Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Allopurinol adalah obat penyakit priai (gout) yang dapat menurunkan kadar
asam urat dalam darah. Alopurinol bekerja dengan menghambat xantin oksidase
yaitu enzim yang dapat mengubah hipoxantin menjadi xantin, selanjutnya
mengubah xantin menjadi asam urat. Dalam tubuh Allopur inol mengalami
metabolisme menjadi
oksipur inol (alozantin) yang juga bekerja sebagai
penghambat enzim xantin oksidase. Mekanisme kerja senyawa ini berdasarkan
katabolisme purin dan mengurangi prosuksi asam urat, tanpa mengganggu
biosintesa purin.Allopurinol dapat meningkatkan frekuensi serangan artritis gout
akut sehingga sebaiknya obat anti inflamasi atau kolkisin diberikan bersama
pada awal terapi (Katzung, 2004).
Uraian umum allopurinol menurut Farmakope Indonesia Edisi IV (1995):
Rumus Bangun: Allopurinol
Nama Kimia: 1H-Pirazolol (3, 4) dipirimidin -4-ol[315-30-0] C5H4N4O
Rumus Molekul: C5H4N4O
Berat Molekul: 136,11g/mol
Pemerian : Serbuk halus putih hingga hampir putih, berbau lemah.
Susut pengering : Suhu 105C selama tidak lebih dari 0,5% lakukan pengeringan
pada suhu 105C
selama 5 jam.
Persyaratan : Allopurinol mengandung tidak kurang
dari 98,0% dan Tidak lebih dari 101,1% C5H4N4O, dihitung terhadapat zat Yang
telah dikeringkan.
Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air dan etanol , larut dalam Larutan kalium
dan natrium hidroksida, praktis tidak larut Dalam kloroform dalam eter.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya.
Penandaa: Pada etiket harus juga tertera kadaluarsa. (Farmakope IV, 1995)
Allopurinol bekerja dengan cara mengurangi sintesa urat atas dasar persaingan
substrat dengan zat-zat purin berlandaskan enzim xanthin oksidase. Enzim yang
mengubah hipoxantin menjadi xantin dan selanjutnya menjadi asam urat.
Melalui mekanisme umpan balik allopurinol menghambat sintesa purin yang
merupakan prekursor xanthin (Katzung, 2004).
2.3.2 Farmakokinetika
Allopurinol kira-kira 80% diserap setelah pemakaian oral. Seperti uric
acid,allopurinol sendiri dimetabolisme oleh xanthine oxidase. Persenyawaan
hasilnya,alloxanthine,mempertahankan kemampuannya untuk menhambat
xanthine oxidase dan mempunyai durasi kerja yang cukup panjang sehingga
allopurinol cukup diberikan satu kali sehari (Katzung, 2004).
2.3.3Farmakodinamika
Diet purin di dalam makanan bukan merupakan sumber uric acid yang penting.
Jumlah penting secara kuantitatif dari purine dibentuk dari asam amino, formate,
dan karbondoksida dalam tubuh. Ribonukleotida purine tersebut tidak tergabung
ke dalam nucleic acid (asam nukleat) dan yang berasal dari degradasi nucleic
acid dikonversi menjadi xantine atau hypoxanthine dan dioksida menjadi uric
acid. Bilamana langkah terakhir ini dihambat oleh allopurinol, maka ada
penurunan pada kadar plasma urate dan penurunan pada timbunan urate
dengan peningkatan yang bersamaan pada xantine dan hypoxanthine yang lebih
mudah larut (Katzung, 2004).
2.3.4 Efek samping
Menurut Munaf (1994), reaksi-reaksi yang tidak diinginkan pada terapi
Allopurinol antara lain:
a. Reaksi kulit
Bila kemerahan kulit timbul obat harus dihentikan karena gangguan mungkin
menjadi lebih berat.
b. Reaksi alergi
Berupa demam, leukopeni, pruritus, eosinofillia, artralgia.
c. Gangguan saluran pencernaan
d. Allopurinol dapat meninggkatkan frekwensi serangan sehingga pada awal
terapi diberikan kolkisin.
