Вы находитесь на странице: 1из 46

HAK DAN

KEWAJIBAN

Hak berkatian erat dengan posisi


manusia terhadap negara dan dengan
manusia sebagai subyek hukum.
Hak berhubungan erat dengan manusia
sebagai makhluk moral.

HAKIKAT HAK DAN JENIS-JENISNYA

Zaman Yunani Kuno, Plato dan Aristoteles belum


berbicara tentang hak dalam arti yang sebenarnya.
Tidak ada dalam bahasa Yunani kata yang
menunjukkan hak.
Bahasa Latin memiliki kata ius-iuris, dalam
pemikiran Roma Kuno yang menunjukkan hukum
dalam arti objektif: Keseluruhan undang-undang,
aturan-aturan dan lembaga-lembaga yang
mengatur kehidupan masyarakat demi kepentingan
umum (hukum dalam arti law, bukan right).

Akhir abad pertengahan ius dalam arti


subyektif, bukan benda yang dimiliki oleh
seseorang, melainkan ciri yang dimiliki oleh
seseorang, yaitu kesanggupan seseorang
untuk sesuka hati menguasai sesuatu atau
melakaukan seseuatu (right, bukan law).
Akhir abad 17 dan dalam abad 18 timbul
pengertian hak dalam arti modern: ciri yang
berkaitan dengan manusia yang bebas,
terlepas dari setiap ikatan dengan hukum
objektif.

H.L. Hart menegaskan bahwa hak dalam


arti modern itu baru bisa timbul sesudah
diakui kebebasan dan otonomi setiap
manusia.
Keinsafan akan martabat manusia
sebagai makhluk yang bebas dan
otonom merupakan syarat mutlak yang
memungkinkan diakuinya hak-haknya.

HAKIKAT HAK

Hak merupakan klaim yang dibuat oleh


orang atau kelompok yang satu terhadap
yang lain atau terhadap masyarakat.
Hak adalah klaim yang sah atau klaim
yang dapat dibenarkan.

HAK LEGAL DAN MORAL

Hak Legal adalah hak yang didasarkan


atas hukum dalam salah satu bentuk.
Hak-hak legal berasal dari undangundang, peraturan hukum atau dokumen
legal lainnya.
Hak legal didasarkan atas prinsip hukum.
Hak legal berfungsi dalam sistem Hukum

Hak moral berfungsi dalam sistem


moral.
Hak moral didasarkan atas prinsip dan
peraturan etis saja.
Banyak hak moral termasuk hak legal.
Hak legal belum tentuk hak moral:
contoh di AS sebelum 1954 terjadi
diskriminasi.
Secara ideal hak legal pada dasarnya
merupakan suatu hak moral juga.

Hak legal sepatutnya mempunyai moral


force, D. Lyons: daya etis yang
memungkinkan mempertanggungjawabkan
hak legal itu secara etis juga.
Di sisi lain, hak moral sering kali (tapi tidak
selalu) pantas diberi dasar hukum pula.
Hak moral akan lebih efektif dan
mempunyai kedudukan lebih kukuh dalam
masyarakat, jika didukung dan dilindungi
oleh status hukum.

Hak-hak konvensional (T. L. Beauchamp) ada hak


yang tidak bersifat legal maupun moral. (aturan
dalam permainan atau olahraga).
Hak-hak yang tunduk pada aturan-aturan atau
konvensi-konvensi yang disepakati bersama.
Hak-hak konvensional berbeda dengan hak-hak
moral karena hanya tergantung pada aturan atau
konvensi yang menguasai permainan atau
keanggotaan.
Hak-hak ini berbeda dengan hak-hak legal karena
tidak tercantum dalam suatu sistem hukum.

Apakah sungguh-sungguh ada hak moral?

Jeremy Bentham (1748-1832) seorang filsuf Inggris


menyatakan bahwa hak selalu berarti hak legal dan ia
bahkan tidak dapat membayangkan hak moral yang
berbeda dengan hak legal. Right is with me the child
of lawa natural right is a son that never had a father.
Bentham tidak bisa menerima pikiran bahwa pada awal
mula sejarah sudah ada hak, sedangkan negara,
pemerintah dan undang-undang belum ada.
Hak moral adalah omong kosong belaka Natural right
is simple nonsense: natural and imprescriptible rights
rhetorical nonsense upon stilts.

