Вы находитесь на странице: 1из 26

BLOK HARD TISSUE SURGERY

LAPORAN PBL 1
ANESTESI LOKAL

Tutor :
drg. Fadli Ashar
Disusun oleh :
Fine Febri Adipuri

G1G013008

Alvianita Nurjanah

G1G013011

Dennia Dwi A. F. P

G1G013015

Dani Intan P.

G1G013019

Ziyada Salisa

G1G013037

Wulan Intan Cahyati

G1G013043

Arief Budiman

G1G013046

Nindyarani S.

G1G013061

Prasetyo Adi Nugroho

G1G013065

Chairun Nisa

G1G013066

Mayesa Farah U.

G1G013067

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
JURUSAN KEDOKTERAN GIGI
PURWOKERTO
2016

BLOK HARD TISSUE SURGERY


LAPORAN PBL 1
ANESTESI LOKAL

Tutor :
drg. Fadli Ashar
Disusun oleh :
Fine Febri Adipuri

G1G013008

Alvianita Nurjanah

G1G013011

Dennia Dwi A. F. P

G1G013015

Dani Intan P.

G1G013019

Ziyada Salisa

G1G013037

Wulan Intan Cahyati

G1G013043

Arief Budiman

G1G013046

Nindyarani S.

G1G013061

Prasetyo Adi Nugroho

G1G013065

Chairun Nisa

G1G013066

Mayesa Farah U.

G1G013067

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
JURUSAN KEDOKTERAN GIGI
PURWOKERTO
2016

KATA PENGANTAR
Segala puji kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat dan hidayah-Nya kami telah menyelesaikan PBL (Problem Based
Learning) pertama tentang Anestesi dan kami dapat menyelesaikan laporan
PBL ini tepat pada waktunya.
Tidak lupa kami ucapakan terima kasih kepada tutor drg. Fadli Ashar yang
telah membimbing kami selama proses diskusi kelompok PBL pertemuan pertama
dan kedua. Sehingga, kami dapat berdiskusi dengan baik sesuai target pencapaian
yang diinginkan.
Laporan ini disusun dalam rangka melengkapi komponen penugasan dalam
blok Hard Tissue Surgery setelah melakukan diskusi kelompok PBL yang
dilaksanakan di Kampus E Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Universitas
Jenderal Soedirman Purwokerto-Jawa Tengah.
Akhir kata, kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan laporan ini dari awal sampai akhir. Semoga
Tuhan selalu meridhoi segala usaha kita. Amin.

Purwokerto, 4 Maret 2016

Penyusun

ii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................2
KATA PENGANTAR..............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................2
C. Tujuan...........................................................................................................2
D. Manfaat.........................................................................................................2
BAB II ISI................................................................................................................3
A. Skenario........................................................................................................3
B. Tahapan Seven Jumps...................................................................................3
C. Pembahasan.................................................................................................15
BAB III PENUTUP...............................................................................................22
A. Simpulan.....................................................................................................22
B. Saran............................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................24

iii

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rasa sakit merupakan rasa yang hampir semua orang pernah
mengalaminya. Rasa sakit terjadi karena adanya perjalanan sensasi rasa yang
dikirim ke otak dan diperpersikan oleh otak sebagai rasa sakit. Rasa sakit
dapat dikendalikan dengan terputusnya perjalanan saraf pada berbagai tempat
yang diinginkan dengan memberikan hasil pengendalian rasa sakit bersifat
sementara atau permanen (Howe dan Whitehand, 2013).
Dunia kedokteran gigi dalam tindakan sehari-harinya tidak dapat lepas
dari rasa sakit yang dirasakan pasien. Terutama pada tindakan bedah mulut
seperti tindakan pencabutan gigi dan tindakan bedah minor lainnya yang
dapat menimbulkan rasa sakit bagi pasiennya. Pengontrolan rasa sakit pada
dunia kedokteran terutama kedokteran gigi sebelum dilakukannya tindakan
bedah dapat dilakukan dengan memberikan penghilang rasa sakit sementara
atau permanen, sehingga pasien tidak dapat merasakan rasa sakit selama
tindakan bedah dilakukan.
Beberapa tahun silam, untuk mengendalikan rasa sakit sebelum
pembedahan dilakukan pembiusan dengan cara memukul tulang leher bagian
belakang, cara ini dilakukan untuk memutus perjalanan sensasi rasa sakit.
Seiring dengan berkembangnya ilmu kedokteran, sekarang pengontrolan rasa
sakit sebelum pembedahan dilakukan dengan memberikan suatu bahan untuk
menghilangkan kesadaran pasien sehingga pasien tidak dapat merasakan sakit
selama pembedahan.cara ini disebut dengan Anastesi (Pedersen, 1996).
Anestesi merupakan salah satu ilmu bedah yang paling tua. Seiring
dengan berkembangnya teknik anestesi serta penemuan obat-obat anestesi
baru, obat-obat anestesi saat ini lebih efektif dibandingkan dengan obat-obat
anestesi pendahulunya. Anestesi selalu dilakukan sebelum melakukan
tindakan bedah, dengan anestesi penderita tidak akan merasa sakit sewaktu
dilakukannya tindakan, sehingga tindakan bedah dapat dilakukan dengan
tenang dan hasil yang baik (Karakata dan Bachsinar, 1996). Dalam laporan

kali ini akan dibahas lebih dalam tentang anastesi beserta komponenkomponen di dalamnya.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan dibahas dalam laporan ini adalah
1. Apa yang dimaksud dengan anastesi?
2. Bagaimana mekanisme anastesi pada tubuh manusia?
3. Apa saja jenis-jenis anastesi?
4. Apa saja bahan yang digunakan dalam anastesi?
5. Apa saja yang perlu diperhatikan sebelum melakukan anastesi?
6. Apa saja keuntungan dan kerugian dalam menggunakan anastesi?
C. Tujuan
Tujuan dari penulisan laporan ini adalah untuk
1. Mengetahui yang dimaksud dengan anastesi
2. Mengetahui cara kerja anastesi pada tubuh manusia
3. Mengetahui jenis anastesi
4. Mengetahui bahan yang digunakan dalam anastesi
5. Mengetahui hal yang perlu diperhatikan sebelum melakukan tindakan
anastesi
6. Mengetahui keuntungan dan kerugian penggunanan anastesi
D. Manfaat
Mahasiswa dapat memahami dan mampu menjelaskan hal-hal yang
berhubungan dengan anestesi serta dapat mengaplikasikan tujuan dari
penulisan laporan ini dalam kehidupan dunia kedokteran gigi.

