Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
dunia,
mengandungnya.
tetapi
Menurut
juga
data
sekaligus
mengancam
organisasi
kesehatan
jiwa
dunia
ibu
yang
(WHO)
Tujuan Penulisan
3 |Hukum Aborsi Menurut
Majelis Tarjih Muhammadiyah
1.3.2
Manfaat Penulisan
BAB II
4 |Hukum Aborsi Menurut
Majelis Tarjih Muhammadiyah
PEMBAHASAN
2.1 Hukum aborsi menurut pandangan hukum islam dan hukum positif di
Indonesia
A. Aborsi Menurut Pandangan Hukum Islam
Abortus (al-ijhdh) merupakan salah satu problem masyarakat Dunia Barat,
yang muncul akibat kebejatan moral masyarakatnya, banyaknya kelahiran ilegal
karena perbuatan zina yang tak terhitung lagi, serta membudayanya pergaulan
bebas di luar nikah. Prosentase kelahiran ilegal tersebut menurut media massa
barat bahkan telah mencapai 45% dari seluruh kelahiran. Prosentase ini terkadang
naik dan terkadang turun. Di berberapa negara Barat prosentasenya bahkan telah
mencapai 70%. Lantas apa hukum aborsi dalam pandangan Islam?
Aborsi merupakan suatu pembunuhan terhadap hak hidup seorang manusia
dan merupakan suatu dosa besar. Merujuk pada ayat-ayat Al-Quran yaitu pada
Surat Al Maidah ayat 32, setiap muslim meyakini bahwa siapapun membunuh
manusia, hal ini merupakan membunuh semua umat manusia. Selanjutnya Allah
juga memperingatkan bahwa janganlah kamu membunuh anakmu karena takut
akan kemiskinan atau tidak mampu membesarkannya secara layak.
Aborsi dalam istilah medis adalah berhentinya kehamilan sebelum usia
kehamilan 20 minggu yang mengakibatkan kematian janin. Apabila janin lahir
selamat (hidup) sebelum 38 minggu namun setelah 20 minggu, maka istilahnya
adalah kelahiran prematur.
ditiupkannya ruh, yaitu setelah 4 (empat) bulan masa kehamilan, maka semua
ulama ahli fiqih (fuqoha) sepakat akan keharamannya. Tetapi para ulama fiqih
berbeda pendapat jika aborsi dilakukan sebelum ditiupkannya ruh. Sebagian
memperbolehkan dan sebagiannya mengharamkannya.
Yang memperbolehkan aborsi sebelum peniupan ruh, antara lain
Muhammad Ramli (w. 1596 M) dalam kitabnya An Nihayah dengan alasan karena
belum ada makhluk yang bernyawa. Ada pula yang memandangnya makruh,
dengan alasan karena janin sedang mengalami pertumbuhan.
Yang mengharamkan aborsi sebelum peniupan ruh antara lain Ibnu Hajar
(w. 1567 M) dalam kitabnya At Tuhfah dan Al-Ghazali dalam kitabnya Ihya`
Ulumiddin. Bahkan Mahmud Syaltut, mantan Rektor Universitas Al-Azhar Mesir
berpendapat bahwa sejak bertemunya sel sperma dengan ovum (sel telur) maka
aborsi adalah haram, sebab sudah ada kehidupan pada kandungan yang sedang
mengalami pertumbuhan dan persiapan untuk menjadi makhluk baru yang
bernyawa yang bernama manusia yang harus dihormati dan dilindungi
eksistensinya. Akan makin jahat dan besar dosanya, jika aborsi dilakukan setelah
janin bernyawa, dan akan lebih besar lagi dosanya kalau bayi yang baru lahir dari
kandungan sampai dibuang atau dibunuh (Masjfuk Zuhdi, 1993, Masail Fiqhiyah
Kapita Selekta Hukum Islam, halaman 81; M. Ali Hasan, 1995, Masail Fiqhiyah
Al Hadisah Pada Masalah-Masalah Kontemporer Hukum Islam, halaman 57;
Cholil Uman, 1994, Agama Menjawab Tentang Berbagai Masalah Abad Modern,
halaman 91-93; Mahjuddin, 1990, Masailul Fiqhiyah Berbagai Kasus Yang Yang
Dihadapi Hukum Islam Masa Kini, halaman 77-79).
Pendapat yang disepakati fuqoha, yaitu bahwa haram hukumnya melakukan
aborsi setelah ditiupkannya ruh (empat bulan), didasarkan pada kenyataan bahwa
peniupan ruh terjadi setelah 4 (empat) bulan masa kehamilan. Abdullah bin
Masud berkata bahwa Rasulullah s.a.w telah bersabda:
Sesungguhnya setiap kamu terkumpul kejadiannya dalam perut ibumu selama 40
hari dalam bentuk nuthfah, kemudian dalam bentuk alaqah selama itu pula,
kemudian dalam bentuk mudghah selama itu pula, kemudian ditiupkan ruh
kepadanya. [HR al-Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Ahmad, dan at-Tirmidzi dari
Abdullah bin Masud].