Alasdair Macintyre menyatakan bahwa hak-hak moral merupakan


produk suatu keadaan historis dan sosial yang tertentu.
Hak hanya ada karena berkaitan dengan sejumlah aturan yang
berlaku dalam masyarakat atau periode sejarah yang tertentu.
Seandainya ada hak-hak moral, maka hak-hak itu akan berlaku
universal.
Tapi pada kenyataanya hak selalu tergantung dari suatu konstelasi
sosial yang tertentu. Kalau konstelasi itu tidak ada, maka berbicara
tentang hak menjadi sama dengan berbicara tentang cek pembayaran
dalam suatu masyarakat yang tidak mengenal lembaga uang.
Sebagaimana kata hak tidak ada dalam banyak bahasa seperti
Ibrani, Yunani, Latin dan Arab sebelum kira-kira tahun 1400. there are
no such rights, and belief in them is one with belief in withches and in
unicorns.
Hak moral tidak lebih dari fiksi atau khayalan.

Konflik antara hak moral dan hak legal, merupakan


sanggahan terhadap kedua pandangan tersebut.
Dalam sejarah terjadi hak-hak legal bertentangan
dengan etika.
Hak-hak legal tersebut menjadi tidak etis ketika hakhak legal itu dikritik dengan suatu norma moral.
Hak legal yang ditolak, dipertentangkan dengan hak
moral yang tidak atau belum mempunyai status
legal.
Hak moral merupakan kenyataan bukan fiksi saja.

Paham Betham, yang mengandaikan begitu saja


bahwa setiap hak harus diakui secara sosial dan
harus bisa dipaksakan.
Hak yang tidak ada sanksinya menurut dia
bukan hak, adalah tidak benar.
Bentham menuntut terlalu banyak untuk hakhak moral. Ia bertolak dari paham yang hanya
belaku untuk hak legal.
Nasib moralitas bertentangan dengan legalitas
memang sering kali bahwa tidak ada sanksi lain
dari pada hati nurani pribadi.

JENIS-JENIS HAK
Hak Khusus dan Hak Umum

Hak khusus timbul dalam suatu relasi khusus antara


beberapa manusia atau karena fugsi khusus yang
dimiliki orang satu terhadap orang lain (hak yang
hanya dimilik oleh satu atau beberapa manusia. mis:
perjanjian pinjaman.)
Hak umum dimiliki manusia bukan karena hubungan
atau fungsi tertentu, melainkan semata-mata karena
ia manusia.
Hak ini dimiliki oleh semua manusia tanpa kecuali:
natural right atau human right (hak asasi manusia).

Hak Positif dan Hak Negatif


Hak negatif, jika saya bebas untuk melakukan
sesuatu atau memiliki sesuatu, dalam arti: orang lain
tidak boleh menghindari saya untuk melakukan atau
memiliki hal itu.
Hak negatif sepadan dengan kewajiban orang lain
untuk tidak melakukan sesuatu, yaitu tidak
menghindari saya untuk melaksanakan atau
memiliki apa yang menjadi hak saya.
Contoh: hak atas kehidupan kesehatan, hak
beragama, hak mengemukankan pendapat, hak
berkumpul dengan orang lain, dsb.

Hak positif, jika saya berhak bahwa orang lain


berbuat sesuatu untuk saya.
Contoh: Hak untuk ditolong ketika dalam bahaya
maut, hak atas makanan, pendidikan, pelayanan
kesehatan, pekerjaan yang layak dan seterusnya.
Perbedaan hak negative dan positif kadang tidak
dapat dibedakan secara tajam, misalnya: hak atas
kesehatan merupakan suatu hak negatif, tetapi
hak atas pelayanan kesehatan bagi orang sakit,
merupakan hak positif. (Betham: hak majemuk

Hak negative: hak aktif dan pasif

Hak negative aktif adalah hak untuk berbuat


atau tidak berbuat seperti orang kehendaki (hak
kebebasan).
Contoh: hak berpergian, hak bicara, dsb.
Hak negative pasif adalah hak untuk tidak
diperlakukan orang lain dengan cara tertentu
(hak keamanan).
Contoh: orang lain tidak campur dalam urusan
pribadi, rahasia tidak dibongkar, nama baik
tidak dicemarkan, keutuhan tubuh tidak
diganggu, dsb.

