Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
I.1.
Latar Belakang
Salah satu indikator keberhasilan program kesehatan menuju Indonesia Sehat
2010 apabila tercapai penurunan angka kematian ibu dan balita serta tercapainya
perbaikan gizi keluarga. Sasaran yang menjadi prioritas utama adalah golongan
rawan gizi seperti ibu hamil yang mengalami KEK (Kurang Energi Kronik) dan
Anemia Gizi.
Pada kehamilan, anemia adalah suatu kondisi ibu dengan kadar nilai
hemoglobin di bawah 11 g/dl pada trimester I dan III, atau kadar nilai hemoglobin
kurang dari 10,5 g/dl pada trimester II. Menurut kriteria WHO (2000), seorang
wanita hamil dinyatakan anemia apabila memiliki kadar hemoglobin (Hb) <11,0
(g/L)dan volume hematokrit (Ht) <0,33 (g/L).
Anemia pada ibu hamil merupakan masalah kesehatan terkait dengan
insidennya yang tinggi dan komplikasi yang dapat timbul baik pada ibu maupun pada
janin. Di dunia 34 % ibu hamil dengan anemia dimana 75 % berada di negara sedang
berkembang. Di Indonesia, 63,5% ibu hamil dengan anemia.
Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya anemia pada ibu
hamil, salah satunya adalah tingkat sosio ekonomi yang dapat digambarkan dengan
tingkat pendidikan dan pekerjaan. Tingkat sosio ekonomi yang rendah dapat
mempengaruhi kejadian anemia. Angka kejadian anemia pada ibu-ibu dengan
kelompok pekerjaan suami (petani, nelayan, pekerja lepas) lebih tinggi dari
kelompok pekerjaan suami (pegawai negeri, swasta dan dagang). Hal ini mencakup
kemampuan dalam hal membeli dan memenuhi makanan bergizi dan suplemen
tambahan yang dibutuhkan pada saat hamil. Ibu hamil yang berpendidikan rendah
menderita anemia sebanyak 60%, sedangkan ibu hamil yang berpendidikan tinggi
menderita sebanyak 17,4%.
I.2.
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat
hubungan antara tingkat pendidikan, pekerjaan, dan aktifitas fisik ibu-ibu hamil di
wilayah Lenteng dengan kejadian anemia pada ibu hamil.
Tujuan khususnya adalah :
a.
Mengetahui jumlah total ibu hamil yang mengalami anemia dan tidak
mengalami anemia selama kehamilannya.
b.
Mengetahui tingkatan pendidikan, pekerjaan dan aktifitas fisik ibu hamil yang
mengalami anemia dan tidak mengalami anemia.
c.
I.4.
Manfaat Penelitian
Hal berikut ini adalah macam-macam manfaat penelitian yang dapat
diperoleh:
a.
b.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk masukan bagi Puskesmas
dalam memberikan informasi kepada pasien, melakukan tindakan pencegahan dan
penanganan anemia pada Ibu Hamil.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1.
Definisi
Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin di
bawah 11 gr% pada trimester I dan III atau kadar hemoglobin <10,5 gr% pada
trimester II. Anemia adalah kondisi dimana sel darah merah menurun atau
menurunnya hemoglobin, sehingga kapasitas daya angkut oksigen untuk kebutuhan
organ-organ vital pada ibu dan janin menjadi berkurang. Selama kehamilan, indikasi
anemia adalah jika konsentrasi hemoglobin kurang dari 10,50 sampai dengan 11,00
gr/dl.
Jumlah zat besi yang dibutuhkan seorang wanita pada saat hamil yaitu sekitar
1000 mg. Kebutuhan zat besi pada kehamilan trimester I relatif sedikit, yaitu 0,8 mg
sehari yang kemudian meningkat tajam selama kehamilan trimester II dan III, yaitu
6,8 mg sehari.
II.2.
