Вы находитесь на странице: 1из 19

UNIVERSITAS INDONESIA

SIMULASI SINTESIS AMMONIA

GROUP 01

GROUP PERSONNEL:
ADINDA SOFURA AZHARIYAH

(1306370505)

AKWILA EKA MELIANI

(1306413725)

DANIA ALFIS FIRDAUSYAH

(1306370511)

PANGIASTIKA PUTRI WULANDARI (1306370493)


YOLLA MIRANDA

(1306414841)

CHEMICAL ENGINEERING DEPARTMENT


ENGINEERING FACULTY
UNIVERSITAS INDONESIA
MARCH, 2016

Simulasi Sintesis Ammonia

REAKSI SINTESIS AMMONIA

PROGRAM HYSYS

Gambar 1. Program HYSYS


DATA YANG DIDAPAT
Integration Information
Number of segment

:5

Min Step Fraction

: 1.0 106

Min Step Length

: 9.7 107

Basis
Basis

:Particle Pressure

Base Component

:Nitrogen

Rxn Phase

:Vapour Phase

Min, Temp

:-273oC

Max, Temp

:3000 oC

Basis Units

:atm

Rate Units

:Kg mol m3/s

Data Katalis
Particle Diameter

:0.001 mm

Particle Sphericity

:1000

Solid Dencity

:2500 Kg mol/m3

Bulk Density

:1250 Kg mol/m3

Solid Head Capacity

:250 Kj/KgoC

Forward Reaction
A

:10000

:91000

:empty

Reverse Reaction
A

: 1.3 100.01

: 1.41 100.005

: empty

Equation Help
= () ()

=
Tube Dimension
Total Volume

:6.851 m3

Length

:0.969 m

Diameter

:3.00 m

Number of tube

:1

Wall Thickness

:0.005 m

Stoichiometry and Rate Information


Component

Mole WL

Stoich Coeff

Fwd order

Rev Order

Nitrogen

28.013

-0.5

0.5

Hydrogen

2.016

-1.5

1.5

Ammonia

17.030

Balance
Balance error

: 0.000

Reaction heat (25oC)

: 9.1 104 kJ/kg mol

Tube Packing
Void fraction

: 0.5

Void volume

: 3.426

Komposisi Reaktan dan Produk (fraksi mol)


H2

: 0.5148

N2

: 0.1833

NH3

: 0.0141

Ar

: 0.0574

CH4

: 0.2304

DATA TAMBAHAN
=0.5
0 = 2.4644 / 3 = 39.477/3
= 0.00328 = 0.001
= 1.993 102 = 0.0482

= 0.07175

= 2.718 /2
0 = 978 = 543.15
= 4.17 108
= 78

= 1250 /3
3

= 8.314

= 270
JAWAB
1. Kinetika dan Termodinamika
Kinetika:

1
3
2 + 2 3
2
2
= () ()
1/2

3/2

2 = 2 [ (2 2 ) (3 )] (3600/ )

Laju reaksi ke kanan


= 10000

= 91000 /

Laju reaksi ke kiri


= 1.3 1010

= 1.41 105 /

Laju alir molar= 5 104

0 = 5 104

(25) = 3.9 104 = 9.142 104 /

= 1.102 105 /

0.1833 = 9165 /

Termodinamika: Secara termodinamika, konstanta kesetimbangan berdasarkan tekanan


parsial masing-masing pereaksi
=

=
1/2
2 2 3/2

Saat keadaan setimbang, -rN2=0. Maka,


1

(1 )2 (2.8085 3)2

0.0769 + 2
(27.13546) ( ) (
)
=

(
)
(1 0.3666)2
0
1 0.3666

1
0
= =
( )(
(27.13546)

(1 0.3666 )2
1

(1 )2 (2.8085 3)2

Untuk menemukan persamaan diatas, digunakan Solver

Data kapasitas kalor (Cp) untuk setiap komponen:


Cp2 = 28.84 + 0.00765 102 T + 0.3288 105 2
Cp2 = 29 + 0.2199 102 T + 0.5723 105 2
Cp3 = 35.25 + 2.954 102 T + 0.4421 105 2
Cp4 = 34.31 + 5.469 102 T + 0.3661 105 2
Cp = 220.7945