Hak Individual dan Hak Sosial


Seperti yang terdapat dalam Deklarasi Universal tentang Hak-hak Asasi
Manusia (1948):
1. Ada hak yang dimiliki individu-individu tehadap negara. Negara
tidak boleh menghindari atau menggangu individu dalam mewujudkan
hak-hak ini, seperti hak mengikuti hati nurani, hak beragama, hak
berserikat, hak mengemukakan pendapat. Individu bebas untuk
mengikuti hati nurani dan mewujudkan hak-hak lainnya (hak-hak
negative).
2. Ada hak yang dimiliki manusia bukan terhadap negara, melainkan
justru sebagai anggota masyarakat bersama dengan anggotaanggota lain, yang disebut hak sosial. Contoh: hak atas pekerjaan,
hak atas pendidikan, hak atas pelayanan kesehatan (hak positif).
Perbedaaan:
- Blok komunis, hak-hak manusia yang terpenting adalah hak-hak
sosial.
- Blok barat, hak-hak manusia yang terpenting adalah hak individual

MASALAH-MASALAH HAK

Keabosolutan Hak.
Adakah hak yang begitu kuat, sehingga
harus dianggap absolute?
Suatu hak adalah absolute, jika berlaku
mutlak, tanpa pengecualian.
Suatu hak adalah absolute, jika berlaku
selalu dan di mana-mana, tak dipengaruhi
oleh keadaan.
Hak yang tidak mungkin mengalami konflik
dengan hak lain.

1.

2.

Pada refleksi lebih lanjut menjadi jelas bahwa tidak ada


banyak hak yang sungguh-sungguh absolute.
Para ahli etika mengatakan bahwa kebanyakan hak adalah
hak prima facie (hak pada pandangan pertama), yaitu hak itu
berlaku sampai dikalahkan oleh hak lain yang lebih kuat.
Contoh:
Hak atas kehidupan merupakan hal yang penting tetapi
tidak absolute (hukuman mati, membela Negara, membela
diri).
Hak kebebasan. Tidak seorang pun boleh ditahan begitu saja
atau dirampas kebebasannya (tetapi tidak absolute). Pasien
psikiatris yang berbahya bagi masyarakat dapat saja
dipaksa untuk dirawat dalam rumah sakit jiwa, walaupun ia
tidak mau.

Peluang lebih besar untuk dianggap absolute


adalah hak-hak negative pasif (beberapa),
karena tidak perlu berkonflik dengan hak-hak
lain. Contoh: hak untuk tidak dikenakan
siksaan, tidak diperlakukan dengan cara
kejam atau tidak berperikemanusiaan,
dsb.nya (hak-hak yang dirumuskan dalam
Pasal 5 dari Deklarasi Universal tentang Hakhak Asasi Manusia).
Kasus introgasi seorang teroris?

Hak-hak positif pasti tidak bersifat absolute,


karena selalu bisa berkonflik dengan hak orang
lain.
Contoh: Kewajiban menolong orang yang
tenggelam, tetapi tidak dapat berenang.
Hak-hak positif yang juga termasuk sosial,
misalnya hak dalam Deklarasi Universal tentang
Hak-hak Asasi Manusia (pasal 22-27): hak atas
makanan, pendidikan, pelayanan kesehatan,
pekerjaan dan sebagainya. Tidak absolute.
Cth. Kekurangan sandang pangan

HUBUNGAN ANTARA HAK


DAN KEWAJIBAN

Bedanya dengan hak sebagai topik yang masih agak baru,


kewajiban mempunyai tradisi yang lama sekali.
Buku-buku etika berisikan kewajiban terhadap Tuhan, agama,
raja/penguasa, negara, atau kelompok khusus di mana orang
menjadi anggota (keluarga, kalangan profesi, dan sebagainya).
Hak memungkinkan untuk menagih kewajiban. (hak sebagai
klaim)
Teori korelasi (utiliterisme): setiap kewajiban seseorang
berkaitan dengan hak orang lain, dan sebaliknya setiap hak
seseorang berkaitan dengan kewajiban orang lain untuk
memenuhi hak tersebut.
Hak baru dapat dibicarakan dalam arti sesungguhnya jika ada
korelasi. Hak yang tidak ada kewajiban yang sesuai dengannya
tidak pantas disebut hak.