BAB II
ISI
A. Skenario
A 20 year old male presented to a dentist with complaint of a large
cavity tooth on the right lower side of the jaw. There was no pain on the teeth.
On examination it was found that there was necrotized condition of the right
lower 1st molar (tooth number 46) with extended damage on the crown. There
was no history of any past or present significant illness like coagulation
disorders, prolonged hospitalization or medications. The dentist decided to
pull out the tooth and the patient agreed about the tooth extraction.
The extraction of the right lower 1st molar was started by local
anesthesia produre. The used of local anesthesia is to achieve comfort during
operative procedure. Dentist used mandibular block anesthesia by using
syringe which contain of pehacaine solution. Mandibular block anesthesia
injection, patient felt progress to a numb, swollen, thick and rubbery
sensation on his right cheek, lips and half of his tongue. Patient even didnt
feel anything when the sharp probe tested on the buccal gingival of the teeth.
B. Tahapan Seven Jumps
Step 1 (Clarifying Unfamiliar Term)
1. Anastesi lokal: suatu teknik anastesi yang digunakan untuk menghilangkan
sensasi rasa sakit pada daerah tertentu dan pasien masih dalam keadaan
sadar
2. Probe: alat yang digunakan untuk mengukur sulcus gingiva
3. Anastesi blok mandibula: salah satu anastesi dengan memblok saraf
mandibula
4. Syringe: alat suntik yang berbentuk tabung tempat cairan anastesi dan
diujungnya terdapat jarum suntik
5. Pehacaine solution: salah satu bahan atau cairan yang digunakan untuk
anastesi
Step 2 (Problem Definition)
1. Apa yang dimaksud dengan anastesi?
2. Apa saja tujuan dilakukannya anastesi?
3. Bagaimana mekanisme dari anastesi?

4.
5.
6.
7.

Apa saja jenis anastesi?


Sebutkan dan jelaskan macam-macam anastesi lokal!
Apa saja alat dan bahan yang digunakan dalam anastesi?
a. Apa saja hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan anastesi?
b. Dimana tempat anastesi mandibula?
8. Sebutkan saraf yang menginervasi gigi geligi rahang atas dan rahang
bawah!
9. Apa saja keuntungan dan kerugian dilakukannya anastesi?
10. Apa perbedaan anastesi dan analgesia?
Step 3 (Brainstorming)
1. Anastesi adalah
a. Pembiusan
b. Menghilangkan kesadaran
c. Salah satu cara untuk menghilangkan rasa sakit
d. Salah satu prosedur yang dilakukan sebelum dilakukannya tindakan
bedah sehingga pasien tidak merasakan sakit
2. Tujuan anastesi untuk
a. Menghilangkan rasa sakit
b. Memberikan kenyamanan kepada pasien
c. Tahapan sebelum operasi
d. Relaksasi otot
e. Membantu dokter dalam melakukan bedah
3. Mekanisme anastesi yaitu
a. Mencegah terjadinya pertukaran ion pada sinaps saraf
b. Anastesi akan mempengaruhi sistem saraf pusat sehingga permeabilitas
ujung saraf berkurang dan menghilangkan rasa sakit
4. Jenis anastesi antara lain
a. Anastesi lokal
b. Anastesi general
c. Anastesi regional
5. Macam anastesi lokal
a. Anastesi topikal adalah anastesi yang dilakukan pada daerah tertentu
saja, biasanya menggunakan agen yang bekerja dengan cara diberikan
pada permukaan tubuh atau membran mukosa. Agen yang digunakan
seperti salep dan klor etil.
b. Anastesi block adalah anastesi yang dilakukan dengan cara memblok
saraf pada cabang utama saraf utama.
c. Field block adalah teknik anastesi lokal yang dilakukan dengan cara
menganastesi mengelilingi daerah yang akan dilakukan tindakan.

d. Anastesi infiltratif adalah anastesi yang dilakukan pada akhiran saraf.


6. Alat yang digunakan untuk anastesi adalah
a. Syringe
b. Sitojet
c. Handscoon
d. Masker
e. Kapas
Bahan yang digunakan untuk anastesi adalah
a.
b.
c.
d.
e.

Pehacaine
Klor etil
Cocaine
Nitrous Oksida
Lidocaine

Bahan anastesi dibagi menjadi 3 macam yaitu bahan analgesik, relaxan


dan bahan sedasi.
7. a. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam anastesi:
1) Memperhatikan lokasi yang akan di anastesi
2) Memperhatikan kondisi alergi pasien
3) Memperhatikan keadaan pasien apakah memiliki penyakit sistemik
4) Memperhatikan dosis anastesi
b. Tempat yang akan di anastesi pada mandibula yaitu bagian retromolar
dan foramen mentale.
8. Saraf yang menginervasi gigi geligi rahang atas dan rahang bawah,
diantaranya
a. Nervus alveolaris superior posterior: gigi M3 sampai M1 rahang atas
kecuali akar mesiobukal M1
b. Nervus alveolaris superior media: gigi M1 rahang atas akar
c.
d.
e.
f.

mesiobukal sampai gigi P1


Nervus alveolaris superior anterior: gigi C sampai C rahang atas
Nervus nasopalatina: gigi C sampai C rahang atas bagian palatal
Nervus mentalis: bagian mandibula yaitu kulit dagu
Nervus alveolaris inferior posterior: gigi M3 sampai M1 rahang bawah

kecuali akar mesiobukal M1


g. Nervus alveolaris inferior media: gigi M1 rahang bawah akar
mesiobukal sampai gigi P1.
h. Nervus alveolaris inferior anterior: gigi C sampai C rahang bawah
9. Keuntungan anastesi:
a. Untuk menghilangkan rasa sakit

b. Untuk memberikan kenyamanan pada pasien


Kerugian anastesi:
a. Menimbulkan alergi pada pasien
b. Menyebabkan mual dan muntah
10. Anastesi untuk menghilangkan rasa sakit, biasanya dilakukan sebelum
tindakan bedah dilakukan. Sedangkan analgesi adalah mengurangi rasa
sakit akibat tindakan bedah, biasanya diberikan sesudah dilakukan
tindakan bedah.

