Вы находитесь на странице: 1из 30

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Salah satu wacana aktual dan marak diperbincangkan kaitannya dengan
reproduksi perempuan adalah masalah aborsi. Persoalan ini sudah sangat
memprihatinkan, tidak hanya sebatas persoalan individu tetapi sudah menjadi
persoalan sosial, bahkan sudah meresahkan masyarakat. Betapa tidak, hampir
setiap hari media cetak dan media elektronik menyuguhkan berita-berita yang
sangat menyedihkan, mulai dari adanya dukun-dukun yang membuka praktek atau
dokter yang membuka jasa aborsi secara ilegal, penemuan serpihan-serpihan
tubuh janin di tempat sampah yang dibungkus kantong-kantong plastik, sampai
pada penemuan mayat bayi di pinggir jalan tanpa diketahui siapa yang
melahirkannya.
Tindakan aborsi ini tidak hanya melenyapkan keberadaan janin dalam rahim
ibu sehingga menghilangkan sama sekali kemungkinan bayi untuk bisa menikmati
kehidupan

dunia,

mengandungnya.

tetapi
Menurut

juga
data

sekaligus

mengancam

organisasi

kesehatan

jiwa
dunia

ibu

yang
(WHO)

memperkirakan diseluruh dunia sekitar 13 persen perempuan yang melakukan


aborsi tidak aman berakhir dengan kematian. 20-30 persen, atau 78.000
perempuan meninggal dari 20 juta perempuan yang melakukan aborsi. Sementara
di Asia tenggara 8.100 perempuan meninggal atau 15 persen dari 2.800.000
perempuan berakhir kematian akibat aborsi tidak aman. Indonesia tergolong yang
paling tinggi yaitu, sekitar 750.000-1,5 juta yang melakukan aborsi, 2.500
diantaranya berakhir dengan kematian. Kenyataan bahwa kasus aborsi telah
banyak terjadi bukanlah sekedar isu atau wacana belaka, hasil penelitian yang
dilakukan dibeberapa wilayah Indonesia menunjukkan bahwa telah terjadi tindak
aborsi dengan berbagai cara seperti; tindakan sendiri, bantuan dukun, akupuntur,
orang pintar, bidan, dokter umum, dan dengan bantuan dokter ahli kandungan.
Fakta-fakta aborsi tersebut telah membuka mata kita bahwa yang banyak terjadi
adalah tindak aborsi tidak aman dengan berbagai alasan.
1 |Hukum Aborsi Menurut
Majelis Tarjih Muhammadiyah

Menurut istilahnya, abortus atau aborsi secara kebahasaan berarti keguguran


kandungan, pengguguran kandungan atau membuang janin,5 sedangkan secara
medis sendiri mempunyai beberapa definisi tentang aborsi yang berubah-ubah,
mula-mula aborsi didefinisikan sebagai pembatalan kehamilan sebelum usia 28
minggu (patokan yang dipakai oleh medis adalah mampu tidaknya janin hidup
diluar rahim), setelah itu ternyata kemajuan teknologi kedokteran telah
memungkinkan janin dapat hidup diluar rahim sebelum usia 26 minggu, maka
dibuat kesepakatan bahwa batas aborsi adalah 20 minggu.
Dalam terminologi bahasa Arab istilah yang sering dipakai adalah al-Ijha>d
yang berarti tindakan membuang janin sebelum masa kehamilan sempurna dengan
cara-cara tertentu,8 sedangkan para Fuqaha Mazhab menggunakan istilah
Isqa>tu al-Hamli ketika membicarakan aborsi, dalam istilah hukum aborsi
diartikan pengeluaran hasil konsepsi dari rahim sebelum waktunya (sebelum dapat
lahir secara alamiah).9 Dalam terminologi fikih, ahli hukum Islam mendefinisikan
pengguguran kandungan (aborsi) sebagai tindakan sengaja melenyapkan janin dari
rahim sebelum waktunya dengan secara paksa.
Konsepsi Islam mengenai aborsi sendiri dalam kenyataannya memiliki
pandangan yang berbeda diantara para ahli fikih, perbedaan pendapat tersebut
bertolak dari pembahasan mengenai hak hidup perempuan (ibu-ibu) dengan hak
hidup janin. Selain itu, para ahli fikih juga terdapat perbedaan mengenai
penentuan awal batas kehidupan. Sedikitnya dua perbedaan itulah yang dalam
kajian hukum Islam menjadi sebab perbedaan (Asba>bu al-Ikhtila>f) dalam
konteks pengguguran kandungan.
Dalam status hukum aborsi di Indonesia yang komposisi sosiologis
masyarakatnya beragama Islam dan mayoritas menganut pendapat ulama mazhab,
perlakuan masyarakat terhadap tindakan aborsi sangat mentolelir. Begitu juga
dalam perspektif politik hukum, aturan yang mengatur tentang aborsi masih
didominasi oleh kalangan konservatif terhadap para pelaku aborsi.
Di Indonesia setidaknya ada dua produk hukum formal berbentuk undangundang yang konsen mengatur terhadap aborsi. Pertama adalah yang termaktub
dalam KUHP, tindakan aborsi sebagaimana diatur dalam Undang-undangini
secara eksplisit menempatkan bahwa aborsi termasuk tindak pidana, hal ini dapat
2 |Hukum Aborsi Menurut
Majelis Tarjih Muhammadiyah

diperlihatkan beberapa pasal yang berhubungan, di antaranya; Pasal 283, 299,


serta Pasal 346-349.
Produk lain yang mengatur aborsi adalah Undang-undang kesehatan UU No.
23 Tahun 1992 tentang kesehatan, dan UU No. 29 Tahun 2004 tentang praktek
kedokteran.
Selain dua produk Undang-undang tersebut, ada juga Undang-undang yang
berbentuk fatwa atau keputusan para ulama dari organisasi Islam di Indonesia,
diantaranya adalah; Putusan Majelis Tarjih Muhammadiyah (Muktamar Tarjih
XXII) di Malang Tahun 1989 tentang aborsi, Putusan Lembaga Bahtsul Masail
NU wilayah Jawa Timur di Ponpes Zainul Hasan Genggong tanggal 23-25 Oktober
1992 maupun Fatwa aborsi oleh MUI tertanggal 21 Mei 2005 No. 04 Tahun 2005.

Ada beberapa alasan mengapa Muhammadiyah yang dijadikan sasaran


penelitian. Pertama, Muhammadiyah organisasi Islam terbesar di Indonesia yang
mempunyai massa pengikut terbanyak daripada organisasi Islam lainnya. Kedua,
para ulama organisasi tersebut adalah para tokoh agama yang posisinya sangat
penting dalam kehidupan mesyarakat, mereka sangat dihormati dan menempati
strata sosial tertinggi di bidang otoritas agama. Ketiga, para ulama merupakan
penyampai risalah Islam dan uswatun hasanah, atau dalam bahasa lain mereka
berperan sebagai perantara budaya lokal, budaya Islam dan budaya global.
Keempat, ulama dipandang memiliki otoritas dalam menafsirkan agama sehingga
pandangan-pandangannya akan sangat berpengaruh terhadap pola pikir, sikap dan
prilaku umat.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah penulis paparkan diatas, terdapat dua
rumusan masalah yang penulis akan kaji lebih dalam, yaitu:
1. Bagaimanakah hukum aborsi menurut pandangan hukum islam dan hukum
positif di Indonesia
2. Bagaimana pandangan Majelis Tarjih Muhammadiyah terhadap aborsi
1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan
1.3.1

Tujuan Penulisan
3 |Hukum Aborsi Menurut
Majelis Tarjih Muhammadiyah

Dari rumusan masalah di atas, penulisan makalah ini bertujuan untuk


memetakan diskursus mengenai aborsi dalam perspektif organisasi Islam
Muhammadiyah. Secara spesifik, penelitian ini bertujuan:
a. Untuk menganalisis hukum aborsi menurut pandangan hukum islam dan
hukum positif di Indonesia
b. Untuk menganalisis pendapat dan dinamika pemikiran organisasi
Muhammadiyah dalam pemetaan tipologi hukumnya terhadap aborsi

1.3.2

Manfaat Penulisan

a. Melakukan kajian terhadap dinamika pemikiran ulama Muhamadiyah


komperatif memiliki urgensi yang besar, ulama merupakan tokoh sentral
Agama yang memiliki otoritas dalam menafsirkan dan memahami ajaran
agama, kajian tentang fatwa dan pandapat Ulama selaras dengan proses
pembentukan masa depan bangsa Indonesia karena fatwa dan pendapat
Ulama ini merupakan salah satu dari produk pemikiran hukum Islam yang
sangat berguna bagi pengambilan keputusan sebagai kerangka acuan
dalam pengambilan kebijakan, termasuk pengambilan kebijakan terkait
dengan masalah hak dan kesehatan reproduksi perempuan, khususnya
aborsi.
b. Sebagai kontribusi pemikiran ilmiah dalam masalah aborsi sehingga
diharapkan dapat memperkaya khasanah intelektual khususnya dalam
bidang hukum pidana.

