Вы находитесь на странице: 1из 10

KODE ETIK AKUNTANSI MANAJEMEN

Kode Etik merupakan suatu pedoman bagi seseorang dalam menjalankan


profesinya secara profesional. Kode etik mengatur seseorang dalam besikap dan
berperilaku secara etis didalam suatu organisasi profesi tersebut. Perilaku etis
melibatkan pemilihan tindakan-tindakan yang benar dan sesuai serta tepat. Tingkah
laku kita mungkin benar atau salah; sesuai atau menyimpang; dan keputusan yang kita
buat dapat adil atau berat sebelah. Orang sering berbeda pandangan terhadap arti
istilah etis; tatapi tampaknya terdapat suatu prinsip umum yang mendasari semua
sistem etika. Prinsip ini diekspresikan oleh keyakinan bahwa setiap anggota kelompok
mempunyai tanggung jawab untuk kebaikan anggota lainnya. Keinginan untuk
berkorban demi kebaikan kelompoknya merupakan inti dari tindakan yang etis.
Ada sepuluh nilai inti yang diidentifikasi menghasilkan prinsip-prinsip yang
melukiskan benar dan salah dalam kerangka umum. Sepuluh nilai tersebut adalah :
1. Kejujuran (honesty)
2. Integritas (integrity)
3. Memegang janji (promise keeping)
4. Kesetiaan (fidelity)
5. Keadilan (fairness)
6. Kepedulian terhadap sesama (caring for others)
7. Penghargaan kepada orang lain (respect for others)
8. Kewarganegaraan yang bertanggung jawab (responsible citizenship)
9. Pencapaian kesempurnaan (pursuit of excellence)
10. Akuntabilitas (accountibility)
IMA (Institute of Management Accountants) mengeluarkan suatu pernyataan
yang menguraikan tentang standar perilakuk etis akuntan manajemen. Akuntan
manajemen tidak akan melakukan tindakan-tindakan yang bertentangan dengan
standar ini atau mereka tidak akan menerima pelaksanaan tindakan-tindakan tersebut
dari orang lain dalam organisasi mereka.
Standar etika akuntan manajemen, yaitu :
1. Competence (kompetensi)
Artinya dia harus memelihara pengetahuan dan keahlian yang sepantasnya,
mengikuti hukum, peraturan dan standar teknis, dan membuat laporan yang jelas
dan lengkap berdasarkan informasi yang dapat dipercaya dan relevan.
a) Pengetahuan Profesional adalah menunjukkan tingkat mahir keahlian profesional
dalam pengetahuan akuntansi agar menjaga tetap terkini dengan perkembangan
dan tren. Pengetahuan dan kemampuan untuk menggunakan teknologi informasi
yang berlaku dan sistem untuk memenuhi kebutuhan pekerjaan.
b) Keuangan monitoring dan analisis adalah memantau dan mengumpulkan data
untuk menilai akurasi dan integritas kuat dalam menganalisis data yang bertujuan
untuk memastikan kepatuhan dengan standar yang berlaku dengan peraturan dan
sistem pengendalian internal, menafsirkan dan mengevaluasi hasil guna
mempersiapkan dokumentasi dan membuat laporan keuangan dan/atau presentasi.
c) Pengambilan keputusan adalah penggunaan pendekatan yang efektif untuk
memilih tindakan atau mengembangkan solusi yang sesuai untuk mencapai
kesimpulan, mengambil tindakan yang konsisten dengan fakta-fakta yang
tersedia.