Step 4 (Analyzing The Problem)


No. 1-10 Learning Objective
Step 5 (Formulating learning issue)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Apa yang dimaksud dengan anastesi?


Apa tujuan dilakukannya anastesi?
Bagaimana mekanisme anastesi?
Apa saja jenis anastesi?
Sebutkan dan jelaskan macam-macam anastesi!
Sebutkan bahan anastesi golongan amida, ester dan sedasi!
Apa saja hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan anastesi?
Sebutkan saraf yang menginervasi gigi geligi rahang atas dan rahang

bawah!
9. Apa saja keuntungan dan kerugian dilakukannya anastesi?
10. Apa perbedaan anastesi dan analgesi?
Step 7 (Reporting)
1. Pengertian anastesi:
a. Anastesi berasal dari kata An yang artinya tidak dan Aesthesos yang
artinya kemampuan merasa (Boulton dan Blogg, 1994).
b. Menurut anastesi adalah suatu teknik menggunakan obat yang
menyebabkan keseluruhan atau bagian dari organisme menjadi mati
rasa untuk periode waktu tertenu (Grace dan Borley, 2006).
c. Anastesi terdiri dari 3 komponen yang dikenal sebagai trias anastesi
yang terdiri dari, sedasi, relaksasi dan analgesik (Mansjoer, dkk., 2008).
2. Tujuan anastesi meliputi:
a. Diagnostik, untuk mengetahui sumber rasa sakit
b. Terapeutik, untuk mengurangi sakit pada kondisi patologi

c. Perioperatif, untuk mendapatkan kenyaman selama prosedur operatif


d. Postoperatif, untuk mengurangi sakit setelah prosedur operatif (Grace
dan Borley, 2007).
3. Mekanisme kerja obat anastesi dengan menghambat pompa sodium
sehingga menghambat permeabilitas membran saraf yang menyebabkan
potensial aksi tidak bekerja. Pada dasarnya, dalam keadaan istirahat di
dalam sel saraf mengandung ion potasium sedangkan di luar sel saraf
mengandung ion sodium. Membran sel saraf umumnya permeabel
terhadap ion potasium namun relatif tidak permeabel terhadap ion sodium.
Ketika terdapat rangsangan maka terjadi pertukaran ion potasium dan ion
sodium yang disebut sebagai depolarisasi. Obat anastesi bersifat basa
lemah dan asam kuat yang dapat terhidrolisis dengan mudang dengan
jaringan normal manusia yang bersifat alkali. Basa bebas yang dihasilkan
akan mencegah permeabilitas membran saraf sehingga mencegah terjadi
proses depolarisasi yang akan menyebabkan tidak terjadinya konduksi
impuls (Howe dan Whitehead, 2013).
4. Jenis anastesi dibagi menjadi 3, yaitu:
a. Anastesi umum, tindakan yang dapat menghilangkan rasa sakit dan
kesadaran namun dapat kembali lagi. Pemberian anastesi umum dapat
melewati parenteral (intramuskular/intravena), perektal dan anastesi
inhalasi (Mansjoer, dkk., 2008).
b. Anastesi regional, tidak menghilangkan kesadaran dan cakupannya
lebih luas daripada anastesi lokal, contohnya adalah pada operasi sesar.
Anastesi regional meliputi anastesi spinal dan epidural. Anastesi spinal
pada tulang belakang, sedangkan anastesi epidural pada membran otak
(Dobson, 2000).
c. Anastesi lokal, tindakan menghilangkan rasa sakit tanpa disertai
hilangnya kesadaran, contohnya pada operasi pencabutan (Mansjoer,
dkk., 2008).
Terdapat jenis anastesi lainnya, yaitu:
a. Anestesi hipnosis, sensasi nyeri diubah dengan menekan gejalanya dan
dianggap sebagai sensasi menyenangkan.
b. Akupuntur, nalokson sebagai bahan analgesik dari akupuntur. Penelitian
terbaru menyatakan akupuntur hanya sebagai terapi plasebo.

c. Anastesi listrik, menggunakan arus tinggi dengan voltage rendah


d. Hipotermia regional, suhu dingin dapat memblok saraf-saraf (Sabiston,
1995).
5. Macam-macam anestesi lokal
Macam-macam anestesi lokal terbagi menjadi:
a. Anestesi Topikal
Jenis anestesi ini merupakan anestesi yang sediannya tersedia
dalam

bentuk

spray,

salep,

emulsi,

dan

gel.

Sediaan

ini

pengaplikasiannya dilakukan pada daerah kulit maupun membran


mukosa yang dapat mengenai ujung-ujung syaraf superfisial. Jenis
anestesi ini biasanya digunakan sebelum penyuntikan mukosa. Adapun
berbagai sediaan jenis anestesi topikal sebagai berikut:
1) Spray
Anestesi topikal dalam sediaan spray ini memiliki aksi yang
berjalan cukup cepat dan memberikan efek yang lebih luas. Bahan
aktif yang terkadung dalam sediaan spray ini adalah lignokain
hidroklorida 10%, sedangkan onset yang diperlukan untuk jenis
anestesi ini adalah 1 menit dengan durasi 10 menit.
2) Salep
Anestesi topikal dalam sediaan salep mengandung lignokain
hidroklorida yang mempunyai waktu onset kurang lebih 2 menit
dengan durasi sekitar 1 jam.
3) Emulsi
Anestesi topikal dalam sediaan emulsi biasanya bermanfaat
digunakan

dalam

kedokteran

gigi

yaitu

anestesi

sebelum

melakukan mencetak seluruh rahang khususnya untuk pasien yang


sangat mudah dan mual, sesendok teh emulsi dapat digunakan
pasien untuk kumur-kumur disekitar rongga mulut yang kemudian
dibiarkan selama 2 menit. Emulsi ini juga bermanfaat atau sering
digunakan

untuk

mengurangi

rasa

nyeri

pasca

operasi

gingivektomi, dan tidak berbahaya bila ditelan secara tidak sengaja.