Maka dari itu, aborsi setelah kandungan berumur 4 bulan adalah haram,
karena berarti membunuh makhluk yang sudah bernyawa. Dan ini termasuk dalam
kategori pembunuhan yang keharamannya antara lain didasarkan pada dalil-dalil
syari berikut. Firman Allah SWT:
Katakanlah: "Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh
Tuhanmu, yaitu: janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat
baiklah terhadap kedua orang ibu bapa, dan janganlah kamu membunuh anakanak kamu karena takut kemiskinan. Kami akan memberi rezki kepadamu dan
kepada mereka; dan janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang keji,
baik yang nampak di antaranya maupun yang tersembunyi, dan janganlah kamu
membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan
sesuatu (sebab) yang benar". Demikian itu yang diperintahkan oleh Tuhanmu
kepadamu supaya kamu memahami (nya). (QS al-Anm [6]: 151)
Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan. Kamilah
yang akan memberi rezki kepada mereka dan juga kepadamu. Sesungguhnya
membunuh mereka adalah suatu dosa yang besar. (QS al-Isr` [17]: 31).
Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya),
melainkan dengan suatu (alasan) yang benar. Dan barangsiapa dibunuh secara
zalim, maka sesungguhnya Kami telah memberi kekuasaan kepada ahli warisnya,
tetapi janganlah ahli waris itu melampaui batas dalam membunuh. Sesungguhnya
ia adalah orang yang mendapat pertolongan. (Qs. Al-Israa` [17]: 33).
()( 8)
7 |Hukum Aborsi Menurut
Majelis Tarjih Muhammadiyah
Dan apabila bayi-bayi yang dikubur hidup-hidup itu ditanya karena dosa apakah
ia dibunuh. (QS at-Takwr [81]: 8-9).
Berdasarkan dalil-dalil ini maka aborsi adalah haram pada kandungan
yang bernyawa atau telah berumur 4 bulan, sebab dalam keadaan demikian berarti
aborsi itu adalah suatu tindak kejahatan pembunuhan yang diharamkan Islam.
Adapun aborsi sebelum kandungan berumur 4 bulan, seperti telah
diuraikan di atas, para fuqoha berbeda pendapat dalam masalah ini. Akan tetapi
menurut pendapat Abdul Qadim Zallum (1998) dan Abdurrahman Al-Baghdadi
(1998), hukum syara yang lebih rajih (kuat) adalah sebagai berikut. Jika aborsi
dilakukan setelah 40 (empat puluh) hari, atau 42 (empat puluh dua) hari dari usia
kehamilan dan pada saat permulaan pembentukan janin, maka hukumnya haram.
Dalam hal ini hukumnya sama dengan hukum keharaman aborsi setelah peniupan
ruh ke dalam janin. Sedangkan pengguguran kandungan yang usianya belum
mencapai 40 hari, maka hukumnya boleh (ja'iz) dan tidak apa-apa. (Abdul Qadim
Zallum, 1998, Beberapa Problem Kontemporer Dalam Pandangan Islam: Kloning,
Transplantasi Organ, Abortus, Bayi Tabung, Penggunaan Organ Tubuh Buatan,
Definisi Hidup dan Mati, halaman 45-56; Abdurrahman Al-Baghdadi, 1998,
Emansipasi Adakah Dalam Islam, halaman 129 ). Dalil syari yang menunjukkan
bahwa aborsi haram bila usia janin 40 hari atau 40 malam atau lebih adalah hadis
Nabi s.a.w berikut:
... .
Jika nutfah (gumpalan darah) telah lewat empat puluh dua malam, maka Allah
mengutus seorang malaikat padanya, lalu dia membentuk nutfah tersebut; dia
membuat pendengarannya, penglihatannya, kulitnya, dagingnya, dan tulang
belulangnya. Lalu malaikat itu bertanya (kepada Allah),'Ya Tuhanku, apakah dia
(akan Engkau tetapkan) menjadi laki-laki atau perempuan?' Maka Allah kemudian
memberi keputusan... [HR Muslim dari Ibnu Masud r.a.].
Dalam riwayat lain, Rasulullah s.a.w bersabda:
(jika nutfah telah lewat) empat puluh malam...