Pengawasan adalah menunjukkan sifat disiplin, menetapkan standar kinerja dan


mengevaluasi kinerja dari karyawan untuk mempertahankan tenaga kerja yang
beragam untuk mengelola dan memastikan kepatuhan dengan sumber daya
manusia kebijakan dan prosedur, memantau dan menilai pekerjaan dengan
memberikan umpan balik, memberikan teknis pengawasan, mengembangkan
pengetahuan, keterampilan dan kemampuan karyawan; rencana dan dukungan
karyawan di peluang pengembangan karir.
e) Komunikasi dan keterampilan interpersonal adalah menyampaikan informasi
kepada perorangan atau kelompok dengan memberikan presentasi yang cocok
untuk karakteristik dan kebutuhan penonton, menyampaikan informasi secara
lisan atau secara tertulis kepada individu atau kelompok untuk memastikan
bahwa mereka mengerti informasi dan pesan serta mendengarkan dan merespons
dengan tepat kepada orang lain. Kemampuan untuk membangun hubungan kerja
yang efektif yang mendorong keberhasilan organisasi.
Auditor harus menjaga kemampuan dan pengetahuan profesional mereka pada
tingkatan yang cukup tinggi dan tekun dalam mengaplikasikannya ketika
memberikan jasanya, diantaranya menjaga tingkat kompetensi profesional,
melaksanakan tugas profesional yang sesuai dengan hukum dan menyediakan
laporan yang lengkap dan transparan.
Akuntan manajemen bertanggung jawab untuk :
1. Menjaga tingkat kompetensi profesional yang diperlukan dengan terus
menerus mengembangkan pengetahuan dan keahliannya
2. Melakukan tugas-tugas profesionalnya sesuai dengan hukum, peraturan, dan
standar teknis yang berlaku
3. Menyusun laporan dan rekomendasi yang lengkat serta jelas setelah
melakukan analisis yang benar terhadap informasi yang relevan dan dapat
dipercaya
2. Confidentiality (kerahasiaan)
Kerahasian harus terdefinisi dengan baik, dan prosedur untuk menjaga
kerahasiaan informasi harus diterapkan secara berhati-hati, khususnya untuk
komputer yang bersifat standalone atau tidak terhubung ke jaringan. Aspek
penting dari kerahasiaan adalah pengidentifikasian atau otentikasi
terhadap user. Identifikasi positif dari setiap user sangat penting untuk
memastikan efektivitas dari kebijakan yang menentukan siapa saja yang berhak
untuk mengakses data tertentu.
Auditor harus dapat menghormati dan menghargai kerahasiaan informasi yang
diperoleh dari pekerjaan dan hubungan profesionalnya, diantaranya meliputi
menahan diri supaya tidak menyingkap informasi rahasia, menginformasikan
pada bawahan (subordinat) dengan memperhatikan kerahasiaan informasi,
menahan diri dari penggunaan informasi rahasia yang diperoleh.
Akuntan manajemen bertanggun jawab untuk :
1. Menahan diri untuk tidak mengungkapkan tanpa ijin informasi rahasia
berkenaan dengan tugas-tugasnya, kecuali diharuskan secara hukum
2. Memberitahu bawahan seperlunya kerahasiaan dari informasi yang berkenaan
dengan tugas-tugasnya dan memonitor aktivitas mereka untuk menjaga
kerahasiaan tersebut
d)