4) Etil klorida
Jenis anestesi topikal ini biasanya dengan cara disemprotkan pada
kulit atau mukosa akan menguap dengan cepat sehingga dapat
menimbulkan anestesi melalui efek pendinginan. Manfaat klinis

hanya bila disemprotkan pada daerah terbatas dengan kapas atau


cotton bud sampai munculnya uap es (Howe dan Whitehead, 2013).
b. Anestesi infiltrasi
Menurut Howe dan Whitehead (2013), jenis anestesi ini biasanya
larutan anestesi didepositkan di dekat serabut terminal dari saraf dan
akan terinfiltrasi di sepanjang jaringan untuk mencapai serabut saraf
dan menimbulkan efek anestesi dari daerah terlokalisir yang disuplai
syaraf tersebut. Adapun macam teknik infiltrasi yaitu:
1) Suntikan submukosa
Suntikan submukosa biasanya larutan didepositkan tepat dibalik
membran

dibalik

mukosa,

anestesi

ini

cenderung

tidak

menimbulkan efek anestesi pada pulpa gigi, suntikan ini sering


digunakan untuk menganestesi syaraf bukal sebelum pencabutan
gigi molar bawah atau operasi jaringan lunak.
2) Suntikan supraperiosteal
Suntikan supraperiosteal cara ini maka anestesi pulpa dapat
diperoleh dengan menyuntik sepanjang apeks gigi di atas
periosteum.
3) Suntikan subperiosteal
Anestesi ini didepositkan antara periosteum dengan bidang
kortikal. Teknik ini digunakan pada palatum dan bermanfaat bila
suntikan supraperiosteal gagal untuk memberikan efek anestesi.
4) Suntikan intraoseous
Anestesi ini didepositkan pada tulang medularis.
5) Suntikan intrasepta
Suntikan ini merupakan modifikasi dari teknik intraoseus yang
kadang-kadang bila anestesi yang menyulurh sulit didapat dan
apabila pasien dipasang gigi tiruan, teknik hanya dapat digunakan
setelah diperoleh anestesi superficial.
6) Suntikan intraligamen
Suntikan ini biasanya jarum diinsersikan pada sulkus gingiva denga
bevel mengarah menjauhi gigi. Jarum keudian didorong ke
membran periodontal, Jarum ditahan dengan jari untuk mencegah
pembengkokan dan didorong ke penetrasi maksimal sehingga
terletak antara akar-akar gigi dan tulang interkrestal.
c. Anestesi Blok
1) Nerve Block

10

Nerve block yaitu anestesi lokal yang mengenai langsung pada


pusat syaraf, sehingga menghambat jalannya rangsangan dari
daerah operasi yang diinervasinya.
2) Bield block
Bield block ini meruapakan anestesi lokal yang disuntikan pada
terminal syaraf, sehingga menghambat semua cabang syaraf
proksimal sebelum masuk ke daerah operasi (Abdullah, 2007).
6. Bahan-bahan anestesi lokal
Menurut Neal J (2006), anestesi lokal terdiri dari 3 bagian, gugus amin
hidrofilik yang dihubungkan dengan gugus aromatik hidrofilik oleh gugus
antara. Gugus antara dan gugus aromatik dihubungkan oleh ikatan amida
atau ikatan ester. Berdasarkan ikatan ini, anestesika lokal digolongkan
menjadi:
a. Golongan ester (-COOC-)
1) Kokain
Obat jenis golongan ester ini terutama digunakan untuk anestesi
permukaan yang memerlukan aktivitas vasokontriktor intrisiknya.
2) Benzokain
Benzokain merupakan anastetik lokal yang berpotensi rendah yang
bersifat netral dan tidak larut air. Kegunaanya hanya untuk anestesi
permukaan untuk jaringan yang meradang.
3) Prokain (novocaine)
Anatesi lokal kelompok ester ini bekerja dengan durasi yang
singkat tetapi mempunyai resoprpsi prokain dikulit yang buruk,
prokain hanya digunakan sebagai injeksi dan sering kali bersamaan
dengan adrenalin untuk memperpanjang daya kerjanya. Prokain
sudah banyak digantikan oleh lidokain denga efek samping yang
lebih ringan.
4) Tetrakain (pantocaine)
Tetrakain adalah obat anestesi lokal yang biasanya digunakan
sebagai obat untuk diagnosis atau terapi pembedahan. Tetrakain
mempunyai potensiasi lebih tinggi dibandikan dengan golongan
ester lainnya. Tetrakain mempunyai waktu onset 15 menit dengan
durasi 200 menit.
b. Golongan amida
1) Lidokain

