Вы находитесь на странице: 1из 15

Pelatihan USG Janin untuk Residen Obstetri dan Ginekologi

Wesley Lee, MD, Andrea N. Hodges, BS, Sterling Williams, MD, Ivana M.
Vetraino, MD, dan Beverley McNie.
Tujuan : Untuk menilai keadaan terkini dari pelatihan USG janin di Amerika
Serikat dilihat dari perspektif kepala program USG dan residen obstetri dan
ginekologi.
Metode : Seratus tiga puluh enam kepala program USG dari 254 program
pendidikan dokter spesialis obstetri dan ginekologi menyelesaikan survei berbasis
web mengenai pelatihan USG untuk residen. Pertanyaan dipresentasikan dalam
bentuk ya-atau-tidak, peringkat, jawaban pendek, dan format jawaban terbuka
yang menganalisa situasi belajar-mengajar secara umum dan konten kurikulum.
Hasil ini dibandingkan dengan survey wajib tentang pelatihan USG janin yang
telah dilaksanakan sebelumnya secara independen pada sebanyak 4666 residen
obstetri dan ginekologi selama ujian CREOG (Council on Resident Education in
Obstetric and Gynecology) tahun 2003. Metode analisis univariat Friedman
digunakan untuk membandingkan data bertingkat non-parametrik dengan post-test
Dunn. Batas signifikansi secara statistik diambil pada level P < 0.05.
Hasil : Lima puluh empat persen dari program residensi obstetri dan ginekologi
yang terakreditasi telah berpartisipasi pada survey kepala program USG sejak
November 2000 sampai April 2003. Hampir seluruh kepala program USG yang
berpartisipasi adalah dokter spesialis obstetri dan ginekologi, dan sebagian besar
di antaranya memiliki subspesialisasi di bidang fetomaternal. Staf pengajar dan
sonografer merupakan pihak yang sangat berkontribusi dalam pelatihan USG
untuk residen obstetri dan ginekologi. Pengamatan dan observasi merupakan

aktivitas pendidikan yang paling penting untuk pelatihan USG. Kepala program
USG secara umum menilai persiapan para residen bervariasi dari cukup hingga
sangat baik. Hambatan belajar yang paling penting adalah kurikulum yang
terbatas dan waktu tenaga pengajar. Sebagian besar program mengevaluasi
kompetensi dengan observasi langsung dari keterampilan USG. Berdasarkan
survey CREOG, hanya 16,3% residen yang menilai bahwa performa dan
interpretasi pemeriksaan USG janin hanyalah syarat dan kewajiban program.
Hampir 2/3 dari residen yakin bahwa pelatihan mereka akan cukup adekuat
hingga waktu kelulusan. Hanya 18,4% dari residen berencana melakukan atau
menginterpretasi USG janin pada praktik klinisnya.
Kesimpulan : Pelatihan USG janin untuk residen obstetri dan ginekologi dirasa
cukup oleh sebagian besar kepala program USG dan residen. Pengembangan
selanjutnya dari guideline baku yang terstandarisasi dan alat penilaian kompetensi
harus mempertimbangkan fakta bahwa sekitar seperlima dari residen obstetri dan
ginekologi berencana menggunakan modalitas diagnostik ini dalam praktik
klinisnya. (Obstet Gynecol 2004;103:333-8. 2004 oleh The American College of
Obstetricians and Gynecologists.)
Level of Evidence : II-2

The Accreditation Council for Graduate Medical Education (ACGME) saat


ini membutuhkan program pendidikan dokter spesialis untuk menegaskan 6 inti
kompetensi klinis yang meliputi pelayanan pasien, pengetahuan kedokteran,
pembelajaran dan pengembangan melalui praktik, kemampuan komunikasi
interpersonal, profesionalisme, dan praktik berlandaskan sistem.1,2

