Вы находитесь на странице: 1из 40

Pharmacotherapy 3

Thyroid Disorders
Kelompok 5
Endang Trianingsih
Hepri
Nurma Esa Putri
Untari
Vivin

Apa itu
Thyroid Disorders
( Gangguan Kelenjar Tiroid )?
Penyakittiroidadalah
berbagaigangguanatau masalah yang terjadi
pada kelenjartiroid. Kelenjar yang terletak di
bawah jakun ini bertugas mengatur berbagai
sistem metabolisme dalam tubuh sehingga
peranannya sangat penting bagi kita. Kinerja
kelenjartiroiddikendalikan oleh otak .

Gangguan tiroid meliputi berbagai


keadaan
penyakit
yang
mempengaruhi produksi hormon tiroid
atau sekresi yang mengakibatkan
perubahan dalam stabilitas metabolik.
Hipertiroidisme dan hipotiroidisme
adalah sindrom klinis dan biokimia
yang dihasilkan dari peningkatan dan
penurunan produksi hormon tiroid,
masing-masing.

FISIOLOGI HORMON TIROID


Hormon

tiroid :
tiroksin (T4) dan
triiodotironin
(T3)
dibentuk
pada
tiroglobulin, yaitu suatu glikoprotein besar
yang disintesis dalam sel tiroid.
Iodida inorganik memasuki sel folikel tiroid
dan dioksidasi oleh tiroid peroksidase dan
terikat secara kovalen ke residu tirosin dari
tiroglobulin.

Residu tiroid teriodinase monoiodotirosin

(MIT) dan diioditirosin (DIT) bergabung


membentuk iodotironin dalam reaksi yang
dikatalisa oleh tiroid peroksidase.
DIT dan DIT membentuk T4, sedang MIT
dan DIT membentuk T3.

Produksi

hormon tiroid diatur oleh TSH


yang disekresi pituitari anterior, yang
berada di bawah kontrol negative feedback
oleh hormon tiroid, bebas di sirkulasi dan
pengaruh
positif
dari
hypothalamic
thyrotropin-releasing hormone (TRH).

Produksi hormon tiroid juga diatur oleh

deiodinasi ekstratiroid T4 menjadi T3 yang


bisa dipengaruhi nutrisi, hormon non-tiroid,
obat-obatan dan penyakit.

Hormon Triiodotironin (T3) dan Tiroksin (T4)

bertanggung jawab untuk pertumbuhan,


perkembangan, fungsi dan pemeliharaan
jaringan tubuh yang optimal

HIPERTIROID
Pengeluaran hormon tiroid yang berlebihan

diperkirakan terjadi akibat stimulasi


abnormal
kelenjar
tiroid
oleh
immunoglobulin dalam darah
Hipertiroid merupakan sekresi hormon
tiroid yang berlebihan, dimanifestasikan
melalui peningkatan metabolisme.

Penyebab :
Herediter
Toksik Adenoma
Tumor kelenjar hipofise
Tiroiditis sub akut
Kanker tiroid
Terapi hormon tiroid berlebihan

Gejala :
Tekanan darah tinggi
Percepatan denyut jantung
Banyak keringat
Sulit tidur
Gelisah dan gemetar
Nafsu makan bertambah
Frekuensi BAB bertambah
Mata bengkak,memerah dan peka terhadap
cahaya
Mata melotot, kedipan mata berkurang

HIPOTIROID
Hipotiroid ialah sekresi tiroid yang tidak

adekuat selama perkembangan janin dan


neonatus yang nantinya akan menghambat
pertumbuhan fisik dan mental (kretinisme),
karena penekanan aktivitas metabolik
tubuh secara umum.

Sebagian besar pasien hipotiroid memiliki

kegagalan kelenjar tiroid (hipotiroidisme


primer).
Penyebabnya : tiroiditis autoimun kronik
dimana sistem imun menyerang kelenjar
tiroid, hipotiroidisme iatrogenik, defisiensi
iod, kekurangan enzim, hipoplasia tiroid
dan goitrogens

Gejala :
Denyut nadi melambat
Tidak tahan cuaca dingin
Lambat berbicara
Sambelit
Berat badan bertambah
Kulit kering dan bersisik
Kelopak mata menurun
Suara serak
Kuku rapuh
Gangguan haid & hilangnya libido

Pemeriksaan Penunjang
a. Hipertiroidisme
T4 Serum : Ditemukan peningkatan T4 serum pada
hipertiroid. T4 serum normal antara 4,5 dan 11,5 mg/dl
(58,5 hingga 150 nmol/L).Kadar T4 serum merupakan
tanda yang akurat untuk menunjukkan adanya
hipertiroid.
T3 Serum : Kadar T3 serum biasanya meningkat.