Hadis di atas menunjukkan bahwa permulaan penciptaan janin dan
penampakan anggota-anggota tubuhnya, adalah setelah melewati 40 atau 42
malam. Dengan demikian, penganiayaan terhadapnya adalah suatu penganiayaan
8 |Hukum Aborsi Menurut
Majelis Tarjih Muhammadiyah
..
Dari Said bin al-Musayyab (isteri-isterimu adalah lading bagimu, maka
datangilah ladangmu dari menurut kehendakmu), Rasulullah s.a.w. bersabda:
Lakukanlah 'azl padanya jika kamu suka, jika kamu (tak) menghendaki jangan
kamu lalukan! [HR. Ahmad, Muslim, dan Abu Dawud]
Namun demikian, dibolehkan melakukan aborsi baik pada tahap
penciptaan janin, ataupun setelah peniupan ruh padanya, jika dokter yang
terpercaya menetapkan bahwa keberadaan janin dalam perut ibu akan
mengakibatkan kematian ibu dan janinnya sekaligus. Dalam kondisi seperti ini,
dibolehkan melakukan aborsi dan mengupayakan penyelamatan kehidupan jiwa
ibu.
Menyelamatkan kehidupan adalah sesuatu yang diserukan oleh ajaran Islam,
sesuai firman Allah SWT:
Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa:
barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu
(membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi,
maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barangsiapa
yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah
memelihara kehidupan manusia semuanya. Dan sesungguhnya telah datang
kepada mereka rasul-rasul Kami dengan (membawa) keterangan-keterangan yang
jelas, kemudian banyak di antara mereka sesudah itu sungguh-sungguh
melampaui batas dalam berbuat kerusakan di muka bumi. (QS al-Midah [5]:
32).
Di samping itu aborsi dalam kondisi seperti ini termasuk pula upaya
pengobatan. Sedangkan Rasulullah s.a.w telah memerintahkan umatnya untuk
berobat. Rasulullah s.a.w bersabda:
10 | H u k u m A b o r s i M e n u r u t
Majelis Tarjih Muhammadiyah
Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla setiap kali menciptakan penyakit, Dia
ciptakan pula obatnya. Maka berobatlah kalian, dan jangan berobat dengan
sesuatu yang haram! [HR. Ahmad].
Kaedah fikih dalam masalah ini menyebutkan:
Jika berkumpul dua mafsadat (keburukan), maka harus dipertimbangkan yang
lebih besar madharatnya dan dipilih yang lebih ringan (madharatnya). (Abdul
Hamid Hakim, 1927, Mabadi` Awaliyah fi Ushul Al Fiqh wa Al Qawaid Al
Fiqhiyah, halaman 35).
Berdasarkan kaedah ini, seorang wanita dibolehkan menggugurkan
kandungannya jika keberadaan kandungan itu akan mengancam hidupnya,
meskipun ini berarti membunuh janinnya. Memang mengggugurkan kandungan
adalah suatu mafsadat. Begitu pula hilangnya nyawa sang ibu jika tetap
mempertahankan kandungannya juga suatu mafsadat. Namun tak syak lagi bahwa
menggugurkan kandungan janin itu lebih ringan madharatnya daripada
menghilangkan nyawa ibunya, atau membiarkan kehidupan ibunya terancam
dengan keberadaan janin tersebut (Abdurrahman Al-Baghdadi, 1998).
Pendapat yang menyatakan bahwa aborsi diharamkan sejak pertemuan sel
telur dengan sel sperma dengan alasan karena sudah ada kehidupan pada
kandungan, adalah pendapat yang tidak kuat. Sebab kehidupan sebenarnya tidak
hanya wujud setelah pertemuan sel telur dengan sel sperma, tetapi bahkan dalam
sel sperma itu sendiri sudah ada kehidupan, begitu pula dalam sel telur, meski
kedua sel itu belum bertemu. Kehidupan (al hayah) menurut Ghanim Abduh
dalam kitabnya Naqdh Al Isytirakiyah Al Marksiyah (1963) halaman 85 adalah
sesuatu yang ada pada organisme hidup. (asy syai` al qa`im fi al ka`in al hayyi).
Ciri-ciri adanya kehidupan adalah adanya pertumbuhan, gerak, iritabilita,
membutuhkan nutrisi, perkembangbiakan, dan sebagainya. Dengan pengertian
kehidupan ini, maka dalam sel telur dan sel sperma (yang masih baik, belum
rusak) sebenarnya sudah terdapat kehidupan, sebab jika dalam sel sperma dan sel
11 | H u k u m A b o r s i M e n u r u t
Majelis Tarjih Muhammadiyah
telur tidak ada kehidupan, niscaya tidak akan dapat terjadi pembuahan sel telur
oleh sel sperma. Jadi, kehidupan (al hayah) sebenarnya terdapat dalam sel telur
dan sel sperma sebelum terjadinya pembuahan, bukan hanya ada setelah
pembuahan.