Perubahan tersebut menggambarkan langkah awal menuju akreditasi dan


penilaian hasil pendidikan yang lebih berkembang. Bagaimanapun, perubahan ini
mengajukan tantangan baru yang signifikan bagi tenaga pendidik kedokteran
untuk mempertimbangkan bagaimana residen dilatih, dievaluasi, dan disertifikasi
untuk kompetensinya dalam praktik obstetri. Modifikasi terkini dari pelatihan
residensi obstetri dan ginekologi telah menyulitkan kepala program untuk
memberikan kurikulum yang komprehensif demi mendapatkan kompetensi klinis
hingga saat kelulusan. Modifikasi ini meliputi pengurangan dari jam kerja residen
dan berkurangnya pembiayaan pemerintah untuk pendidikan kedokteran.3,4
USG prenatal sering dianggap sebagai teknologi yang paling signifikan yang
telah berperan dalam pelayanan obstetrik modern. 5 Teknologi ini telah
mempermudah dokter mengidentifikasi defek lahir, memantau perkembangan,
memandu prosedur invasif janin, dan mengevaluasi keadaan janin. Karena itu,
The National Institute of Health-sponsored Routine Antenatal Diagnostic Imaging
With Ultrasound (RADIUS) melakukan penelitian yang mewakili studi random
kontrol terbesar dari USG obtetrik rutin untuk kehamilan risiko rendah. 6 Studi ini
menunjukkan 35% sensitivitas untuk deteksi anomali kongenital sebelum lahir.
Tingkat deteksi yang cenderung rendah ini mungkin sebagian berhubungan
dengan tidak adekuatnya pelatihan USG janin. Maka dari itu, sebuah survey
nasional diadakan untuk menilai keadaan saat ini dari pelatihan USG janin untuk
residen obstetri dan ginekologi di Amerika Serikat.

Material dan Metode


Daftar program pendidikan dokter spesialis obstetri dan ginekologi diperoleh
dari ACGME untuk tahun 2000-2003. Kepala program USG dari 254 program
residensi obstetri dan ginekologi yang terakreditasi diundang melalui telepon
untuk menyelesaikan survey berbasis web (http://www.umich.edu/~fetus)
mengenai pelatihan USG obstetrik untuk residen. The Human Investigation
Committee di William Beaumont Hospital dan Institutional Review Board di
University of Michigan, dimana survey web dilaksanakan, menerima projek
tersebut. Para kepala program diyakinkan bahwa individu dan intitusi yang
berpartisipasi dalam survey ini akan dirahasiakan. Pertanyaan disajikan dalam
bentuk ya-atau-tidak, peringkat, jawaban pendek, dan format jawaban terbuka,
yang menganalisa situasi belajar-mengajar secara umum dan konten kurikulum.
Statistik secara deskriptif dirangkum dengan nilai rerata dan standar deviasi.
Statistik deskriptif non-parametrik dirangkum dengan nilai median dan
rentangnya. Perbedaan antara masing-masing kelompok tersebut dibandingkan
menggunakan analisis univariat Friedman dengan post-test Dunn. Batas
signifikansi secara statistik diambil pada level P < 0.05. Kepala program USG
juga berpartisipasi pada pertanyaan peringkat berikut ini :
1. Berilah peringkat terhadap kontribusi relatif dari grup yang terlibat dalam
program pelatihan USG obstetrik Anda
2. Berilah peringkat terhadap masingmasing aktivitas belajar-mengajar
menurut tingkat kepentingannya selama program pelatihan USG obtetrik
Anda.
3. Bagaimana penilaian Anda terhadap persiapan keseluruhan dari pelatihan
USG obstetrik untuk program residensi Anda?

4. Di Institusi Anda, apakah hambatan paling signifikan bagi residen dalam


mempelajari USG obstetrik?
Sebuah survey nasional juga diberikan kepada residen obstetri dan ginekologi
oleh CREOG (Council for Resident Education in Obstetrics and Gynecology).
Kuesioner ini meliputi 6 pertanyaan mengenai pelatihan USG obstetri, sebagai
bagian dari ujian tahunan residen (Januari, 2003). Pertanyaan meliputi persyaratan
program residensi obstetri dan ginekologi untuk pelatihan USG janin, jumlah total
waktu kurikulum, metode mengajar, perkiraaan kualitas pelatihan, dan rencana
penggunaan USG obstetrik di praktiknya.

