Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Makalah dibuat
sebagai persyaratan untuk
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat
Oleh :
Sitti Nurjanna Usemahu, S.Ked (2009-83-012)
Pembimbing:
LetkolLaut (K) Dr. Hisnindarsyah, SE.,M.Kes
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON
2016
BAB I
PENDAHULUAN
Dekompresi
(DCS)
adalah
suatu
penyakit
yang
3,4
Tinggi (RUBT) untuk terapi oksigen Hiperbarik. Dengan adanya fasilitas ini
sudah banyak sekali kasus yang diterapi dengan Hiperbarik oksigen
termasuk penyakit akibat menyelam yaitu penyakit dekompresi. Namun
sampai saat ini masih banyak penduduk yang belum mengetahui akan
peran dari HBOT ini.
Berdasarkan latar belakang diatas, sehingga penulis tertarik untuk
mengkaji apakah ada hubungan penggunaan terapi oksigen Hiperbarik
pada perbaikan klinis pasien dekompresi Tipe I ?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dekompresi
(DCS)
adalah
suatu
penyakit
yang
1937,
Swindle
dan
End
menemukan
bahwa
ada
gelembung-gelembung
gas
yang
menyebabkan
utamanya
adalah
nyeri,
terutama
di
daerah
Gejala paru dan jantung : sesak nafas, nyeri dada, batukbatuk non produktif
Bends Shock
2.1.5. Penatalaksanaan 3
Tujuan pengobatan penyakit dekompresi adalah melawan efek
hipoksia pada jaringan. Pada prinsipnya merupakan gabungan tiga
tingkatan yaitu :
1. Pengobatan kedaruratan di tempat kejadian
a. Anamnesa dan pemeriksaan fisik dengan teliti dan cepat
untuk menentukan diagnosa.
7
perifer,
osteomielitis,
sindroma
kompartemen,
diabetik
- Osteomyelitis
- Buerger s diseases
- Morbus Hansen
- Psoriasis vulgaris
- Edema serebral
- Scleroderma
- Lupus eritematosus (SLE)
- Rheumatoid artritis
Terdapat pula pengobatan pilihan, yaitu:
- Pelayanan kesehatan dan kebugaran
- Pelayanan kesehatan olahraga
- Pasien lanjut usia (geriatri)
- Dermatologi dan kecantikan
2.2.3. Kontraindikasi 6
Kontraindikasi TOHB terdiri dari kontraindikasi absolut dan relatif.
Kontraindikasi absolut yaitu penyakit pneumothorax yang belum
ditangani. Kontraindikasi relatif meliputi keadaan umum lemah, tekanan
darah sistolik lebih dari 170 mmHg atau kurang dari 90 mmHg, diastole
lebih dari 110 mmHg atau kurang dari 60 mmHg, demam tinggi lebih dari
38oC, ISPA, sinusitis, Claustropobhia (takut pada ruangan tertutup),
penyakit asma, emfisema dan retensi C O2, infeksi virus, infeksi kuman
aerob seperti TBC, lepra, riwayat kejang, riwayat neuritis optik, riwayat
operasi thorax dan telinga, wanita hamil, penderita sedang kemoterapi
seperti terapi adriamycin, bleomycin.
2.2.4. Persiapan6
Persiapan terapi oksigen hiperbarik antara lain:
-
11
Pasien diberikan pakaian yang terbuat dari 100% bahan katun dan
tidak memakai perhiasan, alat bantu dengar, lotion yang terbuat
dari bahan dasar petroleum, kosmetik, bahan yang mengandung
plastik, dan alat elektronik.
Pasien juga tidak boleh membawa koran, majalah, atau buku untuk
menghindari percikan api karena tekanan oksigen yang tinggi
berisiko menimbulkan kebakaran.
13
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
ini
merupakan
jenis
penelitian
Deskriptif
Analitik.
Sebelum
menjalani
terapi,
pasien
akan
dievalulasi
untuk
ini
menggunakan
uji
Chi-Square
dengan
tingkat
kemaknaan = 0,05.
15
Keterangan :
X2
: Nilai Chi-kuadrat
fe
f0
Interpretasi nilai p yaitu hasil uji statistik menunjukan p < 0,05 maka
hipotesis diterima sehingga ada hubungan yang bermakna antara variabel
bebas dan variabel terikat dan bila nilai p > 0,05 maka hipotesis ditolak
sehingga tidak ada hubungan yang bermakna antara variabel bebas dan
variabel terikat.