Berdasarkan penjelasan ini, maka pendapat yang mengharamkan aborsi
setelah pertemuan sel telur dan sel sperma dengan alasan sudah adanya
kehidupan, adalah pendapat yang lemah, sebab tidak didasarkan pada pemahaman
fakta yang tepat akan pengertian kehidupan (al hayah). Pendapat tersebut secara
implisit menyatakan bahwa sebelum terjadinya pertemuan sel telur dan sel
sperma, berarti tidak ada kehidupan pada sel telur dan sel sperma. Padahal
faktanya tidak demikian. Andaikata katakanlah pendapat itu diterima, niscaya
segala sesuatu aktivitas yang menghilangkan kehidupan adalah haram, termasuk
azl. Sebab dalam aktivitas azl terdapat upaya untuk mencegah terjadinya
kehidupan, yaitu maksudnya kehidupan pada sel sperma dan sel telur (sebelum
bertemu). Padahal azl telah dibolehkan oleh Rasulullah s.a.w. Dengan kata lain,
pendapat yang menyatakan haramnya aborsi setelah pertemuan sel telur dan sel
sperma dengan alasan sudah adanya kehidupan, akan bertentangan dengan hadishadis yang membolehkan azl.
Hukum Abortus
Bahwa kehidupan janin (anak dalam kandungan) menurut pandangan
syariat
Islam
merupakan
kehidupan
yang
harus
dihormati,
dengan
menganggapnya sebagai suatu wujud yang hidup yang wajib dijaga. Sehingga
Islam memperbolehkan seorang wanita hamil untuk buka puasa (tidak puasa) pada
bulan ramadhan. Bahkan kadang diwajibkan berbuka jika ia khawatir akan
kesehatan kandungannya. Karena itu syariat Islam mengharamkan tindakan yang
melampaui batas terhadapnya. Meskipun yang melakukan ayah atau ibunya
sendiri yang telah mengandungnya dengan susah payah. Bahkan terhadap
kehamilan yang haram, yang dilakukan dengan jalan perzinahan, janinnya tetap
tidak boleh digugurkan, karena ia merupakan manusia hidup yang tidak berdosa.
Firman Allah dalam Q.S Al-isra yang artinya:
Dan seorang yang berdosa tidak dapat memikul dosa orang lain. (Al-Isra:15)
Allah berfirman dalam QS. Al-Israa : 31
12 | H u k u m A b o r s i M e n u r u t
Majelis Tarjih Muhammadiyah
Artinya:
Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu Karena takut kemiskinan.
kamilah yang akan memberi rezki kepada mereka dan juga kepadamu.
Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang besar.
Ada perbedaan pendapat para ulama tentang abortus yang dilakukan sebelum
ditupkan roh pada janin itu yaitu sebelum berumrur 4 Bulan :
1) Muhammad Ramli dalam kitab Al-Nihayah, membolehkan karena belum ada
makhluk yang bernyawa.
2) Sebagian Ulama memandang makruh dengan alasan janin sedang mengalami
pertumbuhan.
3) Ibnu Hajar dalam kitabnya Al-Tuhfah dan Al-Ghazali dalam kitabnya Ihya
Ulumuddin mengharamkan abortus.
4) Mahmud Syaitut eks Rektor Universitas Al-Azhar Mesir, menyatakan haram
hukumnya sekalipun janin belum diberi nyawa sebab sudah ada kehidupan pada
kandungan yang sedang mengalami pertumbuhan untuk menjadi manusia. Tetapi
apabila aborsi dilakukan karena benar-benar terpaksa demi menyelamatkan nyawa
Ibu maka Islam membolehkan
Klasifikasi dan Syariat Abortus
Keguguran atau abortus (al-Ijhdh) dapat diklasifikasikan dalam tiga jenis:
1. Al-Ijhdh at-Tilqi atau al-Afwi ( Abortus spontanea) yaitu proses alami yang
dilakukan rahim untuk mengeluarkan janin yang tidak mungkin sempurna unsurunsur kehidupan padanya. Bisa jadi ini terjadi dengan sebab kecacatan besar yang
menimpanya karena akibat sakitnya sang ibu yang terkena penyakit beragam
seperti diabetes atau lainnya.
2. Al-Ijhdh al-Ilji (Abortus Provokatus Medisinalis/Artificialis/Therapeuticus)
adalah abortus (keguguran) yang sengaja dilakukan para medis (dokter) demi
menyelamatkan nyawa ibu yang dalam keadaan sangat jarang bahwa
kehamilannya dapat berlanjut dengan selamat.