Hasil
Di antara tanggal 13 November 2000 dan 11 April 2003, 136 dari 254 (54%)
program pendidikan dokter spesialis obstetri dan ginekologi berpartisipasi pada
kuesioner berbasis web kami. Umpan balik diperoleh dari 39 dari 46 negara
bagian dengan program yang terakreditasi, termasuk Puerto Rico dan distrik
Columbia (Gambar 1). Sebagian besar program pelatihan USG janin (117 dari 136
program, 86,0%) dilaksanakan sendiri oleh departemen obstetri dan ginekologi
tersebut, hanya 1 program yang diadakan oleh departemen radiologi. Tiga belas
program (dari 136 program, 9,6%) dilaksanakan dengan kerjasama antara
departemen obstetri ginekologi dan radiologi.
Hanya sedikit dari 131 kepala pelatihan USG yang bertanggung jawab
terhadap lebih dari 1 program. Hampir seluruh kepala pelatihan USG yang
berpartisipasi (128 dari 131 responden, 97,7%) adalah dokter spesialis obstetri dan
ginekologi, yang 99 di antaranya memiliki subspesialisasi di bidang fetomaternal.

Kepala pelatihan telah melayani di bidangnya selama rata-rata 5,4 4,5 tahun.
Rata-rata jumlah staff tetap yaitu 19,7 14,0 tenaga pengajar per departemen.
Tujuh puluh empat persen program (97 dari 131 responden) memiliki program
USG yang diakreditasi oleh American Institute of Ultrasound in Medicine
(AIUM).
Banyak program residensi yang mengikuti standar scanning dari The
American College of Obstetrician and Gynecologist (n=71) atau AIUM (n=56).
Beberapa jenis peralatan USG digunakan untuk melatih residen : Philips (n=72),
ACUSON (n=69), General Electric (n=59), Siemens (n=19), Aloka (n=12),
Toshiba (n=9), dan Medison (n=8). Sekitar 3,8 2,1 minggu waktu kurikulum
sepenuhnya dialokasikan untuk pelatihan USG janin. Sejumlah kecil program
(14,4%) tidak memberikan waktu kurikulum yang sepenuhnya untuk subjek ini.
Buku-buku teks yang paling banyak digunakan adalah karangan Callen (n=83)
dan Romero (n=63). Buku teks yang lebih jarang digunakan yaitu buku karangan
Sabbagha (n=12), Chervenak (n=4), dan McGahan (n=2). Kuliah diberikan secara
rutin sebagai bagian dari kurikulum formal pada 116 (88,5%) dari 131 responden.
Semua program menyediakan pelatihan sonografi endovaginal, profil
biofisik, dan deteksi kehamilan dini. Sejumlah topik pembelajaran ditentukan
sebagai bagian dari kurikulum formal mereka. Sembilan puluh dari 136 program
tidak membutuhkan batas minimal dari jumlah pemeriksaan profil biofisik.
Program-program yang berpartisipasi melaporkan bahwa batas minimal dari
jumlah pemeriksaan profil biofisik yaitu dalam rentang 4 hingga 50 (median 30
scan). Sebagian besar program (126 dari 131 responden, 96,2%) mengajarkan
residen untuk melakukan USG di awal kehamilan.

