Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
LAPORAN PBL 1
ANESTESI LOKAL
Tutor :
drg. Fadli Ashar
Disusun oleh :
Fine Febri Adipuri
G1G013008
Alvianita Nurjanah
G1G013011
Dennia Dwi A. F. P
G1G013015
Dani Intan P.
G1G013019
Ziyada Salisa
G1G013037
G1G013043
Arief Budiman
G1G013046
Nindyarani S.
G1G013061
G1G013065
Chairun Nisa
G1G013066
Mayesa Farah U.
G1G013067
Tutor :
drg. Fadli Ashar
Disusun oleh :
Fine Febri Adipuri
G1G013008
Alvianita Nurjanah
G1G013011
Dennia Dwi A. F. P
G1G013015
Dani Intan P.
G1G013019
Ziyada Salisa
G1G013037
G1G013043
Arief Budiman
G1G013046
Nindyarani S.
G1G013061
G1G013065
Chairun Nisa
G1G013066
Mayesa Farah U.
G1G013067
KATA PENGANTAR
Segala puji kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat dan hidayah-Nya kami telah menyelesaikan PBL (Problem Based
Learning) pertama tentang Anestesi dan kami dapat menyelesaikan laporan
PBL ini tepat pada waktunya.
Tidak lupa kami ucapakan terima kasih kepada tutor drg. Fadli Ashar yang
telah membimbing kami selama proses diskusi kelompok PBL pertemuan pertama
dan kedua. Sehingga, kami dapat berdiskusi dengan baik sesuai target pencapaian
yang diinginkan.
Laporan ini disusun dalam rangka melengkapi komponen penugasan dalam
blok Hard Tissue Surgery setelah melakukan diskusi kelompok PBL yang
dilaksanakan di Kampus E Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Universitas
Jenderal Soedirman Purwokerto-Jawa Tengah.
Akhir kata, kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan laporan ini dari awal sampai akhir. Semoga
Tuhan selalu meridhoi segala usaha kita. Amin.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................2
KATA PENGANTAR..............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................2
C. Tujuan...........................................................................................................2
D. Manfaat.........................................................................................................2
BAB II ISI................................................................................................................3
A. Skenario........................................................................................................3
B. Tahapan Seven Jumps...................................................................................3
C. Pembahasan.................................................................................................15
BAB III PENUTUP...............................................................................................22
A. Simpulan.....................................................................................................22
B. Saran............................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................24
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rasa sakit merupakan rasa yang hampir semua orang pernah
mengalaminya. Rasa sakit terjadi karena adanya perjalanan sensasi rasa yang
dikirim ke otak dan diperpersikan oleh otak sebagai rasa sakit. Rasa sakit
dapat dikendalikan dengan terputusnya perjalanan saraf pada berbagai tempat
yang diinginkan dengan memberikan hasil pengendalian rasa sakit bersifat
sementara atau permanen (Howe dan Whitehand, 2013).
Dunia kedokteran gigi dalam tindakan sehari-harinya tidak dapat lepas
dari rasa sakit yang dirasakan pasien. Terutama pada tindakan bedah mulut
seperti tindakan pencabutan gigi dan tindakan bedah minor lainnya yang
dapat menimbulkan rasa sakit bagi pasiennya. Pengontrolan rasa sakit pada
dunia kedokteran terutama kedokteran gigi sebelum dilakukannya tindakan
bedah dapat dilakukan dengan memberikan penghilang rasa sakit sementara
atau permanen, sehingga pasien tidak dapat merasakan rasa sakit selama
tindakan bedah dilakukan.
Beberapa tahun silam, untuk mengendalikan rasa sakit sebelum
pembedahan dilakukan pembiusan dengan cara memukul tulang leher bagian
belakang, cara ini dilakukan untuk memutus perjalanan sensasi rasa sakit.