3. Al-Ijhdh al-Ijtimi dinamakan juga al-Ijhdh al-Jin`i atau al-Ijrmi
(Abortus Provokatus Kriminalis) adalah aborsi yang sengaja dilakukan tanpa
adanya indikasi medik (ilegal). Tujuannya hanya untuk tidak melahirkan bayi atau
untuk menjaga penampilan atau menutupi aib dan sejenisnya. Biasanya
pengguguran dilakukan dengan menggunakan berbagai cara termasuk dengan
alat-alat atau obat-obat tertentu.
13 | H u k u m A b o r s i M e n u r u t
Majelis Tarjih Muhammadiyah
Melihat klasifikasi yang ada di atas, dapat dilihat bahwa jenis pertama tidak
masuk dalam kemampuan dan kehendak manusia, sehingga tentunya masuk
dalam firman Allah Azza wa Jalla
Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.[alBaqarah/2:168]
Dan sabda Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam :
Dimaafkan dari umatku kesalahan (tanpa sengaja), lupa dan keterpaksaan
[HR al-Baihaqidalam Sunannya dan dishahhkan Syaikh al-Albni dalam
Shahhul-Jmi no. 13066]
Sedangkan jenis kedua tidaklah dilakukan kecuali dalam keadaan darurat
yang menimpa sang ibu, sehingga kehamilan dan upaya mempertahankannya
dapat membahayakan kehidupan sang ibu. Sehingga aborsi menjadi satu-satunya
cara mempertahankan jiwa sang ibu; dalam keadaan tidak mungkin bisa
mengupayakan kehidupan sang ibu dan janinnya bersama-sama. Dalam keadaan
seperti inilah mengharuskan para medis spesialis kebidanan mengedepankan
nyawa ibu daripada janinnya. Memang nyawa janin sama dengan nyawa sang ibu
dalam kesucian dan penjagaannya, namun bila tidak mungkin menjaga keduanya
kecuali dengan kematian salah satunya maka hal ini masuk dalam kaedah
Melanggar yang lebih ringan dari dua madharat untuk menolak yang lebih berat
lagi (Irtikbul khaffi ad-Dhararain Lidafi Alahuma).
Di sini jelaslah kemaslahatan mempertahankan nyawa sang ibu
didahulukan daripada kehidupan sang janin, karena ibu adalah induk dan tiang
keluarga. Dengan takdir Allah Azza wa Jalla ia bisa melahirkan berulang kali,
sehingga didahulukan nasib sang ibu dari janinnya.
Syaikh Ahmad al-Ghazli seorang Ulama Indonesia menyatakan: Adapun
ulama Indonesia berpendapat keharaman aborsi kecuali apabila ada dengan sebab
terpaksa yang harus dilakukan dan menyebabkan kematian sang ibu. Hal ini
karena syariat Islam dalam keadaan seperti itu memerintahkan untuk melanggar
14 | H u k u m A b o r s i M e n u r u t
Majelis Tarjih Muhammadiyah
salah satu madharat yang teringan. Apabila tidak ada di sana solusi lain selain
menggugurkan janin untuk menjaga hidup sang ibu.
Permasalahan yang penting dalam pembahasan ini adalah hukum aborsi
jenis ketiga yaitu Al-Ijhdh al-Ijtimi dinamakan juga al-Ijhdh al-Jin`i atau alIjrmi (Abortus Provokatus Kriminalis).
Telah dimaklumi bahwa janin mengalami fase-fase pembentukan sebelum
menjadi janin yang sempurna dan lahir menjadi bayi. Di antara pembeda yang
banyak dilihat para ahli fikih yang berbicara dalam hal ini adalah adanya ruh
dalam janin tersebut.
Dengan dasar ini maka hukum aborsi dapat diklasifikasikan secara umum
menjadi dua:
a. Aborsi Sebelum Ditiupkan Ruh
Melihat pendapat para Ulama fikih dari berbagai madzhab, dapat
disimpulkan bahwa pendapat mereka dalam masalah ini menjadi 3 kelompok:
1. Kelompok yang membolehkan aborsi sebelum ditiup ruh pada janin. Ini
pendapat minoritas Ulama madzhab Syfiiyah, Hambaliyah dan Hanafiyah.
2. Kelompok yang membolehkan aborsi sebelum dimulai pembentukan bentuk
janin yaitu sebelum empat puluh hari pertama. Ini pendapat mayoritas mazhhab
Hanafiyah, Syfi;iyah dan Hambaliyah. Pendapat ini dirajihkan Syaikh Ali
Thanthawi rahimahullah.
3. Kelompok yang mengharamkan aborsi sejak terjadinya pembuahan dalam
rahim. Ini pendapat yang rajih dalam madzhab Mlikiyah, pendapat imam alGhazli, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, Ibnu Rajab al-Hambali dan Ibnu al-Jauzi.
