Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kata aves berasal dari kata latin dipakai sebagai nama kelas, sedang Ornis
dari kata Yunani dipakai dalam Ornithology berarti ilmu yang mempelajari
burung-burung (Jasin, 1984: 74). Meskipun burung berdarah panas, ia berkerabat
dekat dengan reptil. Bersama kerabatnya terdekat, suku Crocodylidae alias
keluarga buaya, burung membentuk kelompok hewan yang disebut Archosauria.
Diperkirakan burung berkembang dari sejenis reptil di masa lalu, yang memendek
cakar depannya dan tumbuh bulu-bulu yang khusus di badannya. Pada awalnya,
sayap primitif yang merupakan perkembangan dari cakar depan itu belum dapat
digunakan untuk sungguh-sungguh terbang, dan hanya membantunya untuk bisa
melayang dari suatu ketinggian ke tempat yang lebih rendah.
Aves adalah anggota kelompok hewan bertulang belakang (vertebrata)
yang memiliki bulu dan sayap. Bulu adalah modifikasi dari sisik yang
berkembang secara evolusioner dari reptilia. Fosil tertua burung ditemukan di
Jerman dan dikenal sebagai Archaeopteryx. Jenis-jenis burung begitu bervariasi,
mulai dari burung kolibri yang kecil mungil hingga burung unta, yang lebih tinggi
dari orang. Diperkirakan terdapat sekitar 8.800 10.200 spesies burung di seluruh
dunia; sekitar 1.500 jenis di antaranya ditemukan di Indonesia. Berbagai jenis
burung ini secara ilmiah digolongkan ke dalam kelas Aves (Jasin, 1984: 75).
Aves juga merupakan satu-satunya kelas dalam kelompok chordata yang
cukup unik dengan memiliki berbagai macam tipe kaki. Kaki pada aves digunakan
untuk berjalan, bertengger atau berenang (dengan selaput interdigital).
Karakteristik tengkorak meilputi tulang-tulang tengkorak yang berfusi kuat, paruh
berzat tanduk. Aves tidak bergigi. Mata besar. Kondil oksipetal tunggal (Djarubito,
1989: 218). Jantung burung terdiri dari empat ruang dan tergolong hewan
berdarah panas. Semua burung menggunakan paruh dan tidak memiliki gigi.
Struktur modifikasi untuk terbang meliputi tulang lengkung, rangka apendikular
depan berubah menjadi sayap, kantung udara, mata yang lebar, dan cerebellum
yang berkembang dengan sangat baik (Jasin, 1984: 75).
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini sebagai berikut.
1.
2.
3.
4.
5.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Karakteristik Anggota Kelas Aves
1. Struktur bulu
Bulu merupakan struktur khusus kelas Aves. Secara filogenetik, bulu diduga
berasal dari epidermal. Secara embriologis bulu bermula dari papilla dermal.
Poros utama bulu disebut shaft (tangkai), bagian dekat shaft disebut calamus
merupakan sebuah lingkaran dan tidak memiliki jaringan. Sisa shaft disebut
rachis dipenuhi sumsum dan memiliki jaringan. Baris-baris barbule yang
berlekatan saling bersambungan. Ujung dan sisi bawah tiap barbule memiliki
filamen kecil yang disebut barbicels berfungsi membantu menahan barbula yang
saling bersambungan. Ada beberapa burung bulunya baru lengkap setelah
pertumbuhan bulu kedua, yang muncul pada bagian dorsal shaft dan
persimpangan rachis-calamus. Bulu tambahan ini disebut aftershaft, tetapi
kebanyakan burung tidak memiliki (Sukiya, 2001:79). Bagian-bagian dari bulu
burung dapat dilihat pada Gambar 2.1.
Ada beberapa struktur jenis bulu burung. Kontur bulu, setelah bulu dicabuti
bulunya, maka akan ditemukan struktur bulu kecil-kecil mirip rambut yang
tersebar diseluruh tubuh, disebut filoplumae dan bila diperiksa dengan seksama
akan Nampak terdiri dari shaft yang ramping dan beberapa barbula di puncak.