BAB II
4 |Hukum Aborsi Menurut
Majelis Tarjih Muhammadiyah

PEMBAHASAN
2.1 Hukum aborsi menurut pandangan hukum islam dan hukum positif di
Indonesia
A. Aborsi Menurut Pandangan Hukum Islam
Abortus (al-ijhdh) merupakan salah satu problem masyarakat Dunia Barat,
yang muncul akibat kebejatan moral masyarakatnya, banyaknya kelahiran ilegal
karena perbuatan zina yang tak terhitung lagi, serta membudayanya pergaulan
bebas di luar nikah. Prosentase kelahiran ilegal tersebut menurut media massa
barat bahkan telah mencapai 45% dari seluruh kelahiran. Prosentase ini terkadang
naik dan terkadang turun. Di berberapa negara Barat prosentasenya bahkan telah
mencapai 70%. Lantas apa hukum aborsi dalam pandangan Islam?
Aborsi merupakan suatu pembunuhan terhadap hak hidup seorang manusia
dan merupakan suatu dosa besar. Merujuk pada ayat-ayat Al-Quran yaitu pada
Surat Al Maidah ayat 32, setiap muslim meyakini bahwa siapapun membunuh
manusia, hal ini merupakan membunuh semua umat manusia. Selanjutnya Allah
juga memperingatkan bahwa janganlah kamu membunuh anakmu karena takut
akan kemiskinan atau tidak mampu membesarkannya secara layak.
Aborsi dalam istilah medis adalah berhentinya kehamilan sebelum usia
kehamilan 20 minggu yang mengakibatkan kematian janin. Apabila janin lahir
selamat (hidup) sebelum 38 minggu namun setelah 20 minggu, maka istilahnya
adalah kelahiran prematur.

Sedangkan dalam istilah syariat, aborsi adalah

kematian janin atau keguguran sebelum sempurna; walaupun janin belum


mencapai usia enam bulan. Dari sini dapat disimpulkan bahwa aborsi secara
syariat tidak melihat kepada usia kandungan, namun melihat kepada
kesempurnaan bentuk janin tersebut.
Ijhadh (aborsi) menurut bahasa berarti menggugurkan kandungan yang
kurang masanya atau kurang kejadiannya, tidak ada perbedaan antara kehamilan
anak permpuan atau laki laki, baik aborsi ini dilakukan dengan sengaja atau
tidak. Lafazh ijhadh memiliki beberapa sinonim seperti isqath (menjatuhkan),
ilqa (membuang), tharah (melempar), dan imlash (menyingkirkan).
Abdurrahman Al-Baghdadi (1998) dalam bukunya Emansipasi Adakah
Dalam Islam halaman 127-128 menyebutkan bahwa aborsi dapat dilakukan
sebelum atau sesudah ruh (nyawa) ditiupkan. Jika dilakukan setelah setelah
5 |Hukum Aborsi Menurut
Majelis Tarjih Muhammadiyah

ditiupkannya ruh, yaitu setelah 4 (empat) bulan masa kehamilan, maka semua
ulama ahli fiqih (fuqoha) sepakat akan keharamannya. Tetapi para ulama fiqih
berbeda pendapat jika aborsi dilakukan sebelum ditiupkannya ruh. Sebagian
memperbolehkan dan sebagiannya mengharamkannya.
Yang memperbolehkan aborsi sebelum peniupan ruh, antara lain
Muhammad Ramli (w. 1596 M) dalam kitabnya An Nihayah dengan alasan karena
belum ada makhluk yang bernyawa. Ada pula yang memandangnya makruh,
dengan alasan karena janin sedang mengalami pertumbuhan.
Yang mengharamkan aborsi sebelum peniupan ruh antara lain Ibnu Hajar
(w. 1567 M) dalam kitabnya At Tuhfah dan Al-Ghazali dalam kitabnya Ihya`
Ulumiddin. Bahkan Mahmud Syaltut, mantan Rektor Universitas Al-Azhar Mesir
berpendapat bahwa sejak bertemunya sel sperma dengan ovum (sel telur) maka
aborsi adalah haram, sebab sudah ada kehidupan pada kandungan yang sedang
mengalami pertumbuhan dan persiapan untuk menjadi makhluk baru yang
bernyawa yang bernama manusia yang harus dihormati dan dilindungi
eksistensinya. Akan makin jahat dan besar dosanya, jika aborsi dilakukan setelah
janin bernyawa, dan akan lebih besar lagi dosanya kalau bayi yang baru lahir dari
kandungan sampai dibuang atau dibunuh (Masjfuk Zuhdi, 1993, Masail Fiqhiyah
Kapita Selekta Hukum Islam, halaman 81; M. Ali Hasan, 1995, Masail Fiqhiyah
Al Hadisah Pada Masalah-Masalah Kontemporer Hukum Islam, halaman 57;
Cholil Uman, 1994, Agama Menjawab Tentang Berbagai Masalah Abad Modern,
halaman 91-93; Mahjuddin, 1990, Masailul Fiqhiyah Berbagai Kasus Yang Yang
Dihadapi Hukum Islam Masa Kini, halaman 77-79).
Pendapat yang disepakati fuqoha, yaitu bahwa haram hukumnya melakukan
aborsi setelah ditiupkannya ruh (empat bulan), didasarkan pada kenyataan bahwa
peniupan ruh terjadi setelah 4 (empat) bulan masa kehamilan. Abdullah bin
Masud berkata bahwa Rasulullah s.a.w telah bersabda:



Sesungguhnya setiap kamu terkumpul kejadiannya dalam perut ibumu selama 40
hari dalam bentuk nuthfah, kemudian dalam bentuk alaqah selama itu pula,
kemudian dalam bentuk mudghah selama itu pula, kemudian ditiupkan ruh

6 |Hukum Aborsi Menurut


Majelis Tarjih Muhammadiyah

kepadanya. [HR al-Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Ahmad, dan at-Tirmidzi dari
Abdullah bin Masud].
Maka dari itu, aborsi setelah kandungan berumur 4 bulan adalah haram,
karena berarti membunuh makhluk yang sudah bernyawa. Dan ini termasuk dalam
kategori pembunuhan yang keharamannya antara lain didasarkan pada dalil-dalil
syari berikut. Firman Allah SWT:




Katakanlah: "Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh
Tuhanmu, yaitu: janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat
baiklah terhadap kedua orang ibu bapa, dan janganlah kamu membunuh anakanak kamu karena takut kemiskinan. Kami akan memberi rezki kepadamu dan
kepada mereka; dan janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang keji,
baik yang nampak di antaranya maupun yang tersembunyi, dan janganlah kamu
membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan
sesuatu (sebab) yang benar". Demikian itu yang diperintahkan oleh Tuhanmu
kepadamu supaya kamu memahami (nya). (QS al-Anm [6]: 151)

Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan. Kamilah
yang akan memberi rezki kepada mereka dan juga kepadamu. Sesungguhnya
membunuh mereka adalah suatu dosa yang besar. (QS al-Isr` [17]: 31).


Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya),
melainkan dengan suatu (alasan) yang benar. Dan barangsiapa dibunuh secara
zalim, maka sesungguhnya Kami telah memberi kekuasaan kepada ahli warisnya,
tetapi janganlah ahli waris itu melampaui batas dalam membunuh. Sesungguhnya
ia adalah orang yang mendapat pertolongan. (Qs. Al-Israa` [17]: 33).
()( 8)
7 |Hukum Aborsi Menurut
Majelis Tarjih Muhammadiyah

Dan apabila bayi-bayi yang dikubur hidup-hidup itu ditanya karena dosa apakah
ia dibunuh. (QS at-Takwr [81]: 8-9).
Berdasarkan dalil-dalil ini maka aborsi adalah haram pada kandungan
yang bernyawa atau telah berumur 4 bulan, sebab dalam keadaan demikian berarti
aborsi itu adalah suatu tindak kejahatan pembunuhan yang diharamkan Islam.
Adapun aborsi sebelum kandungan berumur 4 bulan, seperti telah
diuraikan di atas, para fuqoha berbeda pendapat dalam masalah ini. Akan tetapi
menurut pendapat Abdul Qadim Zallum (1998) dan Abdurrahman Al-Baghdadi
(1998), hukum syara yang lebih rajih (kuat) adalah sebagai berikut. Jika aborsi
dilakukan setelah 40 (empat puluh) hari, atau 42 (empat puluh dua) hari dari usia
kehamilan dan pada saat permulaan pembentukan janin, maka hukumnya haram.
Dalam hal ini hukumnya sama dengan hukum keharaman aborsi setelah peniupan
ruh ke dalam janin. Sedangkan pengguguran kandungan yang usianya belum
mencapai 40 hari, maka hukumnya boleh (ja'iz) dan tidak apa-apa. (Abdul Qadim
Zallum, 1998, Beberapa Problem Kontemporer Dalam Pandangan Islam: Kloning,
Transplantasi Organ, Abortus, Bayi Tabung, Penggunaan Organ Tubuh Buatan,
Definisi Hidup dan Mati, halaman 45-56; Abdurrahman Al-Baghdadi, 1998,
Emansipasi Adakah Dalam Islam, halaman 129 ). Dalil syari yang menunjukkan
bahwa aborsi haram bila usia janin 40 hari atau 40 malam atau lebih adalah hadis
Nabi s.a.w berikut:




... .
Jika nutfah (gumpalan darah) telah lewat empat puluh dua malam, maka Allah
mengutus seorang malaikat padanya, lalu dia membentuk nutfah tersebut; dia
membuat pendengarannya, penglihatannya, kulitnya, dagingnya, dan tulang
belulangnya. Lalu malaikat itu bertanya (kepada Allah),'Ya Tuhanku, apakah dia
(akan Engkau tetapkan) menjadi laki-laki atau perempuan?' Maka Allah kemudian
memberi keputusan... [HR Muslim dari Ibnu Masud r.a.].
Dalam riwayat lain, Rasulullah s.a.w bersabda:
(jika nutfah telah lewat) empat puluh malam...
Hadis di atas menunjukkan bahwa permulaan penciptaan janin dan
penampakan anggota-anggota tubuhnya, adalah setelah melewati 40 atau 42
malam. Dengan demikian, penganiayaan terhadapnya adalah suatu penganiayaan
8 |Hukum Aborsi Menurut
Majelis Tarjih Muhammadiyah

terhadap janin yang sudah mempunyai tanda-tanda sebagai manusia yang


terpelihara darahnya (ma'shumud dam). Tindakan penganiayaan tersebut
merupakan pembunuhan terhadapnya.
Berdasarkan uraian di atas, maka pihak ibu si janin, bapaknya, ataupun
dokter, diharamkan menggugurkan kandungan ibu tersebut bila kandungannya
telah berumur 40 hari.
Siapa saja dari mereka yang melakukan pengguguran kandungan, berarti
telah berbuat dosa dan telah melakukan tindak kriminal yang mewajibkan
pembayaran diyat bagi janin yang gugur, yaitu seorang budak laki-laki atau
perempuan, atau sepersepuluh diyat manusia sempurna (10 ekor onta),
sebagaimana telah diterangkan dalam hadis shahih dalam masalah tersebut.
Rasulullah s.a.w bersabda:
...

Rasulullah s.a.w memberi keputusan dalam masalah janin dari seorang
perempuan Bani Lihyan yang gugur dalam keadaan mati, dengan satu ghurrah,
yaitu seorang budak laki-laki atau perempuan... [HR. Bukhari dan Muslim, dari
Abu Hurairah r.a.]
Sedangkan aborsi pada janin yang usianya belum mencapai 40 hari, maka
hukumnya boleh (ja'iz) dan tidak apa-apa. Ini disebabkan bahwa apa yang ada
dalam rahim belum menjadi janin karena dia masih berada dalam tahapan sebagai
nutfah (gumpalan darah), belum sampai pada fase penciptaan yang menunjukkan
ciri-ciri minimal sebagai manusia.
Di samping itu, pengguguran nutfah sebelum menjadi janin, dari segi
hukum dapat disamakan dengan 'azl (coitus interruptus) yang dimaksudkan untuk
mencegah terjadinya kehamilan. 'Azl dilakukan oleh seorang laki-laki yang tidak
menghendaki kehamilan perempuan yang digaulinya, sebab 'azl merupakan
tindakan mengeluarkan sperma di luar vagina perempuan. Tindakan ini akan
mengakibatkan kematian sel sperma, sebagaimana akan mengakibatkan matinya
sel telur, sehingga akan mengakibatkan tiadanya pertemuan sel sperma dengan sel
telur yang tentu tidak akan menimbulkan kehamilan.
Rasulullah s.a.w telah membolehkan 'azl kepada seorang laki-laki yang bertanya
kepada beliau mengenai tindakannya menggauli budak perempuannya, sementara

9 |Hukum Aborsi Menurut


Majelis Tarjih Muhammadiyah

dia tidak menginginkan budak perempuannya hamil. Rasulullah s.a.w bersabda


kepadanya:
: ) (

..

Dari Said bin al-Musayyab (isteri-isterimu adalah lading bagimu, maka
datangilah ladangmu dari menurut kehendakmu), Rasulullah s.a.w. bersabda:
Lakukanlah 'azl padanya jika kamu suka, jika kamu (tak) menghendaki jangan
kamu lalukan! [HR. Ahmad, Muslim, dan Abu Dawud]
Namun demikian, dibolehkan melakukan aborsi baik pada tahap
penciptaan janin, ataupun setelah peniupan ruh padanya, jika dokter yang
terpercaya menetapkan bahwa keberadaan janin dalam perut ibu akan
mengakibatkan kematian ibu dan janinnya sekaligus. Dalam kondisi seperti ini,
dibolehkan melakukan aborsi dan mengupayakan penyelamatan kehidupan jiwa
ibu.
Menyelamatkan kehidupan adalah sesuatu yang diserukan oleh ajaran Islam,
sesuai firman Allah SWT:



Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa:
barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu
(membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi,
maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barangsiapa
yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah
memelihara kehidupan manusia semuanya. Dan sesungguhnya telah datang
kepada mereka rasul-rasul Kami dengan (membawa) keterangan-keterangan yang
jelas, kemudian banyak di antara mereka sesudah itu sungguh-sungguh
melampaui batas dalam berbuat kerusakan di muka bumi. (QS al-Midah [5]:
32).
Di samping itu aborsi dalam kondisi seperti ini termasuk pula upaya
pengobatan. Sedangkan Rasulullah s.a.w telah memerintahkan umatnya untuk
berobat. Rasulullah s.a.w bersabda:
10 | H u k u m A b o r s i M e n u r u t
Majelis Tarjih Muhammadiyah



Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla setiap kali menciptakan penyakit, Dia
ciptakan pula obatnya. Maka berobatlah kalian, dan jangan berobat dengan
sesuatu yang haram! [HR. Ahmad].
Kaedah fikih dalam masalah ini menyebutkan:



