Вы находитесь на странице: 1из 54

Casing Design

TUJUAN

Tekanan Burst

Kondisi tekanan Pada Saat Terjadi Well-Kick


Surface Casing
Intermediate Casing
Production Casing
Tekanan Collapse
Surface Casing
Intermediate Casing
Production Casing

Beban Tension
Beban Aksial
Memahami Perhitungan-Perhitungan Pada Pendesainan Casing

Disain Surface Casing


Disain Intermediate Casing
Disain Production Casing
Beban Tension
Deviasi Lubang
Beban Biaksial

Contoh Soal
Perencanaan Surface Casing
Perencanaan Intermediate Casing

Perencanaan Production Casing

Dril-004 Casing Design

1.Metoda Maximum Load Casing Design


1.1.Perhitungan Desain Casing
Secara garis besar rangkaian casing yang direncanakan untuk
dipasang pada suatu sumur harus memenuhi delapan persyaratan utama,
yaitu :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Mampu menahan beban burst


Mampu menahan beban collapse
Mampu menahan +beban tension
Mampu menahan beban tension yang ditimbulkan oleh deviasi
lubang bor
Tidak ada kebocoran pada sambungan-sambungan casing
Mampu menahan beban compression
Mampu menahan beban puntiran (torsi)
Tidak mudah terkena korosi dan kerapuhan

Langkah pertama dalam desain casing adalah penentuan jenis kondisi


yang dapat membuat masing-masing beban mencapai harga terbesar serta
penentuan distribusi beban tersebut terhadap kedalaman. Dengan membuat
masing-masing beban mencapai harga terbesar, maka akan diperoleh
rangkaian casing paling kuat.
Pada metoda maximum load, penentuan jenis kondisi dilakukan
berdasarkan kondisi terburuk yang dialami oleh rangkaian casing. Kondisikondisi tersebut adalah :
Beban burst maksimal terjadi pada saat sumur mengalami kick
Beban collapse maksimal terjadi pada saat sumur mengalami lost
circulation
Pada metoda maximum load, burst merupakan kriteria pertama dalam
menentukan pemilihan casing. Hasil sementara perencanaan ini kemudian
diuji mengikuti urutan terhadap beban collapse, tension dan terakhir beban
biaksial.
Apabila pada salah satu langkah pengujian dari tiga beban diatas
terdapat beban yang tidak terpenuhi maka desain harus diulang dari beban
burst dan selanjutnya kembali seperti langkah semula diuji terhadap beban
collapse, tension dan beban biaksial hingga terpenuhi semuanya.

1.1.1. Surface Casing


a. Beban Burst
Beban burst untuk surface casing ditimbulkan oleh kolom gas
yang mengisi seluruh panjang casing. Karena tekanan injeksi
pada kedalaman surface casing relatif rendah maka batas
tekanan maksimum dipermukaan dapat diabaikan. Hal ini dapat
diartikan juga bahwa tekanan peralatan BOP lebih besar dari
tekanan gas di permukaan. Hal ini menyebabkan batasan
tekanan maksimum hanya terdapat pada kaki casing sebesar
tekanan injeksi.
Pada kaki casing

IP = 0.052 (Gfr + SF) D ............................................(1)

Dril-004 Casing Design

IP = 0.052 (Gfr + 1) Ls .............................................(2)


dengan,
IP = tekanan injeksi (psi)
Gfr
= gradien tekanan rekah (ppg)
SF = safety factor (ppg)
D = kedalaman (ft)
Ls = panjang surface casing (ft)
Dengan menganggap gradien hidrostatik gas = 0.115 psi/ft
maka tekanan gas di permukaan adalah tekanan injeksi dikurangi
tekanan hidrostatik gas.

Di Permukaan
Ps IP 0.052 g .Ls .......................................................(3)
0.052 Gfr 1 0.115 Ls ...........................................(4)
Garis yang menghubungkan titik Ps dan titik IP disebut garis
beban burst (Garis A) pada Gambar 1.
Pada kenyataannya casing juga mendapat tekanan dari luar
yang sifatnya membantu casing untuk menahan beban burst. Pada
metoda maksimum load beranggapan bahwa tekanan di luar casing
minimal sebesar tekanan hidrostatik kolom air asin.
Jadi :

Pe 0.052 f .Ls ............................................................(5)


Pe = 0.465 Ls ...........................................................(6)
dengan,
Pe = tekanan di luar casing (psi)

f = densitas fluida (ppg)

Pada Gambar 1, garis B menggambarkan tekanan diluar casing.


Sehingga resultan beban burst (C) sama dengan beban burst (A)
dikurangi tekanan di luar casing (B). Garis desain (D) diperoleh dari
dengan cara mengalikan resultan (C) dengan desain faktor. Garis
desain ini merupakan kekuatan burst minimal casing yang harus
dipasang.

Dril-004 Casing Design

Gambar 1 . Beban Burst Pada Surface Casing

8)

Keterangan Gambar 1
Ls
= panjang surface casing (ft)
g
= densitas gas (ppg)
m
= densitas lumpur (ppg)

= densitas fluida (ppg)


IP
= tekanan injeksi (psi)
Pfr
= tekanan rekah (psi)
Pf
= tekanan formasi (psi)
Pe
= tekanan luar casing (psi)
SIDPP
= Shut In Drill Pipe Pressure (psi)
SICP
= Shut In Casing Pressure (psi)
b. Beban Collapse
Pada surface casing umumnya penyemenan dilakukan sampai ke
permukaan. Tinggi kolom semen ini memberikan beban collapse
pada casing yang besarnya sama dengan tekanan hidrostatik
semen. Karena kedalaman surface casing relatif dangkal, lost
circulation yang terjadi dapat memungkinkan kolom lumpur turun
hingga di bawah kaki casing (lihat Gambar 2). Hal ini
mengakibatkan tidak terdapatnya fluida yang membantu casing
menahan beban collapse. Kondisi seperti ini merupakan kondisi
terburuk beban collapse untuk surface casing.

Dril-004 Casing Design

Gambar 2. Beban Collapse Pada Surface Casing

8)

Pe 0.052 s Ls ......................................................(7)
dimana :
s = densitas semen (ppg)
Pe = tekanan di luar casing (psi)
Ls = panjang surface casing (ft)

Keterangan Gambar 2 :
(a). beban collapse = resultant, karena di dalam
casing kosong
(b). garis desain = a x desain factor
1.1.2. Intermediate Casing
a. Beban Burst
Beban burst di dalam intermediate casing dibentuk oleh dua
macam fluida yaitu lumpur terberat yang akan digunakan dan
gas. Dengan menggunakan densitas lumpur terberat dalam
perhitungan maka berarti tekanan hidrostatik lumpur pada casing
lebih besar, sehingga diharapkan dapat diperoleh casing dengan
kualitas paling kuat. Beban burst pada intermediate casing dapat
dilihat pada Gambar berikut ini, terlihat pada Gambar 3.