Etiologi
Anemia pada kehamilan yang terjadi pada trimester pertama sampai ketiga
Faktor umur ibu hamil berkontribusi terhadap kejadian anemia selama hamil,
Ibu hamil yang berusia kurang dari 20 tahun masih membutuhkan zat besi lebih
untuk keperluan kebutuhan pertumbuhan diri sendiri dan juga untuk janinnya. Oleh
karena itu, hamil di usia 20 tahun dengan asupan gizi yang tidak adekuat memiliki
resiko anemia defisiensi besi penelitian Nelwanti (2005) menemukan bahwa ibu
hamil yang menderita anemia paling bayak pada usia resiko yaitu kurang dari 20
tahun sebesar 58%.
Paritas secara luas mencakup gravid/jumlah kehamilan yaitu kehamilan yang
berulang atau jumlah partus yang banyak lebih meningkat kejadian anemia akibat
banyaknya darah yang keluar selama proses persalinan, angka kejadian pada
kehamilan makin tinggi dengan semakin tingginya paritas. Penelitian Sidabuke
(2003) menjelaskan bahwa terjadi peningkatan anemia pada ibu hamil dengan paritas
5 sebesar 36,23%.
Jarak antara kehamilan yang pendek (kurang dari 2 tahun) mempunyai resiko
untuk menderita anemia menurut anjuran yang dikeluarkan oleh badan koordinasi
keluarga berencana (BKKBN) jarak kelahiran yang ideal adalah 2 tahun atau lebih
karena jarak kelahiran yang pendek akan menyebabkan seorang ibu belum cukup
untuk memulihkan kondisi tubuhnya setelah melahirkan sebelumnya. Maka semakin
pendek jarak kehamilan resiko terjadi anemia makin meningkat.
Faktor yang menggambarkan tingkat sosio ekonomi salah satunya adalah
tingkat pendidikan dan pekerjaan. Tingkat sosio ekonomi yang rendah dapat
mempengaruhi kejadian anemia. Angka kejadian anemia pada ibu-ibu dengan
kelompok pekerjaan suami (petani, nelayan, pekerja lepas) lebih tinggi dari
kelompok pekerjaan suami (pegawai negeri, swasta dan dagang). Hal ini mencakup
kemampuan dalam hal membeli dan memenuhi makanan bergizi dan suplemen
tambahan yang dibutuhkan pada saat hamil.. Ibu hamil yang berpendidikan rendah
menderita anemia sebanyak 60%, sedangkan ibu hamil yang berpendidikan tinggi
menderita sebanyak 17,4%.
Pemeriksaan Antenatal Care, pada pemeriksaan antenatal dilakukan
pemantauan dan pemeriksaan terhadap keadaan anemia pada ibu hamil sehingga
apabila ibu menderita gejala anemia dapat dideteksi sedini mungkin dengan
pemeriksaan antenatal yang secara teratur untuk diberi penanganan segera. Pada
pemeriksaan ini tablet penambahan darah (tablet Fe) juga diberikan pada ibu yang
tidak mengalami anemia untuk mencegah terjadinya anemia. Pada beberapa
penelitian yang sudah dilakukan bahwa jumlah penderita semakin menurun pada
kelompok yang sering mengunjungi klinik antenatal dan meningkat pada kelompok
yang tidak melakukan pemeriksaan antenatal.
II.3.
Epidemiologi
Kematian ibu 15-20% secara langsung atau tidak langsung berhubungan
Klasifikasi
Anemia dalam kehamilan dapat diklasifikasikan menjadi anemia gizi besi
Gejala-gejala dapat berupa kepala pusing, palpitasi, berkunangkunang, perubahan jaringan epitel kuku, gangguan sistem neurumuskular,
lesu, lemah, lelah, disphagia dan pembesaran kelenjar limpa.
Ciri-ciri anemia defisiensi besi :
Mikrositosis
Hipokromasia
Anemia ringan tidak selalu menimbulkan ciri khas bahkan banyak
Anemia Megaloblastik
Anemia megablastik dalam kehamilan disebabkan karena defisisiensi
asam folik (pteroylglutamic acid), jarang sekali karena defisiensi vitamin B12
(cyanocobalamin).