Seseorang yang sedang mencabuti bulu itik akan mendapati filoplumae. Bulu
burung saat menetas disebut neossoptile, sedangkan teleoptile untuk bulu burung
dewasa (Sukiya, 2001:79). Berbagai tipe bulu dapat dilihat pada Gambar 2.2.
yang memanjang melebihi bulu luar, ditemukan pada kepala burung caprimulgids
dan burung penangkap serangga dan bristle yang menutupi lubang hidung burung
pelatuk. Ada spekulasi luas tentang fungsi bristle. Bristle pada burung pelatuk
memiliki fungsi sebagai penutup lubang hidung nampaknya sebagai adaptasi agar
partikel-partikel kayu
tetap di luar saluran
pernapasan.
Berkurangnya
bulu
bristle,
menguntungkan bagi
spesies
pemakan
makanan. Hormone juga berperan penting dalam pengendali warna bulu. Spesies
burung juga terdapat dimorfisme warna dalam seksual, pengaturan hormone
esterogen banyak berperan pada burung jantan yaitu sebelum hinga awal
pergantian bulu, sementara itu burung betina mungkin diinduksi oleh bulu burung
jantan dengan pengaturan testosterone (Sukiya, 2001:81).
Oksidasi dan abrasi/gesekan merupakan faktor eksternal yang berpengaruh
pada perubahan warna bulu burung. Terutama karotin, merupakan subyek pokok
pemudaran sinar matahari, dan bulu-bulu yang diiliki selama satu tahun mungkin
berbeda-beda warnanya (Sukiya, 2001:81).
3. Aransemen bulu
Meskipun dari luar seekor burung nampak memiliki bulu yang tersebar rata
di seluruh tubuh, ternyata setelah dicabuti nampak bahwa bulu dirancang pada
bidang-bidang terbatas yang disebut pterilae. Di antara pterilae ada bidang kecil
pada kulit yang kosong disebut apterilae. Ada kekecualian pada Penguin dan
Kiwi, di mana bulu ditemukan hampir pada sebagian besar tubuhnya (Sukiya,
2001:82). Aransemen bulu pada Aves dapat dilihat pada Gambar 2.4.
Pterilosis atau studi tentang bulu dan aransemennya, telah ditetapkan namanama bulu di berbagai tempat pada tubuh burung. Oleh karena luas dan bentuknya
bervariasi maka perlu diklasifikasi.bidang utama dijelaskan sebagai berikut:
Capital tract menutup bagian atas, samping dan belakang kepala dan terus
ke pterilae berikutnya. Spinal tract memanjang dari atas leher ke punggung
kemudian ke dasar ekor dan bisa berlanjut atau mungkin terpisah di tengah.
Kadang-kadang spinal tract terbagi menjadi bagian-bagian di tengah punggung
yang menutup apterilae eliptik dan kadang bagian pangkalnya bercabang dua
hingga dasar ekor.
Ventral tract berawal di antara cabang dari rahang bawah dan memanjang
turun ke sisi ventral leher, yang biasanya bercabang menjadi dua bisang lateral
yang melewati sepanjang sisi tubuh dan berakhir di sekitar anus. Bagian apterilae
pada dada bawah dan perut dari beberapa burung, menjadi kaya pembuluh darah
selama masa bersarang dan merupkan brood patch (daerah mengeram). Ketika
terbentuk brood patch, kulit menjadi lebih tipis dan bulu-bulu pada area itu
rontok. Ini diyakini untuk membantu pengeraman, karena kulit yang berhubungan
dengan telur menerima lebih banyak darah daripada kulit di bagian tubuh lainnya.
Humeral tract adalah sepasang pterilae yang sejajar satu sama lain seperti
pita sempit yang meluas ke belakang pada sisik puundak. Bulu pada bidang
tersebut disebut scapular (bulu tulang belikat). Caudal tract termasuk retrices,
bulu pada ekor, biasanya panjang, kuat dan ringan.
Alar tract termasuk berbagai pterilae yang terletak pada sayap. Remiges
adalah bulu ringan dan kuat yang tumbuh dari batas ujung sayap, terbagi menjadi
3 golongan yaitu yang terletak antara pergelangan dan ujung disebut primer,
antara pergelangan dan siku disebut sekunder, sedangkan remiges paling dalam
yang nampak sebagai kelanjutan sekunder pada daerah siku disebut tertier. Thumb
(ibu jari) pada sayap burung diyakini merupakan sisa jari kedua, ada tiga bulu
seperti remiges yang disebut alula. Bulu yang menutupi permukaan atas dan
bawah sayap disebut covert (bulu penutup), yang meliputi covert sayap bagian
atas (bulu covert primer yang paling besar, covert sekunder), alula covert
melengkapi covert lain, dan sebagian kecil bulu permukaan atas yang menutup
batas pangkal sayap disebut marginal covert. Covert pada sisi bawah sayap
terpisah antara covert primer dan covert sekunder. Selain remiges, alula dan
covert, ada sekelompok bulu dan aksilla sayap yang dikenal sebagai aksilaria.