Dril-004 Casing Design

Gambar 3. Beban Burst Pada Intermediate Casing8)


Keterangan Gambar 3 :
Li = panjang intermediate casing (ft)
Hm
= tinggi kolom lumpur terberat (ft)
Hg
= tinggi kolom gas (ft)

f = densitas fluida (ppg)

Pe
C
D
B

=
=
=
=

tekanan di luar casing (psi)


resultant = A B
garis design = C x design factor
batas tekanan maksimum untuk intermediate casing
di permukaan:
Ps = PBOP
di kaki casing

IP = 0.052 (Gfr + 1) D...............................................(8)


IP = 0.052 (Gfr + 1) Li ..............................................(9)
dimana :
Ps = tekanan di permukaan (psi)
Gfr= gradien tekanan rekah (ppg)
Li = panjang intermediate casing (ft)
D = kedalaman (ft)
IP = tekanan injeksi (psi)
Dengan kedua batasan tekanan maksimum tersebut akan
ditentukan berapa tinggi kolom masing-masing fluida sehingga
memberikan beban burst terbesar. Untuk lumpur dan gas yang
berada di dalam intermediate casing, maka :

Hm + Hg = Li
dengan
Hm
= tinggi kolom lumpur terberat (ft)
Hg = tinggi kolom gas (ft)
Dengan menganggap gradien hidrostatik gas = 0.115 psi/ft,
maka :

Dril-004 Casing Design

IP = Ps + Pm + Pg.....................................................(10)
maka :

0.052 Gfr 1 Li Ps 0.052 mHm 0.115 Hg .....................(11)


Persamaan diatas merupakan dua persamaan dengan dua
variabel yang tidak diketahui (Hm dan Hg), sehingga :

Hg

0.052 Gfr 1 Li Ps 0.052 m.Li


0.115 0.052 m
.............................(12)

Terdapat dua kemungkinan kedudukan kolom gas dan lumpur di


dalam casing. Pertama kolom gas berada di atas dan lumpur di
bawah (garis titik-titik), kedua kolom gas berada di bawah dan
kolom lumpur di atas (garis A). Dari dua kemungkinan tersebut
dapat dilihat dengan jelas bahwa kemungkinan kedua
memberikan beban burst yang paling besar (lihat Gambar 3).
Dalam perhitungan maka kemungkinan kedua ini yang akan
dipakai.
Sebagaimana diketahui di luar casing juga terdapat tekanan yang
membantu casing dalam menahan beban burst minimal sebesar
gradien hidrostatik air asin = 0.465 psi/ft.
Jadi :

Pe 0.052 f .Li ............................................................(13)


Pe = 0,465 . Li
dimana :
Pe = tekanan di luar casing (psi)

f = densitas fluida (ppg)

Li = Panjang intermediate casing (ft)


LP = Tekanan (psi)
b. Beban Collapse
Beban collapse pada intermediate casing terdiri atas tekanan
hidrostatic lumpur saat casing dipasang dan tekanan hidrostatik
semen. Secara keseluruhan ditunjukkan oleh garis OP1P2 pada
Gambar 4, dengan :

Dril-004 Casing Design

Gambar .4. Beban Collapse Pada Intermediate Casing8)

P1 0.052 m1 Lm1 ..........................................................(14)


P2 0.052 m1 Lm1 sHs ..............................................(15)
Kondisi terburuk terjadi apabila lumpur terberat (garis putusputus) mengalami lost circulation, sehingga kolom lumpur di
dalam casing turun. Lost circulation terjadi antara lain karena
turunnya gradien tekanan formasi. Tetapi perlu diingat bahwa
batas minimum gradien tekanan formasi adalah sebesar gradien
tekanan hidrostatik air asin, atau 0.465 psi/ft. Karena pada
metoda maksimum load selalu mencari kondisi terburuk untuk
setiap pembebanan, maka dianggap gradien tekanan formasi
turun sampai ke batas minimumnya ini. Pada interval kedalaman
lubang yang belum dicasing dapat dipahami bahwa tekanan
formasi terkecil akan berada tepat di bawah kaki casing.
Sehingga kolom lumpur terberat dalam casing akan turun sampai
terdapat kesetimbangan antara tekanan hidrostatik lumpur
dengan tekanan formasi di kaki casing. Dengan demikian hal ini
akan memberikan tinggi kolom lumpur tersisa (L m2) di dalam
casing yang paling kecil. Jadi tekanan formasi minimum pada kaki
casing adalah :

P3 = 0.465 D2 ...........................................................(16)
dan tekanan hidrostatik lumpur terberat pada kaki casing setelah
lost adalah :

P3 0.052 m2 Lm2 ........................................................(17)


0.052 m2 D2 D3
sehingga :

Dril-004 Casing Design

D3

0.052 m2 D2 0.465 D2
0.052 m2
..........................................(18)

8.942
D2
D3 1
m2

dimana :
= Densitas semen (ppg)
= densitas lumpur saat casing dipasang (ppg)
= densitas lumpur terberat (ppg)
Li
= Panjang intermediate casing (ft)
Lm1
= Tinggi kolom lumpur 1 (ft)
Lm2
= Tinggi kolom lumpur 2 (lumpur terberat) setelah lost
(ft)
Hs
= Tinggi kolom semen (ft)
D
= Kedalaman (ft)
P
= Tekanan (psi)
D2
= kedalaman kaki casing (ft)
D3
= Kedalaman puncak kolom lumpur terberat setelah
lost (ft)

s
m1
m2

Pada gambar resultan (a) = beban collapse (OP1P2) - tekanan di


dalam casing (D3P3) Garis desain (b) = a x design factor.