16
BAB IV
DISKUSI
4.1. Hasil
4.1.1. Distribusi Pasien yang Menjalani Terapi HBO Berdasarkan
Indikasi Kasus
Berdasarkan kajian data diperoleh hasil yakni jumlah pasien yang
menjalani terapi Hiperbarik oksigen adalah sebanyak 91 pasien dimana
Indikasi Kebugaran merupakan kasus terbanyak yang di terapi dengan
HBO yaitu sekitar 43,82% atau 39 orang pasien kemudian diiikuti
dengan kasus DCS Tipe I yaitu sebanyak 30 orang (33,71%), Kasus
Stroke (6 orang) 6.59%, Diabetes Melitus 5 orang (5.49%), Cephalgia
dan DCS Tipe II masing-masing 3 orang (3.30%), Kasus Ulkus DM dan
Barotrauma masing-masing sebanyak 2 orang yaitu sekitar 2.20% dan
Vertigo yaitu hanya 1 orang (1.10%) dari total seluruh pasien.
Tabel 1. Distribusi Pasien yang menjalani Terapi HBO Berdasarkan
Indikasi Kasus
INDIKASI TERAPI
Kebugaran
Stroke
Diabetes Mellitus
Ulkus DM
Vertigo
Cephalgia
DCS Tipe I
DCS tipe II
Barotrauma
TOTAL
JUMLAH PASIEN
PERSENTASE (%)
39
6
5
2
1
3
30
3
2
91
42.86
6.59
5.49
2.20
1.10
3.30
32.97
3.30
2.20
100.00
17
Grafik 1.
Distribusi Pasien yang menjalani Terapi HBO
Berdasarkan Indikasi Kasus
Jumlah (n)
Persentase (%)
4
4
2
5
2
7
6
30
13.33
13.33
6.67
16.67
6.67
23.33
20
100.00
Grafik 2. DIstribusi Keluhan Awal Sebelum Terapi HBO pasien DCS Tipe I
Jumlah (n)
Persentase(%)
21
9
30
70.00
30.00
100.00
19
4.2. Pembahasan
Setelah dilakukan penelitian didapatkan hasil nilai P = 0,014
(p<0,050). Hasil ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara pemberian terapi hiperbarik oksigen pada perbaikan
klinis pasien dekompresi tipe I. Penelitian ini juga didukung oleh penelitian
yang dilakukan oleh Hadanny A et all (2015) yang mengemukakan bahwa
baik pasien decompression sickness yang mendapatkan terapi rekompresi
dengan TOHB lebih awal maupun yang terlambat mendapatkan terapi
menunjukkan hasil yaitu 76% yang sembuh sempurna, partial recovery
17.1%, dan tidak mengalami perubahan adalah 6.6% untuk pasien yang
20
partial
penyembuhan.10
Hasil
recovery
ini
dan
menunjukkan
6.2%
tidak
mengalami
bahwa
sekalipun
pasien
21
Indikasi :8
- Gejala Tipe I DCS (kecuali untuk Cutis marmorata) saat
pemeriksaan neurologis lengkap tidak menunjukkan adanya
kelainan. Setelah tiba di kedalaman 60 kaki pemeriksaan
neurologis harus dilakukan untuk memastikan bahwa tidak ada
neurologis gejala terbuka (misalnya, kelemahan, mati rasa,
kehilangan koordinasi) yang hadir.
- Asymptomatic omitted decompression
- Pengbatan gejala-gejala yang ada diikuti dengan rekompresi dalam
air
- Follow-up trreatment untuk sisa-sisa gejala
- Keracunan gas monoksida
- Gas Gangren
22
Indikasi :8
-
Cutis marmorata
23
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian diatas dapat disimpulkan sebagai
berikut :
1. Penyakit Dekompresi merupakan Suatu penyakit yang disebabkan
oleh pelepasan dan mengembangnya gelmbung gas dari fase
larut dalam darah atau jaringan akibat penurunan tekanan
disekitarnya.
2. Penyakit Dekompresi diklasifikasikan menjadi DCS Tipe I dan
DCS Tipe II.
3. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa jumlah pasien
yang menjalani terapi oksigen hiperbarik selama periode Januari
2011- Februari 2016 di RSAL Dr.F.X Suhardjo adalah sebanyak
91 orang dengan total pasien DCS Tipe I yang menjalani terapi
Hiperbarik Oksigen adalah sebanyak 30 orang yaitu sekitar
33.71%.
4. Dari Penelitian ini didapatkan bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara pemberian terapi oksigen hiperbarik dengan
perbaikan klinis pasien DCS Tipe I.
5.2. Saran
- Mengingat manfaat Hiperbarik Oksigen, diharapkan pada tenaga
kesehatan yang bekerja pada rumah sakit yang dilengkapi dengan
fasilitas
HBO
agar
dapat
memberikan
penjelasan
kepada
masyarakat terkait manfaat HBO dalam hal penanganan kasuskasus yang diakibatkan oleh penyelaman.
- Dengan Penelitian ini diharapkan agar dapat dilakukan penelitian
lebih lanjut terkait ada tidaknya faktor yang berpengaruh terhadap
kesembuhan pasien dekompresi.
24
DAFTAR PUSTAKA
Recompression
for
Decompression
Sickness;
Navy
Diving
Manual.
Diagnosis
and
treatment
of
25