Femoral tract meluas sepanjang permukaan luar paha dari dekat sendi lutut
ke tubuh. Crural tract menyusun sisa bidang bulu lainnya pada kaki. Tuling
kering umumnya tidak berbulu (Sukiya, 2001:83).
4. Pergantian bulu
bulu burung terbentuk sepenuhnya dari struktur tak hidup maka mudah
kusut akibat oksidasi dan pergesekan. Bulu-bulu lama akan lepas secara periodik
dan digantikan oleh bulu baru. Pelepasan dan pergantian bulu disebut molting.
Proses pergantian bulu mengikuti urutan yang pasti. Ada juga bulu pada bagian
tertentu dari tubuh burung yang mengalami pergantian awal sebelum bulu lain,
bahkan pterilae terlepas walaupun hanya satu akan segera diganti. Pergantian bulu
terjadi pada waktu tertentu dalam masa setahun dan umumnya ini diselesaikan
dalam satu periode (beberapa minggu).
Umumnya burung dewasa mengalami pergantian bulu sekali setahun,
terkecuali burung kolibri betina mempertahankan bulunya selama 2 tahun.
Pergantian bulu tahunan biasanya setelah musim perkembangbiakan, tetapi ada
juga yang mendahului musim perkembangbiakan. Di luar masa pergantian, umum
hanya pergantian bulu parsial oleh sebab tertentu. Fakta menunjukkan oleh karena
warna bulu burung, sering membuat orang menempuh perjalanan jauh sampai
ribuan kilometer dan mengeluarkan banyak uang untuk mendapatkannya.
Natal plumage (bulu saat menetas), ada beberapa burung yang sama sekali
telanjang saat menetas. Sebagian besar spesies burng memiliki jumlah bulu yang
bervariasi, hanya beberapa deret bulu pada spesies altricial (missal pada burung
merpati) atau tubuh tertutup bulu sepenuhnya pada burung pecocial muda (missal
pada ayam). Bulu saat menetas akan rontok dan akan diganti bulu baru, sebagai
berikut:
a. Juvenal plumage (bulu anak burung). Burung merupakan karakteristik dari
sebagian burung muda. Bulu lebih substansial dari natal plumage. Pada
sebagian besar burung passerine hanya bertahan beberapa minggu kemudian
sebagian atau seluruhnya akan rontok oleh pergantian bulu dan diganti
dengan first winter plumage.
b. First winter plumage (bulu ketika berusia satu tahun). Bulu ini diperoleh pada
akhir musim panas atau musim gugur dan bertahan hingga musim semi
berikutnya atau selama 12 bulan, tergantung pada spesies. Sebgaian besar
10
spesies burung, bulu akan digantikan walau hanya sebagian. Bulu pengganti
sebelum kawin pertama ialah diganti dengan first nuptial plumage.
c. First nuptial plumage (bulu kawin pertama). Bulu perkembangbiakan
pertama, yang bisa saja mirip atau berbeda dengan bulu dewasa. Bulu ini
pada beberapa spesies hanya merupakan bulu tahun pertama, ada juga bulu
nuptial diperoleh dengan pergantian bulu lengkap yang meliputi semua bulu.
Bulu ini biasanya rontok sebagai akibat pergantian bulu setelah masa kawin
pertama, kemudian digantikan dengan second winter plumage.
d. Second winter plumage (bulu tahun kedua). Bulu ini dapat dibedakan dengan
bulu dewasa musim dingin, kecuali untuk spesies yang memperoleh bulu
dewasa pada tahun pertama atau yang memeroleh bulu dewasa lebih dari dua
tahun. Bulu inni akan digantikan pada musim semi berikutnya dengan bulu
musim kawin kedua.
Bulu burung muda pada beberapa spesies dapat dibedakan dengan mudah
dari bulu burung dewasa. Beberapa burung pantai seperti knot dan dowitcher, dari
bulu berwarna abu-abu kemerahan dan putih digantikan warna-warna cemerlang.