3) (

1 0.3666
)
0.0769 + 2

2. Neraca Mol

Persamaan untuk reaktor PFR


0

Rate Law:
- = 5.76[ () ()]

Stoikiometri:
2 + 32 23
o = 2 1 3 = 2
o = 2 0.1833 = 0.3666
= () = 0

( + )
(1 + )0

o 0 = 148.0385 0.183 = 27.13546


0.0574

o 4 = 0.1833 = 1.257
0.0574

o 4 = 0.1833 = 1.257
0.0574

o 4 = 0.1833 = 1.257
0.0574

o 4 = 0.1833 = 1.257

5.76[ () ()]
=
=
0
0

=
=
0

(1 )
(2.8085 3) 3/2
(0.0769 2)
1/2
5.76 [ (
) (0
) (0
)]
(1 0.3666) 0
(1 0.3666) 0
(1 0.3666) 0
0

(1 )
(2.8085 3) 3/2
(0.0769 2)
1/2
5.76 [ (
) (0
) (0
)]
(1 0.3666) 0
(1 0.3666) 0
(1 0.3666) 0
0

5.76 [0 2 (

(1 )2 (2.8085 3)3/2
(0.0769 2)
) (0
)]
0
(1 0.3666) 0
(1 0.3666)2
0

5.760
(1 )2 (2.8085 3)3/2
(0.0769 2)
=
[0 (
) (
)]

0 0
0
(1 0.3666)2
(1 0.3666)

5.76 27.13456

(1 )2 (2.8085 3)3/2
(0.0769 2)
=
[27.13456
(
) (
)]

9651
148.0385
148.0385
(1 0.3666)2
(1 0.3666)

(1 )2 (2.8085 3)3/2
(0.0769 2)
4
= 1.0981 10 [0.1833 (
) (
)]

(1 0.3666)2
(1 0.3666)

(1 )2 (2.8085 3)3/2
(0.0769 2)
4
=(
) 1.0981 10 [0.1833 (
) (
)]
2

(1 0.3666)
(1 0.3666)
4

3. Neraca Energi
4
( ) ( ) + ( )[ ()]

0 ( Cp + )

Mencari nilai ()
() = ( ) + ( ) +

Reaksi:

2
3
( 2 ) +
( 3 )
2
3

+ 2 2 3
2 2

3
1
= 3 2 2 = 35.15 28.84 29 = 22.61
2
2
= 3 2 2
3
1
= 2.954 102 0.00765 102 0.2199 102
2
2
= 0.028326
= 3 2 2
= 0.4421 105

3
1
0.3288 105 0.5723 102
2
2

= 3.3725 106
Maka,
() = 9.142 104 22.61
( 25) +

0.028326 2
3.3725 106 3
( 252 )
( 253 )
2
3

Mencari nilai Cp
Cp = 2 Cp2 + 2 Cp2 + 3 Cp3 + 3 Cp3 + Cp
= 2.8085 (28.84 + 0.00765 102 T + 0.3288 105 2 ) + 1
(29 + 0.2199 102 T + 0.5723 105 2 ) + 0.0769
(35.25 + 2.954 102 T + 0.4421 105 2 ) + 1.257
(34.31 + 5.469 102 T + 0.3661 105 2 ) + 0.31315
20.7945
= 162.342 + 0.0734T + 1.99 105 2

Mencari nilai

4
4 2.718

= =
= 2.8992 103
= 10.437

1250 3

Mencari nilai W
2
=(
)
4
2
125032
(
)=(
) = 8835.73 /
4
4

Persamaan Akhir

( ) + ( )[ ()]
=

0 ( Cp + )

( ) + ( )[ ()]
=
2
0 ( Cp + )
( 4 )
2

4 ) ( ) + ( )[ ()]
=

0 ( Cp + )
(

4. Neraca Momentum
Persamaan Ergun
(1 )(1 )

150(1 )
=(
)(
+ 1.756)

0 ( ) ( 0 ) 3
0
Mencari nilai G
=

(0.5148 2.016 + 0.1833 28.02 + 0.0141 17.03 + 0.2304 16.04 + 0.057 39.94) 1.102 105
76.0853