Normal T3 serum adalah 70-220 mg/dl (1,15 hingga 3,10


nmol/L).
Tes T3 Ambilan Resin : Pada hipertiroid, ambilan T3

lebih besar dari 35% (meningkat). Normal ambilan T3


ialah 25% hingga 35% (fraksi ambilan relative: 0,25
hingga 0,35).

Tes TSH (Thyroid Stimulating Hormon)

Pada hipertiroid ditemukan penurunan kadar TSH


serum
Tes TRH (Thyrotropin Releasing Hormon)
Tes TRH akan sangat berguna bila Tes T3 dan T4 tidak
dapat dianalisa.Pada hipertiroidisme akan ditemukan
penurunan kadar TRH serum.
Tiroslobulin
Pemeriksaan Tiroslobulin melalui pemeriksaan radio
immunoassay.Kadar tiroslobulin meningkat pada
hipertiroid.

b. Hipotiroidisme
T4 Serum
Penentuan T4 serum dengan tekhnik radio
immunoassay pada hipotiroid ditemukan kadar
T4 serum normal sampai rendah. Normal kadar
T4 serum diantara 4,5 dan 11,5 mg/dl (58,5
hinnga 150 nmol/L)
T3 Serum
Kadar T3 serum biasanya dalam keadaan
normal-rendah.Normal kadar T3 serum adalah
70 hingga 220 mg/dl (1,15 hingga 3,10 nmol/L)

Tes T3 Ambilan Resin

Pada hipotiroidisme, maka hasil tesnya kurang


dari 25% (0,25)
Tes TRH (Thyrotropin Releasing Hormon)

Pada hiportiroidisme akan ditemukan


peningkatan kadar TRH serum.
Tes TSH (Thyrotropin Stimulating Hormon)

Pada hipotiroid yang disebabkan oleh keadaan


kelenjar tiroid maka akan ditemukan
peningkatan kadar TSH serum.

Tujuan Terapi
Untuk hipertiroid : menormalkan produksi

hormon tiroid; mengurangi gejala dan


konsekuensi jangka panjang; dan
memberikan terapi individual berdasar tipe
dan keparahan penyakit, usia pasien dan
kelamin, adanya kondisi non-tiroid, dan
respon terhadap terapi sebelumnya.
Untuk hipotiroid : memulihkan metabolisme
pasien kembali kepada keadaan metabolik
normal, dengan cara mengganti hormon
yang hilang.

Tiga modalitas pengobatan umum

digunakan dalam pengelolaan


hipertiroidisme: operasi, obat antitiroid, dan
yodium radioaktif (RAI)
Tujuan terapi secara keseluruhan untuk
menghilangkan kelebihan hormon tiroid
dan meminimalkan gejala dan konsekuensi
jangka panjang dari hipertiroidisme. Terapi
harus individual berdasarkan jenis dan
tingkat keparahan hiper-thyroidism, usia
pasien dan jenis kelamin, adanya kondisi
nonthyroidal, dan respon terhadap terapi
sebelumnya.

TERAPI
TERAPI NON FARMAKOLOGI
Operasi pengangkatan kelenjar tiroid : untuk nodul,

gondok ukuran besar, kurangnya penanganan obat tiroid


dan pasien yang kontraindikasi terhadap tionamida (alergi
atau efek samping)
Jika tiroidektomi akan dilakukan, Propylthiouracil (PTU)
atau methimazole (MMI) biasanya diberikan selama 6 8
minggu, diikuti dengan pemberian iodida (500mg/hari)
selama 10 14 hari sebelum operasi, gunanya untuk
menurunkan vaskularitas kelenjar. Levotiroksin dapat
ditambahkan untuk mempertahankan kondisi eutiroid
sedangkan tionamida terus diberikan.