Bulu putih kontras di musim dingin pada burung ptarmigan diganti dengan bulu
warna cerah pada musim kawin. Meskipun warna burung jantan dan betina identik
sama, namun warna bulu burng jantan lebih cerah disbanding dengan warna bulu
burung betina.
Pergantian bulu yang agak aneh ditemuka pada pejantan itik tertentu.
Setelah musim bersarang, hasil pergantian bulu setelah kawin, burung jantan
berwarna pudar abu-abu kemerahan dan bulu pada sayappun dilepas begitu cepat
sehingga untuk sementara burun ini tidak tidak dapat terbang. Oleh karena warna
bulu penjantan menjadi pudar, menyebabkan burung jantan tidak menarik
(Sukiya, 2001:8-85).
5. Fungsi bulu
Bulu merupakan ciri khusus yang dimiliki oleh kelas Aves, terdapat
beberapa fungsi bulu pada Aves diantaranya sebagai penghangat, perlindungan,
membantu untuk meningkatkan kemampuan apung, dan untuk terbang. Berbagai
fungsi tersebut diuraikan sebagai berikut.
Penghangat. Salah satu fungsi pokok bulu adalah penghemat panas tubuh
sebab burung adalah hewan endoderm. Lapisan udara yang ditahan di dalam
struktur bulu menjadi isolator hilangnya panas tubuh dan penetrasi dingin dari
11
12
pernapasan sangat tinggi karena proses pertukaran gas berlangsung sangat baik
dan cepat. Efek lain dari efisiensi pertukaran gas ini adalah sistem pendinginan
tubuh berlangsung sangat baik.
Mekanika terbang burung merupakan obyek studi yang menarik berkaitan
dengan aerodinamika. Prinsip mengangkat, menarik, ujung pemutar, penyebaran
tekanan dan aspek rasio yang digunakan dalam penerbangan adalah berdasar pada
terbang burung. Sayap seekor burung dan sebuah pesawat dalam hal tertentu dapat
disamakan. Keduanya bergaris lurus untuk mengurangi resistensi udara,
permukaan dada cembung sehingga tekanan dari bawah melebihi tekanan dari
atas. Setengah bagian dalam dari sayap burung berkaitan dengan daya
menganngkat, setengah bagaian luar dari pergelangan sayap hingga ujung sayap
berperan sebagai daya pendorong. Bagian distal sayap dalam posisi setengah
lingkaran digunakan untuk melayang. Sayap bagian luar, bukan saja mampu
menghasilkan dorongan
tubuh secara vertical atau untuk meluncur dilakukan oleh sayap bagian dalam.
Gerakan sayap turun ke depan adalah saat bergerak turun dan ketika
bergerak naik maka sayap mengarah ke belakang dan diangkat. Saat gerakan naik,
sebagian sayap dilipat sehingga mengurangi resistensi udara. Burung pada saat
akan hinggap, memanfaatkan kepakan sayap yang sebelumnya diawali dengan
memperbesar sudut sayap secara drastic sehingga bagian punggung langsung kea
rah bawah. Akibat gerakan yang demikian itu akan memperbesar pengagkatan
sementara pada saat kecepatan berkurang dan berhenti ketika kaki menyentuh
landasan.
Burung pada saat terbang ada yang hampir selalu terbang sendiri, dan ada
yang selalu berkelompok. Ada kelompok burung yang terbang tanpa pola, ada
yang terbang terkoordinasi dalam ruang, dalam kecepatan, dalam arah dan waktu
berangkat serta mendarat. Sekawanan burung yang sedang terbang mungkin
dalam formasi baris dari berbagai bentuk baik sederhana atau campuran misalnya
pada burung pelican, burung laut, itik, dan angsa. Formasi terbang dalam bentuk
gerombolan misalnya pada burung pipit, burung jalak, merpati, dan murai.
Sekawanan burung yang terbang berasama, mungkin merupakan suatu adaptasi
perlindungan terhadap predatornya karena deteksi visual menjadi lebih.
13
Sekawanan burung ini mungkin juga sebagai adaptasi untuk mengusir musuh
secara bersamaan (Sukiya, 2001:85-89).
6. Paruh
Paruh burung merupakan modifikasi rahang atas dan rahang bawah. Paruh
member banyak manfaat di antaranya untuk mencari makan, pertahanan, membuat
sarang dan menjjilati bulu. Hal ini tergantung dari spesies dan kebiasaan
hidupnya. Kerangka bertulang paruh atas dan bawah adalah lapisan bertanduk
disebut ramfoteca. Secara embriologis lapisan setiap rahang berasal dari beberapa
plat terpisah kemudian bersambung.