= 17963.0257 / 2
Maka,
(1 )(1 )

150(1 )
=(
)(
+ 1.756)
0

3
0 ( ) ( )
0

0.1796522(1 0.3666)
=(
)

5. Hasil Simulasi
a. Simulasi Model Reaktor Adiabatis

Gambar 2. Hasil simulasi sintesis ammonia pada reaktor adiabatic

Pada simulasi sintesis ammonia dengan reaktor adiabatic didapatkan konversi


sebesar 45.6%. Nilai konversi ini cukup rendah dikarena pada panjang reaktor sekitar
8 m, reaksi sudah hampir mencapai kesetimbangan sehingga konversi tidak dapat
meningkat lebih besar lagi. Pada kurva pertama, terlihat bahwa terjadi penurunan
tekanan. Hal tersebut diakibatkan oleh gesekan antara reaktan dengan katalis yang
akan meningkatkan pressure drop.
Pada kurva 2 yaitu profil X dan Xe terhadap T, dapat dilihat bahwa terjadi
kenaikan konversi seiring peningkatan temperature. Hal tersebut terjadi karena reaksi
sintesis amonia ini merupakan reaksi eksotermis yang akan menghasilkan panas
selama reaksi berlangsung. Reaksi dalam telah mencapai kesetimbangan pada
temperature 304.2 oC. Selain itu, dapat dilihat bahwa nilai konversi kesetimbangannya
menurun seiring dengan meningkatnya suhu yang dikarenakan terjadinya reaksi balik
yang merupakan reaksi endotermis. Pada reaksi endotermis panas cenderung diserap
sehingga suhu akhir reaktor akan menurun. Hasil produksi dari proses ini adalah 1709
ton ammonia/hari untuk setiap tabung.

b. Simulasi Model Reaktor Adiabatis-Interstage Cooler

Gambar 3. Hasil simulasi sintesis ammonia pada reaktor adiabatic


+interstage cooler

Pada simulasi sintesis ammonia, dapat digunakan interstage cooler untuk


meningkatkan konversi. Ternyata konversi yang didapatkan benar lebih besar dari
pada hanya menggunakan reaktor adiabatis yaitu sebesar 54.6 % . Pada kurva 1, dapat
dilihat bahwa pada jarak 11 m konversi mengalami keadaan konstan sehingga
reaktan akan melewati interstage cooler yang kemudian didinginkan hingga
temperatur awal umpan. Kemudian umpan dimasukkan kembali ke bed 2 dan reaksi
kembali berjalan dan konversi mengalami peningkatan hingga jarak 27 m di mana
terjadi kesetimbangan. Suhu akhir dari proses ini adalah 276.8oC.
Pada kurva 2 yaitu profil X, Xe terhadap T dapat dilihat saat konversi
mencapai kondisi kesetimbangan maka temperatur akan diturunkan ke temperatur
awal umpan dengan cara melewatkan pada interstage cooler. Pada suhu 305oC,
reaksi mengalami kesetimbangan yang pertama. Namun reaktan dilewatkan ke
interstage cooler sehingga didinginkan dan reaksi berjalan lagi dan konversi pun
ditingkatkan hingga mencapai kesetimbangannya. Tekanan keluaran reaktor adalah
139.2 atm. Kapasitas produksi NH3 untuk proses adiabatis dan interstage ini adalah

2044 ton/hari (1 tube). Jadi, dengan menggunakan interstage cooler konversi


meningkat dari 45.6% (adiabatis) menjadi 54.6 % (adiabatis + interstage cooler) dan
hasil produksi akan meningkat 1709 ton/hari menjadi 2044 ton/hari.