Inilah pendapat madzhab Zhahiriyah.
Pendapat inilah yang dirajihkan mayoritas Ulama kontemporer dewasa ini,
karena adanya pelanggaran terhadap hak janin untuk hidup dan juga hak
masyarakat. DR. Wahbah az-Zuhaili menjelaskan hal ini dengan menyatakan
bahwa para Ulama sepakat mengharamkan aborsi tanpa udzur setelah bulan
keempat, yaitu setelah berlalu seratus dua puluh hari dari permulaan kehamilan.
Mereka juga sepakat menganggap ini sebagai kejahatan yang mengharuskan
adanya diyat, karena ada upaya menghilangkan jiwa dan pembunuhan. Saya
sendiri merajihkan larangan aborsi sejak awal kehamilan, karena adanya
kehidupan dan permulaan pembentukan janin; kecuali karena keadaan darurat
seperti terkena penyakit akut/parah contohnya kelumpuhan atau kanker. Saya
sendiri condong sepakat dengan pendapat al-Ghazli yang menganggap aborsi,
15 | H u k u m A b o r s i M e n u r u t
Majelis Tarjih Muhammadiyah
memberikan senjata kepada tangan lawan dan musuh Islam untuk mencela Islam.
Juga melegalkan semua yang terjadi di luar negara Islam yang berupa perbuatan
nista dan tercela; yang membuat pusing para intelektual dan menggoyangkan
tatanan gereja dan para pendetanya. Setelah dipastikan secara ilmiyah bahwa
aborsi memiliki bahaya bagi kesehatan dan kehidupan wanita, sehingga aborsi
diharamkan untuk dilakukan, karena menghilangkan madharat lebih didahulukan
dari mengambil kemaslahatan.
Sedangkan DR. Ibrahim Haqqi menyatakan: Diharamkan aborsi karena
merupakan pembunuhan jiwa yang tidak berdosa dan menjerumuskan jiwa
lainnya yaitu sang ibu kepada bahaya yang banyak hingga bahaya kematian. Ini
adalah perkara yang terlarang.
Inilah pendapat yang dirajihkan Umar bin Ibrahim Ghnim penulis kitab
Ahkmul-Jann dalam pernyataan beliau : Sudah pasti pendapat kelompok yang
melarang aborsi sejak pembuahan adalah yang lebih dekat kepada kebenaran dan
sesuai dengan ruh Islam. Ruh Islam yang memerintahkan untuk melindungi dan
menjaga keturunan; juga menghalangi kesempatan pengekor hawa dan nafsu
syahwat yang ingin mengambil kesempatan untuk merealisasikan tujuan dan
keinginan mereka untuk melemahkan keturunan kaum Muslimin. Demikian juga
fatwa larangan ini termasuk saddu adz-Dzarat yang sangat bersesuaian dengan
ruh syariat Islam yang mulia.
b. Aborsi Setelah Ditiupkan Ruh Pada Janin (Setelah Empat Bulan)
Telah dijelaskan bahwa ada perbendaan pendapat di antara para Ulama
dalam hukum aborsi saat sebelum peniupan ruh pada janin. Sedangkan setelah
peniupan ruh, para ahli fikih sepakat bahwa janin telah menjadi manusia dan
bernyawa yang memiliki kehormatan dan kemuliaan, sebagaimana dijelaskan
dalam firman Allah Azza wa Jalla :
Dan Sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka
di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan Kami
lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang
telah Kami ciptakan. [al-Isr`/17 : 70] dan firman Allah Azza wa Jalla :
17 | H u k u m A b o r s i M e n u r u t
Majelis Tarjih Muhammadiyah
Barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu
(membunuh) orang lain atau bukan karena membuat kerusakan dimuka bumi,
Maka seakan-akan Dia telah membunuh manusia seluruhnya.[al-Midah/5:32]
Di antara Ulama yang menukil kesepakatan ini adalah Ibnu Jizzi, DR.
Wahbah az-Zuhaili dan DR. Muhammad Ali al-Br
Demikianlah, menjadi jelas bagi kita bahwa aborsi setelah ditiupkan ruh
pada janin adalah kejahatan yang tidak boleh dilakukan kecuali dalam keadaan
sangat darurat yang dipastikan. Caranya dengan mengambil keputusan para medis
yang terpercaya dan ahli di bidang tersebut; yaitu bahwa adanya janin itu
membahayakan kehidupan sang ibu. Perlu diketahui dengan adanya kemajuan
sarana kedokteran modern dan kemampuan ilmu serta tersedianya semua
keperluan tentang hal itu, maka aborsi untuk penyelamatan nyawa ibu adalah
peristiwa yang sangat jarang terjadi.