Jika berkumpul dua mafsadat (keburukan), maka harus dipertimbangkan yang
lebih besar madharatnya dan dipilih yang lebih ringan (madharatnya). (Abdul
Hamid Hakim, 1927, Mabadi` Awaliyah fi Ushul Al Fiqh wa Al Qawaid Al
Fiqhiyah, halaman 35).
Berdasarkan kaedah ini, seorang wanita dibolehkan menggugurkan
kandungannya jika keberadaan kandungan itu akan mengancam hidupnya,
meskipun ini berarti membunuh janinnya. Memang mengggugurkan kandungan
adalah suatu mafsadat. Begitu pula hilangnya nyawa sang ibu jika tetap
mempertahankan kandungannya juga suatu mafsadat. Namun tak syak lagi bahwa
menggugurkan kandungan janin itu lebih ringan madharatnya daripada
menghilangkan nyawa ibunya, atau membiarkan kehidupan ibunya terancam
dengan keberadaan janin tersebut (Abdurrahman Al-Baghdadi, 1998).
Pendapat yang menyatakan bahwa aborsi diharamkan sejak pertemuan sel
telur dengan sel sperma dengan alasan karena sudah ada kehidupan pada
kandungan, adalah pendapat yang tidak kuat. Sebab kehidupan sebenarnya tidak
hanya wujud setelah pertemuan sel telur dengan sel sperma, tetapi bahkan dalam
sel sperma itu sendiri sudah ada kehidupan, begitu pula dalam sel telur, meski
kedua sel itu belum bertemu. Kehidupan (al hayah) menurut Ghanim Abduh
dalam kitabnya Naqdh Al Isytirakiyah Al Marksiyah (1963) halaman 85 adalah
sesuatu yang ada pada organisme hidup. (asy syai` al qa`im fi al ka`in al hayyi).
Ciri-ciri adanya kehidupan adalah adanya pertumbuhan, gerak, iritabilita,
membutuhkan nutrisi, perkembangbiakan, dan sebagainya. Dengan pengertian
kehidupan ini, maka dalam sel telur dan sel sperma (yang masih baik, belum
rusak) sebenarnya sudah terdapat kehidupan, sebab jika dalam sel sperma dan sel
11 | H u k u m A b o r s i M e n u r u t
Majelis Tarjih Muhammadiyah

telur tidak ada kehidupan, niscaya tidak akan dapat terjadi pembuahan sel telur
oleh sel sperma. Jadi, kehidupan (al hayah) sebenarnya terdapat dalam sel telur
dan sel sperma sebelum terjadinya pembuahan, bukan hanya ada setelah
pembuahan.
Berdasarkan penjelasan ini, maka pendapat yang mengharamkan aborsi
setelah pertemuan sel telur dan sel sperma dengan alasan sudah adanya
kehidupan, adalah pendapat yang lemah, sebab tidak didasarkan pada pemahaman
fakta yang tepat akan pengertian kehidupan (al hayah). Pendapat tersebut secara
implisit menyatakan bahwa sebelum terjadinya pertemuan sel telur dan sel
sperma, berarti tidak ada kehidupan pada sel telur dan sel sperma. Padahal
faktanya tidak demikian. Andaikata katakanlah pendapat itu diterima, niscaya
segala sesuatu aktivitas yang menghilangkan kehidupan adalah haram, termasuk
azl. Sebab dalam aktivitas azl terdapat upaya untuk mencegah terjadinya
kehidupan, yaitu maksudnya kehidupan pada sel sperma dan sel telur (sebelum
bertemu). Padahal azl telah dibolehkan oleh Rasulullah s.a.w. Dengan kata lain,
pendapat yang menyatakan haramnya aborsi setelah pertemuan sel telur dan sel
sperma dengan alasan sudah adanya kehidupan, akan bertentangan dengan hadishadis yang membolehkan azl.
Hukum Abortus
Bahwa kehidupan janin (anak dalam kandungan) menurut pandangan
syariat

Islam

merupakan

kehidupan

yang

harus

dihormati,

dengan

menganggapnya sebagai suatu wujud yang hidup yang wajib dijaga. Sehingga
Islam memperbolehkan seorang wanita hamil untuk buka puasa (tidak puasa) pada
bulan ramadhan. Bahkan kadang diwajibkan berbuka jika ia khawatir akan
kesehatan kandungannya. Karena itu syariat Islam mengharamkan tindakan yang
melampaui batas terhadapnya. Meskipun yang melakukan ayah atau ibunya
sendiri yang telah mengandungnya dengan susah payah. Bahkan terhadap
kehamilan yang haram, yang dilakukan dengan jalan perzinahan, janinnya tetap
tidak boleh digugurkan, karena ia merupakan manusia hidup yang tidak berdosa.
Firman Allah dalam Q.S Al-isra yang artinya:
Dan seorang yang berdosa tidak dapat memikul dosa orang lain. (Al-Isra:15)
Allah berfirman dalam QS. Al-Israa : 31
12 | H u k u m A b o r s i M e n u r u t
Majelis Tarjih Muhammadiyah

Artinya:
Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu Karena takut kemiskinan.
kamilah yang akan memberi rezki kepada mereka dan juga kepadamu.
Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang besar.
Ada perbedaan pendapat para ulama tentang abortus yang dilakukan sebelum
ditupkan roh pada janin itu yaitu sebelum berumrur 4 Bulan :
1) Muhammad Ramli dalam kitab Al-Nihayah, membolehkan karena belum ada
makhluk yang bernyawa.
2) Sebagian Ulama memandang makruh dengan alasan janin sedang mengalami
pertumbuhan.
3) Ibnu Hajar dalam kitabnya Al-Tuhfah dan Al-Ghazali dalam kitabnya Ihya
Ulumuddin mengharamkan abortus.
4) Mahmud Syaitut eks Rektor Universitas Al-Azhar Mesir, menyatakan haram
hukumnya sekalipun janin belum diberi nyawa sebab sudah ada kehidupan pada
kandungan yang sedang mengalami pertumbuhan untuk menjadi manusia. Tetapi
apabila aborsi dilakukan karena benar-benar terpaksa demi menyelamatkan nyawa
Ibu maka Islam membolehkan
Klasifikasi dan Syariat Abortus
Keguguran atau abortus (al-Ijhdh) dapat diklasifikasikan dalam tiga jenis:
1. Al-Ijhdh at-Tilqi atau al-Afwi ( Abortus spontanea) yaitu proses alami yang
dilakukan rahim untuk mengeluarkan janin yang tidak mungkin sempurna unsurunsur kehidupan padanya. Bisa jadi ini terjadi dengan sebab kecacatan besar yang
menimpanya karena akibat sakitnya sang ibu yang terkena penyakit beragam
seperti diabetes atau lainnya.
2. Al-Ijhdh al-Ilji (Abortus Provokatus Medisinalis/Artificialis/Therapeuticus)
adalah abortus (keguguran) yang sengaja dilakukan para medis (dokter) demi
menyelamatkan nyawa ibu yang dalam keadaan sangat jarang bahwa
kehamilannya dapat berlanjut dengan selamat.
3. Al-Ijhdh al-Ijtimi dinamakan juga al-Ijhdh al-Jin`i atau al-Ijrmi
(Abortus Provokatus Kriminalis) adalah aborsi yang sengaja dilakukan tanpa
adanya indikasi medik (ilegal). Tujuannya hanya untuk tidak melahirkan bayi atau
untuk menjaga penampilan atau menutupi aib dan sejenisnya. Biasanya
pengguguran dilakukan dengan menggunakan berbagai cara termasuk dengan
alat-alat atau obat-obat tertentu.