Bagian dorsal rahang atas yang memanjag dari dasar ke ujung paruh disebut
klumen. Rahang bawah disebut tomia mandibula sedangkan rahang atas disebut
tomia maksila. Tomia bisa halus seperti pada burung pipit dan mungkin bertakik
seperti halnya pada burung betet. Tomia pada itik, angsa, soang, dan flamingo ada
sejumlah plat tipis dari lamella digunakan untuk menyaring makanan. Kadang
bagian basal dari rahang atas lembut dan berdaging seperti pada elang dan nuri,
disebut sere. Ada beberapa spesies burung yang lubang hidungnya tertutup oleh
daging atau lapisan tanduk yang dikenal sebagai poperkulum. Sekat lubang hidung
internal ada yang terpisah (perforate) dan ada yang tidak terpisah (imperforate).
Daerah di tengah yang terbentuk oleh sambungan rahang sebelum tersambung
dengan rahang bawah disebut gony.
Bentuk paruh burung dapat dijadikan penduga terhadap kebiasaan spesies.
Paruh spesies pemakan biji, biasanya berbentuk kerucut, kokoh, dan meruncing
tajam, sehingga mudah untuk mengumpulkan dan menguliti biji, contohnya pada
burung kutilang. Paruh burung kutilang, ujung-ujung rahang saling menyilang
sehingga memungkinkan burung untuk mengungkil biji dari contong. Paruh
burung pemakan daging, ujungnya berbentuk kait untuk menyobek makannanya
menjadi potongan-potongan kecil untuk ditelan. Burung bangau dan kuntul yang
menagkap ikan, paruhnya berbentuk tombak panjang. Burung pelatuk memiliki
paruh kuat seperti pahat mampu memotong kayu dan melubagi pohon untuk
menagkap serangga. Paruh itik jelas bermanfaat dalam menahan makanan dari air.
Bagian dalam paruh burung kolibri memiliki paruh berbentuk lonjong, mampu
menampung madu. Burung berkicau yang memunguti serangga dari dedaunan
14
15
16
sebagian besar paling menyatu. Bagian tulang tengkorak bersendi dengan tulang
leher pertama disebut kondilus oksipitalis. Rahang bagian bawah dan atas
memanjang sebagai penopang paruh. Gigi seluruhnya lenyapo ada burung
17
modern. Rahang bawah terdiri atas 5 tulang dan bersambung dengan tulang
tengkorak dengan alat quadrat yang akan bergerak. Orbita sangat besar dan
terpisah satu sama lain oleh septum interorbital tipis, sehingga otak tedorong
kebelakang. Struktur palatum burung merupakan salah satu karakter yang
digunakan dalam diagnosis katagori taksonomi (Sukiya, 2001:65). Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2.7 menjelaskan mengenai sistem rangka
pada aves.
Kolumna verebralis burung mengalami banyak adaptasi. Vertebra
servikalis lebih banyak dari pada kelompok vertebrata lain, dan jumlahnya sangat
bervariasi, fleksibel terutama karena artikulasi permukaan persendian yang
memungkinkan gerakan bebas. Persendian seperti ini disebut herocoelous.
Vertebra torakis anterior mampu bergerak. Bagian lumbar, sacrum dan anterior
kaudal, bersatu dengan pelvic membentuk sinsakrum. Beberapa vertebra kaudal
bebas dan bagian distal bersatu membentuk struktur tunggal yang disebut pigostile
sebagai ekor pendek. Tulang iga burung berbentuk rata dan semuanya (selain iga
pertama dan terakhir) membentuk processsus uncinatus yang saling terhubung
dengan tulang iga berikutnya. Processus uncinatus berfungsi untuk memperkuat
torax dan perlekatan otot. Sternum atau tulang-tulang dada sangat rata dan lebar
sehingga member permukaan cukup untuk perlekatan otot-otot untuk terbang
(pektoralis mayor danpectoralis minor) (Sukiya, 2001:66-67).
18
19
20
21
dexter (kanan), dapat dilihat pada Gambar 2.9. Sistem aorta meninggalkan bilik
kiri dan dan membawa darah ke kepala dan selururh tubuh melalui arkus aortikus
kanan ke empat. Variasi jumlah terjadi pada arteri karotis, walaupun umumnya
burung mempunyai 2 arteria karotis. Ada spesies bururng yang 2 arteria
karotisnya menyatu membentuk saluran tunggal, sedangkan pada golongan lain
mungkin ukurannya mengecil sebelum menyatu, pada burung Passerine hanya
arteria karotis bilik kiri saja (Sukiya, 2001:70).