3. Menahan diri dari penggunaan informasi rahasia yang berkaitan dengan


tugas-tugasnya untuk tujuan tidak etis dan sah baik secara pribadi maupun
melalui pihak ketiga
3. Integrity (integritas)
Integritas (integrity) adalah perlindungan terhadap sistem dari perubahan yang
tidak terotorisasi, baik secara sengaja maupun secara tidak sengaja.
Auditor harus jujur dan bersikap adil serta dapat dipercaya dalam hubungan
profesionalnya. Meliputi menghindari konflik kepentingan yang tersirat maupun
tersurat, menahan diri dari aktivitas yang akan menghambat kemampuan,
menolak hadiah, bantuan, atau keramahan yang akan mempengaruhi segala
macam tindakan dalam pekerjaan, mengetahui dan mengkomunikasikan batasbatas profesionalitas, mengkomunikasikan informasi yang baik maupun tidak
baik, menghindarkan diri dalam keikutsertaan atau membantu kegiatan yang akan
mencemarkan nama baik profesi.
Akuntan manajemen bertanggung jawab untuk :
1. Menghindari konflik kepentingan aktual atau terlihat nyata dan mengingatkan
semua pihak terhadap potensi konflik
2. Menahan diri dari keterlibatan berbagai aktivitas yang akan menimbulkan
kecurigaan terhadap kemampuan mereka untuk melakukan tugasnya secara
etis
3. Menolak pemberian, penghargaan, dan keramah-tamahan yang dapat
mempengaruhi mereka dalam bertugas
4. Menahan diri untuk tidak melakukian penggerogotan terhadap legitimasi
organisasi dan tujuan-tujuan etis, baik secara pasif maupun aktif
5. Mengenali dan mengkomunikasikan berbagai batasan profesional atau
kendala lainnya yang akan menghalangi munculnya penilaian yang
bertanggung jawab atau kinerja sukses dari suatu aktivitas
6. Mengkomunikasikan informasi yang baik atau buruk dan penilaian atau opini
profesional
7. Menahan diri dari keterlibatan dalam aktivitas yang merugikan profesi
Objective of Management Accountant (Tujuan dari Akuntansi Manajemen)
Tujuan dari Akuntansi Manajemen adalah profesi yang melibatkan bermitra
dalam keputusan manajemen membuat, merancang perencanaan dan kinerja
sistem manajemen, dan menyediakan keahlian dalam melalui laporan keuangan
dan kontrol untuk membantu manajemen dalam perumusan dan implementasi
strategi organisasi.
Auditor tidak boleh berkompromi mengenai penilaian profesionalnya
karenadisebabkan prasangka, konflik kepentingan dan terpengaruh orang lain,
seperti memberitahukan informasi dengan wajar dan objektif dan
mengungkapkan sepenuhnya informasi relevan.
Akuntan manajemen bertanggung jawab untuk :
1. Mengkomunikasikan informasi dengan adil dan objektif
2. Mengungkapkan semua informasi relevan yang dapat diharapkan
mempengaruhi pemahaman pengguna terhadap laporan, komentar, dan
rekomendasi yang dikeluarkan
5. Whistle blowing
4.

Merupakan Tindakan yang dilakukan seorang atau beberapa karyawan untuk


membocorkan kecurangan perusahaan kepada pihak lain. Motivasi utamanya
adalah moral. Whistle blowing sering disamakan begitu saja dengan membuka
rahasia perusahaan.
Whistle blowing dibagi menjadi dua yaitu :
1. Whistle Blowing internal, yaitu kecurangan dilaporkan kepada pimpinan
perusahaan tertinggi, pemimpin yang diberi tahu harus bersikap netral dan
bijak, loyalitas moral bukan tertuju pada orang, lembaga, otoritas, kedudukan,
melainkan pada nilai moral: keadilan, ketulusan, kejujuran, dan dengan
demikian bukan karyawan yang harus selalu loyal dan setia pada pemimpin
melainkan sejauh mana pimpinan atau perusahaan bertindak sesuai moral
2. Whistle Blowing eksternal, yaitu membocorkan kecurangan perusahaan
kepada pihak luar seperti masyarakat karena kecurangan itu merugikan
masyarakat, motivasi utamanya adalah mencegah kerugian bagi banyak
orang, yang perlu diperhatikan adalah langkah yang tepat sebelum
membocorkan kecurangan terebut ke masyarakat, untuk membangun iklim
bisnis yang baik dan etis memang dibutuhkan perangkat legal yang adil dan
baik.
6. Creative Accounting (Akuntansi kreatif)
Creative Accounting adalah praktek akuntansi yang mengikuti peraturan dan
undang-undang yang diperlukan, tetapi menyimpang dari standar apa yang
mereka berniat untuk menyelesaikan. Akuntansi kreatif memanfaatkan pada celah
di standar akuntansi untuk memerankan palsu citra yang lebih baik perusahaan.
Semua proses dimana beberapa pihak menggunakan kemampuan pemahaman
pengetahuan akuntansi (termasuk di dalamnya standar, teknik, dll) dan
menggunakannya untuk memanipulasi pelaporan keuangan.
Creative accounting melibatkan begitu banyak manipulasi, penipuan,
penyajian laporan keuangan yang tidak benar, seperti permainan pembukuan
(memilih penggunaan metode alokasi, mempercepat atan menunda pengakuan
atas suatu transasksi dalam suatu periode ke periode yang lain).
7. Fraud (kecurangan)
Kecurangan (Fraud) sebagai suatu tindak kesengajaan untuk menggunakan
sumber daya perusahaan secara tidak wajar dan salah menyajikan fakta untuk
memperoleh
keuntungan
pribadi.
Dalam
bahasa
yang
lebih
sederhana, fraud adalah penipuan yang disengaja. Hal ini termasuk berbohong,
menipu, menggelapkan dan mencuri. Yang dimaksud dengan penggelapan disini
adalah merubah asset/kekayaan perusahaan yang dipercayakan kepadanya secara
tidak wajar untuk kepentingan dirinya. Fraud dapat dilakukan oleh seseorang dari
dalam maupun dari luar perusahaan. Fraud umumnya dilakukan oleh orang
dalam perusahaan (internal fraud) yang mengetahui kebijakan dan prosedur
perusahaan.
Mengingat adanya pengendalian (control) yang diterapkan secara ketat oleh
hampir semua perusahaan untuk menjaga asetnya, membuat pihak luar sukar
untuk melakukan pencurian. Internal fraud terdiri dari 2 (dua) kategori
yaitu Employee fraud yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok orang untuk
memperoleh keuntungan finansial pribadi maupun kelompok dan Fraudulent
financial reporting.