Program-program tersebut mengevaluasi kompetensi residennya dengan


observasi langsung dari kemampuan scanning (110 dari 130 responden, 84,6%);
diikuti dengan ujian lisan (19 dari 130 responden, 14,6%), ujian tertulis (19 dari
130 responden, 14,6%), dan presentasi mengenai kelainan janin melalui video
atau multimedia (20 dari 130 responden, 15,4%).
Tenaga pengajar tetap dan sonografer merupakan pihak yang memiliki peran
paling penting dalam pelatihan USG untuk residen obstetri dan ginekologi. Dari
skala 1 sampai 4 (1 = sangat berperan, 2 = cukup berperan, 3 = kurang berperan, 4
= tidak berperan), masing-masing kepala program memberi penilaian terhadap
tenaga pengajar tetap (median 1,0) dan sonografer (median 1,0) sebagai orangorang yang paling berperan dalam pelatihan USG, diikuti dengan para residen
(median 2,0), yang kontribusinya dinilai jauh lebih besar dibandingkan peserta
independen (median 4,0) (P < 0,001).
Pengalaman hands-on scanning dan observasi hasil USG dinilai sebagai
aktivitas pembelajaran yang paling penting. Dari skala 1 sampai 5 (1 sangat
penting, 3 = netral, 5 = tidak terlalu penting), masing-masing kepala program
memberi penilaian aktivitas pembelajaran manakah yang paling penting, yaitu
melakukan scan USG (median 1,0), diikuti dengan observasi hasil scan (median
1,0) (P < 0,05). Kegiatan kuliah (median 2,0) merupakan aktivitas pembelajaran
berikutnya yang juga penting. Tugas membaca (median 3,0) dan pembahasan
materi multimedia (media 3,0) dinilai kurang penting dalam kurikulum (P >
0,05%, tidak signifikan).
Kepala program USG secara umum menilai persiapan dari semua residen
dalam rentang cukup hingga sangat baik dalam melakukan pemeriksaan obstetrik

dasar, profil biofisik, dan scan endovaginal. Dalam skala 1 sampai 5 (1 = buruk, 2
= batas bawah, 3 = cukup, 4 = baik, 5 = sangat baik), para kepala program menilai
persiapan keseluruhan dari residen sangat baik dalam melakukan pemeriksaan
profil biofisik (median 5,0). Persiapan mereka dinilai baik hingga cukup untuk
pemeriksaan USG obstetrik dasar (median 3,5), dan scan trimester pertama
(median 3,5).
Hambatan pembelajaran yang paling bermakna adalah terkait kurikulum yang
terbatas dan waktu dari tenaga pengajar. Dari skala 1 sampai 6 (1 = paling
signifikan, 6 = paling tidak signifikan), kepala program menilai hambatan yang
paling signifikan bagi para residen dalam mempelajari sonografi obstetrik
berkaitan dengan kurangnya kurikulum (median 2,0) dan waktu dari tenaga
pengajar (median 3,0) (P < 0,001). Berkurangnya minat (median 5,0) dan
kurangnya jam tidur (median 5,0) adalah hambatan yang kurang signifikan (P >
0,05, tidak signifikan). Volume obstetrik yang rendah (median 6,0) dan kurangnya
kemampuan tenaga pengajar (median 6,0) tidak dianggap sebagai hambatan dalam
pelatihan residen. Dalam periode penelitian, lebih dua pertiga dari program (86
dari 128 responden, 67,2%) tidak membatasi aktivitas residen selama rotasi USG.
Survey CREOG menerima respon dari 4467 dari 4666 peserta ujian (95,7%
tingkat respon). Program residensi berasal dari universitas (63,0%) atau yang
berbasis komunitas (35,0%). Sekitar 73,6% residen partisipan berjenis kelamin
wanita. Lebih dari sepertiga (35,7%) residen partisipan melaporkan bahwa
program fellowship bidang fetomaternal disediakan oleh program mereka. Praktik
post-residensi yang diantisipasi meliputi praktik komunitas (47,2%), praktik
campuran akademis (29,8%), fellowship (13,9%), dan akademis (7,4%).

Rotasi USG obstetrik yang dibutuhkan dikonfirmasi oleh 41,4% residen.