Seiring dengan berkembangnya ilmu kedokteran, sekarang pengontrolan rasa
sakit sebelum pembedahan dilakukan dengan memberikan suatu bahan untuk
menghilangkan kesadaran pasien sehingga pasien tidak dapat merasakan sakit
selama pembedahan.cara ini disebut dengan Anastesi (Pedersen, 1996).
Anestesi merupakan salah satu ilmu bedah yang paling tua. Seiring
dengan berkembangnya teknik anestesi serta penemuan obat-obat anestesi
baru, obat-obat anestesi saat ini lebih efektif dibandingkan dengan obat-obat
anestesi pendahulunya. Anestesi selalu dilakukan sebelum melakukan
tindakan bedah, dengan anestesi penderita tidak akan merasa sakit sewaktu
dilakukannya tindakan, sehingga tindakan bedah dapat dilakukan dengan
tenang dan hasil yang baik (Karakata dan Bachsinar, 1996). Dalam laporan
kali ini akan dibahas lebih dalam tentang anastesi beserta komponenkomponen di dalamnya.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan dibahas dalam laporan ini adalah
1. Apa yang dimaksud dengan anastesi?
2. Bagaimana mekanisme anastesi pada tubuh manusia?
3. Apa saja jenis-jenis anastesi?
4. Apa saja bahan yang digunakan dalam anastesi?
5. Apa saja yang perlu diperhatikan sebelum melakukan anastesi?
6. Apa saja keuntungan dan kerugian dalam menggunakan anastesi?
C. Tujuan
Tujuan dari penulisan laporan ini adalah untuk
1. Mengetahui yang dimaksud dengan anastesi
2. Mengetahui cara kerja anastesi pada tubuh manusia
3. Mengetahui jenis anastesi
4. Mengetahui bahan yang digunakan dalam anastesi
5. Mengetahui hal yang perlu diperhatikan sebelum melakukan tindakan
anastesi
6. Mengetahui keuntungan dan kerugian penggunanan anastesi
D. Manfaat
Mahasiswa dapat memahami dan mampu menjelaskan hal-hal yang
berhubungan dengan anestesi serta dapat mengaplikasikan tujuan dari
penulisan laporan ini dalam kehidupan dunia kedokteran gigi.
BAB II
ISI
A. Skenario
A 20 year old male presented to a dentist with complaint of a large
cavity tooth on the right lower side of the jaw. There was no pain on the teeth.
On examination it was found that there was necrotized condition of the right
lower 1st molar (tooth number 46) with extended damage on the crown. There
was no history of any past or present significant illness like coagulation
disorders, prolonged hospitalization or medications. The dentist decided to
pull out the tooth and the patient agreed about the tooth extraction.
The extraction of the right lower 1st molar was started by local
anesthesia produre. The used of local anesthesia is to achieve comfort during
operative procedure. Dentist used mandibular block anesthesia by using
syringe which contain of pehacaine solution. Mandibular block anesthesia
injection, patient felt progress to a numb, swollen, thick and rubbery
sensation on his right cheek, lips and half of his tongue. Patient even didnt
feel anything when the sharp probe tested on the buccal gingival of the teeth.
B. Tahapan Seven Jumps
Step 1 (Clarifying Unfamiliar Term)
1. Anastesi lokal: suatu teknik anastesi yang digunakan untuk menghilangkan
sensasi rasa sakit pada daerah tertentu dan pasien masih dalam keadaan
sadar
2. Probe: alat yang digunakan untuk mengukur sulcus gingiva
3. Anastesi blok mandibula: salah satu anastesi dengan memblok saraf
mandibula
4. Syringe: alat suntik yang berbentuk tabung tempat cairan anastesi dan
diujungnya terdapat jarum suntik
5. Pehacaine solution: salah satu bahan atau cairan yang digunakan untuk
anastesi
Step 2 (Problem Definition)
1. Apa yang dimaksud dengan anastesi?
2. Apa saja tujuan dilakukannya anastesi?
3. Bagaimana mekanisme dari anastesi?
4.
5.
6.
7.