Gejala-gejalanya:
Malnutrisi
Glositis berat (Lidah meradang, nyeri)
Diare
Kehilangan nafsu makan
Ciri-ciri anemia megaloblastik
Megaloblast
Promegaloblast dalam darah atau sumsum tulang
Anemia makrositer dan hipokrom dijumpai bila anemianya sudah
berat. Hal itu disebabkan oleh defisiensi asam folat sering
berdampingan dengan defisiensi besi dalam kehamilan
Dalam pengobatan anemia megalioblastik dalam kehamilan sebaiknya
bersama sama dengan asam folik diberikan pula besi. Tablet asam folik
diberikan dalam dosis 15 30 mg sehari. Jika perlu, asam folik diberikan
dengan suntikan dalam dosis yang sama.
Anemia Hipoplastik
Anemia hipoplastik pada wanita hamil adalah anemia yang
disebabkan karena sumsum tulang kurang mampu membuat sel-sel darah
baru. Pengobatan dengan berbagai obat penambah darah tidak memberi hasil
sehingga satu-satunya cara untuk memperbaiki keadaan penderita adalah
Anemia Hemolitik
Anemia hemolitik disebabkan karena penghancuran sel darah merah
berlangsung lebih cepat dari pembuatannya. Wanita dengan anemia hemolitik
sukar menjadi hamil; apabila ia hamil, maka anemianya biasanya menjadi
seperti
anemia,
hemoglobinemia,
hemoglobinuria,
Diagnosis
Untuk menegakkan diagnosis anemia pada ibu hamil, dapat dilakukan dengan
anamnesis. Pada anamnesis, akan didapatkan keluhan cepat lelah, sering pusing,
mata berkunang-kunang, dan keluhan mual-muntah yang lebih hebat pada kehamilan
muda. Pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat dilakukan dengan menggunakan alat
Sahli. Dari hasil pemeriksaan Hb dengan alat Sahli, kondisi Hb dapat digolongkan
sebagai berikut :
Hb 11 gr% tidak anemia
Hb 9-10 gr% anemia ringan
Hb 7-8 gr% anemia sedang
Hb <7 gr% anemia berat
Selain pemeriksaan hemoglobin, juga dapat dilakukan pemeriksaan
hematokrit, dan indeks-indeks sel darah merah, pemeriksaan cermat terhadap sedian
apus darah tepi dan pengukuran konsentrasi besi atau ferritin serum, atau keduanya.
II.6. Patofisiologi
Pada kehamilan relatif terjadi anemia karena darah ibu mengalami hemodilusi
(pengenceran) dengan peningkatan volume 30% sampai 40% yang puncaknya pada
kehamilan 32 sampai 34 minggu. Bila kadar hemoglobin ibu sebelum hamil sekitar
11 g/dl maka dengan terjadinya hemodilusi akan mengakibatkan anemia hamil
fisiologis, dan kadar Hb ibu akan menjadi 9,5 sampai 10 g/dl.
Anemia dalam kehamilan disebabkan karena dalam kehamilan, kebutuhan
akan zat-zat makanan bertambah dan terjadi pula perubahan-perubahan dalam darah
dan sumsum tulang. Volume darah bertambah banyak dalam kehamilan yang lazim
disebut hidremia atau hipervolemia. Akan tetapi bertambahnya sel-sel darah kurang
Gejala
Terdapat beberapa gejala dari anemia pada kehamilan, terdiri dari gejala
kuku.
Gejala Khas Defisiensi Besi
Gejala yang khas dijumpai pada defisiensi besi, tetapi tidak dijumpai
pada anemia jenis lain adalah :
Koilonychia, yaitu kuku sendok (spoon nail), kuku menjadi rapuh,
bergaris-garis vertikal dan menjadi cekung sehingga mirip sendok.