Fraudulent financial reporting adalah perilaku yang disengaja atau ceroboh,


baik dengan tindakan atau penghapusan, yang menghasilkan laporan keuangan
yang menyesatkan (bias). Fraudulent financial reporting yang terjadi disuatu
perusahaan memerlukan perhatian khusus dari auditor independen.
Penyebab fraudulent financial reporting umumnya 3 (tiga) hal :
1. Manipulasi, falsifikasi, alterasi atas catatan akuntansi dan dokumen pendukung
atas laporan keuangan yang disajikan
2. Salah penyajian (misrepresentation) atau kesalahan informasi yang signifikan
dalam laporan keuangan
3. Salah penerapan (misapplication) dari prinsip akuntansi yang berhubungan
dengan jumlah, klasifikasi, penyajian (presentation) dan pengungkapan
(disclosure).
Fraudulent financial reporting juga dapat disebabkan adanya kolusi antara
manajemen dengan auditor independen. Salah satu upaya untuk mencegah adanya
kolusi tersbut, maka perlu dilakukan rotasi auditor independen dalam melakukan
audit suatu perusahaan.
Proses fraud biasanya terdiri dari 3 macam, yaitu pencurian (theft) dari
sesuatu yang berharga (cash, inventory, tools, supplies, equipment atau data),
konversi (conversion) asset yang dicuri kedalam cash dan pengelabuhan /
penutupan (concealment) tindakan kriminal agar tidak dapat terdeteksi.
Unsur-unsur fraud antara lain sekurang-kurangnya melibatkan dua pihak
(collussion),
tindakan
penggelapan/penghilangan
atau false
representation dilakukan dengan sengaja, menimbulkan kerugian nyata atau
potensial atas tindakan pelaku fraud. Meskipun perusahaan secara hukum dapat
menuntut pelaku fraud, ternyata tidak mudah usaha untuk menangkap para
pelaku fraud, mengingat pembuktiannya relatif sulit.
Jenis-jenis fraud, yaitu :
1. Pemalsuan (Falsification) data dan tuntutan palsu (illegal act). Hal ini terjadi
manakala seseorang secara sadar dan sengaja memalsukan suatu fakta,
laporan, penyajian atau klaim yang mengakibatkan kerugian keuangan atau
ekonomi dari para pihak yang menerima laporan atau data palsu tersebut.
2. Penggelapan kas (embezzlement cash), pencurian persediaan/aset (Theft of
inventory / asset) dan kesalahan (false) atau misleading catatan dan dokumen.
Penggelapan kas adalah kecurangan dalam pengalihan hak milik perorangan
yang dilakukan oleh seseorang yang mempunyai hak milik itu di mana
pemilikan diperoleh dari suatu hubungan kepercayaan.
3. Kecurangan Komputer (Computer fraud) meliputi tindakan ilegal yang mana
pengetahuan tentang teknologi komputer adalah esensial untuk perpetration,
investigation atau prosecution. Dengan menggunakan sebuah komputer
seorang fraud perpetrator dapat mencuri lebih banyak dalam waktu lebih
singkat dengan usaha yang lebih kecil. Pelaku fraud telah menggunakan
berbagai metode untuk melakukan Computer fraud .
Kecurangan pelaporan keuangan biasanya dilakukan karena dorongan dan
ekspektasi terhadap prestasi pengubahan terhadap catatan akuntansi atau
dokumen pendukung yang merupakan sumber penyajian kerja manajemen. Salah
saji yang timbul karena kecurangan terhadap pelaporan keuangan lebih dikenal
dengan istilah irregularities (ketidakberesan). Bentuk kecurangan seperti ini