Pehacaine
Klor etil
Cocaine
Nitrous Oksida
Lidocaine
bawah!
9. Apa saja keuntungan dan kerugian dilakukannya anastesi?
10. Apa perbedaan anastesi dan analgesi?
Step 7 (Reporting)
1. Pengertian anastesi:
a. Anastesi berasal dari kata An yang artinya tidak dan Aesthesos yang
artinya kemampuan merasa (Boulton dan Blogg, 1994).
b. Menurut anastesi adalah suatu teknik menggunakan obat yang
menyebabkan keseluruhan atau bagian dari organisme menjadi mati
rasa untuk periode waktu tertenu (Grace dan Borley, 2006).
c. Anastesi terdiri dari 3 komponen yang dikenal sebagai trias anastesi
yang terdiri dari, sedasi, relaksasi dan analgesik (Mansjoer, dkk., 2008).
2. Tujuan anastesi meliputi:
a. Diagnostik, untuk mengetahui sumber rasa sakit
b. Terapeutik, untuk mengurangi sakit pada kondisi patologi
bentuk
spray,
salep,
emulsi,
dan
gel.
Sediaan
ini
dalam
kedokteran
gigi
yaitu
anestesi
sebelum
untuk
mengurangi
rasa
nyeri
pasca
operasi
dibalik
mukosa,
anestesi
ini
cenderung
tidak
10
11
12
(2013),
sebelum
memberikan
anestesi
harus
(berasal
dari
foramen
insisivum),
13
alveolar
inferior
(berasal
dari
foramen
mental),
14
hipnosis
biasanya
diterapkan
untuk
kasus
15
otot dengan bekerja pada saraf yang menuju otot atau sambungan saraf-otot,
dan (3) sedasi untuk menciptakan keadaan tenang (Grace dan Borley, 2006).
Teori mekanisme kerja anestesi pada tubuh secara umum yaitu teori reseptor
spesifik. Pada dasarnya, ion sodium seharusnya berikatan dengan reseptor
pada membran sel untuk meningkatkan permeabilitas dan membuka gerbang
sodium. Teori reseptor spesifik menjelaskan adanya kompetisi antara ion
sodium dengan anestesi untuk berikatan dengan reseptor khusus di membran
sel. Bahan anestesikum akan berikatan dengan reseptor yang ada di dekat
gerbang sodium pada membran sel saraf, sehingga mengurangi permeabilitas
ion sodium. Hal tersebut mengakibatkan blokade gerbang sodium yang dapat
menghambat konduksi ion sodium dan tingkat depolarisasi. Penurunan
tingkat depolarisasi mengakibatkan gagalnya pembentukan potensial aksi dan
pengiriman impuls terhambat (Howe dan Whitehead, 2013).
Anestesi yang sering digunakan di bidang kedokteran gigi termasuk
jenis anestesi lokal. Anestesi lokal terbagi menjadi 3 macam yaitu, anestesi
topikal, anestesi infiltrasi dan anestesi block (Howe dan Whitehead, 2013).
Anestesi topikal adalah anestesi yang digunakan pada daerah kulit maupun
membran mukosa hingga mengenai ujung-ujung saraf superfisial. Anestesi
jenis ini biasanya digunakan sebelum penyuntikan mukosa. Sedian anestesi
ini tersedia dalam bentuk spray, salep, emulsi, dan gel. Anestesi topikal dalam
sediaan spray memiliki aksi yang berjalan cukup cepat dan memberikan efek
yang lebih luas. Bahan aktif yang terkandung dalam sediaan spray ini adalah
lignokain hidroklorida 10%, sedangkan onset yang diperlukan untuk jenis
anestesi ini adalah 1 menit dengan durasi 10 menit. Anestesi topikal sediaan
salep mengandung lignokain hidroklorida yang mempunyai waktu onset
kurang lebih 2 menit dengan durasi sekitar 1 jam. Anestesi topikal sediaan
emulsi adalah anestesi yang biasanya digunakan dalam kedokteran gigi.