B. Aborsi Menurut Pandangan Hukum Positif Indonesia
1)
sanksi hukumnya cukup berat. Hukumannya tidak hanya ditujukan kepada wanita
yang bersangkutan tetapi semua pihak yang terlibat dalam kejahatan itu.
Tindakan aborsi menurut Kitab Undang-undang Hukum Pidana di Indonesia
dikategorikan sebagai tindakan kriminal atau dikategorikan sebagai kejahatan
terhadap nyawa. Beberapa pasal dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
(KUHP) yang mengatur tentang Aborsi (Abortus Provocatus):
Pasal 229 (1) Barang siapa dengan sengaja mengobati seorang wanita atau
menyuruhnya supaya diobati, dengan diberitahukan atau ditimbulkan harapan,
bahwa karenapengobatan itu hamilnya dapat digugurkan, diancam dengan pidana
penjara paling lama empat tahun atau denda paling banyak tiga ribu rupiah. (2)
Jika yang bersalah, berbuat demikian untuk mencari keuntungan, atau menjadikan
perbuatan tersebut sebagai pencarian atau kebiasaan, atau jika dia seorang tabib,
bidan atau juru obat, pidananya dapat ditambah sepertiga. (3) Jika yang bersalah,
18 | H u k u m A b o r s i M e n u r u t
Majelis Tarjih Muhammadiyah
Jika dengan persetujuan ibu hamil, maka diancam hukuman 5,5 tahun penjara
& bila ibu hamil tersebut mati diancam hukuman 7 tahun penjara.
d. Jika yang melakukan & atau membantu melakukan aborsi tersebut seorang
dokter, bidan atau juru obat ancaman hukumannya ditambah sepertiganya & hak
untuk berpraktik dapat dicabut.
e. Setiap janin yang dikandung sampai akhirnya nanti dilahirkan berhak untuk
hidup serta mempertahankan hidupnya.
2.2 Pandangan Majelis Tarjih Muhammadiyah terhadap aborsi
A. Sejarah Majelis Tarjih Muhammadiyah
Pada permulaan abad XX umat Islam Indonesia menyaksikan munculnya
gerakan pembaharuan pemahaman dan pemikiran Islam yang pada esensinya
dapat dipandang sebagai salah-satu mata rantai dari serangkaian gerakan
pembaharuan Islam yang telah dimulai sejak dari Ibnu Taimiyah di Siria,
diteruskan Muhammad Ibnu Abdul Wahab di Saudi Arabia dan kemudian
Jamaluddin al Afghani bersama muridnya Muhammad Abduh di Mesir.
Munculnya gerakan pembaharuan pemahaman agama itu merupakan sebuah
fenomena yang menandai proses Islamisasi yang terus berlangsung. Dengan
proses Islamisasi yang terus berlangsung -meminjam konsep Nakamuradimaksudkan suatu proses dimana sejumlah besar orang Islam memandang
keadaan agama yang ada, termasuk diri mereka sendiri, sebagai belum
memuaskan. Karenanya sebagai langkah perbaikan diusahakan untuk memahami
kembali Islam, dan selanjutnya berbuat sesuai dengan apa yang mereka anggap
20 | H u k u m A b o r s i M e n u r u t
Majelis Tarjih Muhammadiyah
kepada
lebih
nyata.
Bagi
Muhammadiyah,
yang
berusaha
keras
piatu.
Badan
atau
lembaga
pendidikan
sosial
di
dalam
macam yaitu :
1) Metode bayani ( simantik ) adalah metode penetapan hukum yang
menggunakan pendekatan bahasa.
2) Metode talili ( rasionalistik ) adalah metode penetapan hukum yang
menggunakan pendekatan penalaran.
3) Metode istishlahi ( filosofis ) adalah metode penetapan hukum yang
menggunakan pendekatan kemaslahatan.
C. Kerangka Metodologi Majelis Tarjih Muhammadiyah
Kerangka metodologi pemikiran islam adalah dengan menggunakan
pendekatan bayani, burhani, dan irfani.
1) Pendekatan bayani adalah pendekatan untuk memahami dan menganalisi teks
guna mendapatkan makna yang dikandungnya dengan menggunakan empat
macam bayan:
a)
melliputi al-qiyas al-bayani dan al-khabar yang bresifat yaqin atau tashdiq,
b) Bayan al-itiqad, yaitu penjelasan mengenai keadaan sesuatu yang
meliputi makna haqq, mutasyabbih, dan bathil.
c) Bayan al-ibarot, yaitu penjelasan mengenai keadaan sesuatu yang
meliputi bayan zhahir dan bayan bathin.
d) Bayan al-kitab, yaitu media unutk menukil pendapat-pendapat, yaitu
kitab-kitab.