seringkali dinamakan kecurangan manajemen (management fraud), misalnya


berupa manipulasi, pemalsuan, atau laporan keuangan. Kesengajaan dalam salah
menyajikan atau sengaja menghilangkan (intentional omissions) suatu transaksi,
kejadian, atau informasi penting dari laporan keuangan.
Karakteristik Kecurangan :
a.
Oleh pihak perusahaan, yaitu :
Manajemen untuk kepentingan perusahaan, yaitu salah saji yang timbul
karena kecurangan pelaporan keuangan (misstatements arising from
fraudulent financial reporting).
Pegawai untuk keuntungan individu, yaitu salah saji yang berupa
penyalahgunaan aktiva (misstatements arising from misappropriation of
assets).
b.
Oleh pihak di luar perusahaan, yaitu pelanggan, mitra usaha, dan pihak asing
yang dapat menimbulkan kerugian bagi perusahaan.
Faktor Pemicu Fraud :
1. Greed (keserakahan)
2. Opportunity (kesempatan)
3. Need (kebutuhan)
4. Exposure (pengungkapan)
Faktor Greed dan Need merupakan faktor yang berhubungan dengan
individu pelaku kecurangan (disebut juga faktor individual). Sedangkan
faktor Opportunity dan Exposure merupakan faktor yang berhubungan dengan
organisasi sebagai korban perbuatan kecurangan (disebut juga faktor
generik/umum).
a. Faktor generic
Kesempatan (opportunity) untuk melakukan kecurangan tergantung pada
kedudukan pelaku terhadap objek kecurangan. Kesempatan untuk
melakukan kecurangan selalu ada pada setiap kedudukan. Namun, ada
yang mempunyai kesempatan besar dan ada yang kecil. Secara umum
manajemen suatu organisasi/perusahaan mempunyai kesempatan yang
lebih besar untuk melakukan kecurangan daripada karyawan
Pengungkapan (exposure) suatu kecurangan belum menjamin tidak
terulangnya kecurangan tersebut baik oleh pelaku yang sama maupun oleh
pelaku yang lain. Oleh karena itu, setiap pelaku kecurangan seharusnya
dikenakan sanksi apabila perbuatannya terungkap.
b. Faktor individu
Moral, faktor ini berhubungan dengan keserakahan (greed).
Motivasi, faktor ini berhubungan dengan kebutuhan (need), yang lebih
cenderung berhubungan dengan pandangan/pikiran dan keperluan
pegawai/pejabat
yang
terkait
dengan
aset
yang
dimiliki
perusahaan/instansi/organisasi tempat ia bekerja. Selain itu tekanan
(pressure) yang dihadapi dalam bekerja dapat menyebabkan orang yang
jujur mempunyai motif untuk melakukan kecurangan
Gejala Adanya Fraud :
Fraud (Kecurangan) yang dilakukan oleh manajemen umumnya lebih sulit
ditemukan dibandingkan dengan yang dilakukan oleh karyawan. Oleh karena itu,