Lebih dari separuh dari residen yang berpartisipasi (64,4%) melaporkan bahwa
program mereka juga menyediakan pelatihan spesifik. Hanya 16,3% responden
yang melaporkan bahwa mereka melakukan dan menginterpretasi USG obstetrik
diagnostik

dalam program mereka. Jumlah waktu yang dialokasikan untuk

pelatihan USG obstetrik dinilai cukup (62,6%), terlalu sedikit (34,1%) atau terlalu
banyak (1,9%). Kualitas dari pelatihan USG prenatal yang mereka ikuti dinilai
komprehensif (23,1%), cukup (52,0%), kurang dari cukup (16,8%), sangat kurang
(5,8%), atau tidak ada (0,8%); 1,5% dari data survey ada yang hilang.
Menariknya, hanya 18,4% residen yang berencana untuk melakukan atau
menginterpretasi pemeriksaan USG obstetrik. Para residen berencana untuk
melakukan scan kehamilan trimester pertama (85,5%), survey anatomis trimester
kedua (46,2%), evalusia pertumbuhan janin trimester ketiga (60,1%), dan scan
terkait anomali kongenital (9,9%).
Daftar berikut ini merangkum komentar dari para kepala program USG.
1. Hambatan dalam belajar mengenai USG obstetrik. Komentar para kepala
program secara umum mengutip tentang kurangnya waktu tenaga pengajar
atau sibuknya praktik klinis sebagai hambatan signifikan dalam pelatihan
residen. Beberapa kepala khawatir dengan program latihan USG yang
terbatas akibat kurikulum yang lain, seperti pelayanan primer dan
berkurangnya jam kerja residen.
2. Waktu kurikulum untuk pelatihan USG janin. Dua model utama disajikan.
Model pertama melibatkan rotasi inti selama satu atau dua tahun pertama
yang sering ditambah dengan pilihan berikutnya. Model yang kedua

meliputi paparan yang bervariasi dan tak tentu waktunya di sepanjang


masa residensi.
3. Status postcall dan pelatihan USG obstetrik. Banyak program yang saat
ini membatasi atau berencana membatasi tanggungjawab residen untuk
rotasi USG jika mereka telah melewati jam kerja yang panjang pada
malam sebelumnya. Beberapa program telah mengimplementasikan sistem
night float untuk mengurangi masalah akibat residen yang kurang tidur/
istirahat langsung bekerja keesokan harinya di unit USG.
4. Pelatihan untuk profil biofisik dan USG endovaginal. Beberapa metode
diberikan dalam mengajar profil biofisik dan USG endovaginal. Banyak
kepala program melaporkan bahwa syarat minimal belum diterapkan dan
pelatihan ini sudah sering diajarkan secara informal (contohnya oleh
residen lain, di IGD).
5. Evaluasi kompetensi USG obstetrik. Beberapa kepala program melaporkan
tidak adanya metode formal yang digunakan untuk mengevaluasi
kompetensi USG obstetrik selama periode survey. Berbagai strategi
meliputi ujian lisan tahunan, observasi kemampuan scanning, dan syarat
daftar kasus yang bervariasi.
6. Usulan untuk meningkatkan pelatihan USG obstetrik. Banyak kepala
program yang menginginkan aloaksi waktu kurikulum yang lebih,
penambahan staf dengan tanggung jawab mengajar, pengembangan
guideline baku pelatihan, yang dapat dihubungkan dengan akreditasi
(misalnya, Recidency Review Committee for Obstetric and Gynecology).
Beberapa individu menunjukkan kebutuhannya akan guideline penilaian
kompetensi dan pelatihan yang terstandarisasi.