1.1.3. Production Casing


a. Beban Burst
Pada production casing perhitungan beban burst tidak lagi
didasarkan kepada kondisi saat sumur mengalami kick. Dengan
demikian batasan tekanan maksimum di permukaan dan di kaki
casing tidak dipergunakan, seperti pada Gambar (5)

Gambar 5. Beban Burst Pada Production Casing


THP

Dril-004 Casing Design

= Tubing Head Pressure (psi)


9

8)

PF
f

=
=
=
=
=
=
=
=

Densitas packer fluid (ppg)


Densitas fluid (ppg)
Ps
Tekanan di permukaan (psi)
Pe
Tekanan di luar casing (psi)
a
Beban burst
b
Tekanan di luar casing
c
Resultan = a b
d
Garis desain = c x design factor
Karena pada tahap ini sumur telah berproduksi, maka
pembebanan pada casing diakibatkan pula oleh masalah yang
timbul ketika sumur tersebut berproduksi. Pada sumur produksi
umumnya ruang antara tubing dan production casing diisi oleh
suatu cairan yang biasa dikenal sebagai packer fluid. Densitas
packer fluid ini sama dengan densitas fluida yang terdapat di luar
production casing (air asin) yaitu sekitar 9 ppg. Dengan demikian
pada kondisi normal tekanan hidrostatik kedua fluida pada casing
akan saling meniadakan. Hal ini menyebabkan casing tidak
menerima beban burst maupun collapse.

Kondisi terburuk untuk burst terjadi apabila terdapat


kebocoran pada pipa tubing dekat permukaan dan
mengakibatkan fluida produksi, dalam kasus ini diambil gas,
masuk ke dalam packer fluid. Dengan mengabaikan
kehilangan tekanan di sepanjang tubing maka tekanan gas
tersebut pada packer fluid di permukaan sama dengan
tekanan dasar sumur. Beban Burst production casing
ditunjukkan oleh garis (a).
Tekanan di permukaan :
Ps = BHP ..................................................................(19)
Tekanan di kaki casing :

Pcs Ps 0.052 pf .Lpd .................................................(20)


dimana :
BHP
= Tekanan dasar sumur (psi)
pf
= Densitas packer fluid (ppg)
Lpd
= Panjang production casing (ft)
Umumnya densitas packer fluid dipakai yang ringan agar tidak
menimbulkan beban burst yang besar pada kaki casing.
Tekanan di luar casing sebagaimana diketahui adalah minimal
sebesar tekanan hidrostatik air asin.

Pe 0.052.f .Lpd .........................................................(21)


Pe = 0,465 Lpd
b.

Beban Collapse

Seperti pada inetermediate casing maka beban collapse pada


production casing juga terdiri atas tekanan hidrostatik lumpur saat
casing dipasang dan tekanan hidrostatik semen di anulus. Pada
Gambar 6 beban collapse ditunjukkan oleh garis OP1P2, dimana :

10

Dril-004 Casing Design

Gambar 6. Beban Collapse Pada Production Casing8)

P1 0.052.m.Lm ..........................................................(22)

P2 = P1 + 0,052 sHs.................................................(23)
keterangan Gambar 6:
m = densitas lumpur saat casing dipasang, ppg
s = desitas semen (ppg)
Lm = Tinggi kolom lumpur (ft)
Hs
= Tinggi kolom semen (ft)
D
= Kedalaman (ft)
P
= Tekanan (ft)
Sebagaimana disebutkan pada sub bab sebelumnya ruang
antara tubing dan production casing diisi oleh packer fluid. Kondisi
terburuk terjadi apabila penyekat di dasar sumur bocor sehingga
seluruh kolom packer fluid menghilang/lost. Dengan demikian casing
menahan beban collapse tanpa mendapat bantuan tekanan dari
dalam. Pada Gambar 6 karena di dalam casing kosong maka :
OP1P2 = resultan (a)
Garis desain (b) = a x design factor

1.1.4. Beban Tension


Beban tension sebagaimana diketahui adalah beban dari berat
rangkaian casing yang digantung di dalam sumur. Tetapi dengan
adanya lumpur di dalam sumur tersebut, lumpur akan memberikan
gaya apung terhadap casing. Hal ini menyebabkan berat casing di
dalam lumpur lebih ringan bila dibandingkan dengan berat casing di
udara. Akibat lain dari adanya gaya apung ini adalah bahwa pada
sebagian rangkaian casing tepatnya bagian bawah, casing berada
dalam kondisi kompresi dan selebihnya dalam kondisi tension. Titik
netral merupakan titik pada rangkaian casing yang tidak berada dalam

Dril-004 Casing Design

11

kondisi kompresi maupun tension. Distribusi beban tension pada


rangkaian casing dapat dilihat pada gambar 7.
Misalkan suatu rangkaian casing terdiri dari tiga seksi berada di
dalam sumur yang berisi lumpur dengan densitas m ppg, seperti
terlihat pada Gambar 7.
Keterangan :
1,2,3 = menyatakan seksi casing
D = kedalaman (ft)
L = panjang casing (ft)

Gambar 12.7. Beban Tension7)

Bouyancy Factor (BF)


BF 1

m
65.5 ................................................................(24)

Seksi 1 :

WM1 = L1 . wa1.BF......................................................(25)
dengan,
BF
=
m =
WM
=
wa
=
L
=
Seksi 2 :

gaya apung
densitas lumpur saat casing dipasang (ppg)
berat casing (lbs)
unit berat casing di udara (lbs/ft)
panjang seksi casing (ft)

WM2 = WM1 + L2 . Wa2 . BF........................................(26)


Seksi 3 :

WM3 = WM2 + L3 . wa3 . BF........................................(27)

12

Dril-004 Casing Design

Beban tension di permukaan :

Ts = WM1 + WM2 + WM3


Titik netral sebagaimana diterangkan di atas adalah titik pada
rangkaian casing dimana beban aksial sama dengan 0 (nol).
Letak kedalaman titik netral dapat ditentukan dengan persamaan
berikut:

TN D1

BF
.D1
W1
...........................................................(28)

dengan TN adalah letak kedalaman titik netral, ft


Untuk mendapatkan garis desain tension maka dilakukan
langkah sebagai berikut :
1. Tambahkan pada garis beban tension beban overpull
sebesar 100.000 lbs. Overpull merupakan faktor keamanan
apabila rangkaian casing terjepit sehingga diperlukan gaya
tambahan untuk melepaskannya.

2. Kalikan garis beban tension dengan desain faktor 1.6

Maka garis desain tension dipilih mana yang memberikan harga


lebih besar diantara keduanya. Pada Gambar 7 :
a = garis beban tension
b = garis beban tension + 100.000 lbs
c = garis beban tension x 1.6
Pada Gambar tersebut b dan c berpotongan sehingga garis
desain tension adalah yang tercetak tebal. Garis desain tension
dipergunakan untuk menguji body yield strength dan joint strength
casing yang dipakai. Selain itu juga akan dipakai dalam perhitungan
beban biaksial.