perlu diketahui gejala yang menunjukkan adanya kecurangan tersebut, adapun


gejala tersebut adalah :
1. Gejala kecurangan pada manajemen :
Ketidakcocokan diantara manajemen puncak
Moral dan motivasi karyawan rendah
Departemen akuntansi kekurangan staf
Tingkat komplain yang tinggi terhadap organisasi/perusahaan dari pihak
konsumen, pemasok, atau badan otoritas
Kekurangan kas secara tidak teratur dan tidak terantisipasi
Penjualan/laba menurun sementara itu utang dan piutang dagang
meningkat
Perusahaan mengambil kredit sampai batas maksimal untuk jangka waktu
yang lama
Terdapat kelebihan persediaan yang signifikan
Terdapat peningkatan jumlah ayat jurnal penyesuaian pada akhir tahun
buku
2. Gejala kecurangan pada karyawan/pegawai
Pembuatan ayat jurnal penyesuaian tanpa otorisasi manajemen dan tanpa
perincian/penjelasan pendukung
Pengeluaran tanpa dokumen pendukung
Pencatatan yang salah/tidak akurat pada buku jurnal/besar
Penghancuran,
penghilangan, pengrusakan dokumen pendukung
pembayaran
Kekurangan barang yang diterima
Kemahalan harga barang yang dibeli
Faktur ganda
Penggantian mutu barang
Pencegahan dan Pendeteksian Fraud :
Dalam mencegah dan mendeteksi serta menangani fraud sebenarnya ada
beberapa pihak yang terkait: yaitu akuntan (baik sebagai auditor internal, auditor
eksternal, atau auditor forensik) dan manajemen perusahaan.
1. Corporate Governance dilakukan oleh manajemen yang dirancang dalam
rangka mengeliminasi atau setidaknya menekan kemungkinan
terjadinya fraud. Corporate governance meliputi budaya perusahaan,
kebijakan-kebijakan, dan pendelegasian wewenang.
2. Transaction Level Control Process yang dilakukan oleh auditor internal,
pada dasarnya adalah proses yang lebih bersifat preventif dan pengendalian
yang bertujuan untuk memastikan bahwa hanya transaksi yang sah,
mendapat otorisasi yang memadai yang dicatat dan melindungi perusahaan
dari kerugian.
3. Retrospective Examination yang dilakukan oleh Auditor Eksternal
diarahkan untuk mendeteksi fraud sebelum menjadi besar dan
membahayakan perusahaan.
4. Investigation and Remediation yang dilakukan forensik auditor. Peran
auditor forensik adalah menentukan tindakan yang harus diambil terkait
dengan ukuran dan tingkat kefatalan fraud, tanpa memandang
apakah fraud itu hanya berupa pelanggaran kecil terhdaap kebijakan

8.

perusahaan ataukah pelanggaran besar yang berbentuk kecurangna dalam


laporan keuangan atau penyalahgunaan aset.
Fraud auditing (kecurangan auditor)
Fraud Auditing (Audit Kecurangan) yang merupakan salah satu bidang
tugas Auditor. Perkembangan teknologi informasi, e-commerce dsb yang
berpengaruh secara langsung atau tidak langsung dalam operasional perusahaan
telah membuka celah baru bagi munculnya praktek-praktek fraud yang
berakibat fatal bagi perusahaan. Mengantisipasi hal itu maka Auditor Internal
sudah seyogianya meningkatkan kemampuan dalam mendeteksi dan mencegah
timbulnya kecurangan tersebut serta mencari solusi terbaik agar hal itu tidak
terjadi.
Tugasnya ada 2 yaitu :
1. Auditor Internal yang ingin memiliki landasan pengetahuan yang kuat di
bidang fraud auditing baik menyangkut pencegahan, pendeteksian ataupun
dalam investigasinya
2. Operations managers yang ingin mengembangkan wawasan dan
pengetahuannya dalam pendeteksian dan pencegahan kecurangan