Anestesi sediaan ini digunakan sebelum melakukan pencetakan seluruh
rahang khususnya untuk pasien yang sangat mudah dan mual. Satu sendok teh
emulsi dapat digunakan pasien untuk kumur-kumur disekitar rongga mulut
yang kemudian dibiarkan selama 2 menit. Emulsi ini juga bermanfaat untuk
mengurangi rasa nyeri pasca operasi gingivektomi, dan tidak berbahaya bila
ditelan secara tidak sengaja.
16
17
membesar menjadi ganglion trigeminal dan terbagi menjadi tiga cabang, yaitu
ophthalmicus, maksila, dan mandibula. Nervus maxilla meninggalkan
cranium melalui foramen rotundum, melintasi ganglion pterygopalatina,
masuk ke fissura orbitalis inferior, canal intraorbitalis dan berakhir di
foramen infraorbital menjadi nervus infraorbital. Cabang-cabang nervus
maxillaris, yaitu nervus sphenopalatinus yang berjalan ke ganglion
sphenopalatinus mengeluarkan percabangan n. pharyngeus, nn. palatini
minores, n. palatinus medius, n. palatinus major, n. nasalis superior, n.
Nasopalatinus, n. alveolaris superior posterior, medius, dan anterior. Nervus
alveolaris superior posterior adalah saraf dari ganglion sphenopalatina yang
menginervasi semua akar gigi molar kecuali akar mesiobukal gigi molar
pertama atas. Nervus alveolaris superior medius yaitu saraf yang
menginervasi gigi premolar satu dan dua atas serta akar mesiobukal molar
pertama atas. Sedangkan nervus alveolaris superior anterior, bercabang
sebelum foramen infraorbital kemudian ke bawah menginervasi gigi insisivus
sentral dan lateral, kaninus, membran mukosa labial, periosteum, dan alveolus
pada satu sisi.
Nervus mandibula merupakan saraf yang keluar melalui foramen ovale
dan bercabang menjadi tiga percabangan, yaitu nervus buccalis longus,
nervus lingualis, dan nervus alveolaris inferior.nervus buccalis longus keluar
tepat di luar foramen ovale dan berjalan diantara m. pterygoideus externus
menuju m. buccinator di sebelah bukal gigi molar ketiga rahang atas. Saraf ini
menginervasi membran mukosa bukal dan mukoperiosteum sebelah lateral
gigi-gigi molar rahang atas dan bawah. Nervus lingualis yaitu saraf yang
berjalan ke superficial dari m. pterygoideus internus menuju lingual apeks
gigi molar ketiga rahang bawah kemudian masuk ke dalam basis lingual dan
menginervasi duapertiga anterior lidah, mukosa periosteum dan membran
mukosa lingual. Sedangkan nervus alveolaris inferior berjalan melalui m.
pterygoideus externus dan ramus mandibula masuk ke dalam canalis
mandibula kemudian bercabang menjadi n. mylohyoideus, rami dentalis
brevis, nervus mentalis, dan nervus incisivus. Rami dentalis brevis
merupakan cabang di dalam canalis mandibula menginervasi gigi molar,
premolar, processus alveolaris dan periosteum rahang bawah. Nervus
18
19
vasokonstriktor pada anestesi dapat menambah durasi kerja obat, zat tersebut
dapat memicu terjadinya takikardi dan perfusi jantung (Dobson, 2000).
Pemberian anestesi harus memperhatikan berbagai hal, seperti faktor
usia pasien, riwayat penyakit pasien, pemilihan bahan anestesi, teknik
anestesi, objek dan lokasi yang teranestesi. Lokasi anestesi harus tepat
mengenai sasaran saraf karena ada banyak saraf yang menginervasi gigi dan
area rongga mulut. Facial palsy dapat terjadi ketika injeksi terlalu dekat
dengan nervus fasialis. Proses penyuntikan juga perlu diperhatikan agar tidak
menyebabkan trauma. Trauma otot-otot pembuluh darah dapat memicu
timbulnya trismus (Sumawinata, 2013).