1.1.5. Deviasi Lubang


BOWERS mengemukakan suatu persamaan untuk menentukan
besarnya beban tension akibat deviasi lubang :

BL 218.de.. A ............................................................(29)
dengan,
BL = beban tension akibat deviasi lubang (lbs)
de = diameter luar casing (inch)
F = perubahan sudut (derajat/100 ft)
A = luas penampang dinding casing (inch2)
Harga perubahan sudut dapat diperoleh dari hasil survey
dengan menganggap deviasi terjadi pada satu arah, maka :

1 2
.100
D1 D2
...........................................................(30)

dengan :

1 & D1

Dril-004 Casing Design

= hasil pengukuran survey ke satu


= deviasi sudut (derajat)
= kedalaman (ft)

13

Beban tension akibat deviasi lubang ini harus ditambahkan


pada setiap seksi casing yang melewatinya dan seksi casing yang
ditempatkan tepat pada kedalaman lubang dimana terjadi deviasi.

1.1.6. Beban Biaksial


Pengaruh beban biaksial terhadap casing seperti yang
ditunjukkan oleh kurva elips (Gambar 8) dapat di terangkan lebih jelas
dengan gambar berikut:

Gambar 8. Kurva Elips Beban Biaxial

Misalnya terdapat suatu rangkaian casing dengan burst dan


collapse rating tertentu dan berada di dalam lumpur, maka pada
casing bagian atas tension akan menyebabkan kenaikkan burst rating
dan penurunan collapse rating. Sedangkan pada bagian bawah
compresion akan menyebabkan penurunan burst rating dan
menaikkan collapse rating.
Untuk menghitung besarnya penurunan collapse rating suatu
casing pada beban tension tertentu dapat ditempuh cara sebagai
berikut :
1. Tentukan faktor beban aksial

Beban.tension
Body .Yield .Strength .................................................(31)

2. Masukkan harga X ini ke dalam grafik pada Gambar 12.8


dan tentukan faktor collapse strength Y.
3. Maka collapse rating hasil koreksi terhadap beban tension
adalah : Y x Collapse Rating.
Pasangan harga X dan Y dapat juga diperoleh dari Tabel 1

14

Tabel 1. Pasangan harga X dan Y

Dril-004 Casing Design

Dril-004 Casing Design

15

2. Metoda Minimum Set Casing Design


Ada bermacam-macam fungsi rangkaian casing seperti yang sudah
dijelaskan pada sub bab sebelumnya. Masing-masing fungsi rangkaian casing
yang akan didesain dalam suatu sumur harus dipahami sehingga dapat diketahui
beban-beban yang telah terjadi atau yang mungkin terjadi. Casing yang dipilih
harus dapat dijamin ketahanannya terhadap beban maksimum yang mungkin
terjadi. Metoda ini juga memperhitungkan terjadinya perubahan beban yang
disebabkan oleh perubahan temperatur. Jika temperatur casing naik, maka
kenaikan ini akan menyebar ke semua arah, sehingga diameter dan panjang
casing akan bertambah besar juga. Penambahan diameter casing karena
bertambah panjangnya casing lain akan menambahkan beban yang terjadi
sebelumnya dengan beban-beban lain sehingga menyebabkan kegagalan casing
karena terjadinya collapse.

Korosi dan erosi pada casing bukanlah beban, tetapi keduanya


mengurangi kekuatan casing. Erosi casing (pengurangan ketebalan
dinding casing) oleh drill collar ketika membor dapat menyebabkan
kegagalan fungsi casing sehingga diperlukan ukuran ketebalan dinding
casing untuk mengantisipasi erosi dan atau korosi. Yang terpenting dalam
mendesain adalah tidak hanya menghilangkan kegagalan, tetapi untuk
mendapatkan keseimbangan yang optimum antara biaya dan resiko.
Untuk mencapai keseimbangan yang diinginkan adalah sulit dan kadangkadang diperlukan penalaran.
Metoda Minimum set ini mempertimbangkan beban-beban yang terjadi.
Khususnya, casing harus mempunyai yield strength yang cukup bila dipasang di
dalam lubang sumur, burst strength yang cukup untuk melakukan sirkulasi
lumpur ke permukaan dan collapse resistance yang cukup untuk mensirkulasikan
semen. Beban burst yang paling tinggi dalam proses pemboran terjadi jika
semua lumpur di dalam lubang terisi semuanya oleh gas. Beban collapse
terbesar yang terjadi jika pipa seluruhnya kosong, terjadi lost sirkulasi.
Kegagalan tension dan collapse dapat membuat biaya pemboran menjadi mahal,
tetapi hanya bahaya keselamatan yang kecil. Sedangkan kegagalan burst,
khususnya jika terjadi di permukaan dapat menjadi bencana, membahayakan
keselamatan orang-orang dan peralatan.
Oleh karena itu di dalam metode ini, akibat yang sangat serius dari
kegagalan burst digunakan sebagai pertimbangan utama dalam mendesain,
yang mempunyai kemungkinan terjadi yang lebih kecil.
Gas yang terjadi dalam metode ini diasumsikan gas metana, yang
komposisinya belum diketahui. Oleh karena itu maka gradient gas metana harus
dihitung mengunakan persamaan gas nyata. Sifat-sifat kritis gas metana adalah
sebagai berikut :
Temperatur gas kritis (Tc)
Tekanan gas kritis (Pc)

= 343 OR

= 673 Psi

Untuk menentukan faktor gas kompresibilitas (Z) perlu dihitung pseudoreduced tekanan dan temperatur (Ppr dan Tpr), yaitu :

Ppr

Pf 14.7( Psia )
Pc

...............................................................................................................
(32)
16

Dril-004 Casing Design

Tpr

Tf 460(R )
(Tc )

...............................................................................................................
(33)
dimana :
Ppr
=
Tpr
=
Pf
=
Tf
=
Pc
=
Tc
=

Tekanan pseudo reduced


Temperatur pseudo reduced
Tekanan formasi (psi)
Temperatur formasi (oF)
Tekanan kritis (psi)
Temperatur kritis (oR)

Faktor kompresibilitas gas dihitung dengan menggunakan korelasi


Dranchuk, Purvis, dan Robinson. Sehingga diperoleh gradien gas metana dengan
persamaan gas nyata :

Pf
R Tf Z

...............................................................................................................
(34)
dimana :

R
Pf
Tf
Z

=
=
=
=
=

Gradient gas (psi/ft)


Konstanta gas = 96,355
Tekanan formasi (psi)
Temperatur formasi (oR) (= oF + 460)
Faktor kompresibilitas gas

2.1. Tekanan Burst


2.1.1. Kondisi tekanan pada saat terjadi well-kick
Kondisi tekanan saat terjadi well-kick telah dijelaskan pada sub
bab sebelumnya. Well-kick adalah peristiwa masuknya fluida formasi
ke dalam lubang bor karena tekanan hidrostatik lumpur di kaki casing
lebih kecil daripada tekanan formasi di daerah asal fluida. Fluida
formasi tersebut, pada contoh ini diambil berupa gas, bergerak ke
permukaan pada saat sumur ditutup atau saat kick di drillpipe.

