadilan Sosial
Keadilan merupakan norma-norma paling dasar dalam kehidupan masyarakat.
Keadilan sosial mencegah kita dan bangsa ini dari pencegahan. Tuntutan keadilan
sosial tidak boleh dipahami secara ideologis, atau sebagai pelaksanaan ide-ide,
atau agama-agama tertentu. Keadilan adalah untuk semua orang. Keadilan sosial
diusahakan dengan membongkar ketidakadilan dalam kehidupan masyarakat.

2.4 Penerapan etika politik dalam penyelenggaraan negara


Pembentukan undang-undang yang mengatur etika penyelenggara negara
merupakan bagian dari reformasi birokrasi. Pembentukan undang-undang tersebut
bertujuan untuk menciptakan birokrasi pemerintahan yang profesional dengan
karakteristik, berintegrasi, berkinerja tinggi, bebas dan bersih dari korupsi, kolusi
dan nepotisme, mampu melayani publik, netral, sejahtera, berdedikasi, dan
memegang teguh nilai nilai dasar dan kode etik aparatur negara.

Pada awalnya negara merupakan suatu entitas yang didirikan berdasarkan


perjanjian antarmasyarakat calon warga negara tersebut. Tiap orang yang ada
dalam masyarakat tersebut bersepakat untuk hidup dalam wadah negara yang
masing-masing memiliki hak dan kewajiban yang sama sebagai warga negara.
Untuk menyelenggarakan operasionalisasi penyelenggaraan negara maka sebagian
dari warga negara tersebut dipilih untuk melakukan tugas sebagai penyelenggara
negara.Masing-masing antara warga negara dan penyelenggara tersebut secara
umum memiliki hak dan kewajiban yang bertimbal balik. Sebagai warga negara
berhak mendapatkan pelayanan dari penyelenggara negara dan wajib untuk
mematuhi

atau

tunduk

kepada

peraturan-peraturan

yang

dibuat

oleh

penyelenggara negara tersebut.Sebaliknya dari sisi penyelenggara negara juga


wajib untuk melindungi dan memenuhi kebutuhan warga negara termasuk juga
dalam membuat berbagai peraturan untuk menciptakan keamanan dan ketertiban.
Politik merupakan cara untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya. Tujuan politik bangsa Indonesia telah tercantum dalam Pembukaan
UUD 1945, yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan
ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi
dan keadilan sosial.
Tujuan politik bangsa Indonesia harus dapat dirasakan oleh rakyat
Indonesia, untuk itu pembangunan di segala bidang perlu dilakukan. Dengan
demikian pembangunan nasional harus berpedoman pada Pembukaan UUD 1945
alania ke-4. Politik dan Strategi Nasional dalam aturan ketatanegaraan selama ini
dituangkan dalam bentuk GBHN yang ditetapkan oleh MPR. Hal ini berlaku
sebelum adanya penyelenggaraan pemilihan umum Presiden secara langsung pada
tahun 2004. Setelah pemilu 2004 Presiden menetapkan visi dan misi yang
dijadikan rencana pembangunan jangka menengah yang digunakan sebagai
pedoman dalam menjalankan pemerintahan dan membangun bangsa.
Politik dalam strategi nasional yang telah berlangsung selama ini disusun
berdasarkan sistem kenegaraan menurut UUD 1945. Sejak tahun 1985
berkembang pendapat yang mengatakan bahwa pemerintah dan lembaga-lembaga

negara yang diatur dalam UUD 1945 merupakan suprastruktur politik, lembaga
lembaga tersebut adalah MPR, DPR, Presiden, BPK, dan MA.
Sedangkan badan-badan yang berada didalam masyarakat disebut sebagai
infrastruktur politik yang mencakup pranata politik yang ada dalam masyarakat
seperti partai politik, organisasi kemasyarakatan, media massa, kelompok
kepentingan (interest group) dan kelompok penekan (pressure group).
Suprastruktur dan infrastruktur politik harus dapat bekerja sama dan memiliki
kekuatan yang seimbang. Mekanisme penyusunan politik strategi nasional
ditingkat suprastruktur politik diatur oleh Presiden, dalam hal ini Presiden bukan
lagi sebagai mandataris MPR sejak pemilihan Presiden secara langsung oleh
rakyat pada tahun 2004. Karena Presiden dipilih langsung oleh rakyat maka dalam
menjalankan pemerintahan berpegang pada visi dan misi Presiden yang
disampaikan pada waktu sidang MPR setelah pelantikan dan pengambilan sumpah
dan janji Presiden/Wakil Presiden. Visi dan misi inilah yang dijadikan politik dan
strategi dalam menjalankan pemerintahan dan melaksanakan pembangunan
selama lima tahun. Sebelumnya Politik dan strategi nasional mengacu kepada
GBHN yang dibuat dan ditetapkan oleh MPR. Proses penyusunan politik strategi
nasional pada infrastruktur politik merupakan sasaran yang akan dicapai oleh
rakyat Indonesia. Sesuai dengan kebijakan politik nasional, penyelenggara negara
harus mengambil langkah-langkah pembinaan terhadap semua lapisan masyarakat
dengan mencantumkan sasaran masing-masing sektor/bidang.
Dalam era reformasi saat ini masyarakat memiliki peran yang sangat besar
dalam mengawasi jalannya politik strategi nasional yang dibuat dan dilaksanakan
oleh Presiden.
Adapun RUU tentang penyelenggaraan Negara indonesia :
1. Memberi landasan ketentuan payung dalam membangun integritas.
2. Mewujudkan penyelenggara negara yang baik, etis, amanah, berakhlak
mulia, mencegah niat dan praktik perbuatan yang menyimpang (nilai,
norma, aturan) dalam penyelenggaraan tugas kenegaraan.
3. Sesuai dengan Konvensi PBB tentang Anti Korupsi (2003): agar setiap
negara membuat Code of Conduct for Public Officials.