2) Pendekatan burhani adalah pendekatan rasional argumentatif, yaitu pendekatan
yang didasarkan pada kekuatan rasio melalui instrumen logika dan metode
diskurif (bathiniy).
3) Pendekatan irfani adalah pemahaman yang tertumpu pada pengalaman bathin,
al-zawq, qalb, wijdan, bashirot, dan intuisi
D. Keputusan Majelis Tarjih Terhadap Hukum Aborsi
Hukum aborsi tidak ada difatwakan oleh Majelis Tarjih Muhammadiyah
dalam buku fatwa tajihnya, namun ada suatu pendapat oleh salah seorang tokoh
Muhammadiyah Bapak Prof. DRS. H. Saad Abdul Wahid yang diterbitkan oleh
majalah Suara Muhammadiyah Aborsi itu terbagi dua macam yaitu
1). Abortus provocatus yang berindikasi pengobatan ( thera peutis ) dan
2). Abortus provocatus yang berindikasi merusak ( criminalis ).
Adapun hukum Abortus provocatus yaitu :
23 | H u k u m A b o r s i M e n u r u t
Majelis Tarjih Muhammadiyah
Artinya :
151. Katakanlah: "Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh
Tuhanmu Yaitu: janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat
baiklah terhadap kedua orang ibu bapa, dan janganlah kamu membunuh anakanak kamu karena takut kemiskinan, Kami akan memberi rezki kepadamu dan
kepada mereka, dan janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang keji,
baik yang nampak di antaranya maupun yang tersembunyi, dan janganlah kamu
membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan
sesuatu (sebab) yang benar". demikian itu yang diperintahkan kepadamu supaya
kamu memahami(nya)
Surah Al- Isra ayat 31 :
24 | H u k u m A b o r s i M e n u r u t
Majelis Tarjih Muhammadiyah
205. dan apabila ia berpaling (dari kamu), ia berjalan di bumi untuk Mengadakan
kerusakan padanya, dan merusak tanam-tanaman dan binatang ternak, dan Allah
tidak menyukai kebinasaan.
Surah An Nisa ayat 29 :
29. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku
dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu;
Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.
Kedua, Abortus provocatus medicinial adalah dibenarkan dengan alasan
darurat, yaitu dikhawatirkan adanya bahaya kematian bagi ibu jika janinnya tidak
digugurkan. Hal ini berdasarkan firman Allah SWT :
25 | H u k u m A b o r s i M e n u r u t
Majelis Tarjih Muhammadiyah
Artinya :
tetapi Barangsiapa dalam Keadaan terpaksa (memakannya) sedang Dia tidak
menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, Maka tidak ada dosa
baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Juga berdasarkan Qaidah Ushul Fiqih :
Keadaan darurat menjadikan sebab boleh mengerjakan hal hal yang dilarang.
.
Apabila terdapat dua hal yang merusak saling bertentangan, maka harus dihindari
yang lebih besar bahayanya, dengan melakukan yang lebih ringan resikonya.
Begitu pula yang dikatakan oleh bapak H. Mahlan Darkasi selaku ketua majelis
tarjih wilayah Banjarmasin, bahwasanya majelis tarjih tidak ada menfatwakan
hukum Aborsi namun dengan adanya pendapat salah satu tokoh Muhammadiyah
tersebut sama saja mewakili muhammadiyah.
26 | H u k u m A b o r s i M e n u r u t
Majelis Tarjih Muhammadiyah
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Fatwa merupakan salah satu produk hukum yang diakui oleh masyarakat
Islam, sehingga para pembuat fatwa (ulama) dijuluki sebagai perantara budaya
(cultural broker, agen of social change). Oleh karena itu, sangat strategis apabila
menjadikan para ulama tersebut sebagai agen diseminasi dan sosialisasi wacana
seputar safe motherhood, serta hak dan kesehatan reproduksi, khususnya aborsi
yang masih selalu menjadi persoalan pelik.
27 | H u k u m A b o r s i M e n u r u t
Majelis Tarjih Muhammadiyah
28 | H u k u m A b o r s i M e n u r u t
Majelis Tarjih Muhammadiyah
kontemporer
yang terjadi,
sehingga
kedepannya akan ada suatu kesimpulan keputusan hukum saling sepakat dan
sepaham dengan setiap masalah yang dibahas.
DAFTAR PUSTAKA
29 | H u k u m A b o r s i M e n u r u t
Majelis Tarjih Muhammadiyah
http://suriyadiadhi.blogspot.com/2012/12/aborsi-dalam-perspektif-islam-danhukum.html
30 | H u k u m A b o r s i M e n u r u t
Majelis Tarjih Muhammadiyah