Perencanaan casing dimulai dengan terlebih


menentukan batas tekanan maksimum, yaitu :

dahulu

Di permukaan : Kolom gas dapat dikeluarkan dari dalam


sumur dengan terkendali hanya apabila tekanan gas saat
mencapai permukaan tidak lebih besar dari tekanan peralatan
BOP. Jadi batas tekanan maksimum di permukaan sama dengan
tekanan peralatan BOP.
Di kaki casing : Kekuatan casing pada kakinya maksimal
sebesar tekanan formasinya. Sedangkan batas tekanan maksimum di
kaki casing sama dengan tekanan rekah.
Setelah kedua batasan tekanan tersebut ditentukan maka
langkah selanjutnya adalah membuat distribusi tekanan di dalam
rangkaian casing.

2.1.2. Surface Casing


Dril-004 Casing Design

17

Beban burst untuk surface casing ditimbulkan oleh tekanan


rekah di seluruh casing dikurangi tekanan formasinya. Karena tekanan
rekah pada kedalaman surface casing relatif rendah maka batas
tekanan maksimum di permukaan dapat diabaikan ( persamaan 1235). Atau dapat diartikan bahwa tekanan peralatan BOP lebih besar
dari tekanan rekah di permukaan. Dan batasan tekanan maksimum di
kaki casing sebesar tekanan rekahnya.
Pada kaki casing :

Pfr = 0,052 (Gfr ) D = 0,052 (Gfr ) Ls ..........................(35)


dimana :
Pfr = tekanan rekah (psi)
Gfr = gradien tekanan rekah (ppg)
D = kedalaman (ft)
Ls = panjang surface casing (ft)
Dan beban burst yang terjadi di permukaan sama dengan
tekanan di kaki casing yaitu :

Ps = Pfr
= 0,052 (Gfr ) Ls ..................................................(36)
dimana :
Ps = tekanan di permukaan (psi)
Pfr = tekanan rekah (psi)
Gfr = gradien tekanan rekah (ppg)
Ls = panjang surface casing (ft)
Garis yang menghubungkan titik Ps dan titik Pfr disebut garis
beban burst (garis A).

Gambar 9. Burst Pada Surface Casing


Keterangan gambar :
Ls =panjang surface casing (ft)
f =densitas fluida (ppg)

18

Dril-004 Casing Design

12)

Gfr =gradien rekah (ppg)


Pfr =tekanan rekah (psi)
Pf =tekanan formasi di luar casing (psi)
Pada kenyataannya casing juga mendapat tekanan dari luar
yang sifatnya membantu casing untuk menahan beban burst. Pada
metoda Minimum Set ini beranggapan bahwa tekanan di luar casing
minimal sebesar tekanan formasi.

Jadi,
Pf = 0,052 . Gf . Ls .....................................................(37)
dimana :
Pf = tekanan formasi (psi)
Gf = gradien tekanan formasi (ppg)
Ls = panjang surface casing (ft)
Garis B menggambarkan tekanan di luar casing. Sehingga
resultan beban burst (C) sama dengan beban burst (A) dikurangi
tekanan di luar casing (B). Garis disain (D) diperoleh dengan cara
mengalikan resultan (C) dengan desain faktor. Garis desain ini
merupakan kekuatan burst minimal casing yang harus dipasang.
Hingga disini untuk sementara sudah dapat ditentukan
rangkaian casing yang mampu menahan beban burst. Selanjutnya
hasil sementara perencanaan casing ini harus diuji terhadap collapse,
tension dan beban biaksial.

2.1.3. Intermediate Casing


Beban burst di dalam intermediate casing dapat dibentuk oleh
(1) tekanan rekah di kaki casing dikurangi kolom gas yang bergerak ke
permukaan, atau (2) tekanan antisipasi permukaan dikurangi kolom
gas yang bergerak ke permukaan. Beban burst dibentuk oleh tekanan
yang lebih kecil. Beban burst pada intermediate casing dapat dilihat
pada gambar berikut ini.

Gambar 10. Burst Pada Intermediate Casing

Dril-004 Casing Design

19

12)

Keterangan Gambar:
Li =panjang intermediate casing (ft)
Hm
=tinggi kolom lumpur (ft)
Hs =tinggi kolom semen (ft)
f =densitas fluida (ppg)
m =densitas lumpur (ppg)
Pe =tekanan di luar casing (psi)
Pm =tekanan lumpur di luar casing (psi)
c =resultan = a b
d =garis disain = c x design factor
Batas tekanan maksimum untuk intermediate casing, :
di kaki casing :

Pcs = Ps + . Li = 0,052 (Gfr) Li................................(38)


di permukaan :

Ps =PASP....................................................................(39)
atau

Ps 0.052. G fr Li

...................................................(40)

dimana :
Ps = tekanan di permukaan (psi)
Li = panjang intermediate casing (ft)
Gfr = gradien tekanan rekah (ppg)

Pcs = tekanan kaki casing (psi)


= gradien gas (psi/ft)
Diketahui bahwa di luar casing juga terdapat tekanan yang
membantu casing menahan beban burst yaitu dari fluida lumpur dan
semen. dari permukaan sampai ketinggian kolom semen

Pm = 0,052 . m . hs ..................................................(41)
dari puncak semen hingga kaki casing

Pe = Pm + 0,052 . s . (Li - hs) ...................................(42)


dimana :
Pm = tekanan lumpur (psi)
Pe = tekanan hidrostatik air asin (psi)
Li = panjang intermediate casing (ft)
m = densitas lumpur (ppg)
s = densitas semen (ppg)
Lihat Gambar (10), resultan (c) = beban burst (a) - tekanan di
luar casing (b). Garis design (d) diperoleh dengan mengalikan resultan
(c) dengan design factor.