11

Apabila lidokain digunakan sebagai larutan lidokain dengan


konsentrasi 2%, lidokain memberikan efek anestesi yang pendek
pada jaringan lunak tetapi tidak memberikan efek yang cukup pada
pulpa gigi. Lidokain mempunyai waktu onset 5 menit dengan
durasi 30-60 menit.
2) Dibukain
Derivat kuinolon ini, merupakan anestesi lokal yang paling kuat
dan paling toksik dan mempunyai masa kerja yang lebih panjang
dibandingkan dengan prokain.
3) Mepivakain
Obat jenis golongan ini mempunyai durasi yang cukup panjang.
Mepivekain digunakan untuk anesthesia infiltrasi, blockade saraf
regional dan anesthesi spinal.
4) Prilokain
Obat jenis golongan ini mempunyai durasi yang pendek.
5) Bupivakain
Obat jenis golongan ini mempunyai kerja panjang dan mula kerja
yang pendek
6) Etidokain
Obat jenis golongan ini mempunyai durasi yang panjang.
7) Levobupivakain
Salah satu isomer dari bupivakain. Obat ini memiliki efek anestetik
dan analgesik yang sama dengan bupivakain, namun obat ini
diperkirakan memiliki efek samping yang lebih sedikit.
7. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan anestesi lokal,
diantaranya
a. Riwayat penyakit pasien
b. Bahan anestesi
c. Kondisi inflamasi
d. Faktor usia pasien
e. Lokasi anestesi
f. Adanya infeksi atau inflamasi akut pada daerah yang akan diinjeksi
sebaiknya hindari blocking saraf inferior gigi pada dasar mulut atau
area retromolar
g. Ketebalan tulang
Teknik pemberian anestesi lokal pada anak tidak jauh berbeda dengan
orang dewasa. Namun, pada anak ada hal yang perlu diperhatikan yaitu
variasi anatomi tulang yang jauh berbeda dengan orang dewasa, teknik,
dan obat yang digunakan harus disesuaikan dengan berat badan.

12

Umunmya di klinik gigi hanya diberikan anestesi lokal saja yaitu


topikal, infiltrasi, blok, dan intraligamen, namun komplikasi yang
terjadi pada pemberian anestesi tetap ada baik secara lokal maupun
sistemik. Operator harus terampil menguasai teknik penyuntikan yang
tepat dan menangani masalah-masalah yang terjadi selama dan setelah
pemberian anestesi, sehingga dapat mengurangi rasa sakit pada pasien.
h. Faktor yang paling penting mempengaruhi mula kerja anestesi lokal
adalah pH jaringan dan pKa bahan anestesi lokal. Nilai pH mungkin
menurun pada suasana infeksi yang dapat menyebabkan efek anestesi
menjadi lambat atau bahkan tidak terjadi langsung. Anestesi lokal
dalam bentuk garam yang mudah larut dalam air, biasanya garam
hidroklorid dan merupakan basa lemah. Larutan garam bahan ini
bersifat agak asam, hal ini menguntungkan karena menambah stabilitas
bahan anestetikum lokal tersebut. Bahan anestetikum lokal yang biasa
digunakan mempunyai pKa antara 8-9, sehingga pada pH jaringan
hanya didapati 5-20% dalam bentuk basa bebas. Bagian ini walaupun
kecil sangat penting karena untuk mencapai tempat kerjanya bahan
harus berdifusi melalui jaringan penyambung dan membran sel lain,
dan hal ini hanya mungkin terjadi dengan bentuk amin yang tidak
bermuatan listrik. (Dobson, 2000).
8. Persarafan gigi
Menurut Purwanto

(2013),

sebelum

memberikan

anestesi

harus

diperhatikan inervasi dari masing-masing nervus, yaitu


a. Maksila (Nervus Maksilaris, n. V2)
1) Nervus alevolaris superior posterior, mempersarafi gigi M3, M2,
dan M1 kecuali akar mesiobukal
2) Nervus alveolaris superior media, mempersarafi gigi P1 dan P2
3) Nervus alveolaris superior anterior, mempersarafi gigi anterior dari
C kanan sampai C kiri
4) Nervus nasopalatina

(berasal

dari

foramen

insisivum),

mempersarafi mukosa palatum, dan gingiva palatum insisivus


maksila
5) Nervus palatina mayor, mempersarafi mukosa palatum durum dan
gingiva palatum di alveolaris maksila
6) Nervus palatina minor, mempersarafi mukosa palatum molle

13

b. Mandibula (Nervus Mandibularis, n. V3)


1) Nervus

alveolar

inferior

(berasal

dari

foramen

mental),

mempersarafi pulpa dan periodontal gigi geligi molar dan premolar


mandibula bercabang menjadi,
a) Nervus mentalis, mempersarafi mukosa dan kulit bibir bawah
dan gingival
b) Nervus insisivus, mempersarafi pulpa dan periodontal gigi
geligi kaninus dan insisivus
2) Nervus lingualis, mempersarafi gingiva lingual sampai garis
median dan 2/3 anterior lidah
3) Nervus buccalis, mempersarafi mukosa pipi sampai ke sulkus
bukalis daerah gigi molar
9. Keuntungan dan kerugian anastesi lokal
a. Keuntungan
1) Durasi pendek
2) Hanya daerah tertentu yang teranastesi
b. Kerugian
1) Alergi bahan anastesi
2) Komplikasi sistemik
3) Parestesia
4) Efek samping bahan, mual muntah (Sumawinata, 2013).
10. Perbedaan anastesi dan analgesik
a. Analgesik, merupakan obat untuk mengurangi rasa sakit tanpa
menghilangkan kesadaran, biasa digunakan pada konservasi
b. Anastesi, merupakan obat yang meliputi 3 unsur sedasi, analgesik, dan
relaksan, sehingga memberikan efek mengurangi rasa sakit disertai
kehilangan kesadaran dan melemaskan otot, biasa digunakan pada
pembedahan (Sumawinata, 2013).
C. Pembahasan
Anestesi berasal dari bahasa yunani yang berarti keadaan tanpa rasa
sakit, yaitu keadaan hilangnya seluruh atau sebagian bentuk sensasi dalam
suatu periode. Anestesi dibagi menjadi dua kelompok yaitu anestesi umum
dan anestesi lokal. Selain itu, terdapat berbagai macam anestesi lainnya,
seperti anestesi akupuntur, hipnosis, listrik, dan anestesi hipotermia regional.
Akupuntur dianggap dapat menjadi salah satu jenis anestesi karena