Manipulasi laporan keuangan PT KAI


Diduga terjadi manipulasi data dalam laporan keuangan PT KAI tahun 2005,
perusahaan BUMN itu dicatat meraih keutungan sebesar Rp 6,9 Miliar. Padahal
apabila diteliti dan dikaji lebih rinci, perusahaan seharusnya menderita kerugian
sebesar Rp 63 Miliar. Komisaris PT. KAI, Hekinus Manao yang juga sebagai Direktur
Informasi dan Akuntansi Direktorat Jenderal Perbendaharaan Negara Departemen
Keuangan mengatakan, laporan keuangan itu telah diaudit oleh Kantor Akuntan
Publik S. Manan. Audit terhadap laporan keuangan PT. KAI untuk tahun 2003 dan
tahun-tahun sebelumnya dilakukan oleh Badan Pemeriksan Keuangan (BPK), untuk
tahun 2004 diaudit oleh BPK dan akuntan publik.
Hasil audit tersebut kemudian diserahkan direksi PT. KAI untuk disetujui
sebelum disampaikan dalam rapat umum pemegang saham, dan komisaris PT. KAI
yaitu Hekinus Manao menolak menyetujui laporan keuangan PT. KAI tahun 2005
yang telah diaudit oleh akuntan publik. Setelah hasil audit diteliti dengan seksama,
ditemukan adanya kejanggalan dari laporan keuangan PT. KAI tahun 2005.
Pajak pihak ketiga sudah tiga tahun tidak pernah ditagih, tetapi dalam laporan
keuangan itu dimasukkan sebagai pendapatan PT KAI selama tahun 2005. Kewajiban
PT. KAI untuk membayar surat ketetapan pajak (SKP) pajak pertambahan nilai (PPN)
sebesar Rp 95,2 Miliar yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Pajak pada akhir
tahun 2003 disajikan dalam laporan keuangan sebagai piutang atau tagihan kepada
beberapa pelanggan yang seharusnya menanggung beban pajak itu. Padahal
berdasarkan Standart Akuntansi, pajak pihak ketiga yang tidak pernah ditagih itu tidak
bisa dimasukkan sebagai aset. Di PT. KAI ada kekeliruan direksi dalam mencatat
penerimaan perusahaan selama tahun 2005.
Penurunan nilai persediaan suku cadang dan perlengkapan sebesar Rp 24 Miliar
yang diketahui pada saat dilakukan inventarisasi tahun 2002 diakui manajemen PT
KAI sebagai kerugian secara bertahap selama lima tahun. Pada akhir tahun 2005
masih tersisa saldo penurunan nilai yang belum dibebankan sebagai kerugian sebesar
Rp 6 Miliar, yang seharusnya dibebankan seluruhnya dalam tahun 2005.