2.1.4. Production casing


Pada production casing perhitungan beban burst tidak lagi
didasarkan pada kondisi saat sumur mengalami kick, dan dengan
demikian batasan tekanan maksimum di permukaan dan di kaki casing
tidak dipergunakan.

20

Dril-004 Casing Design

Pada tahap ini sumur telah berproduksi, sehingga


pembebanan pada casing diakibatkan masalah yang timbul
ketika sumur tersebut berproduksi. Pada sumur produksi
umumnya ruang antara tubing dan production casing diisi oleh
suatu cairan yang biasa dikenal sebagai packer fluid. Densitas
packer fluid ini sama dengan densitas fluida yang terdapat di
luar production casing (air asin) atau sekitar 9 ppg. Dengan
demikian pada kondisi normal tekanan hidrostatik kedua fluida
pada casing akan saling meniadakan. Sehingga casing tidak
menerima beban burst maupun collapse.

Gambar 11. Burst Pada Production Casing12)


Keterangan Gambar :
SITP =tekanan tubing saat ditutup (psi)
PF
=densitas packer fluid (ppg)
f
=densitas air asin (ppg)
Ps
=tekanan di permukaan (psi)
Pe
=tekanan di luar casing (psi)
Pcs
=tekanan di kaki casing (psi)
Lpd
=panjang production casing (ft)
a
=beban burst
b
=tekanan di luar casing (back up)
c
=resultan= a b
d
=garis desain = c x desain faktor

Kondisi terburuk untuk burst terjadi apabila terdapat kebocoran


pada pipa tubing dekat permukaan dan mengakibatkan fluida
produksi, dalam kasus ini diambil gas, masuk ke dalam packer fluid.
Dengan mengabaikan kehilangan tekanan di sepanjang tubing maka
tekanan gas tersebut pada packer fluid di permukaan sama dengan
tekanan dasar sumur dikurangi kolom gas di sepanjang casing.
Tekanan di permukaan :

Dril-004 Casing Design

21

Ps = SITP = BHP - ( . Lpd)........................................(43)


Tekanan di kaki casing :

Pcs = Ps + 0,052 . PF . Lpd ........................................(44)


Dimana :
SITP = tekanan tubing saat ditutup (psi)
BHP = tekanan dasar sumur (psi)
Pcs
= tekanan di kaki casing (psi)
PF
= densitas packer fluid (ppg)
Lpd = panjang production casing (ft)

= gradien gas (psi/ft)


Tekanan diluar casing sebagaimana diketahui adalah minimal
sebesar tekanan hidrostatik air asin.

Pe = 0,052 . f . Lpd
= 0,465 . Lpd ......................................................(45)
dimana :
Pe = tekanan hidrostatik air asin (psi)
Lpd
= panjang production casing (ft)
f = densitas air asin (ppg)

2.2. Tekanan Collapse


Beban collapse ditimbulkan oleh tekanan yang terdapat di luar casing.
Metoda ini beranggapan bahwa beban collapse ditimbulkan oleh tekanan
formasi di sepanjang casing tersebut sebelum penyemenan dilakukan.
Metode ini juga beranggapan yang sama dengan metoda Maksimum Load
bahwa beban collapse akan mencapai harga terbesar pada saat sumur
mengalami lost circulation dengan sebagian tinggi lumpur tersisa di dalam
sumur / casing.
Pembebanan fluida yang membantu casing menahan collapse (back
up) adalah lumpur dengan densitas yang paling ringan yang dipakai saat
pemboran kedalaman selanjutnya di bawah kaki casing.

2.2.1. Surface casing


Pada surface casing beban collapse yang terjadi berasal dari
tekanan formasi di sepanjang casing. Karena kedalaman surface
casing relatif dangkal, lost circulation yang terjadi dapat
memungkinkan kolom lumpur turun hingga di bawah kaki casing (lihat
Gambar 12). Ini berarti bahwa di dalam casing kosong, tidak terdapat
fluida yang membantu casing menahan collapse. Kondisi semacam ini
merupakan kondisi terburuk beban collapse untuk surface casing.
Tekanan di kaki casing :

Pf = 0,052 . f . Ls .....................................................(46)

22

Dril-004 Casing Design

Gambar 12 Collapse Pada Surface Casing

12)

Keterangan Gambar:
Pf =tekanan formasi (psi)
Ls =panjang surface casing (ft)
f =densitas fluida (ppg)
m =densitas lumpur (ppg)
a =resultan, karena di dalam casing kosong
b =garis disain = a x design factor

2.2.2. Intermediate Casing


Beban collapse pada intermediate casing terdiri atas tekanan
hidrostatik lumpur saat casing dipasang dan tekanan hidrostatik
semen.

Gambar 13. Collapse Pada Intermediate Casing

Dril-004 Casing Design

23

12)

Keterangan Gambar :
s =densitas semen (ppg)
m1 =densitas lumpur saat casing dipasang (ppg)
m2 =densitas lumpur terberat (ppg)
Li =panjang intermediate casing (ft)
Lm1 =tinggi kolom lumpur 1 (ft)
Lm2 =tinggi kolom lumpur 2 (lumpur terberat) setelah lost
(ft)
Hs
D
P
a
b

=tinggi kolom semen (ft)


=kedalaman (ft)
=tekanan (psi)
=beban collapse (OP1P2) - tekanan di dalam
casing (D3P3)
=a x disain faktor.

Secara keseluruhan ditunjukkan oleh garis OP1P2


Gambar13.dengan :

pada

P1 =0,052 . m1. Lm1 ...................................................(47)


dan

P2 = P1 + 0,052 . s . Hs
= 0,052 . m1. Lm1 + 0,052 . s . Hs
= 0,052 . ( m1. Lm1 + s . Hs) ..............................(48)
Kondisi terburuk terjadi apabila lumpur terberat (garis putusputus) mengalami lost circulation, sehingga kolom lumpur di dalam
casing turun. Lost circulation terjadi antara lain karena turunnya
gradien tekanan formasi. Tetapi perlu diingat bahwa batas minimum
gradien tekanan formasi adalah sebesar gradien tekanan hidrostatik
air asin, atau 0,465 psi/ft. Pada interval kedalaman lubang yang belum
dicasing (Gambar 13) dapat dipahami bahwa tekanan formasi terkecil
akan berada tepat di bawah kaki casing. Pada metode ini beranggapan
kolom lumpur dalam casing akan turun sampai setengah dari panjang
casing. Dengan demikian hal ini akan memberikan tinggi kolom
lumpur tersisa (Lm2) di dalam casing sebesar setengah panjang
casing. Jadi tekanan formasi minimum pada kaki casing adalah :