14

mengandung nalokson (antagonis narkotika) sebagai bahan analgesik dari


akupuntur. Namun, penelitian terbaru menyatakan anestesi akupuntur hanya
sebagai terapi plasebo. Anestesi hipnosis dilakukan dengan cara menekan
gejala sakit sehingga sensasi nyeri diubah dan dianggap sebagai sensasi
menyenangkan. Anestesi

hipnosis

biasanya

diterapkan

untuk

kasus

melahirkan dan dunia kedokteran gigi (hypnodontia). Anestesi listrik


menggunakan arus tinggi dengan voltage rendah untuk menimbulkan sensasi
teranestesi. Anestesi ini kontraindikasi pada penderita hipertensi dan dapat
menimbulkan kekakuan otot. Anestesi hipotermia regional atau analgesia
refrigerator adalah jenis anestesi menggunakan suhu dingin untuk memblok
saraf-saraf (Sabiston, 1995).
Obat anestesi lokal yang diberikan dalam kadar cukup dapat
menghambat hantaran impuls pada saraf yang dikenai obat tersebut dan
menghilangkan sensasi nyeri pada area tertentu tanpa menghilangkan
kesadaran. Sedangkan anestesi umum merupakan tindakan menghilangkan
rasa sakit secara sentral disertai hilangnya kesadaran (Mansjoer dkk., 2008).
Tujuan utama anestesi adalah menghilangkan sensasi rasa, tetapi dapat juga
dimanfaatkan sebagai diagnostik, terapeutik, peri-operative, dan postoperative (Grace dan Borley, 2007).
Anestesi seringkali dimanfaatkan dalan prosedur operasi, baik yang
digunakan pada peri-operative maupun post-operative. Anestesi pada perioperative, dilakukan untuk memberikan rasa nyaman selama prosedur
operasi. Anestesi pada post-operative, dilakukan untuk mengurangi rasa sakit
setelah prosedur operasi sehingga mengurangi penggunaan obat analgesik.
Anestesi sebagai diagnostik merupakan anestesi yang digunakan untuk
mengisolasi sumber nyeri, misalnya penentuan nyeri pada gigi rahang atas
atau bawah. Apabila anestesi disuntikkan pada salah satu rahang dan rasa
nyeri itu masih ada, maka sumber nyeri berasal dari rahang lawannya.
Anestesi sebagai terapeutik dilakukan untuk menghilangkan atau mengurangi
keadaan patologis, seperti penggunaan anestesi sebagai penghilang rasa sakit
pada penderita kanker (Grace dan Borley, 2006).
Anestesi bekerja berdasarkan trias anestesi, yaitu (1) analgesi untuk
menghilangkan rasa nyeri, (2) muscle relaxant untuk mengurangi ketegangan

15

otot dengan bekerja pada saraf yang menuju otot atau sambungan saraf-otot,
dan (3) sedasi untuk menciptakan keadaan tenang (Grace dan Borley, 2006).
Teori mekanisme kerja anestesi pada tubuh secara umum yaitu teori reseptor
spesifik. Pada dasarnya, ion sodium seharusnya berikatan dengan reseptor
pada membran sel untuk meningkatkan permeabilitas dan membuka gerbang
sodium. Teori reseptor spesifik menjelaskan adanya kompetisi antara ion
sodium dengan anestesi untuk berikatan dengan reseptor khusus di membran
sel. Bahan anestesikum akan berikatan dengan reseptor yang ada di dekat
gerbang sodium pada membran sel saraf, sehingga mengurangi permeabilitas
ion sodium. Hal tersebut mengakibatkan blokade gerbang sodium yang dapat
menghambat konduksi ion sodium dan tingkat depolarisasi. Penurunan
tingkat depolarisasi mengakibatkan gagalnya pembentukan potensial aksi dan
pengiriman impuls terhambat (Howe dan Whitehead, 2013).
Anestesi yang sering digunakan di bidang kedokteran gigi termasuk
jenis anestesi lokal. Anestesi lokal terbagi menjadi 3 macam yaitu, anestesi
topikal, anestesi infiltrasi dan anestesi block (Howe dan Whitehead, 2013).
Anestesi topikal adalah anestesi yang digunakan pada daerah kulit maupun
membran mukosa hingga mengenai ujung-ujung saraf superfisial. Anestesi
jenis ini biasanya digunakan sebelum penyuntikan mukosa. Sedian anestesi
ini tersedia dalam bentuk spray, salep, emulsi, dan gel. Anestesi topikal dalam
sediaan spray memiliki aksi yang berjalan cukup cepat dan memberikan efek
yang lebih luas. Bahan aktif yang terkandung dalam sediaan spray ini adalah
lignokain hidroklorida 10%, sedangkan onset yang diperlukan untuk jenis
anestesi ini adalah 1 menit dengan durasi 10 menit. Anestesi topikal sediaan
salep mengandung lignokain hidroklorida yang mempunyai waktu onset
kurang lebih 2 menit dengan durasi sekitar 1 jam. Anestesi topikal sediaan
emulsi adalah anestesi yang biasanya digunakan dalam kedokteran gigi.
Anestesi sediaan ini digunakan sebelum melakukan pencetakan seluruh
rahang khususnya untuk pasien yang sangat mudah dan mual. Satu sendok teh
emulsi dapat digunakan pasien untuk kumur-kumur disekitar rongga mulut
yang kemudian dibiarkan selama 2 menit. Emulsi ini juga bermanfaat untuk
mengurangi rasa nyeri pasca operasi gingivektomi, dan tidak berbahaya bila
ditelan secara tidak sengaja.