Atrofi papil lidah, yaitu permukaan lidah menjadi licin dan mengkilap
karena papil lidah menghilang.
Stomatitis angularis (cheilosis), yaitu adanya peradangan pada sudut
mulut sehingga tampak sebagai bercak berwarna pucat keputihan.
Disfagia, yaitu nyeri menelan karena kerusakan epitel hipofaring.
II.8.
Pengobatan
Pengobatan anemia biasanya dengan pemberian tambahan zat besi. Sebagian
besar tablet zat besi mengandung ferosulfat, besi glukonat atau suatu polisakarida.
Tablet besi akan diserap dengan maksimal jika diminum 30 menit sebelum makan.
Biasanya cukup diberikan 1 tablet/hari, kadang diperlukan 2 tablet. Kemampuan usus
untuk menyerap zat besi adalah terbatas, karena itu pemberian zat besi dalam dosis
yang lebih besar adalah sia-sia dan kemungkinan akan menyebabkan gangguan
pencernaan dan sembelit. Zat besi hampir selalu menyebabkan tinja menjadi
berwarna hitam, dan ini adalah efek samping yang normal dan tidak berbahaya.
II.9.
akan melahirkan bayi yang mempunyai persediaan zat besi sedikit atau tidak
mempunyai persediaan zat besi sama sekali di dalam tubuhnya walaupun tidak
menderita anemia. Jika setelah lahir bayi tersebut tidak mendapatkan asupan zat besi
yang mencukupi, bayi akan berisiko menderita anemia.
Anemia berat yang tidak diobati dalam kehamilan muda dapat menyebabkan
abortus, dan dalam kehamilan tua dapat menyebabkan partus lama, perdarahan
postpartum. Selain itu, anemia pada ibu hamil juga dapat mengakibatkan daya tahan
ibu menjadi rendah terhadap infeksi dan kurang mampu menolerir perdarahan ketika
melahirkan.
Anemia gizi besi pada wanita hamil mengakibatkan peningkatan angka
kesakitan dan kematian ibu, peningkatan angka kesakitan dan kematian janin dan
peningkatan risiko bayi dengan berat badan lahir rendah.
10
BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1.
ini adalah :
Variabel Independen
Variabel Dependen
Tingkat Pendidikan
Anemia
Aktifitas Fisik
3.2.
Definisi Operasional
11
3.3
Hipotesis
12
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1.
Rancangan Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik dengan desain
penelitian cross sectional yaitu penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk
mempelajari adanya suatu dinamika korelasi (hubungan) antara faktor resiko dan
efek. Dilakukan dengan menggunakan pendekatan observasi dan pengumpulan data
sekaligus pada satu saat. Tiap subyek penelitian hanya satu kali saja dilakukan
observasi.
4.2.
UPT Lenteng dengan jumlah 528 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan
adalah teknik sampling nonprobabilitas, teknik pengambilan sampel yang ditentukan
sendiri oleh peneliti, dengan metode Purposive Sampling atau jugmental sampling
yang mana artinya penarikan sampel secara purposif merupakan cara penarikan
sampel yang dilakukan memilih subjek berdasarkan kriteria spesifik yang ditetapkan
peneliti. Dimana pada penelitian ini peneliti memakai kriteria inklusi dan eksklusi.
Maka dari metode diatas didapatkan pada desa E.Daya I sebanyak 30 orang,
Cangkreng 35 orang, madelan 36 orang, E.Laok 40 orang, E.daya II 28 orang,
13
4.4.
Wanita hamil semua trimester pada tahun 2015 yang diperiksa HB.
Semua wanita hamil yang tercatat.
4.5.
4.6.
menggunakan software komputer yaitu Statistic Package for Social Science (SPSS)
17.0 dan Microsoft Word tahun 2010. Untuk melihat hubungan antara Anemia
dengan tingkat pendidikan dan aktifitas fisik pada ibu hamil di UPT Lenteng dan
akan dianalisis menggunakan uji statistik chi-square".