Hubungan Hak dan Kewajiban


Di pandang dari Segi Kewajiban

Teori korelasi ini menunjukkan adanya hubungan timbal


balik antara hak dan kewajiban, tapi tidak bisa dikatakan
bahwa hubungan itu mutlak tanpa pengecualian.
Tidak selalu kewajiban satu orang sepadan dengan hak
orang lain.
Malahan dalam konteks kewajiban legal pun kewajiban
yang didasarkan pada suatu peraturan resmi tidak selalu
ada hak yang sesuai dengannya.
Mis:
Pengemudi mobil wajib berhenti, bila lampu lalu lintas
merah menyala, tapi tidak bisa dikatakan bahwa orang
lain berhak agar pengemudi tertentu behenti.

Di bidang legal pun tidak selalu ada korelasi


antara hak dan kewajiban umumnya,
demikianhalnya dengan bidang moral.
Cth:
Seorang kaya tidak menyatakan sikap etis
yang benar, kalau ia tidak bersedia membagi
kelebihannya dengan orang yang sangat
membutuhkan. Hal itu adalah kewajibannya.
Tapi itu tidak berarti bahwa orang tertentu
berhak untuk dibantu oleh orang kaya itu.

John Stuart Mill filsuf Inggris (1806-1873),


membedakan antara duties of perfect
obligation dan duties of imperfect obligation:
Kewajiban sempurna selalu terkait dengan
hak orang lain, sedangkan kewajiban tidak
sempurna tidak terkait dengan hak orang
lain. Kewajiban sempurna didasarkan atas
keadilan (hak-hak khusus).
Kewajiban tidak sempurna didasarkan pada
atas alasan moral (berbuat baik, kemurahan).

Hubungan Hak-Kewajiban
Dipandang dari Segi Hak

Apakah setiap hak menimbulkan kewajiban?


Korelasi hak dengan kewajiban paling jelas
ada dalam hak-hak khusus.
Setiap kali saya mempunyai hak terhadap
seseorang, maka orang itu mempunyai
kewajiban terhadap saya.
Hak-hak negative hampir selalu sesuai
dengan kewajiban pada orang lain untuk
tidak mengganggu atau campur tangan bila
saya menjalankan hak-hak saya.

Kesulitan pada hak-hak positif.


Terutama pada hak-hak sosial: hak atas
pekerjaan, pendidikan, pelayanan
kesehatan dan lain-lain.
Hak atas pekerjaan: Jika setiap orang
mempunyai hak atas pekerjaan, itu tidak
berarti bahwa saya sebagai pengusaha
mempunyai kewajiban memberikan
pekerjaan kepada orang yang tertentu
(terbatasnya lowongan pekerjaan).

Kesimpulan para filsuf: hak-hak sosial


seperti itu hanya merumuskan cita-cita
atau ideal yang berlaku dalam masyarakat
dan tidak merupakan hak dalam arti yang
sesungguhnya.
Hak-hak ini sesuai dengan kewajiban
masyarakat atau lebih konkret kewajiban
negara untuk mengatur kehidupan sosial
demikian rupa sehingga setiap orang dapat
memperoleh apa yang menjadi haknya.

Pemerintah mempunyai kewajiban untuk menciptakan


tatanan sosial di mana hak-hak sosial para warga negara
dapat dipenuhi.
Hak-hak sosial adalah ekuivalen dengan keadilan sosial
(Stanley I. Benn, Encyclopedia of philosophy).
Cth: UUD 45 pasal 34: Fakir miskin dan anak-anak terlantar
dipelihara oleh Negara.
Walaupun tidak berarti bahwa orang miskin dan anak yatim
piatu diberi hak yang memunculkan kewajiban Mentri Sosial
untuk memenuhi harapan setiap orang miskin atau yatim
piatu yang meminta kepadanya.
Namun pemerintah memiliki kewajiban berat untuk memberi
perhatian khusus kepada masalah kaum miskin dan anak
terlantar di tanah air kita.