Manajemen PT. KAI tidak melakukan pencadangan kerugian terhadap


kemungkinan tidak tertagihnya kewajiban pajak yang seharusnya telah dibebankan
kepada pelanggan pada saat jasa angkutannya diberikan PT KAI tahun 1998 sampai
2003.
Perbedaan pendapat terhadap laporan keuangan antara komisaris dan auditor
akuntan publik terjadi karena PT. KAI tidak memiliki tata kelola perusahaan yang
baik. Ketiadaan tata kelola yang baik itu juga membuat komite audit (komisaris) PT.
KAI baru bisa dibuka akses terhadap laporan keuangan setelah diaudit akuntan publik.
Akuntan publik yang telah mengaudit laporan keuangan PT KAI tahun 2005 segera
diperiksa oleh Badan Peradilan Profesi Akuntan Publik. Jika terbukti bersalah,
akuntan publik itu diberi sanksi teguran atau pencabutan izin praktek.
Di dalam standar kode etik Akuntan Manajemen, ada beberapa yang dilanggar
oleh manajemen yakni:
1. Competensi. Akuntan manajemen tidak kompetensi karena tidak memelihara
pengetahuan dan keahlian yang dimilikinya dengan sepantasnya, selain itu tidak
mengikuti hukum, peraturan dan standar teknis, dan tidak membuat laporan yang
jelas dan lengkap berdasarkan informasi yang dapat dipercaya dan relevan
melainkan dengan memanipulasi data.
2. Creative Accounting. Akuntan manajemen telah menyimpang dari praktek
akuntansi yang mengikuti peraturan dan undang-undang. Manajemen perusahaan
melakukan banyak maanipulasi dalam menyajikan laporan keuangan.
3. Fraud. Manajemen telah sengaja melakukan kecurangan dengan menyajikan
laporan keuangan tidak dengan data yang sebenarnya.
PT KAI melanggar Pasal 90 UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal
Dalam kegiatan perdagangan efek, setiap pihak dilarang secara langsung maupun
tidak langsung:
1. Menipu atau mengelabui Pihak lain dengan menggunakan sarana dan atau cara
apa pun;
2. Turut serta menipu atau mengelabui Pihak lain; dan
3. Membuat pernyataan tidak benar mengenai fakta yang material atau tidak
mengungkapkan fakta yang material agar pernyataan yang dibuat tidak
menyesatkan mengenai keadaan yang terjadi pada saat pernyataan dibuat dengan
maksud untuk menguntungkan atau menghindarkan kerugian untuk diri sendiri
atau Pihak lain atau dengan tujuan mempengaruhi Pihak lain untuk membeli atau
menjual Efek.
PT KAI dapat dikenakan sanksi sesuai Pasal 107 UU No.8 Tahun 1995 yang
menyatakan:
Setiap Pihak yang dengan sengaja bertujuan menipu atau merugikan Pihak lain
atau menyesatkan Bapepam, menghilangkan, memusnahkan, menghapuskan,
mengubah, mengaburkan, menyembunyikan, atau memalsukan catatan dari Pihak
yang memperoleh izin, persetujuan, atau pendaftaran termasuk Emiten dan
Perusahaan Publik diancam dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan
denda paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
PT KAI dalam pelaporan keuangan tidak sesuai PSAK 23 mengenai
pendapatan. PT KAI mengakui pajak pihak ketiga yang tidak dibayarkan selama tiga
tahun sebagai pendapatan selama tahun 2005. Pencatatan ini tidak seharusnya terjadi

karena piutang yang tidak tertegih seharusnya tidak dapat dianggap sebagai
pendapatan maupun aset. Perbedaan persepsi mengenai pengakuan pendapatan terjadi
di pihak internal PT KAI. Ada yang berpendapat bahwa puitang belum tertagih sudah
bisa diakui sebagai pendapatan karena suatu waktu akan tertagih sebagai pendapatan.
Namun beberapa pihak berpendapatan berkebalikan bahwa puitang belum tertagih
tidak seharusnya dicatat sebagai pendapatan karena faktor-faktor yang membuatnya
diakui dan dicatat sebagai pendapatan bahkan belum dapat terpenuhi. Kasus seperti
ini terjadi karena PT KAI belum dapat menyamakan persepsi mengenai pengakuan
dan pencatatan pendapatan yang sesuai dengan aturan dan kebijakan yang telah
disepakati.
PT KAI dalam pelaporan keuangan tidak sesuai PSAK 14 mengenai
persediaan. Penurunan nilai persediaan suku cadang dan perlengkapan sebesar Rp 24
Miliar yang diketahui pada saat dilakukan inventarisasi tahun 2002 diakui manajemen
PT KAI sebagai kerugian secara bertahap selama lima tahun. Pada akhir tahun 2005
masih tersisa saldo penurunan nilai yang belum dibebankan sebagai kerugian sebesar
Rp 6 Miliar, yang seharusnya dibebankan seluruhnya dalam tahun 2005.
PT KAI dalam pelaporan keuangan tidak sesuai PSAK 9 mengenai penyajian
aktiva lancar dan kewajiban lancar. Manajemen PT KAI tidak melakukan
pencadangan kerugian terhadap kemungkinan tidak tertagihnya kewajiban pajak yang
seharusnya telah dibebankan kepada pelanggan pada saat jasa angkutannya diberikan
PT KAI tahun 1998 sampai 2003.
Akuntan manajemen dalam menyajikan laporan keuangan PT KAI tidak bisa
dianggap benar karena adanya penyimpangan. Sanksi yang dapat diberikan antara lain
dibekukan atau dicabut izin atas praktik terhadap akuntan manajemen tersebut.

Вам также может понравиться