16

Menurut Howe dan Whitehead (2013), anestesi infiltrasi biasanya


didepositkan di dekat serabut terminal dari saraf dan akan terinfiltrasi di
sepanjang jaringan untuk mencapai serabut saraf serta menimbulkan efek
anestesi dari daerah terlokalisir yang disuplai saraf tersebut. Anestesi infiltrasi
dapat dibedakan menjadi beberapa macam berdasarkan tekniknya, yaitu
suntikan submukosa, supraperiosteal, subperiosteal, intraoseus, intrasepta,
dan intra ligamen. Suntikan submukosa dideponirkan tepat dibalik membran
mukosa, cenderung tidak menimbulkan efek anestesi pada pulpa gigi. Teknik
ini sering digunakan untuk menganestesi saraf bukal sebelum pencabutan gigi
molar bawah atau operasi jaringan lunak. Teknik supraperiosteal dilakukan
dengan cara mendeponirkan sepanjang apeks gigi di atas periosteum.
Suntikan subperiosteal dideponirkan antara periosteum dengan bidang
kortikal. Teknik ini digunakan pada palatum dan bermanfaat bila suntikan
supraperiosteal gagal untuk memberikan efek anestesi. Suntikan intraoseous
didepositkan pada tulang medularis. Sedangkan suntikan intrasepta
merupakan modifikasi dari teknik intraoseus. Suntikan intraligamen biasanya
diinsersikan pada sulkus gingiva denga bevel mengarah menjauhi gigi. Jarum
kemudian didorong ke membran periodontal, Jarum ditahan dengan jari untuk
mencegah pembengkokan dan didorong ke penetrasi maksimal sehingga
terletak antara akar-akar gigi dan tulang interkrestal.
Berdasarkan area saraf yang diblok, anestesi block terbagi menjadi 2,
anestesi nerve block dan anestesi. Anestesi nerve block yaitu anestesi lokal
yang mengenai langsung pada pusat saraf, sehingga menghambat jalannya
rangsangan dari daerah operasi yang diinervasinya. Sedangkan bield block ini
merupakan anestesi lokal yang disuntikan pada terminal saraf, sehingga
menghambat semua cabang saraf proksimal sebelum masuk ke daerah operasi
(Abdullah, 2007). Namun, anestesi blok saraf memungkinkan terjadi
komplikasi neurologi dan ketidakstabilan hemodinamik yang berbahaya pada
pasien aterosklerosis, usia tua, dan hipovolemik (Sabiston, 1995).
Menurut Purwanto (2013), anestesi lokal di bidang kedokteran gigi
akan bekerja pada berbagai saraf di area kepala dan leher. Saraf kranial yang
berperan utama dalam mempersarafi gigi dan rongga mulut yaitu saraf kranial
V atau nervus trigeminal (V). Saraf ini berasal dari mesencephalon dan

17

membesar menjadi ganglion trigeminal dan terbagi menjadi tiga cabang, yaitu
ophthalmicus, maksila, dan mandibula. Nervus maxilla meninggalkan
cranium melalui foramen rotundum, melintasi ganglion pterygopalatina,
masuk ke fissura orbitalis inferior, canal intraorbitalis dan berakhir di
foramen infraorbital menjadi nervus infraorbital. Cabang-cabang nervus
maxillaris, yaitu nervus sphenopalatinus yang berjalan ke ganglion
sphenopalatinus mengeluarkan percabangan n. pharyngeus, nn. palatini
minores, n. palatinus medius, n. palatinus major, n. nasalis superior, n.
Nasopalatinus, n. alveolaris superior posterior, medius, dan anterior. Nervus
alveolaris superior posterior adalah saraf dari ganglion sphenopalatina yang
menginervasi semua akar gigi molar kecuali akar mesiobukal gigi molar
pertama atas. Nervus alveolaris superior medius yaitu saraf yang
menginervasi gigi premolar satu dan dua atas serta akar mesiobukal molar
pertama atas. Sedangkan nervus alveolaris superior anterior, bercabang
sebelum foramen infraorbital kemudian ke bawah menginervasi gigi insisivus
sentral dan lateral, kaninus, membran mukosa labial, periosteum, dan alveolus
pada satu sisi.
Nervus mandibula merupakan saraf yang keluar melalui foramen ovale
dan bercabang menjadi tiga percabangan, yaitu nervus buccalis longus,
nervus lingualis, dan nervus alveolaris inferior.nervus buccalis longus keluar
tepat di luar foramen ovale dan berjalan diantara m. pterygoideus externus
menuju m. buccinator di sebelah bukal gigi molar ketiga rahang atas. Saraf ini
menginervasi membran mukosa bukal dan mukoperiosteum sebelah lateral
gigi-gigi molar rahang atas dan bawah. Nervus lingualis yaitu saraf yang
berjalan ke superficial dari m. pterygoideus internus menuju lingual apeks
gigi molar ketiga rahang bawah kemudian masuk ke dalam basis lingual dan
menginervasi duapertiga anterior lidah, mukosa periosteum dan membran
mukosa lingual. Sedangkan nervus alveolaris inferior berjalan melalui m.
pterygoideus externus dan ramus mandibula masuk ke dalam canalis
mandibula kemudian bercabang menjadi n. mylohyoideus, rami dentalis
brevis, nervus mentalis, dan nervus incisivus. Rami dentalis brevis
merupakan cabang di dalam canalis mandibula menginervasi gigi molar,
premolar, processus alveolaris dan periosteum rahang bawah. Nervus