c. Simulasi Model Reaktor Non-Adiabatis

Gambar 4. Hasil simulasi sintesis ammonia pada reaktor non-adiabatic

Pada simulasi sintesis ammonia dengan reaktor non-adiabatic didapatkan


konversi sebesar 53% dengan panjang reaktor 30 m. Nilai konversi tersebut lebih
kecil dari pada konversi reaktor adiabatis yang menggunakan interstage cooler
(54.6%) namun lebih besar dari reaktor adiabatis tanpa interstage cooler (45.6%).
Pada kurva 1 yaitu profil X, T, P/Po terlihat bahwa konversi terus meningkat
walaupun tidak signifikan dan temperatur awalnya meningkat kemudian terus turun,
temperatur sengaja diturunkan agar konversi meningkat. Temperatur keluaran reaktor
adalah 278,84 C. Temperatur diturunkan dengan mengontakkan reaktan dengan air
pendingin sehingga akan terjadi perpindahan kalor melalui dinding reaktor dengan
UA sebesar 10,44 kW/m2 hr dan Ta = 270 C. Ketika melewati posisi awal reaktor,
reaksi berlangsung sangat cepat sehingga panas yang diserap air pendingin tidak dapat
mengimbangi panas reaksi yang dihasilkan sehingga temperatur awal reaktor menjadi
naik. Pada grafik juga dapat dilihat terjadi penurunan pada tekanan. Hal ini
disebabkan terjadi friksi antara reaktan dan katalis yang akan meningkatkan pressure

drop. Tekanan keluaran reaktor sebesar 139

atm dengan kapasitas produksi

NH3sebesar 1986 ton/hari (1 tube).

d. Simulasi Model Reaktor Adiabatis dengan Absorber NH3 dan Suplai N2 dan H2

Gambar 5. Hasil simulasi sintesis ammonia pada reaktor adiabatic dengan absorber
NH3 dan suplai N2 dan H2
Simulasi sintesis ammonia pada reaktor adiabatic dengan menambah suplai
tekanan N2 dan H2 masing-masing sebesar 5 atm dan mengabsorbsi tekanan NH3
sebesar 5 atm, konversi pada reaktor adiabatis meningkat menjadi 52.2 %. Temperatur
keluaran sebesar 310oC dan tekanan keluaran 138.5 atm. Kapasitas produksi NH3
sebesar 1957 ton/hari (1 tube). Hal ini berarti apabila tekanan dinaikkan lebih besar
lagi maka konversi akan semakin lebih besar lagi sehingga akan menghasilkan produk
keluaran yang lebih banyak lagi.

e. Simulasi Model Reaktor Adiabatis+Interstage Cooler dengan Absorber NH3 dan


Suplai N2 dan H2

Gambar 6. Hasil simulasi sintesis ammonia pada reaktor adiabatis+interstage cooler


dengan absorber NH3 dan suplai N2 dan H2
Pada simulasi sintesis ammonia ini, digunakan reaktor adiabatic dan interstage
cooler untuk meningkatkan konversi. Selain itu, untuk meningkatkan konversi
ditambahkan suplai tekanan H2dan N2 sebanyak masing-masing 10 atm dan
ammonia (NH3) sebagai produk akan diabsorbsi dengan absorben air murni pada
jumlah yang sama yaitu sebesar 10 atm. Dengan metode tersebut, dihasilkan
konversi sebesar 68.8%.
Penambahan reaktan akan menyebabkan reaksi reversibel ini bergeser
kesetimbangannya ke arah produk, sehingga konversi meningkat. Pada kurva,
terlihat bahwa konversinya melewati kurva konversi kesetimbangan. Hal tersebut
terjadi karena adanya absorben yang menyerap produk sehingga produk dapat
terbentuk kembali. Proses ini menghasilkan kapasitas produksi sebesar 2577 ton
ammonia/hari untuk satu tabung, melampaui semua proses yang ada di atas.
Tekanan keluaran proses ini yaitu 139.5 atm pada temperature 278.5 oC.

f. Simulasi Model Reaktor Non-Adiabatis dengan Absorber NH3 dan Suplai N2 dan
H2

Gambar 7. Hasil simulasi sintesis ammonia pada reaktor adiabatic+interstage cooler