Hubungan Hak dan Kewajiban


Dipandang dari Kewajiban
Terhadap Diri Sendiri

Kita tidak mempunyai hak terhadap diri kita sendiri.


Pengertian hak selalu mengandung hubungan dengan
orang lain, entah orang tertentu atau masyarakat luas.
Adakah kewajiban terhadap diri sendiri?
Nampaknya kewajiban juga selalu terlibat dua pihak.
Kemungkinan terhadap kewajiban pada diri sendiri.
Kita wajib untuk mempertahankan kehidupan kita
(memelihara hidup, mengembangkan bakat).
Bunuh diri melanggar kewajiban terhadap dirinya sendiri.
Menyia-nyiakan bakat yang dimilikinya, bermalas-malasan
melanggar kewajiban terhadap dirinya sendiri

Catatan pertama:
Kewajiban terhadap diri kita tidak boleh dimengerti sebagai
kewajiban semata-mata terhadap diri kita sendiri.
Kewajiban yang kita miliki terhdap diri kita sendiri tidak terlepas dari
hubungan kita dengan orang lain (keluarga, teman-teman,
lingkungan).
Orang yang membunuh diri tidak saja melanggar kewajiban terhadap
dirinya sendiri, tapi serentak juga terhadap orang banyak.
Orang yang menyia-nyiakan bakatnya melanggar kewajiban
terhadap dirinya sendiri, orang tua, sanak saudara, dan tanah airnya.

Catatan kedua:
Tuhan telah menciptakan kita dengan demikian memberikan
kewajiban.

TEORI TENTANG HAK


DAN INDIVIDUALISME
Keberatan:
Teori ini mengandung individualisme yang
merugikan solidaritas dalam masyarakat.
Menggariskan hak, berarti menempatkan
individu di atas masyarakat.
Tekanan terhadap hak berarti memberi angin
kepada individualisme, padahal manusnia
selalu anggota masyarakat dan tidak bisa
dilepaskan dari akar-akar sosialnya. Manusia
menjadi manusia sepenuhnya dalam arti sosial.

Karl Marx (1818-1883) mengkritik terhadap Deklarasi


tentang Hak-hak Manusia dan Warga Negara (Revolusi
Prancis 1789):
Hak-hak itu tidak lain daripada hak-hak manusia yang
egoistis. Dengan hak-hak ini egoisme manusia
mendapat legalisasinya. Hak manusia adalah hak untuk
menyendiri, melepaskan manusia dari sesamanya.
Hak milik yang ditekankan dalam pasal 17 di mana hak
atas milik mendapat tekanan besar dan dilukiskan
sebagai tidak bisa diganggu gugat. Ia melihat hak
atas milik sebagai sumber semua hak lain dalam
masyarakat bojuis.

Negara-negara Barat menuduh negeranegara komunis terutama Uni soviet


karena hak-hak asasi manusia tidak
dilaksanakan dengan semestinya,
khususnya hak-hak yang menjamin
kebebasan para warga negara.
Negara-negara komunis menuduh
negara-negara Barat bahwa mereka tidak
menghormati hak manusia yang paling
penting, yaitu hak atas pekerjaan.

Hubungan antara hak asasi manusia dan


solidaritas dalam masyarakat:
1. Tidak bisa disangkal bahwa hak-hak
manusia mempunyai ciri-ciri individual
(harkat individu sebagai manusia).
Keberatan kepada conscientious objector
(orang yang mempunyai keberatan
untuk melaksanakan suatu ketentuan
negara berdasarkan hati nurani).