13 | H u k u m A b o r s i M e n u r u t
Majelis Tarjih Muhammadiyah

Melihat klasifikasi yang ada di atas, dapat dilihat bahwa jenis pertama tidak
masuk dalam kemampuan dan kehendak manusia, sehingga tentunya masuk
dalam firman Allah Azza wa Jalla

Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.[alBaqarah/2:168]
Dan sabda Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam :


Dimaafkan dari umatku kesalahan (tanpa sengaja), lupa dan keterpaksaan
[HR al-Baihaqidalam Sunannya dan dishahhkan Syaikh al-Albni dalam
Shahhul-Jmi no. 13066]
Sedangkan jenis kedua tidaklah dilakukan kecuali dalam keadaan darurat
yang menimpa sang ibu, sehingga kehamilan dan upaya mempertahankannya
dapat membahayakan kehidupan sang ibu. Sehingga aborsi menjadi satu-satunya
cara mempertahankan jiwa sang ibu; dalam keadaan tidak mungkin bisa
mengupayakan kehidupan sang ibu dan janinnya bersama-sama. Dalam keadaan
seperti inilah mengharuskan para medis spesialis kebidanan mengedepankan
nyawa ibu daripada janinnya. Memang nyawa janin sama dengan nyawa sang ibu
dalam kesucian dan penjagaannya, namun bila tidak mungkin menjaga keduanya
kecuali dengan kematian salah satunya maka hal ini masuk dalam kaedah
Melanggar yang lebih ringan dari dua madharat untuk menolak yang lebih berat
lagi (Irtikbul khaffi ad-Dhararain Lidafi Alahuma).
Di sini jelaslah kemaslahatan mempertahankan nyawa sang ibu
didahulukan daripada kehidupan sang janin, karena ibu adalah induk dan tiang
keluarga. Dengan takdir Allah Azza wa Jalla ia bisa melahirkan berulang kali,
sehingga didahulukan nasib sang ibu dari janinnya.
Syaikh Ahmad al-Ghazli seorang Ulama Indonesia menyatakan: Adapun
ulama Indonesia berpendapat keharaman aborsi kecuali apabila ada dengan sebab
terpaksa yang harus dilakukan dan menyebabkan kematian sang ibu. Hal ini
karena syariat Islam dalam keadaan seperti itu memerintahkan untuk melanggar

14 | H u k u m A b o r s i M e n u r u t
Majelis Tarjih Muhammadiyah

salah satu madharat yang teringan. Apabila tidak ada di sana solusi lain selain
menggugurkan janin untuk menjaga hidup sang ibu.
Permasalahan yang penting dalam pembahasan ini adalah hukum aborsi
jenis ketiga yaitu Al-Ijhdh al-Ijtimi dinamakan juga al-Ijhdh al-Jin`i atau alIjrmi (Abortus Provokatus Kriminalis).
Telah dimaklumi bahwa janin mengalami fase-fase pembentukan sebelum
menjadi janin yang sempurna dan lahir menjadi bayi. Di antara pembeda yang
banyak dilihat para ahli fikih yang berbicara dalam hal ini adalah adanya ruh
dalam janin tersebut.
Dengan dasar ini maka hukum aborsi dapat diklasifikasikan secara umum
menjadi dua:
a. Aborsi Sebelum Ditiupkan Ruh
Melihat pendapat para Ulama fikih dari berbagai madzhab, dapat
disimpulkan bahwa pendapat mereka dalam masalah ini menjadi 3 kelompok:
1. Kelompok yang membolehkan aborsi sebelum ditiup ruh pada janin. Ini
pendapat minoritas Ulama madzhab Syfiiyah, Hambaliyah dan Hanafiyah.
2. Kelompok yang membolehkan aborsi sebelum dimulai pembentukan bentuk
janin yaitu sebelum empat puluh hari pertama. Ini pendapat mayoritas mazhhab
Hanafiyah, Syfi;iyah dan Hambaliyah. Pendapat ini dirajihkan Syaikh Ali
Thanthawi rahimahullah.
3. Kelompok yang mengharamkan aborsi sejak terjadinya pembuahan dalam
rahim. Ini pendapat yang rajih dalam madzhab Mlikiyah, pendapat imam alGhazli, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, Ibnu Rajab al-Hambali dan Ibnu al-Jauzi.
Inilah pendapat madzhab Zhahiriyah.
Pendapat inilah yang dirajihkan mayoritas Ulama kontemporer dewasa ini,
karena adanya pelanggaran terhadap hak janin untuk hidup dan juga hak
masyarakat. DR. Wahbah az-Zuhaili menjelaskan hal ini dengan menyatakan
bahwa para Ulama sepakat mengharamkan aborsi tanpa udzur setelah bulan
keempat, yaitu setelah berlalu seratus dua puluh hari dari permulaan kehamilan.
Mereka juga sepakat menganggap ini sebagai kejahatan yang mengharuskan
adanya diyat, karena ada upaya menghilangkan jiwa dan pembunuhan. Saya
sendiri merajihkan larangan aborsi sejak awal kehamilan, karena adanya
kehidupan dan permulaan pembentukan janin; kecuali karena keadaan darurat
seperti terkena penyakit akut/parah contohnya kelumpuhan atau kanker. Saya
sendiri condong sepakat dengan pendapat al-Ghazli yang menganggap aborsi,
15 | H u k u m A b o r s i M e n u r u t
Majelis Tarjih Muhammadiyah

walaupun dilakukan di hari pertama kehamilan adalah seperti membunuh janin


hidup-hidup (al-Wa`du) yang merupakan kejahatan terhadap sesuatu yang ada.
Sedangkan Syaikh Ahmad Sahnuun seorang Ulama dari Maroko
menyatakan: Aborsi adalah perbuatan tercela dan kejahatan besar yang dilarang
dalam Islam. Juga diingkari jiwa kemanusian dan jiwa-jiwa yang mulia
menolaknya. Sebab hal itu adalah pembunuhan jiwa yang Allah Azza wa Jalla
haramkan, perubahan ciptaan Allah Azza wa Jalla dan menentang takdir/kehendak
Allah Azza wa Jalla . Islam telah melarang membunuh jiwa seperti dalam firman
Allah Azza wa Jalla :

Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya),
melainkan dengan suatu (alasan) yang benar. (Qs al-Isra`/17:33) sebagaimana
juga melarang sikap merubah ciptaan Allah Azza wa Jalla dalam firmanNya:

Dan akan aku suruh mereka (mengubah ciptaan Allah), lalu benar-benar mereka
meubahnya. [an-Nisaa`/4:119]
Aborsi mirip dengan al-Wa`du (membunuh anak hidup-hidup) yang dahulu
pernah dilakukan di zaman Jahiliyah, bahkan tidak lebih kecil kejahatannya. Islam
sangat mengingkari hal ini sebagaimana firman-Nya:

Dan apabila bayi-bayi perempuan yang dikubur hidup-hidup ditanya [atTakwr/81: 8]
Baik aborsi dilakukan di fase awal janin atau setelah ditiupkan ruh
padanya. Sebab semua fase pembentukan janin berisi kehidupan yang harus
dihormati, yaitu kehidupan pertumbuhan dan pembentukannya. Hal ini
menyelisihi orang-orang yang membolehkan aborsi sebelum ruh ditiupkan.
Mereka beranggapan bahwa sebelum adanya ruh maka tidak ada kehidupan
padanya, sehingga tidak ada kejahatan dan keharaman. Mereka dengan
membolehkan hal itu berarti telah membuka pintu yang sulit dibendung dan
16 | H u k u m A b o r s i M e n u r u t
Majelis Tarjih Muhammadiyah

memberikan senjata kepada tangan lawan dan musuh Islam untuk mencela Islam.
Juga melegalkan semua yang terjadi di luar negara Islam yang berupa perbuatan
nista dan tercela; yang membuat pusing para intelektual dan menggoyangkan
tatanan gereja dan para pendetanya. Setelah dipastikan secara ilmiyah bahwa
aborsi memiliki bahaya bagi kesehatan dan kehidupan wanita, sehingga aborsi
diharamkan untuk dilakukan, karena menghilangkan madharat lebih didahulukan
dari mengambil kemaslahatan.
Sedangkan DR. Ibrahim Haqqi menyatakan: Diharamkan aborsi karena
merupakan pembunuhan jiwa yang tidak berdosa dan menjerumuskan jiwa
lainnya yaitu sang ibu kepada bahaya yang banyak hingga bahaya kematian. Ini
adalah perkara yang terlarang.
Inilah pendapat yang dirajihkan Umar bin Ibrahim Ghnim penulis kitab
Ahkmul-Jann dalam pernyataan beliau : Sudah pasti pendapat kelompok yang
melarang aborsi sejak pembuahan adalah yang lebih dekat kepada kebenaran dan
sesuai dengan ruh Islam. Ruh Islam yang memerintahkan untuk melindungi dan
menjaga keturunan; juga menghalangi kesempatan pengekor hawa dan nafsu
syahwat yang ingin mengambil kesempatan untuk merealisasikan tujuan dan
keinginan mereka untuk melemahkan keturunan kaum Muslimin. Demikian juga
fatwa larangan ini termasuk saddu adz-Dzarat yang sangat bersesuaian dengan
ruh syariat Islam yang mulia.
b. Aborsi Setelah Ditiupkan Ruh Pada Janin (Setelah Empat Bulan)
Telah dijelaskan bahwa ada perbendaan pendapat di antara para Ulama
dalam hukum aborsi saat sebelum peniupan ruh pada janin. Sedangkan setelah
peniupan ruh, para ahli fikih sepakat bahwa janin telah menjadi manusia dan
bernyawa yang memiliki kehormatan dan kemuliaan, sebagaimana dijelaskan
dalam firman Allah Azza wa Jalla :