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan PBL kali ini, dapat disimpulkan bahwa
1. Anesthesia merupakan hilangnya rasa atau sensasi pada beberapa bagian
tubuh yang disebabkan oleh adanya blokade impuls secara mekanis atau
karena pemakaian obat. Anestesi dibagi menjadi 3 macam, yaitu anastesi
umum, regional, dan lokal.
1. Mekanisme kerja bahan anastesi lokal yaitu bekerja langsung pada sel
saraf dan menghambat kemampuan sel saraf mentransmisikan impuls
melalui aksonnya. Target anastetika lokal adalah saluran Na+ yang ada
pada semua neuron. Saluran Na+ bertanggung jawab menimbulkan
potensial aksi sepanjang akson dan membawa pesan dari badan sel ke
terminal saraf. Anastetika lokal berikatan secara selektif pada saluran Na+
sehingga mencegah terbukanya saluran.
2. Bahan-bahan yang biasa digunakan dalam anestesi adalah golongan ester
dan amida. Tetrakain, benzokain, kokain, dan prokain adalah bahan yang
termasuk dalam golongan ester. Sedangkan bahan golongan anamida
adalah lidokain, mepivakain, bupivakain, prilokain, levobupivakain,
ibukain, ropivakain, dan etidokain.
3. Dalam melakukan anestesi lokal terdapat beberapa hal-hal yang perlu
diperhatikan diantaranya riwayat penyakit pasien, bahan anestesi, kondisi
inflamasi, faktor usia pasien, lokasi anestesi, adanya infeksi atau inflamasi
akut pada daerah yang akan diinjeksi, dan ketebalan tulang.
4. Keuntungan dalam melakukan anestesi adalah operator lebih nyaman saat
melakukan bedah, relatif aman anestesi lokal, sistem pernapasan tidak
terhambat. Sedangkan kerugian dalam melakukan anestesi adalah tidak
dapat diberikan pada jaringan yang meradang atau infeksi.
20
21
B. Saran
Saran kami berdasarkan laporan ini adalah
1. Kita sebagai tenaga kesehatan harus selektif dalam menentukan anastesi
yang akan digunakan dalam prosedur perawatan dalam bidang kedokteran
gigi agar dapat memberikan hasil yang maksimal untuk pasien.
1. Kita sebagai tenaga kesehatan wajib memberikan pelayanan yang terbaik
bagi pasien dengan mematuhi prosedur anestesi yang baik dan benar.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, F., 2007, Teknik-Teknik Anestesi Lokal, EGC: Jakarta.
Boulton, T.B., Blogg, C. E., 1994, Anestesiologi, EGC: Jakarta.
Dobson, M.B., 2000, Penuntun Praktis Anestesi Lokal, EGC: Jakarta.
Grace, P.A., Borley, N.R., 2006, At a Glance Ilmu Bedah, Erlangga: Jakarta.
Howe, G.L., Whitehead, F. I. H., 2013, Anestesi lokal, Ed. 3, Hipokrates: Jakarta.
Karakata, S., Bachsinar, B., 1996, Bedah Minor, Hipokrates: Jakarta.
Mansjoer, A., dkk., 2008, Kapita Selekta Kedokteran, EGC: Jakarta.
Neal, M. J., 2006, Medical Pharmacology at a Galance Fifth Edition, Erlangga:
Jakarta.
Pedersen, G.W., 1996, Buku Ajar Praktis Bedah Mulut, EGC: Jakarta.
Purwanto, 2013, Petunjuk Praktis Anestesi Lokal, EGC: Jakarta.
Sabiston, D. C., 1995, Buku Ajar Bedah, EGC: Jakarta.
Sumawinata, N., 2013, Anastesi Lokal dalam Perawatan Konservasi Gigi, EGC:
Jakarta.
22