P3 = 0,052 . m2 (D2 - D3) ...........................................(49)


dan

D3 = 0,5 . D2 .............................................................(50)
dimana :
D2 =kedalaman kaki casing (ft)
D3 =kedalaman puncak kolom lumpur setelah lost (ft)

2.2.3. Production casing


Seperti pada intermediate casing maka beban collapse pada
production casing juga terdiri atas tekanan hidrostatik lumpur saat
casing dipasang dan tekanan hidrostatik semen di anulus. Pada
Gambar 14 beban collapse ditunjukkan oleh garis OP1P2 , dimana:

P1 = 0,052 m . Lm ....................................................(51)

24

Dril-004 Casing Design

dan

P2 = P1 + 0,052 s . Hs
= 0,052 m. Lm + 0,052 s. Ls
= 0,052 (m . Lm + s . Ls)....................................(52)

Gambar 14. Collapse Pada Production Casing12)


Keterangan Gambar :
m =densitas lumpur saat casing dipasang (ppg)
s =densitas semen (ppg)
Lm =tinggi kolom lumpur (ft)
Hs =tinggi kolom semen (ft)
D =kedalaman (ft)
P =tekanan, psi
a =beban collapse, OP1P2
b =a x disain faktor

Sebagaimana disebutkan bahwa ruang antara tubing dan


production casing diisi oleh packer fluid. Kondisi terburuk terjadi
apabila penyekat di dasar sumur bocor sehingga seluruh kolom packer
fluid menghilang / lost. Dengan demikian casing menahan beban
collapse tanpa mendapat bantuan tekanan dari dalam.

2.3. Beban Tension


Beban tension sebagaimana diketahui adalah beban dari berat
rangkaian casing yang digantung di dalam sumur. Tetapi dengan adanya
lumpur di dalam sumur tersebut akan memberikan gaya apung terhadap
casing. Sehingga berat casing akan lebih ringan bila dibandingkan dengan

Dril-004 Casing Design

25

berat casing di udara. Akibat lain dari adanya gaya apung ini adalah bahwa
pada sebagian rangkaian casing, tepatnya bagian bawah, casing berada
dalam kondisi compression dan selebihnya dalam kondisi tension. Distribusi
beban tension pada rangkaian casing dapat digambarkan sebagai berikut :
Misalkan suatu rangkaian casing terdiri dari tiga seksi berada di dalam
sumur yang berisi lumpur dengan densitas m (ppg). Dengan mengambil
tanda positif untuk arah gaya ke bawah maka :

Gambar 15. Beban Tension

12)

Keterangan :
1,2,3 =menyatakan seksi casing
D
=kedalaman, ft
L
=panjang casing, ft
Seksi 1 :

m
1 65.5 L1 .W1

M1 =

...............................................................(53)

dimana :
WM
=berat casing lumpur, lbs
m
=densitas lumpur saat casing dipasang, ppg
w
=unit berat casing, lbs/ft
L
=panjang casing, ft

Seksi 2 :

WM 2 1
L2 .W2 WM 1
65.5

...............................................................................................................
(54)
Seksi 3 :
26

Dril-004 Casing Design

WM 3 1
L3 .W3 WM 2
65.5

..................................................(55)
Beban tension di permukaan :
Ts = WM1 + WM2 + WM3 ..................................................(56)
Garis disain tension dipergunakan untuk menguji body yield strength
dan joint strength casing yang akan dipakai. Selain itu juga akan dipakai
dalam perhitungan beban biaksial.

2.4. Beban Biaksial


Gaya-gaya yang bekerja pada casing yang terdapat di dalam sumur
terjadi secara kombinasi. Beban burst atau collapse terjadi serentak dengan
beban tension atau compression. Kombinasi dan pengaruh gaya-gaya ini
pada casing ditunjukkan pada kurva ellips seperti terlihat pada Gambar 16.
Terlihat bahwa adanya tension akan menurunkan collapse resistance
dan menaikkan burst resistance. Sedangkan compression akan menurunkan
burst resistance dan menaikkan collapse resistance. Pada umumnya hanya
pengaruh tension terhadap penurunan collapse resistance yang
diperhitungkan dalam perencanaan.

Gambar 12.16. Kurva Ellips Beban Biaksial

Jadi dapat disimpulkan dari uraian di atas, bahwa terdapat empat


kondisi dasar yang perlu diperhatikan dalam perencanaan casing yaitu :
1. Bila tekanan dalam tekanan luar : pembebanan burst
2. Bila tekanan luar tekanan dalam : pembebanan collapse

Dril-004 Casing Design

27

3. Bila tension minimum yield strength : deformasi permanen

4. Tension akan menurunkan collapse resistance.

28

Dril-004 Casing Design

3. Contoh Soal

3.1. Perencanaan Surface Casing


Diameter Casing (OD)

: 13,375 inch

Panjang Casing

: 3000 ft

Panjang minimum tiap seksi

: 1000 ft

Gradien tekanan rekah pada kaki casing

: 14,0 ppg

Semen, 0 - 2000 ft

: 11,7 ppg

2000 - 3000

: 15,6 ppg

Minimum drift diameter

: 12,25 inch

Densitas lumpur saat casing dipasang

: 11,0 ppg

Design factor burst/collapse

: 1,1

tension

: 1,6

3.2. Perencanaan Intermediate Casing


Diameter Casing (OD)

: 7,625 inch

Panjang Casing

: 10900 ft

Panjang minimum tiap seksi

: 2500 ft

Gradien tekanan rekah pada 10900 ft

: 14,0 ppg

Minimum drift diameter

: 6,5 inch

Densitas Lumpur berat

: 14,2 ppg

Densitas lumpur saat casing dipasang

: 10,8

Puncak Semen

: 6900 ft

BOP

: 5000 psi

Densitas Semen

: 16,4 ppg

Design Factor burst/collapse

: 1,1

tension

: 1,6

3.3. Perencanaan Production Casing


Diameter Casing (OD)