Dan Sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka
di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan Kami
lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang
telah Kami ciptakan. [al-Isr`/17 : 70] dan firman Allah Azza wa Jalla :
17 | H u k u m A b o r s i M e n u r u t
Majelis Tarjih Muhammadiyah




Barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu
(membunuh) orang lain atau bukan karena membuat kerusakan dimuka bumi,
Maka seakan-akan Dia telah membunuh manusia seluruhnya.[al-Midah/5:32]
Di antara Ulama yang menukil kesepakatan ini adalah Ibnu Jizzi, DR.
Wahbah az-Zuhaili dan DR. Muhammad Ali al-Br
Demikianlah, menjadi jelas bagi kita bahwa aborsi setelah ditiupkan ruh
pada janin adalah kejahatan yang tidak boleh dilakukan kecuali dalam keadaan
sangat darurat yang dipastikan. Caranya dengan mengambil keputusan para medis
yang terpercaya dan ahli di bidang tersebut; yaitu bahwa adanya janin itu
membahayakan kehidupan sang ibu. Perlu diketahui dengan adanya kemajuan
sarana kedokteran modern dan kemampuan ilmu serta tersedianya semua
keperluan tentang hal itu, maka aborsi untuk penyelamatan nyawa ibu adalah
peristiwa yang sangat jarang terjadi.
B. Aborsi Menurut Pandangan Hukum Positif Indonesia
1)

Menurut Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP BAB XIX)


Dalam kitab UU hukum pidana (KUHP) indonesia melarang aborsi dan

sanksi hukumnya cukup berat. Hukumannya tidak hanya ditujukan kepada wanita
yang bersangkutan tetapi semua pihak yang terlibat dalam kejahatan itu.
Tindakan aborsi menurut Kitab Undang-undang Hukum Pidana di Indonesia
dikategorikan sebagai tindakan kriminal atau dikategorikan sebagai kejahatan
terhadap nyawa. Beberapa pasal dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
(KUHP) yang mengatur tentang Aborsi (Abortus Provocatus):
Pasal 229 (1) Barang siapa dengan sengaja mengobati seorang wanita atau
menyuruhnya supaya diobati, dengan diberitahukan atau ditimbulkan harapan,
bahwa karenapengobatan itu hamilnya dapat digugurkan, diancam dengan pidana
penjara paling lama empat tahun atau denda paling banyak tiga ribu rupiah. (2)
Jika yang bersalah, berbuat demikian untuk mencari keuntungan, atau menjadikan
perbuatan tersebut sebagai pencarian atau kebiasaan, atau jika dia seorang tabib,
bidan atau juru obat, pidananya dapat ditambah sepertiga. (3) Jika yang bersalah,

18 | H u k u m A b o r s i M e n u r u t
Majelis Tarjih Muhammadiyah

melakukan kejahatan tersebut, dalam menjalani pencarian maka dapat dicabut


haknya untuk melakukan pencarian itu.
Pasal 314 Seorang ibu yang, karena takut akan ketahuan melahirkan anak, pada
saat anak dilahirkan atau tidak lama kemudian, dengan sengaja merampas nyawa
anaknya, diancam, karena membunuh anak sendiri, dengan pidana penjara paling
lama tujuh tahun.
Pasal 342 Seorang ibu yang, untuk melaksanakan niat yang ditentukan karena
takut akan ketahuan bahwa akan melahirkan anak, pada saat anak dilahirkan atau
tidak lama kemudian merampas nyawa anaknya, diancam, karena melakukan
pembunuhan anak sendiri dengan rencana, dengan pidana penjara paling lama
sembilan tahun.
Pasal 343 Kejahatan yang diterangkan dalam pasal 341 dan 342 dipandang, bagi
orang lain yang turut serta melakukan, sebagai pembunuhan atau pembunuhan
dengan rencana.
Pasal 346 Seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau mematikan
kandungannya atau menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan pidana
penjara paling lama empat tahun.
Pasal 347 (1) Barangsiapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan
kandungan seorang wanita tanpa persetujuannya, diancam dengan pidana penjara
paling lama dua belas tahun. (2)Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita
tersebut, dikenakan pidana penjara paling lama lima belas tahun.
Pasal 348 (1) Barangsiapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan
kandungan seorang wanita dengan persetujuannya, diancam dengan pidana
penjara paling lama lima tahun enam bulan. (2)Jika perbuatan itu mengakibatkan
matinya wanita tersebut, dikenakan pidana penjara paling lama tujuh tahun.
Pasal 349 Jika seorang tabib, bidan atau juru obat membantu melakukan
kejahatan yang tersebut pasal 346, ataupun melakukan atau membantu melakukan
salah satu kejahatan yang diterangkan dalam pasal 347 dan 348, maka pidana
yang ditentukan dalam pasal itu dapat ditambah dengan sepertiga dan dapat
dicabut hak untuk menjalankan pencarian dalam mana kejahatan dilakukan.
Pasal 535 Barang siapa secara terang-terangan mempertunjukkan suatu sarana
untuk menggugurkan kandungan, maupun secara terang-terangan atau tanpa
19 | H u k u m A b o r s i M e n u r u t
Majelis Tarjih Muhammadiyah

diminta menawarkan, ataupun secara terang-terangn atau dengan menyiarkan


tulisan tanpa diminta, menunjuk sebagai bisa didapat, sarana atau perantaraan
yang demikian itu, diancam dengan kurungan paling lama tiga bulan atau denda
paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.
Dari rumusan pasal-pasal tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa:
a.

Seorang perempuan hamil yang dengan sengaja melakukan aborsi atau ia

menyuruh orang lain, diancam hukuman empat tahun penjara.


b. Seseorang yang dengan sengaja melakukan aborsi terhadap ibu hamil dengan
tanpa persetujuan ibu hamil tersebut, diancam hukuman penjara 12 tahun, & jika
ibu hamil tersebut mati, diancam penjara 15 tahun penjara.
c.

Jika dengan persetujuan ibu hamil, maka diancam hukuman 5,5 tahun penjara

& bila ibu hamil tersebut mati diancam hukuman 7 tahun penjara.
d. Jika yang melakukan & atau membantu melakukan aborsi tersebut seorang
dokter, bidan atau juru obat ancaman hukumannya ditambah sepertiganya & hak
untuk berpraktik dapat dicabut.
e. Setiap janin yang dikandung sampai akhirnya nanti dilahirkan berhak untuk
hidup serta mempertahankan hidupnya.
2.2 Pandangan Majelis Tarjih Muhammadiyah terhadap aborsi
A. Sejarah Majelis Tarjih Muhammadiyah
Pada permulaan abad XX umat Islam Indonesia menyaksikan munculnya
gerakan pembaharuan pemahaman dan pemikiran Islam yang pada esensinya
dapat dipandang sebagai salah-satu mata rantai dari serangkaian gerakan
pembaharuan Islam yang telah dimulai sejak dari Ibnu Taimiyah di Siria,
diteruskan Muhammad Ibnu Abdul Wahab di Saudi Arabia dan kemudian
Jamaluddin al Afghani bersama muridnya Muhammad Abduh di Mesir.
Munculnya gerakan pembaharuan pemahaman agama itu merupakan sebuah
fenomena yang menandai proses Islamisasi yang terus berlangsung. Dengan
proses Islamisasi yang terus berlangsung -meminjam konsep Nakamuradimaksudkan suatu proses dimana sejumlah besar orang Islam memandang
keadaan agama yang ada, termasuk diri mereka sendiri, sebagai belum
memuaskan. Karenanya sebagai langkah perbaikan diusahakan untuk memahami
kembali Islam, dan selanjutnya berbuat sesuai dengan apa yang mereka anggap
20 | H u k u m A b o r s i M e n u r u t
Majelis Tarjih Muhammadiyah

sebagai standard Islam yang benar.