Ada dua pembuluh prekava fungsional dan postkava lengkap. Prekava
terbentuk oleh penyatuan pembuluha darah dari kerongkongan dan bagian tulang
selangka (subklavia) pada tiap sisi. Postkava menerima darah dari anggota badan
melalui saluran gerbang ginjal (portal renalis), yang lewat melalui ginjal tetapi
tidak terpecah menjadi kapiler-kapiler dan karenanya tidak dapat disamakan
dengan portal renalis dari vertebrata lebih rendah. Eritrosit burung lebih besar
daripada eritrosit mamalia (Sukiya, 2001:70).
22
berpperan sangat kecil dalam merubah pati menjadi gula. Bagian akhir esofagus
membesar pada burung granivora, menjadi kantong disebut tembolok yang
digunakan untk menyimpan makanan sementara . Tembolok secara esensial tidak
banyak mengandung kelenjar pencernaan, meskipun pada burung pigeon dan
sejenisnya mempunyai dua buah bangunan serupa kelenjar yang mampu
menghasilkan materi makanan yang disebut susu merpati yang dimuntahkan oleh
induk pada waktu memberi makan anaknya. Aksi kelenjar tersebut dirangsang
oleh hormon prolaktin dari kelenjar pituitaria di pangkal inferior otak (kelenjar
ini berada pada kelenjar hipofisa), selama masa reproduksi (Sukiya, 2001:71).
Anatomi sistem pencernaan pada Aves dapat dilihat pada Gambar 2.10.
23
buntu) pada perbatasan usus kecil dan usus besar. Usus besar pendek dan lurus
dan membuka ke dalam ruang kloaka (Sukiya, 2001:71-72).
5. Sistem pernafasan
Sistem pernafasan burung sangat efisien sehingga lebih rumit daripada
sistem pernafasan vertebrata yang lain. Celah suara pada burung seperti pada
mamalia, terletak di dasar pangkal faring dan membuka ke dalam laring atau
memanjang di bagian dorsal trakea. Trakea burung bukan merupakan organ
penghasil suara, tetapi untuk memodulasi nada-nada yang dihasilkan dalam sirink
yang terletak di ujung bawah trakea. Laring membagi menjadi dua membentuk
cabang tenggorokan (bronkhus) kanan dan kiri, dapat dilihat pada Gambar 2.11.
24
25
26
daya apung pada burung-burung air, sebagai bantal pneumatikus untuk menahan
hentakan pada burung yang menyelam dalam air dari udara. Tidak semua fungsi
yang dinyatakan tersebut ditemukan pada satu spesies burung (Sukiya, 2001:74).
6. Sistem Urogenital
Sistem urogenital burung dalam banyak hal lebih mendekati reptil daripada
mamalia, kecuali pada mamalia monotremata. Ginjal burung, seperti halnya pada
semua amniota, adalah dari jenis metanefros dan pasangan. Ginjal burung secara
proposional besar, lobus tidak teratur, bentuknya menyesuaikan kedalam depresi
sinsakrum. Setiap ginjal memiliki ureter (saluran kencing) yang mebuka langsung
kedalam kloaka, sehingga urune bercampur dengan kloaka (Sukiya, 2001:75).
Satu-satunya burung yang memiliki kandung kemih adalah burung unta. Sistem
urogenital burung jantan dan betina dapat dilihat pada Gambar 2.13.