: 5,5 inch

Panjang Casing

: 11000 ft

Panjang minimum tiap seksi

: 2000 ft

Dril-004 Casing Design

29

Minimum drift diameter

: 4,0 inch

BHP

: 5400 psi

Densitas Packer Fluid

: 8,94 ppg

Densitas Semen

: 16,4

Puncak kolom semen

: 8500 ft

Densitas lumpur saat casing dipasang

: 11,0

Design factor burst/collapse

: 1,1

Tension

: 1.6

30

Dril-004 Casing Design

LAMPIRAN CASING BERUPA GAMBAR

Dril-004 Casing Design

Tabel 1

31

32

Tabel 2

Dril-004 Casing Design

Dril-004 Casing Design

Tabel 3

33

34

Tabel 4

Dril-004 Casing Design

Dril-004 Casing Design

Tabel 5

35

36

Tabel 6

Dril-004 Casing Design

Dril-004 Casing Design

Tabel 7

37

38

Tabel 8

Dril-004 Casing Design

Dril-004 Casing Design

Tabel 9

39

40

Tabel 10

Dril-004 Casing Design

Dril-004 Casing Design

Tabel 11

41

42

Tabel 12

Dril-004 Casing Design

Dril-004 Casing Design

Tabel 13

43

44

Tabel 14

Dril-004 Casing Design

Dril-004 Casing Design

Tabel 15

45

46

Tabel 16

Dril-004 Casing Design

Dril-004 Casing Design

Tabel 17

47

48

Tabel 18

Dril-004 Casing Design

Dril-004 Casing Design

Tabel 19

49

50

Tabel 20

Dril-004 Casing Design

DAFTAR PUSTAKA
1. nn., "Pipe Characteristics Handbook", Williams Natural Gas Company Engineering Group,
PennWell Publishing Company, Tulsa-Oklahoma, 1996.
2. Rabia. H., "Oilwell Drilling Engineering: Principles & Practices", Graham & Trotman,
Oxford, UK, 1985.
3. Paxson J., "Casing and cementing", Second Edition, Petroleum Extension Service, Texas,
1982.
4. Azar J.J., "Drilling in Petroleum Engineering", Magcobar Drilling Fluid Manual.
5. Bourgoyne A.T. et.al., "Applied Drilling Engineering", First Printing Society of Petroleum
Engineers, Richardson TX, 1986.
6. Moore P.L., "Drilling Practices Manual", Penn Well Publishing Company, Tulsa-Oklahoma,
1974.
7. Bill-Mitchel, "Tubular Goods Design ", Mobil Oil Company, 1983.
8. Kumoro, Arianto, "Metoda Maksimum Casing Load", Kolokium, Jurusan Teknik
Perminyakan Institut Teknologi Bandung, 1984.
9. Prentice, C.M., "Maximum Load Casing Design", Journal of Petroleum Technology, Juli
1970.
10. Moore, P.L., "Drilling Practices Manual", PenWell Publishing Co., Tulsa, 1974.
11. Pattilo, P.D, Huang N.C., "The Effect of Axial Load on Casing Collapse", Journal of
Petroleum Technology, Januari 1982.
12. DeLuish, K.R, Jayne, L.E., "Deep Casing Design Simplified", Oil and Gas journal, Juli 18,
1977.
13. Hills, J.O., "A Review of Casing-string Design Principles and Practice", Drilling and
Production Practice, API, 1951.
Woodlan, B. Powell, G. E., "Graphical Method Speeds Deviated Well Casing Design", World
Oil, Februar 1, 1975.
14. Casing and Tubing Technical Data, Lone Star Stell Company, 1984.
15. Performance Properties of Casing and Tubing, API Bulletin 5C2, Dallas, Texas, 1975.
16. Greenip, Jr, J.E., "Optimum Casing Program Design Stresses Economy", Oil and Gas
Journal, Oktober 16, 1978.
17. Kastor, R.L., "Casing Burst Design Criteria for Kick Pressure Control", SPE AIME series
no. 6A, Dallas, texas, 1973.

Dril-004 Casing Design

51

DAFTAR PARAMETER DAN SATUAN


A
BHP
BF
Bc
D
D1
D2
D3
de
Gfr
Hg
Hm
Hs
IP
L
Li
Lm
Lm1
Lm2
Lpd
Ls
P
PBOP
Pcs
Pe
Pf
Pfr
Pg
Pm
Ps
THP
TN

=
=
=
=
=
=
=
=
=
=
=
=
=
=
=
=
=
=
=
=
=
=
=
=
=
=
=
=
=
=
=
=

luas penampang dinding casing


tekanan dasar sumur, psi
Bouyancy Factor, lbs
beban tension akibat deviasi lubang, lbs
kedalaman, feet
kedalaman kolom lumpur 1, feet
kedalaman kaki casing, feet
kedalaman puncak kolom lumpur terberat setelah lost, feet
diameter luar casing, in
gradien tekanan rekah, ppg
tinggi kolom gas, feet
tinggi kolom lumpur terberat, feet
tinggi kolom semen, feet
tekanan injeksi, psi
panjang casing, feet
panjang intermediate casing, feet
tinggi kolom lumpur, feet
tinggi kolom lumpur 1, feet
tinggi kolom lumpur 2 (lumpur terberat) setelah lost, feet
panjang production casing, feet
panjang surface casing, feet
tekanan, psi
tekanan BOP, psi
tekanan di casing shoe, psi
tekanan luar casing (back-up), psi
tekanan formasi, psi
tekanan rekah, psi
tekanan di kolom gas, psi
tekanan di kolom lumpur, psi
tekanan di permukaan, psi
tubing head pressure, psi
kedalaman titik netral, feet

Ts
wa
WM

=
=
=
=
=

beban tension dipermukaan, lbs


unit berat casing, lbs/ft
berat casing, lb/ft
deviasi sudut, derajat
perubahan sudut, derajat/100 ft

f
g
m
m1
m2
PF
s
Ppr
Tpr
Tf
Tpc
Tc

52

= densitas fluida, ppg


= densitas gas, ppg
= densitas lumpur, ppg
= densitas lumpur saat casing dipasang, ppg
= densitas lumpur tersebu, ppg
= densitas packer fluid, ppg
= densitas semen, ppg
= Tekanan pseudo reduced
= Temperatur pseudo reduced
= Temperatur formasi, oF
= Tekanan kritis, psi
= Temperatur kritis, oR
= Gradient gas, psi/ft

Dril-004 Casing Design

R
Pf
Tf
Z
Pfr
Gfr

=
=
=
=
=
=

Konstanta gas = 96,355


Tekanan formasi, psi
Temperatur formasi, oR (= oF + 460)
Faktor kompresibilitas gas
tekanan rekah, psi
gradien tekanan rekah, ppg

Dril-004 Casing Design

53

54

Dril-004 Casing Design

Вам также может понравиться