14
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Gambaran Umum Wilayah Kecamatan Lenteng
5.1.1 Keadaan Umum
a. Keadaan Geografis
Puskesmas Lenteng merupakan puskesmas yang ada di Kecamatan
Lenteng, Kabupaten Sumenep. Lokasi Puskesmas Lenteng berada Jalan Raya
Lenteng. Transportasi antar wilayah dihubungkan dengan jalan darat. Jalan
utama desa sebagian besar sudah beraspal dan mudah dijangkau dengan
sarana transportasi. Tetapi akses jalan dalam satu desa masih banyak yang
belum beraspal dan masih sulit diangkau oleh sarana transportasi darat, hal ini
akibat kondisi jalan yang menanjak, berliku, sempit dan sebagian besar
jalannya masih berupa jalan macadam (Anonim, 2013).
Luas wilayah kerja Puskesmas Lenteng sekitar 32,93 km2, dengan
prosentase wilayah dataran rendah 53,5% dan dataran tinggi 46,5%, yang
terdiri dari 10 desa dan semuanya dapat dijangkau dengan kendaraan roda
empat.
Batas-batas wilayah UPTD Puskesmas Lenteng adalah sebagai berikut:
1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Rubaru
2. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Batuan
3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Wilayah Kerja Puskesmas Moncek
4. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Ganding
Desa Cangkreng termasuk dalam wilayah Kecamatan Lenteng,
Kabupaten Sumenep, Provinsi Jawa Timur. Terdiri dari tiga dusun, secara
geografis desa ini di sisi utara berbatasan dengan Desa Medellan, di sisi timur
berbatasan dengan Sendir, di sisi selatan berbatasan dengan Desa Kambingan,
di sisi barat berbatasan dengan Desa Poreh. Pada tahun 2013, jumlah Kepala
Keluarga di Desa Cangkreng berjumlah 849 Kepala Keluarga, dengan jumlah
15
penduduk keseluruhan sebesar 2537 orang, yang terdiri dari 1253 laki-laki
dan 1284 perempuan.
: 482 orang
: 7.494 orang
16
Adapun distribusi penduduk menurut jenis kelamin dapat dilihat pada tabel
berikut:
LAKI-LAKI
UMUR
PEREMPUAN
247
555
351
1,805
1,909
1,309
1,418
1,620
1,271
1,234
1,460
874
786
1,499
1,128
0-1
1-4
5-9
10-14
15-19
20-24
25-29
30-34
35-39
40'44
45-49
50-54
55-59
60-64
> 65
235
736
530
1,600
1,223
1,546
1,353
1,796
1,264
1,415
1,597
989
853
1,628
1,322
Lenteng
merupakan
Puskesmas
Perawatan,
dimana
dalam
17
pelayanan kesehatan yang ada di wilayah Puskesmas Lenteng dapat dilihat pada tabel
berikut ini:
No
Jenis pelayanan
1
Puskesmas Pembantu (Pustu)
b.
2
Pondok Bersalin Desa (Polindes)
3
Poskesdes
4
Posyandu
5
Poskestren
6
Puskesmas Keliling
7
Posyandu Lansia
Sarana Tenaga Kesehatan
Jumlah
2
9
10
50
2
1
24
No
Jenis tenaga (kualifikasi)
1
Dokter (Kepala Puskesmas)
2
Dokter gigi
3
D3 Kebidanan (PTT/PNS/Sukwan)
4
SPK
5
D3 Keperawatan
6
Perawat gigi
7
D3 Gizi
8
Asisten apoteker
9
D3 Laboratorium
10
Tenaga Administrasi
11
Tenaga KKL
12
Bidan di desa (PTT/PNS)
Sarana Transportasi
Jumlah
1
1
24 (4/11/9)
2
9
1
1
2
1
6
1
9 (4/5)
18
a.