Peningkatan agama seperti itu tidak hanya merupakan pikiran-pikiran
abstrak tetapi diungkapkan secara nyata dan dalam bentuk organisasi-organisasi
yang bekerja secara terprogram. Salah satu organisasi itu di Indonesia adalah
Muhammadiyah yang didirikan oleh KH. Ahmad Dahlan pada tanggal 8
Dzulhijah 1330 H bertepatan dengan 18 Nopember 1912 M.
KH. Ahmad Dahlan yang semasa kecilnya bernama Muhammad Darwis
dilahirkan di Yogyakarta tahun 1968 atau 1969 dari ayah KH. Abu Bakar, Imam
dan Khatib Masjid Besar Kauman, dan Ibu yang bernama Siti Aminah binti KH.
Ibrahim penghulu besar di Yogyakarta.2 KH. Ahmad Dahlan kemudian mewarisi
pekerjaan ayahnya menjadi khatib masjid besar di Kauman. Disinilah ia melihat
praktek-praktek agama yang tidak memuaskan di kalangan abdi dalem Kraton,
sehingga membangkitkan sikap kristisnya untuk memperbaiki keadaan.
Persyarikatan Muhammadiyah didirikan oleh Dahlan pada mulanya bersifat
lokal, tujuannya terbatas pada penyebaran agama di kalangan penduduk
Yogyakarta. Pasal dua Anggaran Dasarnya yang asli berbunyi (dengan ejaan
baru):
Maka perhimpunan itu maksudnya :
1) Menyebarkan pengajaran Agama Kanjeng Nabi Muhammad Sallallahu Alaihi
Wassalam kepada penduduk Bumiputra di dalam residentie Yogyakarta.
2) Memajukan hal Agama Islam kepada anggota-anggotanya.
Berkat kepribadian dan kemampuan Dahlan memimpin organisasinya, maka
dalam waktu singkat organisasi itu mengalami perkembangan pesat sehingga tidak
lagi dibatasi pada residensi Yogyakarta, melainkan meluas ke seluruh Jawa dan
menjelang tahun 1930 telah masuk ke pulau-pulau di luar Jawa.
Misi utama yang dibawa oleh Muhammadiyah adalah pembaharuan (tajdid)
pemahaman agama. Adapun yang dimaksudkan dengan pembaharuan oleh
Muhammadiyah ialah yang seperti yang dikemukakan M. Djindar Tamimy:
Maksud dari kata-kata tajdid (bahasa Arab) yang artinya pembaharuan adalah
mengenai dua segi, ialah dipandang dari pada/menurut sasarannya :
1)
berarti
pembaharuan
dalam
arti
mengembalikan

kepada

keasliannya/kemurniannya, ialah bila tajdid itu sasarannya mengenai soal-soal


prinsip perjuangan yang sifatnya tetap/tidak berubah-ubah.
2)
berarti pembaharuan dalam arti modernisasi, ialah bila tajdid itu sasarannya
mengenai masalah seperti: metode, sistem, teknik, strategi, taktik perjuangan, dan
21 | H u k u m A b o r s i M e n u r u t
Majelis Tarjih Muhammadiyah

lain-lain yang sebangsa itu, yang sifatnya berubah-ubah, disesuaikan dengan


situasi dan kondisi/ruang dan waktu.
Tajdid dalam kedua artinya, itu sesungguhnya merupakan watak daripada
ajaran Islam itu sendiri dalam perjuangannya.
Sekarang ini usaha pembaharuan Muhammadiyah secara ringkas dapat
dibagi ke dalam tiga bidang garapan, yaitu : bidang keagamaan, pendidikan, dan
kemasyarakatan.
1) Bidang keagamaan
Pembaharuan dalam bidang keagamaan ialah penemuan kembali ajaran atau
prinsip dasar yang berlaku abadi, yang karena waktu, lingkungan situasi dan
kondisi, mungkin menyebabkan dasar-dasar tersebut kurang jelas tampak
2)

dan tertutup oleh kebiasaan dan pemikiran tambahan lain.


Bidang Pendidikan
Dalam kegiatan pendidikan dan kesejahteraan sosial, Muhammadiyah
mempelopori dan menyelenggarakan sejumlah pembaharuan dan inovasi
yang

lebih

nyata.

Bagi

Muhammadiyah,

yang

berusaha

keras

menyebarluaskan Islam lebih luas dan lebih dalam, pendidikan mempunyai


arti penting, karena melalui inilah pemahaman tentang Islam dapat
3)

diwariskan dan ditanamkan dari generasi ke generasi.


Bidang Kemasyarakatan
Di bidang sosial dan kemasyarakatan, maka usaha yang dirintis oleh
Muhammadiyah adalah didirikannya rumah sakit poliklinik, rumah yatim
piatu, yang dikelola melalui lembaga-lembaga dan bukan secara individual
sebagaimana dilakukan orang pada umumnya di dalam memelihara anak
yatim

piatu.

Badan

atau

lembaga

pendidikan

sosial

di

dalam

Muhammadiyah juga ikut menangani masalah-masalah keagamaan yang ada


kaitannya dengan bidang sosial, seperti prosedur penerimaan dan pembagian
zakat ditangani sepenuhnya oleh P.K.U., yang sekaligus berwenang sebagai
badan amil.
B. Metode Ijtihad Majelis Tarjih
Sumber hukum Muhammadiyah adalah Al-Quran dan Al-sunat Almaqbulat. Sedangkan ruang lingkup ijtihad bagi Muhammadiyah adalah :
1) Masalah - masalah yang terdapat dalam dalil zhanny.
2) Masalah - masalah yang secara eksplisit tidak terdapat dalam Al-Quran dan
As-Sunnah.
Metode ijtihad yang digunakan oleh majelis tarjih muhammadiyah ada Tiga
22 | H u k u m A b o r s i M e n u r u t
Majelis Tarjih Muhammadiyah

macam yaitu :
1) Metode bayani ( simantik ) adalah metode penetapan hukum yang
menggunakan pendekatan bahasa.
2) Metode talili ( rasionalistik ) adalah metode penetapan hukum yang
menggunakan pendekatan penalaran.
3) Metode istishlahi ( filosofis ) adalah metode penetapan hukum yang
menggunakan pendekatan kemaslahatan.
C. Kerangka Metodologi Majelis Tarjih Muhammadiyah
Kerangka metodologi pemikiran islam adalah dengan menggunakan
pendekatan bayani, burhani, dan irfani.
1) Pendekatan bayani adalah pendekatan untuk memahami dan menganalisi teks
guna mendapatkan makna yang dikandungnya dengan menggunakan empat
macam bayan:
a)

Bayan al-itibar, yaitu penjelasan mengenai keadaan sesuatu yang

melliputi al-qiyas al-bayani dan al-khabar yang bresifat yaqin atau tashdiq,
b) Bayan al-itiqad, yaitu penjelasan mengenai keadaan sesuatu yang
meliputi makna haqq, mutasyabbih, dan bathil.
c) Bayan al-ibarot, yaitu penjelasan mengenai keadaan sesuatu yang
meliputi bayan zhahir dan bayan bathin.
d) Bayan al-kitab, yaitu media unutk menukil pendapat-pendapat, yaitu
kitab-kitab.
2) Pendekatan burhani adalah pendekatan rasional argumentatif, yaitu pendekatan
yang didasarkan pada kekuatan rasio melalui instrumen logika dan metode
diskurif (bathiniy).
3) Pendekatan irfani adalah pemahaman yang tertumpu pada pengalaman bathin,
al-zawq, qalb, wijdan, bashirot, dan intuisi
D. Keputusan Majelis Tarjih Terhadap Hukum Aborsi
Hukum aborsi tidak ada difatwakan oleh Majelis Tarjih Muhammadiyah
dalam buku fatwa tajihnya, namun ada suatu pendapat oleh salah seorang tokoh
Muhammadiyah Bapak Prof. DRS. H. Saad Abdul Wahid yang diterbitkan oleh
majalah Suara Muhammadiyah Aborsi itu terbagi dua macam yaitu
1). Abortus provocatus yang berindikasi pengobatan ( thera peutis ) dan
2). Abortus provocatus yang berindikasi merusak ( criminalis ).
Adapun hukum Abortus provocatus yaitu :
23 | H u k u m A b o r s i M e n u r u t
Majelis Tarjih Muhammadiyah