18

incisivus merupakan cabang-cabang kecil yang menginervasi gigi-gigi


insisivus sentral, lateral dan kaninus rahang bawah (Purwanto, 2013).
Bahan anestesi yang digunakan pada jenis anestesi topikal secara umum
digolongkan menjadi 2, yaitu golongan ester dan amida. Contoh golongan
ester yaitu prokain, kloro-prokain, benzokain, tetrakain. Golongan bahan
anestesi ini dihindari pemakaiannya karena sering kali menimbulkan alergi.
Sedangkan bahan anestesi golongan amida yaitu lidokain, bupivakain,
mepivakain, dan prilokain. Lidokain adalah bahan anestesi yang umum
digunakan untuk pembedahan minor, khususnya pembedahan gigi dan mulut.
Karakteristik bahan ini yaitu onset kerja cepat, masa kerja yang cukup lama
(60-90 menit), dan lebih kuat dari prokain. Berdasarkan durasi kerja, lidokain
termasuk bahan anestesi dengan durasi tingkat sedang, sedangkan mepivakain
termasuk durasi panjang dan prilokain durasi pendek. Prilokain merupakan
bahan anestesi lokal yang memiliki efek farmakologi mirip dengan lidokain,
tetapi mula kerja dan masa kerjanya lebih lama. Bahan jenis ini telah ditarik
dari peredaran karena dapat menimbulkan efek toksik. Mepivakain
merupakan bahan anaestesi lokal pilihan kedua selain lidokain. Mepivakain
digunakan untuk anesthesia infiltrasi, blockade saraf regional dan anesthesi
spinal. Berbagai jenis anestesi sering digunakan dengan zat tambahan seperti
epinefrin dan adrenalin (Karataka dan Bachsinar, 1996).
Anestesi umum maupun lokal memiliki efek samping seperti halnya
obat-obatan lainnya. Efek samping yang mungkin terjadi adalah mual dan
muntah. Pada beberapa kasus, reaksi hipersensitivitas dapat muncul ketika
bahan anestesi tertentu dideponirkan ke tubuh (Dobson, 2000). Penggunaan
anestesi juga dapat menimbulkan efek lain pada berbagai kondisi tubuh,
seperti penggunaan di area inflamasi, pada penderita penyakit sistemik, dan
penggunaan pada penderita obesitas. Anestesi pada daerah inflamasi kurang
efektif disebabkan oleh reaksi bahan anestetikum yang bersifat basa lemah
dengan area inflamasi yang bersifat asam. Selain itu, penyuntikan anestesi
pada area inflamasi juga dapat menimbulkan penyebaran infeksi semakin
luas. Pasien dengan kelainan sistemik seperti penyakit kardiovaskular dan
diabetes melitus, penggunaan anestetikum yang mengandung epineprin atau
adrenalin sebaiknya dihindari karena bersifat vasokonstriktor. Meskipun

19

vasokonstriktor pada anestesi dapat menambah durasi kerja obat, zat tersebut
dapat memicu terjadinya takikardi dan perfusi jantung (Dobson, 2000).
Pemberian anestesi harus memperhatikan berbagai hal, seperti faktor
usia pasien, riwayat penyakit pasien, pemilihan bahan anestesi, teknik
anestesi, objek dan lokasi yang teranestesi. Lokasi anestesi harus tepat
mengenai sasaran saraf karena ada banyak saraf yang menginervasi gigi dan
area rongga mulut. Facial palsy dapat terjadi ketika injeksi terlalu dekat
dengan nervus fasialis. Proses penyuntikan juga perlu diperhatikan agar tidak
menyebabkan trauma. Trauma otot-otot pembuluh darah dapat memicu
timbulnya trismus (Sumawinata, 2013).

BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Berdasarkan PBL kali ini, dapat disimpulkan bahwa
1. Anesthesia merupakan hilangnya rasa atau sensasi pada beberapa bagian
tubuh yang disebabkan oleh adanya blokade impuls secara mekanis atau
karena pemakaian obat. Anestesi dibagi menjadi 3 macam, yaitu anastesi
umum, regional, dan lokal.
1. Mekanisme kerja bahan anastesi lokal yaitu bekerja langsung pada sel
saraf dan menghambat kemampuan sel saraf mentransmisikan impuls
melalui aksonnya. Target anastetika lokal adalah saluran Na+ yang ada
pada semua neuron. Saluran Na+ bertanggung jawab menimbulkan
potensial aksi sepanjang akson dan membawa pesan dari badan sel ke
terminal saraf. Anastetika lokal berikatan secara selektif pada saluran Na+
sehingga mencegah terbukanya saluran.
2. Bahan-bahan yang biasa digunakan dalam anestesi adalah golongan ester
dan amida. Tetrakain, benzokain, kokain, dan prokain adalah bahan yang
termasuk dalam golongan ester. Sedangkan bahan golongan anamida
adalah lidokain, mepivakain, bupivakain, prilokain, levobupivakain,
ibukain, ropivakain, dan etidokain.
3. Dalam melakukan anestesi lokal terdapat beberapa hal-hal yang perlu
diperhatikan diantaranya riwayat penyakit pasien, bahan anestesi, kondisi
inflamasi, faktor usia pasien, lokasi anestesi, adanya infeksi atau inflamasi
akut pada daerah yang akan diinjeksi, dan ketebalan tulang.
4. Keuntungan dalam melakukan anestesi adalah operator lebih nyaman saat
melakukan bedah, relatif aman anestesi lokal, sistem pernapasan tidak
terhambat. Sedangkan kerugian dalam melakukan anestesi adalah tidak
dapat diberikan pada jaringan yang meradang atau infeksi.

20

21

B. Saran
Saran kami berdasarkan laporan ini adalah
1. Kita sebagai tenaga kesehatan harus selektif dalam menentukan anastesi
yang akan digunakan dalam prosedur perawatan dalam bidang kedokteran
gigi agar dapat memberikan hasil yang maksimal untuk pasien.
1. Kita sebagai tenaga kesehatan wajib memberikan pelayanan yang terbaik
bagi pasien dengan mematuhi prosedur anestesi yang baik dan benar.

DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, F., 2007, Teknik-Teknik Anestesi Lokal, EGC: Jakarta.
Boulton, T.B., Blogg, C. E., 1994, Anestesiologi, EGC: Jakarta.
Dobson, M.B., 2000, Penuntun Praktis Anestesi Lokal, EGC: Jakarta.
Grace, P.A., Borley, N.R., 2006, At a Glance Ilmu Bedah, Erlangga: Jakarta.
Howe, G.L., Whitehead, F. I. H., 2013, Anestesi lokal, Ed. 3, Hipokrates: Jakarta.
Karakata, S., Bachsinar, B., 1996, Bedah Minor, Hipokrates: Jakarta.
Mansjoer, A., dkk., 2008, Kapita Selekta Kedokteran, EGC: Jakarta.
Neal, M. J., 2006, Medical Pharmacology at a Galance Fifth Edition, Erlangga:
Jakarta.
Pedersen, G.W., 1996, Buku Ajar Praktis Bedah Mulut, EGC: Jakarta.
Purwanto, 2013, Petunjuk Praktis Anestesi Lokal, EGC: Jakarta.
Sabiston, D. C., 1995, Buku Ajar Bedah, EGC: Jakarta.
Sumawinata, N., 2013, Anastesi Lokal dalam Perawatan Konservasi Gigi, EGC:
Jakarta.

22

Вам также может понравиться