Pada simulasi sintesis ammonia ini, digunakan reaktor non-adiabatik yang


kemudian ditambahkan suplai tekanan H2dan N2 sebanyak masing-masing 10 atm dan
ammonia (NH3) sebagai produk akan diabsorbsi dengan absorben air murni pada
jumlah yang sama yaitu sebesar 10 atm untuk meningkatkan konversi. Metode ini
menghasilkan konversi sebesar 67.1%. Nilai ini lebih besar daripada hasil dari proses
pada reaktor non-adiabatis yang tidak terdapat proses penambahan komposisi pereaksi
dan proses absorpsi produk, namun lebih kecil dari hasil proses yang menggunakan
reaktor adiabatis + interstage cooler. Hal ini dikarenakan pada reaktor adiabatik +
interstage cooler bekerja lebih efisien memanfaatkan pereaksi yang masuk ke kolom.
Pereaksi ini akan didinginkan di setiap tahap dalam kolom sehingga konversi
perubahan menjadi produknya menjadi lebih besar.
Pada kurva 1 yaitu profil X, T, P/Po (grafik sebelah kiri), dapat dilihat bahwa
konversi terus meningkat dan profil temperatur pada awalnya meningkat kemudian
terus turun. Temperatur sengaja diturunkan agar konversi tetap meningkat.
Temperatur keluaran reaktor adalah 282,6oC. Temperatur diturunkan dengan cara
mengontakkan reaktan dengan air pendingin sehingga akan terjadi perpindahan kalor
melalui dinding reaktor dengan UA sebesar 10,44 kW/m2 hr dan Ta = 270 C. Ketika
melewati posisi awal reaktor, reaksi berlangsung sangat cepat sehingga panas yang
diserap air pendingin tidak dapat mengimbangi panas reaksi yang dihasilkan sehingga

temperatur awal reaktor menjadi naik. Pada grafik juga dapat dilihat terjadi penurunan
pada tekanan. Hal ini disebabkan terjadi friksi antara reaktan dan katalis yang akan
meningkatkan pressure drop. Tekanan keluaran reaktor sebesar 139.3 atm dengan
kapasitas produksi NH3 sebesar 2512 ton/hari (1 tube).

g. Simulasi Model Temperatur Umpan Optimum pada Reaktor Adiabatis


T0 (oC)

T (oC)

Xe

200

209.388

0.123

0.78

210

225.898

0.2077

0.763

220

246.078

0.3383

0.726

240

279.349

0.5078

0.608

260

295.157

0.4588

0.5

270

302.805

0.4306

0.471

280

310.496

0.4026

0.443

300

326.041

0.3476

0.391

320

341.856

0.2949

0.34

330

349.883

0.2697

0.306

350

366.209

0.2221

0.264

370

382.209

0.1789

0.212

400

408.777

0.1232

0.1555

Tabel di atas adalah variasi data dari temperatur umpan (To) yang masuk ke
reaktor adiabatis, untuk mengetahui pada temperatur berapa akan dicapai konversi
maksimum. Temperatur yang dicapai ini adalah temperatur umpan yang optimum.

Reaktor Adiabatis
1

400
350

0,6

300

0,4

Tout (oC)

X dan Xe

0,8

250

0,2
0

200
200

250

300

350

400

To (oC)
X

Xe

T (oC)

Grafik 1. Konversi terhadap variasi temperature umpan pada reaktor adiabatis

Hasil dari simulasi ini, terlihat bahwa seiring dengan naiknya temperatur
umpan, akan menghasilkan konversi yang semakin besar. Pada grafik di atas, dapat
dilihat bahwa pada konversi maksimum sebesar 0.5078 dicapai pada temperatur
umpan 240oC. Apabila temperature dinaikkan kembali konversi akan turun. Semakin
tinggi temperatur maka laju reaksi akan semakin cepat sehingga konversi bernilai
besar. Setelah suhu dinaikkan melewati 240oC, reaksi kesetimbangan telah berjalan
stabil dan sudah dikenai adanya cooling yang bekerja sehingga konversi akan turun.
Untuk konversi kesetimbangan (Xe), dapat terlihat pada profil ini, yaitu pada reaksi
eksotermis, dengan meningkatnya temperatur umpan maka reaksi akan bergeser ke
arah endotermis, atau ke arah reaktan, sehingga nilai konversi kesetimbangan untuk
membentuk produk akan menurun.

h. Simulasi Model Temperatur Umpan Optimum pada Reaktor Non-Adiabatis


To (oC)

T (oC)

Xe

200

275.129 0.46696

0.753

210

275.963 0.48734

0.737

220

276.343 0.50167

0.73

240

276.644 0.51438

0.716

260

277.757 0.51163

0.68

270

278.84

0.66

0.50668

280

280.217 0.50035

0.624

300

283.543 0.48543

0.557

320

287.289 0.46915

0.515

330

289.251 0.46078

0.5

350

293.293 0.44381

0.469

370

297.446 0.42664

0.46

400

303.827 0.40067

0.433

Pada simulasi ini, ingin dilihat pada temperatur umpan (To) masuk reaktor
berapa kah yang akan menghasilkan konversi maksimum, pada reaktor yang nonadiabatis.