Propanolol telah digunakan selama beberapa

minggu sebelum operasi dan 7-10 hari setelah


operasi untuk menjaga denyut jantung <90
denyut/menit. Propanolol dikombinasi dengan
Kalium Iodida selama 10-40 hari.
Komplikasi operasi termasuk serangan ulang
hipertiroid atau hipertiroid yang menetap (0,60,8%), hipotiroid (sampai 49%), hipoparatiroid
(sampai 4%), dan gangguan pita suara (sampai
5%). Frekuensi kemunculan hipotiroid
membutuhkan pemantauan secara periodik untuk
identifikasi dan penanganan.

Farmakoterapi
Hipertiroi
d
Obat antitiroid :
1. Tionamid
2. Iodida
3. Adrenergik bloker
4. Radioaktif Iodin
(RAI)
.Operasi

Hipotiroid

1. Levotiroksin (T4)
2. Liotironin (T3)

Terapi Farmakologi
(Antithyroid Pharmacotherapy/ Hipertiroid)

Thioureas (Thionamides)
Propylthiouracil (PTU) dan methimazole (MMI)
mem-block sintesis hormon tiroid dengan inhibisi
sistem enzim peroksidase dari kelenjar tiroid,
sehingga mencegah oksidasi iodida dan
selanjutnya bergabung membentuk iodotirosin
dan akhirnya iodotironin (organifikasi), dan
dengan inhibisi penggabungan MIT dan DIT
membentuk T4 dan T3. PTU (tapi bukan MMI) juga
meng-inhibit perubahan perifer dari T4 menjadi T3.

Dosis awal termasuk PTU 300-600 mg sehari

(biasanya dalam tiga sampai empat dosis


terbagi) atau MMI 30-60 mg sehari dalam tiga
dosis terbagi. Terdapat bukti bahwa kedua obat
bisa diberikan dalam dosis harian tunggal.
Dosis pemeliharaan harian adalah PTU 50-300
mg dan MMI 5-30 mg
Terapi obat antitiroid sebaiknya dilanjutkan
sampai 12-24 bulan untuk memicu remisi jangka
panjang.
Pasien sebaiknya diawasi tiap 6-12 bulan setelah
remisi. Jika terjadi serangan ulang, terapi
alternatif dengan radioactive iodine (RAI) disukai
sebagai rangkaian obat antitiroid kedua, karena
terapi lanjutan biasanya jarang memicu remisi.

2. Iodida
Iodida menghalangi pelepasan hormon tiroid,
inhibit biosintesis hormon tiroid dengan
menghalangi penggunaan iodida intratiroid, dan
menurunkan ukuran dan vaskularitas kelenjar.
Perbaikan simtom terjadi dalam 2-7 hari sejak
memulai terapi, dan konsentrasi serum T3 dan T4
bisa berkurang selama beberapa minggu.

Iodida sering digunakan sebagai terapi tambahan

untuk menyiapkan pasien dengan penyakit Grave


sebelum menjalani operasi, untuk menginhibisi
pelepasan hormon tiroid dan dengan cepat
mencapai keadaan euthyroid (= kelenjar tiroid
berfungsi normal) pada pasien yang sangat
tirotoksik dengan dekompensasi kardia, atau untuk
meng-inhibit pelepasan hormon tiroid setelah terapi
RAI.
Kalium iodida tersedia sebagai larutan jenuh atau
larutan lugol, mengandung 6,3 mg iodida per
tetes.

Iodin tidak boleh digunakan untuk terapi

hipertiroidisme jangka panjang karena efek


antitiroidnya akan cenderung menghilang.
Efek samping : reaksi hipersensitivitas (kulit
kemerahan, drug fever, rhinitis [inflamasi
membran mukosa hidung], pembengkakan
kelenjar ludah, iodisme (rasa logam, mulut dan
tenggorokan terbakar, nyeri pada gigi dan gusi,
terkadang gangguan perut dan diare.