Pertama, abortus yang terjadi karena disengaja atau abortus provocus


criminalis sejak terjadinya consepcio ( pembuahan ), hukumnya adalah haram.
Sebab sejak pembuahan itulah sebenarnya telah dimulai kehidupan manusia, yang
wajib dijaga dan dihormati, dan tidak boleh diperlakukan secara zalim, sebagai
mana ditegaskan dalam surah Al Anam ayat 151 yang berbunyi :

Artinya :
151. Katakanlah: "Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh
Tuhanmu Yaitu: janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat
baiklah terhadap kedua orang ibu bapa, dan janganlah kamu membunuh anakanak kamu karena takut kemiskinan, Kami akan memberi rezki kepadamu dan
kepada mereka, dan janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang keji,
baik yang nampak di antaranya maupun yang tersembunyi, dan janganlah kamu
membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan
sesuatu (sebab) yang benar". demikian itu yang diperintahkan kepadamu supaya
kamu memahami(nya)
Surah Al- Isra ayat 31 :

24 | H u k u m A b o r s i M e n u r u t
Majelis Tarjih Muhammadiyah

31. dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan.


kamilah yang akan memberi rezki kepada mereka dan juga kepadamu.
Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang besar
Surah Al Baqarah ayat 205 :

205. dan apabila ia berpaling (dari kamu), ia berjalan di bumi untuk Mengadakan
kerusakan padanya, dan merusak tanam-tanaman dan binatang ternak, dan Allah
tidak menyukai kebinasaan.
Surah An Nisa ayat 29 :

29. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku
dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu;
Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.
Kedua, Abortus provocatus medicinial adalah dibenarkan dengan alasan
darurat, yaitu dikhawatirkan adanya bahaya kematian bagi ibu jika janinnya tidak
digugurkan. Hal ini berdasarkan firman Allah SWT :

25 | H u k u m A b o r s i M e n u r u t
Majelis Tarjih Muhammadiyah

Artinya :
tetapi Barangsiapa dalam Keadaan terpaksa (memakannya) sedang Dia tidak
menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, Maka tidak ada dosa
baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Juga berdasarkan Qaidah Ushul Fiqih :


Keadaan darurat menjadikan sebab boleh mengerjakan hal hal yang dilarang.

.

Apabila terdapat dua hal yang merusak saling bertentangan, maka harus dihindari
yang lebih besar bahayanya, dengan melakukan yang lebih ringan resikonya.
Begitu pula yang dikatakan oleh bapak H. Mahlan Darkasi selaku ketua majelis
tarjih wilayah Banjarmasin, bahwasanya majelis tarjih tidak ada menfatwakan
hukum Aborsi namun dengan adanya pendapat salah satu tokoh Muhammadiyah
tersebut sama saja mewakili muhammadiyah.

26 | H u k u m A b o r s i M e n u r u t
Majelis Tarjih Muhammadiyah

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Fatwa merupakan salah satu produk hukum yang diakui oleh masyarakat
Islam, sehingga para pembuat fatwa (ulama) dijuluki sebagai perantara budaya
(cultural broker, agen of social change). Oleh karena itu, sangat strategis apabila
menjadikan para ulama tersebut sebagai agen diseminasi dan sosialisasi wacana
seputar safe motherhood, serta hak dan kesehatan reproduksi, khususnya aborsi
yang masih selalu menjadi persoalan pelik.

27 | H u k u m A b o r s i M e n u r u t
Majelis Tarjih Muhammadiyah

Dari uraian dan pembahasan yang telah dipaparkan, penyusun dapat


mengambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Dalam memutuskan fatwa aborsi para Ulama Muhammadiyah sepakat
bahwa mengugurkan kandungan setelah usia kehamilan lebih dari empat
bulan hukumnya adalah haram. Membunuh suatu kehidupan tanpa alasan
yang dapat dipertanggungjawabkan haram hukumnya. Sejalan dengan
pengetahuan medis dan ahli kedokteran, abortus provocatus medicinalis
(aborsi yang dilakukan dengan indikasi medis) dapat dibenarkan karena
terhitung dalam kondisi darurat demi menyelamatkan nyawa si ibu yang
sudah jelas kehidupannya, dengan mengedepankan prinsip Islam:

2. Muhammadiyah dalam merumuskan hukum aborsi mengedepankan
kemaslahatan yang tergabung dalam al-masa>lih} al-haqi>qiya>t atau
ushu>l al-khamsah, mengingat fikih dimaksudkan untuk mengatur seluruh
prilaku kehidupan manusia supaya dapat hidup lebih maslahat dan
manfaat, begitu juga dengan hukum positif dibuat untuk mengatur seluruh
prilaku warga negara supaya berbuat sesuai hukum maka sebaiknya
dilakukan kompromi antara fikih dan hukum positif. Dalam konteks upaya
menurunkan angka kematian ibu pandangan fikih yang membolehkan
aborsi dapat dijadikan alternatif dengan pertimbangan-pertimbangan
rasional yang mengutamakan prinsip-prinsip keadilan dan kemanusiaan.
Selain itu mengakomodir metodologi hukum Islam kedalam proses
penetapan hukum positif di Indonesia dengan mengedepankan bahwa
hukum secara substansial dibuat untuk mewujudkan kemaslahatan umum.
Dengan demikian kesenjangan antara hukum Islam yang memiliki karakter
lentur dan dinamis dengan hukum positif yang kaku yang melarang aborsi
dapat dijembatani.
3.2 Saran
Adapun saran-saran yang dapat penyusun berikan adalah sebagai berikut:

28 | H u k u m A b o r s i M e n u r u t
Majelis Tarjih Muhammadiyah

1.Perlunya intensifikasi penanaman nilai-nilai keagamaan, keimanan oleh


keluarga serta pemuka agama terhadap wanita untuk menjaga diri dan
kehormatan dengan melakukan sosialisasi terhadap perempuan melalui
gerakan advokasi hak-hak perempuan serta gerakan penyadaran atas bahaya
aborsi pada semua kalangan.
2.Perlunya ketegasan dalam pembuatan Undang-undang hukum aborsi baru
dengan melibatkan tiga unsur pokok yaitu: agamawan / ulama, ahli hukum
Pidana dan dokter ahli (medis), sehingga dalam menentukan suatu hukum
aborsi tidak terpencar-pencar dalam pengambilan hukumnya, dengan harapan
kedepan dapat menjadi acuan keputusan hukum yang lebih baik dalam
menentukan hukum aborsi.
3.khusus untuk Majelis tarjih, perlu adanya komunikasi yang intens dalam
merumuskan persoalan-persoalan

kontemporer

yang terjadi,

sehingga

kedepannya akan ada suatu kesimpulan keputusan hukum saling sepakat dan
sepaham dengan setiap masalah yang dibahas.

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Asjmuni dkk, Majlis Tarjih Muhammadiyah: Studi Tentang Sistem


dan Metode Penentuan Hukum. Laporan Penelitian Lembaga Research dan
Survai IAIN SUKA, 1985
Abdul wahid, saad. Majalah Suara muhammadiyah. Jakarta : 2003
Fadl mohsin ebrahim, abdul. Aborsi kontrasepsi dan mengatasi kemandulan. Cet.
II. Mizan. Bandung : 1998.
http://alisyahriansyah.blogspot.com/2013/04/hukum-aborsi-menurut-lembagabahtsul.html

29 | H u k u m A b o r s i M e n u r u t
Majelis Tarjih Muhammadiyah

http://suriyadiadhi.blogspot.com/2012/12/aborsi-dalam-perspektif-islam-danhukum.html

30 | H u k u m A b o r s i M e n u r u t
Majelis Tarjih Muhammadiyah

Вам также может понравиться