Studi tentang kelenjar supraorbital pada burung tertentu, terutama speies
burung laut, seperti halnya pada beberapa reptile, menunjukkan bahwa kelenjar
tersebut digunakan untuk ekskresi garam dari darah
merupakan kemampuan adaptasi spesies burung laut karena menelan air asin, agar
tidak menyebabkan gangguan khusus pada ginjal. Burung pantai, seperti burung
camar laut, terlihat sering meneteskan cairan berupa larutan garam pekat dari
cuping hidungnya. Kelenjar fungsional semacam itu tidak hanya ditemukan pada
spesies burung laut tetapi ditemukan pada beberapa spesies burung air di area
Amerika Utara, dimana alkalinitas air di kolam dan danau cukup tinggi. Burung
padang pasir seperti burung unta, kelenjar garam memberikan alat pengawet atau
cadangan air untuk tubuh, dengan cara membuang garam dari sistem ekskresi
sehingga menyerap air di dalam kloaka menjadi lebih intensif. Sangat sedikit
burung yang mampu hidup survive tanpa air minum, berarti harus mampu
menekan terbuangnya air melalui mekanisme penyerapan kembali di dalam
kloaka. Hal ini dilakukan oleh beberapa spesies burung yang hidup di padang
pasir dan spesies burung rawa asin dengan menaikkan jumlah lekuk-lekuk henle
dalam ginjal. Lekuk ini berfungsi untuk menyerap air kembali dan dengan
demikian urin menjadi lebih pekat. Lekuk-lekuk henle di lapisan medulla ginjal
27
tersebut dapat mencapai dua atau tiga kali lipat pada spesies yang menyimpan air
cadangan daripada burung yang meminum air secara teratur (Sukiya, 2001:76).
28
29
sebagian besar burung relatif terbatas dan hanya pada permukaan atas saja. Hal ini
berkaitan dengan ukuran pusat penciuman di otak sehingga menyebabkan indera
pencium relatif kurang peka untuk sebagian besar burung. Ujung perasa
berkurang pada lidah sebagian besar burung. Organ Jacobson belum sempurna
(Sukiya, 2001:77).
Mata burung sangat berkembang dan proporsinya cukup besar dibading
ukuran tubuhnya. Akomodasi dilaksanakan dengan aksi otot-otot siliaris yang
merubah bentuk lensa. Salah satu bentuk yang tak biasa dari mata burung adalah
adanya struktur berbentuk kipas disebut pecten yang memanjang ke dalam ruang
belakang di bagian saraf optik muncul dari retina. Pecten dapat memberikan
makanan untuk bagian-bagian avaskular mata, mungkin menjadi alat bantu
pandang. Pecten juga diduga merupakan alat orientasi yang memungkinkan
burung dapat menentukan arah gerakan jalannya berkaitan dengan posisi matahari
atau pola-pola bintang. Retina pada burung diurnal lebih didominasi sel konus,
sedangkan retina mata burung nocturnal lebih didominasi sel basilus (Sukiya,
2001:78).
Burung-burung yang sering keluar-masuk gua, maka dalam kegelapan
burung memancarkan serangkaian getaran suara untuk menentukan arah, seperti
halnya pada banyak jenis kelelawar dan mamalia laut. Spesies burung yang
terbang di malam hari dan burung layang-layang dari genus Collocallia yang
menghuni gua, tergantung pada orientasi bunyi ketika terbang dalam kegelapan
(Sukiya, 2001:78).
Kebanyakan burung tidak memiliki telinga eksternal sehingga hanya
merupakan bekas akibat reduksi, tetapi pada burung hantu (Tyto alba) struktur ini
berkembang baik. Columella di bagian tengah telinga, berfungsi mengirimkan
getaran dari membrane timpani ke bagian telinga dalam, kohklea ada meskipun
tidak berbentuk spiral sempurna (Sukiya, 2001:78).
30
Burung
gudang
hantu
mampu
bahwa
31
Archaeopterygiformes
Archaeopterygidae
Archaeopteryx
Archaeomis
Neornithes
32
Ada yang telah punah, tetapi ada yang termasuk burung modern. Bergigi atau
tidak bergigi. Metacarpal bersatu. Vertebrata kaudal tidak ada yang mempunyai
bulu berpasangan. Kebanyakan mempunyai pigostil. Sternum ada yang berlunas,
ada pula yang rata.
Ordo
Ordo
Ordo
Ordo
Ordo
burung unta)
Rheiformes (tidak dapat terbang, tidak berlunas, tinggi 1,2
m, berasal dari Amerika Latin, ada 1 familia, 2 genus, 2
Ordo
Ordo
Ordo
Aepyornis sp. )
Dinornithiformmes (tidak berlunas, telah punah, tulang
korakoid, scapula, sayap tereduksi atau hilang, tinggi
hampir 3 m, telur 14-18 cm, terdapat di Selandia Baru, ada
2 familia, 22 spesies. Contoh burung moa)
33
Ordo
cm,
Ordo
Ordo
Ordo
Ordo
Ordo
gannet)
Ciconiiformes (hidup di sawah, leher panjang, kaki
panjang, bulu dekoratif, kadang-kadang kepala gundul,
paruh bengkok di tengah-tengah pada flamingo, tidak ada
membran kulit di sela jari kecuali flamingo, makanannya
ikan dan hewan air lainnya, hidup berkoloni, ada 7 familia.