Selama ini pengaturan-pengaturan mengenai etika bagi para penyelenggara


negara pada dasarnya tersebar di berbagai peraturan perundang-undangan seperti
TAP MPR Nomor XI/MPR/1998, Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999,
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 jo. Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2001, dan sebagainya. Masing-masing hak, kewajiban, dan larangan sudah diatur
tersendiri, dan masing-masing juga sudah mempunyai kode etiknya sendirisendiri. Oleh karena itu pengaturan mengenai hak, kewajiban, dan larangan yang
akan diatur di dalam RUU ini haruslah dapat diposisikan secara jelas.
Ketentuanketentuan mengenai hak, kewajiban, dan larangan yang akan diatur di
dalam RUU ini harus bersifat secara umum dan dapat diterapkan kepada seluruh
penyelenggara negara, karena tujuan dari RUU ini adalah sebagai landasan bagi
ketentuan payung sehingga harus bersifat secara umum (general). Dengan
demikian hak, kewajiban, dan larangan yang akan diatur disini harus ditarik dari
prinsip-prinsip umum atau garis besar pengaturan yang ada di berbagai ketentuan
peraturan perundang-undangan dan berbagai kode etik penyelenggara negara yang
sudah ada.

BAB 3. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dalam kehidupan kita sering mendengar kata etika, dimana etika adalah
suatu ilmu yang membahas tentang bagaimana dan mengapa kita mengikuti suatu

norma yang sudah berlaku di dalam masyarakat dan bernegara. Sikap yang harus
kita ambil dalam menjalankan etika bermasyarakat yaitu dengan cara mengikuti
aturan dan budaya yang udah ada dalam masyarakat, dengan adanya
penyelenggaraan negara kita diwajibkan ikut serta dalam penyelenggaraan negara
yang sudah dibentuk dalam UUD 1945. Penyelenggaraan negara dalam hal ini
(eksekutif,

yudikatif,

menyelenggarakan

dan

legislatif)

peraturan

negara

sudah
yang

mempunyai
sebaik-baiknya

tujuan
dengan

untuk
cara

melaksanakan amanat yang sudah diperintahkan dalam makna pancasila.


Politik adalah suatu sistem yang ada dalam negara kita ini yang berfungsi
mengaitkan peranan penyelenggaraan negara dengan masyarakat secara umum.
Tetapi pada pelaksanaanya politik hanya membuat masyarakat menjadi bingung
dan resah karena hampir seluruh masyarakat indonesia hampir tidak percaya
dengan penyelenggara negara yang sebenarnya mempunyai tugas melayani dan
mengayomi masyarakat.
Dalam menjalankan etika dalam berpolitik terdapat lima prinsip dasar
dalam etika berpolitik, yaitu prularisme, HAM, solidaritas bangsa, demokrasi, dan
keadilan

sosial.

Dengan mengetahui

etika berpolitik

maka kita akan

menyelenggarakan politik yang baik dan tidak merugikan masyarakay lainnya.

DAFTAR PUSTAKA
Kaelan & Zubaidi.A. 2012. Pendidikan Kewarganegaraan. Yogyakarta: Paradigma

Kaelan, 2010. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta: Paradigma


Sudjto, Sutaryo, Kaelan, Syamsudin M.M. Muntasyir R. Kuswanjono. Tjahjadi S.
Santoso H., dan Muthmainah L. 2013. KONGRES PANCASILA 2013
(Strategi Pembudayaan dalam Menguatkan Semangat ke-Indonesia-an).
Yogyakarta: PSP press.
Syahrial,S. M.A. 2009. PENDIDIKAN PANCASILA ( Implementasi Nilai-Nilai
Karakter Bangsa ). Jakarta : Ghalia Indonesia

LAMPIRAN

Вам также может понравиться