Frekuensi (orang)
21
38
17
7
4
3
90
Persentase (%)
23.3
42.4
18.9
7.8
4.4
3.3
100.0
19
Tinggi Badan
150 159 cm
160 169 cm
170 179 cm
180 189 cm
Total
Frekuensi (orang)
34
40
14
2
90
Persentase (%)
37.8
44.4
15.6
2.2
100.0
Dan pada tekanan darah diastol pada kategori <80 mmHg ada
sebanyak 58 orang (64.4%). Sedangkan untuk jumlah responden yang paling sedikit
untuk tekanan darah sistol berada pada kategori 140 159 mmHg sebanyak 1 orang
(1,1%). Pada tekanan darah diastol jumlah responden paling sedikit berada pada
20
kategori >100 mmHg sebanyak 3 orang (3.3%). Hal ini dapat dilihat pada tabel 5.5.
dan tabel 5.6.
Frekuensi (orang)
48
41
1
90
Persentase (%)
53.3
45.6
1.1
100.0
Frekuensi (orang)
58
25
4
3
90
Persentase (%)
64.4
27.8
4.4
3.3
100.0
Tekanan darah sistol terendah adalah 90 mmHg dan tertinggi adalah 140
mmHg. Hal ini menunjukkan rentang nilai tekanan darah sistol sampel adalah 50
mmHg.. Tekanan darah diastol terendah adalah 50 mmHg dan tertinggi adalah 100
mmHg. Hal ini menunjukkan bahwa rentang nilai tekanan darah diastol sampel
adalah 50 mmHg.
5.1.5. Hasil Analisis Statistik
a. Hubungan Indeks Massa Tubuh dengan Tekanan Darah Sistol
Sebanyak 90 responden diperiksa dan diambil data datanya apabila telah
memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Data yang telah dikumpulkan dianalisis
melalui uji hipotesis korelasi pearson.
21
Dari penelitian, didapatkan rata rata IMT sebesar 21.7 dengan standard
devisiasi 3.6 dan rata rata tekanan darah sistol sebesar 113.3 dengan standard
devisiasi 3.6. Hal ini dapat dilihat dari tabel 5.7.
Tabel 5.7. Hubungan Indeks Massa Tubuh dengan Tekanan Darah Sistol pada
siswa SMA Swasta Pencawan Medan
Variabel
Mean
Indeks Massa 21.7
Tubuh (IMT)
Tekanan
113.3
Darah Sistol
SD
12.3
P value
0.333
r
0.103
3.6
Dari hasil uji korelasi pearson didapat p value yang sebesar 0.333 dan r =
0.103. Karena nilai p yang diperoleh lebih besar dari 0.05 ( = 0.05), maka hipotesis
nol dalam penelitian ini di terima sedangkan hipotesis alternatif ditolak dan dengan
didapat nilai r = 0.103, hal ini menyatakan derajat keeratan tingkat sangat rendah
sesuai dengan tabel penafsiran korelasi pearson (Wahyuni,2007). Dengan demikian,
dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara Indeks Massa Tubuh dengan
Tekanan darah Sistol.
b. Hubungan Indeks Massa Tubuh dengan Tekanan Darah Diastol.
Dari penelitian, didapatkan rata rata IMT sebesar 21.7 dengan standard
devisiasi 3.6 dan rata rata tekanan darah diastol sebesar 70.3 dengan standard
devisiasi 12.0. Hal ini dapat dilihat dari tabel 5.8.
Tabel 5.8. Tabel Hubungan Indeks Massa Tubuh dengan Tekanan Darah Diastol
pada siswa SMA Swasta Pencawan Medan
Variabel
Mean
Indeks
Massa 21.7
Tubuh (IMT)
Tekanan Darah 70.3
SD
3.6
P value
0.910
r
0.012
12.0
22
Diastol
Pada uji korelasi pearson didapat r = 0.012 dan p value = 0.910. Karena nilai
p > 0.05 ( = 0.05), maka hipotesis nol dalam penelitian ini di terima sedangkan
hipotesis alternative ditolak dan dengan didapat nilai r = 0.012, hal ini menyatakan
derajat keeratan tingkat sangat rendah sesuai dengan tabel penafsiran korelasi
pearson (Wahyuni,2007). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tidak ada
hubungan antara Indeks Massa Tubuh dengan Tekanan Darah Diastol.