3. Adrenergik bloker
blocker digunakan secara luas untuk mengurangi
gejala tirotoksik seperti palpitasi, cemas, tremor,
dan tidak tahan panas. Agen ini tidak mempunyai
efek pada tirotoksikosis perifer dan metabolisme
protein dan tidak mengurangi TSAb (Thyroid
Stimulating Antibody). Propanolol dan nadolol
secara parsial menghalangi perubahan T4 menjadi
T3, tapi kontribusinya kecil terhadap terapi
keseluruhan.

blocker biasanya digunakan sebagai terapi

tambahan dengan obat antitiroid, RAI, atau idodida


dalam penanganan penyakit Grave atau toxic
nodule; pada persiapan untuk operasi kelenjar tiroid.
blocker adalah terapi primer hanya untuk tiroiditis
dan hipertiroid yang diinduksi iodin.
Dosis propanolol yang dibutuhkan untuk mengurangi
gejala adrenergik bervariasi, tapi dosis awal 20-40
mg 4 x sehari efektif untuk kebanyakan pasien
(denyut jantung <90 denyutan per menit). Pasien
lebih muda atau dalam kondisi lebih toksik bisa
membutuhkan sampai 240-480 mg/hari).

blocker dikontraindikasikan pada pasien dengan

gagal jantung kongestif, kecuali kelainan itu


disebabkan takikardia. Efek samping lain termasuk
mual, muntah, cemas, insomnia,bradikardi, dan
gangguan hematologi.
Simpatolitik yang bekerja sentral (seperti, clonidin)
dan antagonis Ca channel blocker (seperti,
diltiazem) bisa berguna untuk mengontrol simtom
ketika dikontraindikasikan untuk blocker.

4. Radioaktif Iodin (RAI)


Natrium iodida 131 (131I) adalah larutan oral yang
terkonsentrasi di tiroid dan mengganggu sintesis
hormon dengan penggabungan hormon tiroid dan
tiroglobulin. Setelah periode beberapa minggu,
folikel yang telah diambil RAI dan folikel
disekitarnya mengalami nekrosis selular dan
fibrosis jaringan interstitial.
RAI adalah senyawa pilihan untuk penyakit Grave,
nodul autonom toksik, dan gondok multinodular
toksik. Kehamilan merupakan kontraindikasi absolut
untuk penggunaan RAI.

Pasien dengan penyakit kardiak dan pasien lansia

biasanya diterapi dengan thionamide sebelum RAI


ablation (ablation = pengangkatan jaringan) karena
hormon tiroid akan meningkat setelah pemberian RAI
karena pelepasan dari hormon tiroid.
Tujuan terapi : untuk menghancurkan sel sel tiroid
yang sangat reaktif
Dosis tunggal 4000 8000 rad menghasilkan kondisi
euthyroid pada 60 % pasien selama 6 bulan atau
kurang.
Dosis kedua RAI diberikan selama 6 bulan setelah
penanganan RAI pertama, jika pasien tetap hipertiroid

Efek samping :
jangka pendek : disfagia daan tiroidal sedang
Jangka panjang : resiko karsinoma tiroid,

leukemia atau gangguan kongenital


Obat-obat antitioid sebaiknya tidak rutin diberikan
setelah RAI, karena penggunaannya dihubungkan
dengan tingginya kejadian serangan hipertiroid
setelah perawatan atau hipertiroid yang menetap.
Jika iodida diberikan, sebaiknya diberikan 3-7 hari
setelah RAI untuk mencegah interaksi dengan
asupan RAI di kelenjar tiroid.

Farmakoterapi Hipotiroid
Levotiroksin (T4) adalah obat pilihan untuk

penggantian hormon tiroid dan terapi supresif karena


stabil secara kimia, relatif murah, bebas antigen, dan
mempunyai potensi yang seragam; tetapi, semua
sediaan tiroid komersial yang ada bisa digunakan.
Penggantian sediaan levotiroksin sebaiknya dilakukan
dengan hati-hati kecuali telah dicapai bioekivalensi.
Karena T3 adalah bentuk aktif biologis, pemberian
levotiroksin menghasilkan penumpukan hormon tiroid
yang siap diubah menjadi T3.

Kolestiramin, kalsium karbonat, sucralfat,

aluminium hidroksida, ferrous sulfate,


sediaan kedelai, dan suplemen fiber bisa
mengganggu absorpsi levotiroksin dari saluran
cerna.
Obat yang meningkatkan kliren T4 noniodinasi
termasuk rifampin, carbamazepin, dan mungkin
fenitoin.
Amiodarone bisa menghalangi konversi T4
menjadi T3

Liotironin (T3) : merupakan garam natrium dari

T3 dan kurang terikat dengan protein, liotironin


bekerja lebih cepat dari pada T4.
Penggunaan utama T3 : pada koma hipotiroid

Terima Kasih

Вам также может понравиться