2.3.5 Indikasi
Pengobatan pirai dengan allopur inol, seperti dengan agen- agen urikosurik,
meskipun allopurinol seringkali digunakan sebagai obat punurun urate yang
pertama kali dipakai, indikasinya yang paling rasional adalah sebagai : (Munaf,
1994)
1.pada tofus pirai yang kronis, dimana penyerapan kembali dari tofus lebih cepat
dari pada dengan agen-agen urikosurik.
2.pada pasien dengan pirai yang uric acid dalam urine 24 jam-nya pada diet
bebas purine
melebihi 600-700 mg.
3.untuk batu ginjal yang berulang.
Dalam proses interaksi antara obat dengan sifat fisika dan kimianya terhadap
tubuh dengan sifat biodinamikanya terdapat dua proses penting yaitu proses
farmakokinetik yaitu pengaruh tubuh terhadap obat dan farmakodinamik yaitu
pengaruh obat terhadap tubuh.
Farmakokinetik
Alopurinol hampir 80% diabsorpsi setelah pemberian peroral. Seperti asam urat,
alupurinol dimetabolisme sendiri oleh xantin oksidase. Senyawa hasilnya yaitu
aloxantin, yang dapat mempertahankan kemampuan menghambat xantin
oksidase dan mempunyai masa kerja yang cukup lama, sehingga alopurinol
cukup diberikan hanya sekali sehari.
Onset dari alopurinol yaitu 1 2 minggu. Absorbsi alopurinol bila diberikan
secara peroral adalah 60% dari dosis pemberian. Volume distribusinya 1,6 L/Kg
dan metabolisme menjadi metabolit aktif oxypurinol ( 75% ). Ekskresi alopurinol
dalam urin sebesar 76% dalam bentuk oxypurinol dan 12% dalam bentuk utuh. T
dari alopurinol adalah 1 3 jam sedangkan untuk aloxantin 18 30 jam.
Bioavaibilitasnya 49 % 53%. Klirens alopurinol pada dosis 200 mg per hari
adalah 10 20 ml/menit. Untuk dosis 100 mg per hari, klirens alopurinol yaitu 3
10 ml/menit sedangkan untuk sediaan extended dengan 100 mg per hari, klirens
alopurinol < 3 ml/menit.
Farmakodinamik
Diet purin di dalam makanan bukan merupakan sumber uric acid yang penting.
Jumlah penting secara kuantitatif dari purine dibentuk dari asam amino, formate,
dan karbondoksida dalam tubuh. Ribonukleotida purine tersebut tidak tergabung
ke dalam nucleic acid (asam nukleat) dan yang berasal dari degradasi nucleic
acid dikonversi menjadi xantine atau hypoxanthine dan dioksida menjadi uric
acid. Bilamana langkah terakhir ini dihambat oleh allopurinol, maka ada
penurunan pada kadar plasma urate dan penurunan pada timbunan urate
dengan peningkatan yang bersamaan pada xantine dan hypoxanthine yang
lebih mudah larut (Katzung, 2004).
Purin dibentuk dari asam amino, asam format, dan karbondioksida dalam tubuh.
Namun purin juga dibentuk dari degradasi asam nukleat yang kemudian
dikonversi menjadi xantin atau hipoksantin dan dioksidasi menjadi asam urat.
Jadi hipoksantin akan diubah menjadi xantin oleh enzim xantin oksidase dan
kemudian xantin akan diubah menjadi asam urat ( 2, 6, 8-trioksipurin) oleh
enzim xantin oksidase.
Dengan adanya alopurinol, akan menghambat enzim xantin oksidase sehingga
terjadi penurunan kadar asam urat dalam plasma dan penurunan timbunan
asam urat disertai dengan peningkatan xantin dan hipoksantin yang lebih larut.
Mekanisme penghambatan pembentukan asam urat oleh alopurinol yaitu
alopurinol yang merupakan isomer dari hipoksantin, bekerja sebagai antagonis
kompetitif dari hipoksantin yang dapat dioksidasi oleh enzim xantin oksidase
menjadi aloksantin. Hal ini menyebabkan jumlah enzim xantin oksidase yang
seharusnya mengubah hipoksantin menjadi xantin dan dari xantin menjadi asam
urat berkurang sehingga pada akhirnya produksi asam urat menurun.