Diskusi
Kondisi saat ini dari pelatihan USG untuk residen obstetri dan ginekologi di
Amerika Serikat secara umum dinilai cukup. Sebagian besar dari program yang
berpartisipasi dikelola oleh dokter spesialis obstetri dan ginekologi, yang
kebanyakan di antara mereka memiliki subspesialis di bidang fetomaternal.
Tenaga pengajar tetap dan sonografer berperan penting dalam proses pendidikan
ini. Sekitar separuh dari program yang berpartisipasi menggunakan standar
sonografi obstetrik dari American College of Obstetricians and Gynecologist dan
AIUM. Pelatihan USG janin secara umum tersebar sepanjang 4 tahun pendidikan.
Pengalaman USG dalam praktik, observasi, dan kuliah adalah metode belajar
yang sering digunakan. Sebagai perbandingan, membaca dan membahas material
multimedia dinilai kurang penting oleh kepala program pelatihan USG.
Keterbatasan penelitian yang paling penting berkaitan dengan banyaknya
program dan jumlah waktu (2,4 tahun) yang dibutuhkan untuk menghubungi
tenaga pengajar dan mengumpulkan data. Beberapa program tidak berpartisipasi
pada kasus dimana kurikulum pelatihan USG nya tidak ditekankan. Selama
periode penelitian ini, tujuan pembelajaran CREOG tetap tidak berubah, baik
untuk pengetahuan dan performa terkait pelatihan USG janin. 7,8 Sebagian besar
negara bagian dengan program pendidikan dokter spesialis obstetri dan ginekologi
yang terakreditasi, telah diwakilkan oleh lebih dari separuhnya melalui kepala
program pelatihan USG yang berpartisipasi melalui internet. Sebaliknya,
penetapan data residen diperkirakan mencakup 95,7% responden potensial yang
mengikuti survey dalam ujian CREOG 2003.

Lebih dari sepuluh tahun yang lalu, Ahram et al 9 mengadakan survey nasional
pada 292 program obstetri dan ginekologi di Amerika Serikat untuk mengetahui
seberapa banyak pelatihan USG yang telah memenuhi guideline yang telah
ditetapkan oleh AIUM. Tingkat partisipasi dalam survey mereka sebesar 78,8%,
lebih tinggi dari yang dicapai oleh penelitian kami. Meskipun sebagian besar
responden menyatakan memiliki pelatihan USG dalam program mereka, lebih dari
55% menunjukkan tidak adanya pengalaman residen baik dalam membaca
maupun menulis laporan USG. Hanya 39% kepala program yang melaporkan
pengalaman lebih dari 200 scan USG per residen selama 4 tahun. Lebih terkini,
Kasales et al10 mengadakan survey yang berbeda meliputi 206 program residensi
radiologi

mengenai program latihan sonografi obstetrik. Survey mereka

mendapatkan 29% tingkat respon. Beberapa kekurangan terkait jumlah dan


kualitas dari pelatihan USG dikutip disana. Secara kolektif, kedua penelitian
tersebut menyatakan bahwa banyak program yang tidak sesuai dengan guideline
pelatihan USG janin.
Kompetensi adalah topik yang kompleks yang tergantung kepada ruang
lingkup praktik medis atau prosedur spesifik. Standar pelatihan umum untuk
dokter yang menginterpretasikan USG diagnostik telah ditetapkan oleh AIUM. 11
Mereka telah merekomendasikan batas minimal 300scan bagi dokter yang
melakukan praktik pemeriksaan USG dalam subspesialisasinya, seperi obstetrik.
Dasar untuk menerapkan guideline ini, bagaimanapun, belum secara jelas
disahkan untuk memperoleh standar pelayanan yang sesuai.
Pada peneltian ini, kompetensi merujuk pada kualifikasi dari para tenaga
kesehatan profesional dalam melakukan dan menginterpretasi pemeriksaan USG

prenatal. Hertzber et al12 mencoba untuk menentukan angka minimal kasus yang
dibutuhkan untuk memeperoleh sertifikat dalam permeriksaan USG. Tes
kompetensi diadakan pada 10 orang residen radiologi tahun pertama dengan
tambahan 50 kasus menjadi total 200 pemeriksaan. Masing-masing tes
kompetensi meliputi residen yang melakukan scanning dan menginterpretasi 10
hasil USG dengan perbandingannya yaitu pemeriksaan yang dilakukan oleh
sonografer

dan

diinterpretasikan

oleh

konsulennya.