Ordo
34
Ordo
Ordo
Ordo
bangau)
Charadriiformes (jari kaki dengan membran kulit, bulu
filopulm padat, kaki panjang, sayap kuat, telur bertotoltotol, banyak terdapat di pantai, ada 16 familia. Contoh:
Ordo
Ordo
Ordo
betet)
Cuculiformes (burung pelari, cakar digunakan untuk
menangkap mangsa, burung betina suka bertelur pada
sarang burung lain dan merebut makanan burung lain, ada
Ordo
35
Ordo
elang malam)
Apodiformes (tubuh kecil, kaki kecil, jari kecil, paruh
kecil, lembek, atau panjang, lidah berbentuk tabung,
sarang dibuat dari secret ludah, ada 3 familia. Contoh:
Ordo
Ordo
Ordo
Ordo
Ordo
Subordo
Subordo
Subordo
36
37
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Dari beberapa penjelasan di atas dapat disimpulkan sebagai berikut.
1. Karakteristik pada Aves meliputi struktur bulu, warna bulu, aransemen bulu,
pergantian bulu, paruh, dan alat gerak.
2. Anatomi dan sistem fisiologi pada anggota Aves meliputi sistem rangka,
sistem otot, sistem sirkulasi, sistem pencernaan, sistem pernafasan, sistem
urogenital, sistem saraf, organ indra.
3.
Sebaran habitat kelas aves hidup di darat, sebagian spesies mendiami pohonpohon. Ada juga yang hidup di di daratan kutub utara namun mencari
makanan dengan berenang di laut. Habitat dari burung dapat dibedakan atas
habitat hutan, habitat persawahan, habitat kebun dan habitat perkarangan.
38
kalau kita mempelajari hewan-hewan lain yang mempunyai derajat lebih tinggi,
selain itu demi keseimbangan bumi kita ini, mulai dari sekarang marilah kita
menjaga bumi dengan melestarikan fauna. Jangan biarkan keanekaragaman hayati
fauna ini menjadi sedikit atau bahkan punah.
38
39
DAFTAR RUJUKAN
Brotowidjoyo, Mukayat Djarubito. 1994. Zoologi Dasar. Jakarta: Erlangga.
Djarubito, Mukayat. 1989. Zoologi Dasar. Jakarta: Erlangga.
Hariyanti, Rosana. 2007. Atlas Binatang Aves dan Invertebrata. Solo: Tiga
Serangkai.
Heru, Robertus. 2013. Angsa, (Online), http://roberutusswan.blogspot.co.id/2013/05/v-behaviorurldefaultvmlo.html,
diakses pada 10 April 2016.
Jasin, Maskoeri. 1984. Zoologi Vertebrata. Surabaya: Wijaya utama.
Marshall, J. 2006. All About Birds, (Online),
http://www.janetemarshall.co.nz/kids/contact.html, diakses pada 10 April
2016.
Nurzakiyyah. 2014. Struktur Anatomi Sistem Peredaran Darah
pada Hewan Vertebrata, (Online),
https://nurzakiyyah.wordpress.com/2013/03/28/strukturanatomi-sistem-peredaran-darah-pada-hewan-vertebrata-2/,
diakses pada 10 April 2016.
Qadariyah, Nosi. 2013. Sistem saraf, (Online),
http://nosiqadariahburkan.blogspot.co.id/2014/12/vbehaviorurldefaultvmlo.html, diakses pada 10 April 2016.
Rachmatullah, Arif. 2012. Reproduksi Aves, (Online),
http://embriologyofbirds.blogspot.co.id/2013/03/reproduksi-burungaves.html, dikases pada 10 April 2016.
Sanun, Siti Hasanah. 2014. Sistem Otot Pada Vertebrata, (Online),
http://sanunblog.blogspot.co.id/2014/05/sistem-otot-pada-hewanvertebrata.html, diakses pada 10 April 2016.
Sridianti. 2016. Peranan Vertebra Bagi Kehidupan Manusia, (Online),
http://www.sridianti.com/peranan-vertebrata-bagi-kehidupan-manusia.html,
diakses pada 10 April 2016.
Sukiya. 2001. Biologi Vertebrata. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.