2. Mengakui hak-hak manusia tidak sama dengan menolak


masyarakat atau mengganti masyarakat itu dengan
suatu kumpulan individu-individu tanpa hubungan satu
sama lain.
Yang ditolak adalah totalitarisme (negara mempunyai
kuasa absolute terhadap para warganya).
Hak-hak manusia menjamin agar negara tidak sampai
menggilas individu-individu. Oleh karena adanya hakhak ini negara pun harus tunduk pada norma-norma etis.
Sejarah membuktikan bahwa umat manusia sendiri rugi
sekali jika tidak menghormati hak-hak manusia (Nero,
Stalin).

3. Hak atas milik tidak merupakan hak


manusia yang paling dasariah dan
prototype bagi semua hak lain.

Kita tidak bebas berbuat apa saja


dengan harta benda yang kita miliki, ada
tanggung jawab moral di dalamnya.

4. Hak-hak tidak mengasingkan manusia dari kehiduapan


sosial, tapi sebaliknya merupakan syarat untuk
membentuk kehidupan sosial yang sungguh-sungguh
manusiawi.
Hak-hak manusia tidak melepaskan orang dari
sosialitasnya, tapi sebaliknya menciptakan
kemungkinan bahwa seseorang menjalin hubungan
dengan orang lain dan dengan demikian justru
memperkuat sosialitas.
Mengakui hak dan kebebasan setiap orang tidak
mengancam eksistensi masyarakat, tapi menjamin
suatu masyarakat di mana etika dan perikemanusiaan
dijunjung tinggi.

SIAPA YANG MEMILIKI HAK?

Siapa/apa yang bisa memiliki hak?


Contoh 1:
Abortus provocatus: pro choice dan pro life.
Pro choice: Hak wanita bersangkutan untuk mengambil
keputusan tentang tubuhnya sendiri.
Pro life: hak fetus dalam kandungan memiliki hak atas
kehidupan yang tidak boleh dilanggar oleh siapa pun, sama
seperti membunuh orang yang tidak bersalah tidak bisa
dibenarkan, karena ia berhak atas kehidupan.
Pertanyaan:
Apakah fetus sungguh-sunguh punyak hak?
Jika ya, sejak saat apa ia memiliki hak itu, sejak pembuahan
atau pada saat leibh lanjut dalam perkembangannya?

Contoh 2:
Hak generasi-generasi mendatang atas lingkungan hidup.
Apakah orang-orang yang belum dilahirkan bisa memiliki
hak?
Contoh 3:
Hak binatang. Eksperimen ilmiah dengan memakai
binatang tidak boleh dilakukan seenaknya saja.
Apakah tidak keterlaluan bila binatang dianggap sebagai
pemilik hak? Bukankah ini suatu antropomorfisme saja,
memperlakukan binatang seperti manusia atau
menyetarafkan binatang dengan manusia dan dengan
demikian mengakui bagi binatang sesuatu yang
sebenarnya tidak dimilikinya?

Hanya manusia merupakan subyek hak


dalam arti yang sebenar-benarnya.
Hanya makhluk yang mempunyai
kesadaran dan dapat menyebut diri
aku, bisa dianggap pemilik hak.
Yang memiliki hak pada prinsipnya juga
tahu bahwa ia memiliki hak. Akibatnya ia
bisa juga melepaskan haknya, kalau ia
mau.

Janin dalam kandungan ibunya tidak mempunyai hak legal


dan hak moral, karena ia belum manusia dalam arti
sepenuhnya.
Fetus dalam kandungan ibunya adalah subyek hak yang
potensial dan potensinya sudah sangat terarah (ia
merupakan anak dari ibu dan ayah, ini sudah mempunyai
identitas genetis yang pasti dengan segala implikasinya).
Kalau fetus ini belum subyek hak sungguh-sungguh, setidaktidaknya ia sudah hampir subyek.
Generasi-generasi mendatang mempunyai alasan lebih kuat
daripada binatang untuk dianggap pemilik hak, tapi kurang
dari fetus. Generasi-generasi mendatang adalah manusia
potensial belaka, sama sekali belum mempunyi identitas
(hak kiasan).

Kewajibah tidak selalu harus dikaitkan


dengan hak, bisa juga kewajiban
dikaitkan dengan tanggung jawab,
karena tanggung jawab pula merupakan
kerangka acuan untuk membahas
kewajiban.

Вам также может понравиться