Meskipun

adanya

perkembangan progresif dari performa residen, performa secara keseluruhan dari


grup dinilai buruk meskipun setelah melibatkan 200 kasus. Hasil mereka
menunjukkan bahwa jumlah scan 200 ataupun kurang tetap tidak memadai bagi
residen radiologi untuk mencapai level kompetensi dalam sonografi. Hanya
10,8% dari scan mereka yang melibatkan subjek hamil.
Kepala program USG menilai bahwa hambatan belajar yang paling signifikan
bagi residen adalah terkait kurikulum yang terbatas dan waktu dari tenaga
pengajar. Banyak tenaga pengajar yang mengalami kesulitan dengan kapasitas
mereka untuk memberikan waktu kurikulum yang diperuntukkan bagi pelatihan
USG janin. Residen obstetri dan ginekologi melaporkan bahwa hanya relatif
sedikit

program

yang

membutuhkan

mereka

untuk

melakukan

atau

menginterpretasikan pemeriksaan USG obstetrik. Kurang dari separuh residen ini


memiliki kesempatan dalam rotasi USG. Situasi ini semakin memburuk akibat
persyaratan Recidency Review Committee for Obstetric and Gynecology untuk
pelatihan terstruktur di layanan primer dan pembatasan jam kerja residen oleh
ACGME.

Banyak kepala program menyatakan kebutuhannya akan alat evaluasi untuk


menilai kompetensi scanning dan kemampuan interpretasi diagnostik. Sebagian
besar program saat ini menggunakan observasi langsung dari scanning sebagai
metode utama evaluasi mereka. Ujian lisan, ter tertulis, dan presentasi anomali
yang belum diketahui, lebih jarang digunakan. Penelitian lebih lanjut dibutuhkan
untuk memperoleh pengertian bagaimana pendekatan untuk evaluasi ini harus
diukur. Dalam konteks ini, salah satu tenaga pengajar memberikan komentar,
Saya khawatir ketika residen diajarkan hingga mereka berpikir bahwa mereka
cukup kompeten, padahal sebenarnya tidak.
Peneliti-peneliti lain telah melaporkan pendekatan inovatif untuk pelatihan
USG. Contohnya, Calhound et al13 melaporkan kurikulum terintegrasi yang telah
sukses dalam mengajarkan sonografi obstetrik menggunakan material bacaan,
kesempatan scanning, bahasan materi CD-ROM, dan kuliah. Pre-test dan post-tes
dilakukan untuk mengukur performa belajar dan lulus untuk mendapatkan
sertifikasi. Monsky et al14 baru-baru ini melaporkan penggunaan simulator USG
untuk pelatihan. Program baru yang lain diimplementasikan oleh Royal College of
Obstetricians. Sebuah program pembelajaran yang komprehensif untuk USG
obstetrik dasar melibatkan sekitar 12-14 sesi praktik, pemenuhan daftar
kemampuan, dan melewati ujian akhir, dan dilaksanakan 2 kali setahun. Pelatihan
teoritis meliputi pemeriksaan dasar, keamanan, metode penentuan usia kehamilan,
dan skrining untuk Sindrom Down. Pelatihan praktik meliputi kemampuan terkait
pasien, penggunaan USG, evaluasi anatomis, dan biometri janin. Partisipan perlu
mengikuti pelatihan di pusat-pusat pelatihan terakreditasi dan dievaluasi setelah
100 jam pelatihan.

Pelatihan USG untuk residen obstetri dan ginekologi diuntungkan oleh


kurikulum inti yang menekankan standar pelatihan minimum dengan hasil
keluaran yang baik. Kemahiran melakukan scanning dan kemampuan interpretasi
diagnostik, bagaimanapun, membutuhkan validasi dari alat evaluasi yang sesuai
untuk menilai kompetensi spesifik. Pengembangan kurikulum juga harus
mempertimbangkan data yang menunjukkan bahwa seperlima dari residen obstetri
dan ginekologi saat ini berencana untuk melakukan atau menginterpretasi USG
obstetrik setelah lulus. Implementasi yang sukses dari pendekatan ini sangat
bergantung terhadap ketersediaan waktu kurikulum. Dari perspektif praktik,
bagaimana cara penerapannya harus disesuaikan dengan kebutuhan individu di
masing-masing program.

Вам также может понравиться