5.2. Pembahasan
5.2.1. Karakteristik Responden
Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan adanya variasi karakteristik
responden berdasarkan umur, berat badan, dan tinggi badan.
Pada penelitian ini kebanyakan responden berumur 17 tahun . Hal ini dapat
dilihat pada tabel 5.1. sebanyak 52 orang (57.8%) dan 7 orang (7.8%) berumur 15
tahun, sedang responden dengan umur 16 tahun berjumlah 14 orang (15.6%) dan 18
tahun berjumlah 10 orang (11.1%). Sementara responden umur 19 tahun berjumlah 6
orang (6.7%), dan yang paling sedikit adalah responden umur 20 tahun yaitu
sejumlah 1 orang (1.1%). Hal ini dapat menunjukkan bahwa siswa siswi yang
bersedia dilakukan penelitian lebih banyak pada umur 17 tahun.
Berdasarkan berat badan, jumlah responden terbanyak berada pada kelompok
berat badan 50 59 kg. Hal ini merupakan rentang yang normal bagi remaja usia 15
18 tahun Kelompok interval tinggi badan paling banyak adalah kelompok dengan
interval 160 169 cm, yaitu sejumlah 40 orang (44,4). Hal ini menunjukkan
kecenderungan tinggi badan yang hampir seragam pada sebaran responden
penelitian.
.
5.2.2. Indeks Massa Tubuh
23
24
25
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Dari uraian-uraian yang telah dipaparkan, maka dalam penelitian ini dapat
disimpulkan, yaitu :
a) Dari penelitian yang dilakukan terhadap 90 responden yang menjadi sampel
didapati bahwa sebanyak 55 orang termasuk dalam kategori normal (61,1%)
sedang untuk kategori kurus didapati sebanyak 20 orang (22,2%) dan untuk
kategori gemuk didapati sebanyak 15 orang (16,7%).
b) Dari 90 responden dalam penelitian ini sebanyak 48 orang (53,3%) untuk
tekanan darah sistol berada pada kategori <120 mmHg sedangkan untuk tekanan
darah diastol sebanyak 58 orang (64,4%) berada pada kategori <80 mmHg.
Untuk TDS yang kategori 140 159 mmHg ada sebanyak 1 orang (1,1%)
sedangkan TDD untuk kategori >100 mmHg terdapat sebanyak 3 orang (3,3%).
c) Secara statistik dari hasil uji korelasi pearson didapatkan (p > 0,05 dan r =
0,103) untuk sistol dan (p > 0,05 dan r = 0,012) untuk diastol maka dapat
disimpulkan tidak adanya korelasi antara indeks massa tubuh dengan tekanan
darah.
6.2. Saran
Beberapa saran yang dapat peneliti berikan berdasarkan hasil penelitian ini
adalah:
a) Masukan kepada sekolah agar lebih sering mengarahkan dan memberikan
pengetahuan tentang pentingnya olahraga dalam menjaga kesehatan dan
kebugaran tubuh.
b) Saran kepada masyarakat khususnya keluarga siswa agar sama- sama menjaga
pola hidup sehat dikeluarga dan sering men
c) Saran kepada peneliti selanjutnya adalah melakukan penelitian tentang peran ibu
terhadap diare pada balita secara lebih mendalam, antara lain faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi perilaku ibu terhadap diare misalnya faktor norma sosial,
26
status sosial ekonomi, dan unsur lain dalam individu atau. Dengan diketahuinya
pengaruh berbagai faktor tersebut terhadap tindakan ibu, diharapkan perilaku
kesehatan dalam masyarakat mengenai diare dapat semakin baik dan dapat
mengurangi morbiditas dan mortalitas akibat diare pada balita.
27