305

0,8

300
295

0,6

290
0,4

285

0,2

Tout (oC)

X dan Xe

Reaktor Non Adiabatis

280

275
200

250

300

350

400

To (oC)
X

Xe

T (oC)

Grafik 2. Konversi terhadap variasi temperature umpan pada reaktor non-adiabatis

Hasil dari simulasi ini, terlihat bahwa seiring dengan naiknya temperatur
umpan, akan menghasilkan konversi yang semakin besar. Pada grafik di atas, dapat
dilihat bahwa pada konversi maksimum sebesar 0.51438 dicapai pada temperatur
umpan 240oC. Apabila temperature dinaikkan kembali konversi akan turun. Semakin
tinggi temperatur maka laju reaksi akan semakin cepat sehingga konversi bernilai
besar. Setelah suhu dinaikkan melewati 240oC, reaksi kesetimbangan telah berjalan
stabil dan sudah dikenai adanya cooling yang bekerja sehingga konversi akan turun.
Untuk konversi kesetimbangan (Xe), dapat terlihat pada profil ini, yaitu pada reaksi
eksotermis, dengan meningkatnya temperatur umpan maka reaksi akan bergeser ke

arah endotermis, atau ke arah reaktan, sehingga nilai konversi kesetimbangan untuk
membentuk produk akan menurun.

i. Simulasi Model Temperatur Pendingin pada Reaktor Non-Adiabatis


X
Ta

To=240 C

To=270 C

150

0.15163

0.38874

170

0.1986

0.44977

200

0.31249

0.53326

220

0.41624

0.56003

250

0.52245

0.54321

270

0.51438

0.50668

300

0.45192

0.43604

320

0.40314

0.38614

350

0.3309

0.31386

Tabel di atas merupakan data variasi temperatur pendingin (Ta) pada reaktor
non-adiabatis yang akan dicari pada temperatur pendingin ke berapa yang optimum
akan dicapai konversi yang maksimum.

Pengaruh Temperatur pendingin


0,6
0,5

0,4
0,3

To=240 C

0,2

To=270 C

0,1
0
150

200

250

300

350

Ta (oC)

Grafik 3. Konversi terhadap variasi temperature pendingin pada reaktor reaktor nonadiabatis

Berdasarkan grafik hasil simulasi di atas, variasi kenaikan temperatur


pendingin dihubungkan dengan temperatur umpan masuk reaktor. Pada temperatur
umpan 240oC, temperatur pendingin yang optimum untuk mencapai konversi
maksimumnya adalah pada 250oC. Sedangkan pada temperatur umpan 270oC,
temperatur pendingin yang optimum adalah pada 220oC. Pada temperatur air
pendingin dibawah 250oC, konversi untuk To = 270oC lebih besar daripada konversi
untuk To = 240oC. Hal ini dikarenakan pada bagian temperatur air pendingin dibawah
250oC, konversi berkaitan dengan laju reaksi. Pada temperatur umpan 270C lebih
besar maka konversinya juga akan lebih besar (temperatur berbanding lurus dengan
konversi dalam hubungannya dengan laju reaksi). Akan tetapi saat temperatur air
pendingin diatas 250oC, konversi untuk To = 240C dan To = 270C memberikan nilai
yang tidak jauh berbeda. Hal ini disebabkan saat temperatur air pendingin diatas
250oC, konversi telah dibatasi oleh kesetimbangan termodinamis, sehingga konversi
untuk To = 240oC dan To = 270oC hampir sama. Dengan demikian untuk temperatur
air pendingin diatas 250oC, variasi temperatur umpan kurang berpengaruh terhadap
nilai konversi akhir.

Вам также может понравиться